Você está na página 1de 79

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA


DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
29 Agustus 17 September 2016
Untuk Memenuhi Tugas Individu
Praktik Profesi Keperawatan Stase Peminatan Keperawatan Jiwa
Periode 29 Agustus 29 Oktober 2016

Disusun oleh :
Diva Viya Febriana, S.Kep
15/390672/KU/18384
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

KONTEN ISI LAPORAN


1.
2.
3.
4.
5.

Rencana Interaksi
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Laporan Analisis Jurnal
Laporan Etik dan Hukum Keperawatan
Laporan TAK

LAPORAN INDIVIDU
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.P
DENGAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Untuk Memenuhi Tugas Individu
Praktik Profesi Keperawatan Stase Peminatan Keperawatan Jiwa
Periode 29 Agustus 29 Oktober 2016

Disusun oleh :
Diva Viya Febriana, S.Kep
15/390672/KU/18384
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK
I. SKIZOAFEKTIF
A. Definisi
Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang memiliki
gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala
khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan
afektif yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu tipe manik dan tipe
depresif. Skizofrenia adalah gangguan otak yang mendistorsi cara seseorang berpikir,
bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan realitas, dan berhubungan dengan
orang lain. Menurut DSM V-TR kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis
gangguan Skizoafektif tipe manik adalah sebagai berikut:
Pada saat episode yang sama, terdapat episode manik yang bersamaan dengan
gejala pada kriteria untuk skizofrenia yakni gejala karakteristik berupa
a. Terdapat 2 atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang signifikan selama
1 bulan (atau kurang bilang berhasil diobati). Terdapat waham, halusinasi,
disorganisasi dalam berbicara, perilaku disorganized, katatonik, gejala
negative yaitu afek mendatar dan lain-lain. Bila waham yang terdapat pada
pasien adalah waham aneh atau halusinas yang bersifat commenting maka 1
gejala sudah dapat memenuhi.
b. Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya
minimal 2 minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang
berarti.
c. Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada
bagian dari total durasti periode aktif dan residual dari penyakit
d. Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoaktif ataupun
penyakit sistemik tertentu.
Gejala utama untuk mood manik yaitu afek yang meninggi, banyak bicara, dan
kecepatan bicara meningkat, hioeraktif, kebutuhan tidur yang berkurang, gangguan
persepsi, gangguan proses pikir, gangguan fungsi intelektual serta sering bohong.
B. Etiologi

Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah begitu
banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa gangguan skizoafektif mungkin
mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu etiologi mengenai gangguan
skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab gangguan
skizoafektif adalah tidak diketahui, namun empat model konseptual telah diajukan,
yaitu:
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu
tipe gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan afektif
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun gangguan
afektif
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang
pertama.
C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu
patologi yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan
gabungan dari keduanya yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada
kemungkinan kedua, maka telah diketahui neurobiologi baik fungsional ataupun
struktural yang terlibat dalam gangguan ini.

Gambar 1. Area yang terlibat pada gangguan afek dan mood4


D. Manifestasi Klinis.
Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan
disebut gangguan skizoafektif tipe manik.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan
suasana perasaan.2,3
Mania

Peningkatan aktivitas

Sedikit tidur

Bicara cepat

Agitasi

Pikiran yang meloncat-loncat

Percaya diri meningkat

Mudah teralihkan

Skizofrenia

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis

gangguan jiwa (PPDGJ-III):3 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda ; atau

- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan

- thought broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang


lain atau umum mengetahuinya;
b) - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau

- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)

- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang


bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan
dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:
a. Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.6

E. Penatalaksanaan

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah

perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Terapi psikofarmaka


yang diberikan pada skizoaktif tipe bipolar adalah obat golongan mood stabilizer, baik
lithium atatu carbamazepine sama efektifnya, sedangkan untuk tipe depresif yang
terbukti lebih efektif adalah dengan pemberian carbamazepine dibanding lithium.
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa
antidepresan dan antimanik diberikan sesuai bentuk afek yang menonjol dan bahwa
antipsikotik digunakan berdasarkan gejala psikotik yang muncul. Pada skizoafektif tipe
manik, terapi dilakukan lebih agresif untuk mencapai konsentrasi obat dalam darah pada

tingkat menengah sampai tinggi. Ketika pasien sudah dalam fase


maintenance, dosis dapat diturunkan untuk menghindari efek samping yang tidak
diinginkan. Pemeriksaan laboratorium secara berkala perlu dilakukan untuk menilai
fungsi thyroid, ginjal dan sel-sel darah.

II. ASUHAN KEPERAWATAN

Diagn
osa
Keper

NOC

NIC and Activities Chosen in NIC

awata
n
Wand

ering

Safe Wandering

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


minimal 3x 24 jam, klien menunjukkan perpindahan
aktivitas yang dapat diterima dan aman dengan
indicator sebagai berikut:

No

Indikator

Berpindah tanpa membahayakan diri


sendiri

Berpindah tanpa membahayakan


orang lain

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

Behavior management: Overactivity/inattention

a. Gunakan pendekatan yang tenang


b. Kembangkan rencana manajemen perilaku yang
dilakukan oleh semua staff
c. Monitor dan atur level aktifitas serta keadaan status
fisik
d. Gunakan control eksternal bila diperlukan (seklusi
dan restrain)
e. Hindari atau pindahkan klien dari sumber stimulus
berlebihan
f. Batasi makanan yang mengandung kafein
g. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan perubahan
perilaku yang diinginkan

Tetap berasa di area yang aman ketika


tidak ditemani

Ganggua

Mood Equilibrium

Mood management

n
pengelolaan
mood

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


minimal 3x 24 jam, klien diharapkan dapat mencapai
indicator sebagai berikut

Indikator
No

Menunjukkan mood yang sesuai situasi


1

Menunjukkan mood yang tidak labil


2

Menunjukkan tingkat energy yang


3
stabil

Risk

for

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


2x24 jam, klien menunjukkan mampu mengontrol diri
sendiri terhadap membahayakan orang lain yang
ditandai dengan indikator:

Indikator
No

Mengidentifikasi ketika marah muncul

other
direct
ed
violen
ce

Agression Self-Control

a. Evaluasi mood (misalnya, tanda gejala, riwayat


pribadi) di awal dan selama perkembangan pasien
b. Tentukan apakah pasien beresiko pada diri sendiri
atau orang lain
c. Lakukan tindakan pencegahan terhadap pasien yang
berisiko (misal bunuh diri, melarikan diri atau
kekerasan)
d. Gunakan intervensi untuk membatasi perilaku yang
negatif (misalnya, pembatasan area, seklusi,
pengekangan fisik, pengekangan kimia)
e. Ajarkan pasien untuk membuat keputusan sesuai
kebutuhan
f. Interaksi dengan klien dengan menggunakan interval
waktu yang teratur dalam rangka menunjukkan
perhatian dan/atau menyediakan kesempatan bagi
pasien untuk membicarakan mengenai perasaannya
g. Ajarkan koping sesuai dengan kemampuan klien.
h. Kelola dan atasi halusinasi dan atau delusi yang
mungkin mengikuti gangguan alam perasaan.
Haluccination management
a. Bina hubungan saling percaya, hubungan
interpersonal dengan pasien
b. Monitor dan mengatur tingkat aktivitas dan stimuli
pada lingkungan
c. Pertahankan lingkungan yang aman
d. Pertahankan rutinitas yang konsisten
e. Monitor kedatangan halusinasi dan isi yang

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls

menyuruh atau memerintah


f. Dorong pasien untuk mengontrol atau
bertanggungjawab atas perilakunya
g. Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaannya
h. Dorong pasien untuk memvalidasi halusinasinya
dengan orang lain
i. Catat perilaku pasien yang mengindikasikan
halusinasinya
j. Gunakan teknik komunikasi terapeutik yang terbuka
k. Sediakan kesempatan kepada klien untuk
mendiskusikan halusinasinya
l. Fokuskan kembali arah pembicaraan pasien jika
komunikasinya sudah tidak sesuai

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry. 9th ed.

Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003


2. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadocks Pocket Handbook of
Psychiatric Drug Treatment
3. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara.
Tangerang: 2010. 33-46
4. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of
Physchiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2009
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2013.
7. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa. Available from
URL: http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com
8. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. 4 th ed. Indonesia; Gaya baru jakarta.
1995
9. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan. Edisi 1.
Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141

PELAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn.P
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 30 tahun 6 bulan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Tanggal masuk
: 18 Agustus 2016
No. RM
: 01.49.07.64

B. ALASAN MASUK /FAKTOR PRESIPITASI


Keluyuran sejak 3 HSMRS. 1 minggu SMRS klien diajak ayahnya ke makam dan
tempat bertapa, kemudian saat pulang ke rumah, klien tidak bisa tidur, bingung dan
mendengar suara-suara. Sejak 3 HSMRS klien keluyuran tanpa tujuan. Ditemukan di
makam, teriak-teriak tanpa sebab, keluarga khawatir kemudia dibawa ke RSS.
Riwayat sakit sejak 2011 dan sudah 5 kali mondok.

C. DIAGNOSA MEDIS
Skizoaffective disorder, manic type (F. 25.0)

D. LABORATORIUM
E. PROSEDUR/TINDAKAN
Seroquel 300 mg dan injeksi Haloperidol 5 mg

F. PENGOBATAN YANG TELAH DIDAPATKAN

No

Nama Obat

Rute

Dosis

5mg/

Haloperidol

Oral

Diazepam

Oral

5mg/

Depakote

Oral

12jam
250m

8jam

g/12jam

G. SKOR CCS

No

Variabel

Ide Bunuh Diri /Menciderai diri atau

orang lain

Komunikasi

Skor

16

Interaksi Sosial

ADL:

Makan

Mandi

Berpakaian

Tidur/Istirahat

Pengobatan oral/Injeksi

Kemampuan mengikuti instruksi:

Makan

Mandi

Berpakaian

16

TOTAL

INTERPRETASI : Health Promotion

H. Proses Keperawatan Tahap awal (Berdasarkan Data Awal Masuk Rumah Sakit):

a
n

ksi

Data Subyektif

al
2
9

DO:
Sejak 3

Wand

ering

P: Wandering

sering mondar-mandir.

E: Lingkungan dengan
stimulasi berlebihan, gangguan

DO: Klien tampak sering mondar

mandir

tu

kognitif
S: Gerakan kontinu dari satu
tempat ke tempat lain, gerakan

resah, mengikuti gerakan

pemberi asuhan, sering

berpindah dari satu tempat ke

tempat lain.
P: Gangguan pengelolaan

DS: Klien keluyuran sejak 3 hari SMRS.


Terakhir klien mondok tahun 2014 juga

tujuan.

us

P)

osa/
DDx

keluyuran tanpa

Konfirmasi Diagnosa dan


Label (Formasi, PES, PE dan

mengklarifikasi DDx

HSMRS klien

Pengkajian fokus lanjutan untuk

diagn

dan Obyektif

Predi

DS: Klien sering dimarahi ayahnya,

guan

sering dipojokkan oleh teman-teman.

mood

pengelolaan

Kepribadian klien sebelum sakit

mood

cenderung pendiam. Riwayat gejala

Gang

yang muncul tidak bisa tidur, tidak mau


makan, sering menangis, banyak berdoa.

E: Psikosis
S: Flight of ideas, perubahan
pada perilaku verbal

DO: Kesadaran composmentis. Tampak


mood sering berubah, kadang sering
berbicara, kadang diam. Sikap dan
tingkah laku tampak bizar. Proses pikir :
non realistik. Progresi pikiran : flight of

Risk

ideas dan verbigerasi, logorrhoe.


DS: Klien sering dimarahi ayahnya,

for

sering dipojokkan oleh teman-teman.

other

Kepribadian klien sebelum sakit

direct

cenderung pendiam. Labil, emosional

ed

bila keinginan tidak terpenuhi. Sejak

viole

SMK apabila klien marah sering

nce

melampiaskan dengan menebang pohon

P: Risk for other directed

violence
E: Gangguan psikosis, pola
ancaman kekerasan, pola
perilaku kekerasan antisosial,
pola perilaku kekerasan
terhadap orang lain

pisang. Klien pernah marah dengan adik


kandung karena ditinggal ibu.

I. Perencanaan NOC dan NIC untuk Hasil Pendiagnosisan berdasarkan Alasan masuk RS

Kode
Diagn
osa
Keper
awata
n/Kol

NOC, Indicator serta Baseline Score dan Target

NIC and Activities Chosen in NIC

abora
tif
ditega
kkan/
Confi
rmed
Wand

ering

Safe Wandering

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24


jam, klien menunjukkan perpindahan aktivitas yang dapat
diterima dan aman dengan indicator sebagai berikut:

a. Gunakan pendekatan yang tenang


b. Kembangkan rencana manajemen perilaku yang

No

Indikator

Berpindah tanpa
membahayakan diri sendiri

Berpindah tanpa
membahayakan orang lain

Menunjukkan aktivitas yang


bertujuan

Tetap berasa di area yang


aman ketika tidak ditemani
Keterangan:
1 = never demonstrated
2 = rarely demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = often demonstrated
5 = consistenly demonstrated

Awal

Behavior management: Overactivity/inattention

dilakukan oleh semua staff


c. Monitor dan atur level aktifitas serta keadaan status

fisik
d. Gunakan control eksternal bila diperlukan (seklusi

dan restrain)
e. Hindari atau pindahkan klien dari sumber stimulus

arget

berlebihan
f. Batasi makanan yang mengandung kafein
g. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan
perubahan perilaku yang diinginkan

Ganggua
n
pengelolaan
mood

Mood Equilibrium

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24


jam, klien diharapkan dapat mencapai indicator sebagai berikut

Indikator

T
No
Awal
arget

Menunjukkan mood yang

5
1
sesuai situasi
3

Menunjukkan mood yang tidak

5
2
labil
3

Menunjukkan tingkat energy


yang stabil
Keterangan:
1 = never demonstrated
2 = rarely demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = often demonstrated

5 = consistenly demonstrated

Indikator
No

Flight of idea
1

Hyperactivity
2

Keterangan:

Awal

T
arget

Mood management
a. Evaluasi mood (misalnya, tanda gejala, riwayat
pribadi) di awal dan selama perkembangan pasien
b. Tentukan apakah pasien beresiko pada diri sendiri
atau orang lain
c. Lakukan tindakan pencegahan terhadap pasien
yang berisiko (misal bunuh diri, melarikan diri atau
kekerasan)
d. Gunakan intervensi untuk membatasi perilaku yang
negatif (misalnya, pembatasan area, seklusi,
pengekangan fisik, pengekangan kimia)
e. Ajarkan pasien untuk membuat keputusan sesuai
kebutuhan
f. Interaksi dengan klien dengan menggunakan
interval waktu yang teratur dalam rangka
menunjukkan perhatian dan/atau menyediakan
kesempatan bagi pasien untuk membicarakan
mengenai perasaannya
g. Ajarkan koping sesuai dengan kemampuan klien.
h. Kelola dan atasi halusinasi dan atau delusi yang
mungkin mengikuti gangguan alam perasaan.

Coping Enhancement
a. Hargai dampak dari situasi hidup klien terhadap
peran dan hubungan
b. Dukung klien untuk mengidentifikasi deskripsi
realistik dalam perubahan
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan bersahabat
d. Sediakan pilihan yang realistik tentang aspek

1 = consistenly demonstrated
2 = often demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = rarely demonstrated
5 = never demonstrated

e.
f.
g.
h.
i.
j.

Risk

for

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24


jam, klien menunjukkan mampu mengontrol diri sendiri
terhadap membahayakan orang lain yang ditandai dengan
indikator:

Indikator

T
No
Awal
arget

Mengidentifikasi ketika marah

5
1 muncul
4

Mengidentifikasi tanggung

5
2 jawab untuk mengontrol perilaku
3

Menggunakan teknik untuk

4
3 mengontrol marah
3

Mengontrol impuls

4
4
3

other
direct
ed
violen
ce

Agression Self-Control

Keterangan:

perawatan saat ini


Evaluasi kemampuan klien dalam membuat
keputusan
Cari pemahaman perspektif klien terhadap situasi
stress full
Turunkan kegiatan pengambilan keputusan saat
klien berada pada keadaan stress berat.
Dukung penggunaan mekanisme defensif yang
tepat
Minimalkan stimulasi lingkungan yang dapat
disalahartikan sebagai ancaman
Dukung pasien untuk mengevaluasi tingkah laku
dirinya sendiri
Haluccination management

a. Bina hubungan saling percaya, hubungan


interpersonl dengan pasien
b. Monitor dan mengatur tingkat aktivitas dan stimuli
pada lingkungan
c. Pertahankan lingkungan yang aman
d. Pertahankan rutinitas yang konsisten
e. Monitor kedatangan halusinasi dan isi yang
menyuruh atau memerintah
f. Dorong pasien untuk mengontrol atau
bertanggungjawab atas perilakunya
g. Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaannya
h. Dorong pasien untuk memvalidasi halusinasinya
dengan orang lain
i. Catat perilaku pasien yang mengindikasikan
halusinasinya

1 = tidak pernah didemonstrasikan


2 = jarang didemonstrasikan
3 = kadang didemonstrasikan
4 = sering didemonstrasikan
5 = konsisten didemonstrasikan

j. Gunakan teknik komunikasi terapeutik yang


terbuka
k. Sediakan kesempatan kepada klien untuk
mendiskusikan halusinasinya
l. Fokuskan kembali arah pembicaraan pasien jika
komunikasinya sudah tidak sesuai

Anger control assistance

a. Bina hubungan saling percaya


b. prinsip komunikasi terapetik
c. pertahankan sikap yang konsisten : menepati janji,
sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal
yang dapat menimbulkan kesan negatif.
d. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada
klien.
e. Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan :
f. Emosi : jengkel, marah, persaan ingin
merusak/memukul
g. Fisik : mengepalkan tangan, muka marah, mata
melotot, pandangan tajam, rahang tertutup,dsb.
h. Sosial : kasar pada orang lain
i. Intelektual : mendominasi

j. Spiritual : lupa dengan Tuhan


k. Jelaskan pada klien rentang respons marah
l. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan
saat muncul marah

Impulse control training

a.

Jelaskan pada klien manfaat penyaluran


marah

b.

bantu klien memilih sendiri cara marah


yang adaptif

c.

bantu klien mengambil keputusan untuk


mengeluarkan energi marah/perilaku kekerasan
yang adaptif

d.

beri kesempatan pada klien untuk


mendiskusikan cara yang dipilihnya

e.

anjurkan klian mempraktikkan cara yang


dipilihnya

f.

beri kesempatan pada klien untuk


mendiskusikan cara yang telah dipraktikan

g.

evaluasi perasaan klien tentang cara yang


dipilih dan telah dipraktikkan

Diagn
osa

ering

Ta

Keper

ng

awata

gal

n
Wand

Implementation

Se - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
nin
terapeutik
,
- Mengukur tekanan darah pasien
29 - Mengkaji kebersihan diri klien
- Memvalidasi perasaan pasien
Ag
- Mendiskusikan kondisi pasien
ust - Mendiskusikan alasan pasien bisa
us
20
16

Evaluation Compare Baseline Score with Target

S: Klien mengatakan alasan masuk RS. Klien mengatakan paling


suka main sepakbola, klien mengatakan aktivitas selama di RS
adalah banyak tidur, kadang mengikuti kegiatan di ruangan TAK

atau kadang menyapu.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. TD 100/60 mmHg,
Suhu 36,7 . Tampak perawatan diri klien baik, kooperatif. Kontak

masuk RS
- Mendiskusikan aktivitas yang bisa

No

mata (+) Klien tampak mondar mandir tanpa tujuan.


A: Masalah wandering belum teratasi

Berpindah tanpa membahayakan diri

sendiri
4

Berpindah tanpa membahayakan orang

lain
4

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

Tetap berasa di area yang aman ketika

tidak ditemani
4
P: Behavior management: overactivity/ inattention

dilakukan klien
- Memotivasi pasien untuk
beraktivitas yang bermanfaat
- Memonitor kondisi dan kegiatan
klien
- Memastikan pasien menghabiskan
makan siangnya
- Membuat kontrak selanjutnya

Indikator

Pertahankan jadwal rutin yang mencakup keseimbangan waktu yang

terstruktur
Jauhkan klien dari stimulasi yang berlebihan

Wand

ering

Sel - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
asa
terapeutik
,
- Mengkaji kebersihan diri klien
30 - Memvalidasi perasaan pasien
- Mendiskusikan kondisi pasien
Ag
- Mendiskusikan aktivitas yang telah
ust
dilakukan klien
us - Memotivasi pasien untuk
20
16

beraktivitas yang bermanfaat


- Mengajak klien untuk mengikuti
terapi okupasi
- Memonitor kegiatan klien
- Memonitor tingkah laku klien
- Memastikan pasien menghabiskan
makan siangnya
- Memberikan reinforcement positif

Dll

S: Klien mengatakan senang mengikuti terapi okupasi. Klien

mengatakan sangat senang jika ada kegiatan di bangsal.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Tampak perawatan
diri klien baik, kooperatif. Kontak mata (+) Klien mengikuti terapi
okupasi dengan baik. Mampu menyelesaikan task. Mondar-mandir

No

berkurang. Aktivitas positif tampak meningkat.


A: Masalah wandering teratasi sebagian

Indikator

Berpindah tanpa membahayakan diri


sendiri

Berpindah tanpa membahayakan orang


lain

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

Tetap berasa di area yang aman ketika

untuk pencapaian klien


- Membuat kontrak selanjutnya

Wand

ering

Ka - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
mi
terapeutik
s,
- Memonitor kegiatan pasien
1 - Mengevaluasi pencapaian klien
Se
pte
mb
er
20
16

selama di rumah sakit


- Memotivasi pasien untuk
meningkatkan aktivitas yang
bermanfaat sesuai yang sudah
didiskusikan ketika sudah pulang
ke rumah
- Memotivasi keluarga untuk selalu

tidak ditemani
4
P: Behavior management: overactivity/ inattention

Hindari atau pindahkan klien dari sumber stimulus berlebihan


Memonitor aktivitas dan istirahat klien
Manajemen lingkungan yang aman

S: Klien mengatakan senang karena sudah diizinkan pulang. Klien

memahami cara mengatasi keluyuran.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Tampak perawatan
diri klien baik, kooperatif. Kontak mata (+) Orientasi baik. Aktivitas

No

positif tampak meningkat. Tidak tampak wandering.


A: Masalah wandering teratasi

Indikator

Berpindah tanpa membahayakan diri


sendiri

Berpindah tanpa membahayakan orang


lain

memberi dukungan dan memuji

klien ketika klien melakukan hal


yang positif

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

Tetap berasa di area yang aman ketika


tidak ditemani
P: Discharged planning

Edukasi jadwal control, minum obat, aktivitas dan istirahat, tandatanda kekambuhan.

Ganggua
n
pengelolaan
mood

Se - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
nin
terapeutik
,
- Mengkaji mood klien
29 - Mengkaji tipe kepribadian klien
- Mengkaji pola koping klien
Ag
- Memonitor perilaku dan mood klien
ust - Memantau klien dari perilaku yang
us
20
16

S: Klien mengatakan mempunyai kepribadian yang pendiam,

kadang emosi tidak stabil.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Kemampuan ADL
baik. Klien tampak kooperatif. Kontak mata (+) . Sikap dan tingkah
laku tampak bizar dan hiperaktif. Progresi pikir: verbigerasi, flight
of ideas, talk active. Roman muka indifferent. Afek inappropriate,
euphoria. Isi pikir: ingin menikah. Tampak agak agresif bila

membayahakan orang lain


- Membuat kontrak selanjutnya

No

berbicara dengan wanita.


A: Masalah gangguan pengelolaan mood belum teratasi

Indikator

Menunjukkan mood yang sesuai situasi


Menunjukkan mood yang tidak labil
Menunjukkan tingkat energy yang stabil
Flight of ideas

Ganggua
n
pengelolaan
mood

Sel - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
asa
terapeutik
,
- Mengevaluasi mood klien
30 - Mengontrol / mengjauhkan klien
Ag
ust

dengan klien
- Mengevaluasi adanya halusinasi
20 - Memberikan reinforcement positif
16

untuk pencapaian klien


- Memotivasi untuk makan siang
- Memotivasi untuk menjaga
keseimbangan aktivitas dan
istirahat
- Membuat kontrak selanjutnya

P: Mood management, Coping enhancement

S: Klien mengatakan bahagia karena ada kegiatan. Klien

mengatakan merasa capek dan ingin tidur setelah melakukan

kegiatan.
O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Kemampuan ADL
baik. Klien tampak kooperatif. Dapat menyelesaikan tugas saat

dari stimulus yang berlebihan


- Menjaga interval komunikasi

us

Hyperactivity

terapi okupasi. Flight of ideas berkurang. Tertarik melakukan

kegiatan. Tampak mengantuk saat tugas sudah diselesaikan.


A: Masalah gangguan pengelolaan mood teratasi sebagian

No

Indikator

Menunjukkan mood yang sesuai situasi


Menunjukkan mood yang tidak labil
Menunjukkan tingkat energy yang stabil

5
Ganggua
n
pengelolaan
mood

Ka - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
mi
terapeutik
s,
- Memonitor kegiatan pasien
1 - Mengevaluasi kemampuan klien
menjaga mood tetap stabil
- Mengevaluasi efektifitas koping
pte
- Mengevaluasi pencapaian klien
mb
selama di rumah sakit
Memotivasi
pasien untuk
er
meningkatkan aktivitas yang

16

bermanfaat sesuai yang sudah


didiskusikan ketika sudah pulang
ke rumah
- Memotivasi keluarga untuk selalu
memberi dukungan dan memuji
klien ketika klien melakukan hal
yang positif
- Memberikan reinforcement positif
- Menjelaskan rencana tindak lanjut

Hyperactivity

P: Mood management, Coping enhancement.


S: Klien mengatakan senang karena sudah diizinkan pulang. Klien
mengungkapkan dapat mengatasi mood yang labil dengan berdoa
dan melampiaskan dengan melakukan kegiatan positif misalkan

Se

20

Flight of ideas

bersih-bersih rumah.
O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Kemampuan ADL
baik. Klien tampak kooperatif, ceria. Afek: appropriate. Halusinasi

No

(-)
A: Masalah gangguan pengelolaan mood teratasi
Indikator

Menunjukkan mood yang sesuai situasi


Menunjukkan mood yang tidak labil
Menunjukkan tingkat energy yang stabil
Flight of ideas
Hyperactivity

P: Discharged planning

Motivasi klien untuk menggunakan strategi koping yang sudah


didiskusikan dalam menghadapi segala situasi

Risk for
other directed
violence

Se - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
nin
terapeutik
,
- Mengkaji pengalaman tidak
29
menyenangkan klien
Ag - Mengkaji adanya halusinasi
- Mengobservasi tanda-tanda perilaku
ust
kekerasan pada klien.
us
- Membantu klien mengidentifikasi
20
tanda-tanda perilaku kekerasan :
16 Emosi : jengkel, marah, persaan

ingin merusak/memukul
Fisik : mengepalkan tangan,
muka marah, mata melotot,

Motivasi klien untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat dengan

tepat
Edukasi jadwal control, minum obat
Edukasi keluarga untuk membantu klien melakukan mood management

S: Klien mengatakan sering dimarahi ayahnya, sering dipojokkan


oleh teman-teman. Sejak SMK apabila klien marah sering
melampiaskan dengan menebang pohon pisang. Klien pernah marah
dengan adik kandung karena ditinggal ibu. Klien mengatakan
orangtuanya sudah bercerai. Klien mengatakan tidak tahu

bagaimana cara melampiaskan marah.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Kemampuan ADL
baik. Klien tampak kooperatif. Halusinasi auditorik (+) Derajat III.
Isi: menyuruh untuk memukul orang lain. Sikap dan tingkah laku
tampak bizar dan hiperaktif. Progresi pikir: verbigerasi, flight of
ideas, talk active. Roman muka indifferent. Afek inappropriate,
euphoria

pandangan tajam, rahang


tertutup,dsb.
Sosial : kasar pada orang lain
Intelektual : mendominasi
Spiritual : lupa dengan Tuhan
- Menjelaskan cara mengatasi
halusinasi / manajemen halusinasi
- Memberikan reinforcement positif
- Membuat kontrak selanjutnya

No

A: Masalah risk for other directed violence belum teratasi

Indikator

Mengidentifikasi ketika marah muncul

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls

P: Haluccination management, impulse control training, anger


control assistance

Risk for
other directed
violence

Sel - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
asa
terapeutik
,
- Memvalidasi perasaan klien
30 - Mengevaluasi adanya halusinasi
- Mengkaji aktivitas dan istrirahat
Ag
klien
ust
- Melakukan diskusi sesuai kontrak
us - Melaskan pada klien rentang
20
16

respons marah
- Menjelaskan cara marah yang asertif
kepada klien
- Mendukung dan fasilitasi klien
untuk mencari bantuan saat

S: Klien mampu menjelaskan kembali cara marah yang asertif.


Klien mengatakan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan dan

mengatakan malam bisa tidur tapi terbangun karena haus.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Kemampuan ADL
baik. Klien tampak kooperatif. Interaksi dengan pasien lain baik

(+) .Afek: appropriate. Halusinasi (-).


A: Masalah risk for other directed violence teratasi sebagian

Indikator
No

Mengidentifikasi ketika marah muncul


1

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


2 mengontrol perilaku

muncul marah
- Memberikan reinforcement positif
- Membuat kontrak selanjutnya

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls

P: Haluccination management, impulse control training, anger


control assistance

Risk for
other directed
violence

Ka - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
mi
terapeutik
s,
- Mengevaluasi kemampuan klien
1
mengendalikan halusinasi ataupun
Se
perasaan marah
pte - Mengevaluasi kecukupan tidur klien
- Memberikan reinforcement positif
mb
- Mengedukasi klien tentang
er
pentingnya minum obat, control
20
rutin, melakukan kegiatan positif
16
dan berkomunikasi dengan
keluarga.

S: Klien mengungkapkan rasa senang karena diizinkan pulang, klien


sangat ingin pulang ke rumah. Klien mampu memahami penjelasan

tentang rencana tindak lanjut yang disampaikan perawat.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Kemampuan ADL
baik.Kontak mata (+) Klien tampak kooperatif. Afek: appropriate.
Halusinasi (-) Progresi pikir: koheren, relevan. Tampak wajah klien

No

ceria.
A: Masalah risk for other directed violence teratasi

Indikator

Mengidentifikasi ketika marah muncul

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls
P: Discharge planning

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.B


DENGAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Tugas Individu


Praktik Profesi Keperawatan Stase Peminatan Keperawatan Jiwa
Periode 29 Agustus 29 Oktober 2016

Disusun oleh :
Diva Viya Febriana, S.Kep
15/390672/KU/18384

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
SKIZOFRENIA TAK TERINCI

1. Definisi
Skizofrenia adalah penyakit paradigmatik psikiatri dimana sindrom klinis

variabel namun sangat mengganggu psikopatologi, yang melibatkan pikiran, persepsi, emosi,
gerakan, dan perilaku. Ekspresi gejala bervariasi di seluruh pasien dan dari waktu ke waktu,
tetapi efek kumulatif dari penyakit selalu parah dan biasanya tahan lama (Stuart, 2006).

Pada skizofrenia terjadinya pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi,


kognitif dan perilaku. Jadi, skizofrenia mengacu kepada pepecahan ego-aspek rasional dalam
jiwa-sehingga penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara alam khayal dan alam riil.
Menurut Kraepelin ada menyebutkan, dementia pre cock karena skizofrenia mengalami
kemunduran intelengensi sebelum waktunya.Bleuler menggunakan istilah skizofrenia berarti
pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola perilaku yaitu tidak
adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan demikian,
tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi antara persepsi terhadap kenyataan yang
sebenarnya (Kaplan, 2006).
2. Penyebab

Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun

begitu banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teorinya. Menurut Fortinash,
penyebab skizofrenia sebagai berikut (Muslim, 2006):
1. Faktor biologi (teori teori somatogenesis)
a. Faktor faktor genetic (keturunan)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang


sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang mengalami skizofrenia.
b. Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)

Beberapa bukti memunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berasal dari

ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter yaitu kimiawi


otak yang memungkinkan neuron neuron berkomunikasi satu sama lain.
Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari neurotransmitter
dopamine yang berlebihan di bagian bagian tertentu otak atau dikarenakan
sensivitas yang abnormal terhadap dopamine.

c. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)

Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para ilmuwan

untuk menemukan abnormalitas structural spesifik pada otak pasien.


2. Teori model keluarga
Beberapa pola asuh kelurga memyebabkan gangguan perkembangan anak.

3. Teori budaya dan lingkungan

Skizofrenia dapat terjadi pada semua status soasial ekonomi tetap seringkali
lebih banyak ditemukan pada kelompok dengan social ekonomi rendah.
4. Teori belajar

Perilaku, perasaan dan cara berpikir seseorang diperoleh dari belajar.


3. Fase perjalanan
Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang melalui fase

fase (Ingram, 2007):


1. Fase premorbid
Pada fase ini, fungsi fungsi individu masih dalam keadaan normative.
2. Fase prodromal
Adanya perubahan dari fungsi fungsi pada fase premorbid menuju saat uncul
simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu atau

bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini rerata antara 2 sampai 5 tahun.
Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi fungsi yang mendasar
(pekerjaan social dan rekreasi) dan muncul simtom yang nonspesifik, misalnya
gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi, konsentrasi berkurang, mudah
lelah, dan adanya deficit perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan

social.
Simptom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti

sudah mendekati mulai menjadi psikosis.


3. Fase psikotik
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase stabilisasi
dan kemudian fase stabil.
Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai
adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau.
Simptom negative sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak

mampu untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas.


Fase stabilisasi berlangsung selama 6 18 bulan, setelah dilakukan acute

treatment.
Pada fase stabil terlihat simptom negative dan residual dari simptom positif,
dimana simptom positif masih ada dan biasanya sudah kurang parah
dinbandingkan pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai

asimtomatis, sedangakan individu lain mengalami simtom nonpsikotik


misalnya merasa tegang (tension), ansietas, depresi, atau insomnia.
4. Gejala
Menurut Kay et membagi symptom skizofrenia atas (Loebis, 2012):

1. Simptom positif:
a. Waham
b. Kekacauan proses pikir
c. Perilaku halusinasi
d. Gaduh gelisah
e. Waham/ide kebesaran
f. Kecurigaan/kejaran
g. Permusuhan
2. Simptom negatif:
a. Afek tumpul
b. Penarikan emosional
c. Kemiskinan rapport
d. Penarikan diri dari hubungan

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

daya tilikan
m. Gangguan dorongan

social secara pasif/apatis


e. Kesulitan dalam pemikiran

kehendak
n. Pengendalian impuls yang

abstrak
f. Kurangnya spontanitas dan

buruk
o. Preokupasi
p. Penghindaran social secara

arus percakapan

3. Simptom psikopatologi umum:

Kekhawatiran somatic
Ansietas
Rasa bersalah
Ketegangan (tension)
Mannerism dan sikap tubuh
Depresi
Retardasi motorik
Ketidakkooperatifan
Isi pikiran yang tidak biasa
Disorientasi
Perhatian buruk
Kurangnya daya nilai dan

aktif

5. Kriteria diagnostik
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga

(PPDGJ III) mengkelompokkan symptom (Loebis, 2012):

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas(dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala kurang tajam atau kurang jelas)
a) Thought echo, thought insertion, thought withdrawal dan thought broadcasting.
b) Waham dikendalikan, waham dipengaruhi, atau passivity yang jelas merujuk
pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan
atau perasaan khusus dan persepsi delusional.
c) Suara halusinasi auditorik yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dari satu bagian tubuh.

d) Waham waham memnetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak
wajar seta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan
atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia

lain).
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e)

Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apakah disetai baik

oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk


tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan yang
menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulanbulan terus-menerus.
f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sispan yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.


g)
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh tertentu,

atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme dan stupor.


h)
gejala negatif seperti sikap apatis, pembicaraan terhenti, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah selama kurun waktu satu bulan atau
lebih.

Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap
malas, tak bertujuan, sikap berdiam diri, dan penarikan diri secara social.

Subtipe skizofrenia yang umum pada ICD-10 dan DSM-IV:

Paranoid

Katatonik

Hebefrenik(disorganized)

Tak terinci(undifferentiated)

Residual

Skizofrenia Tak Terinci

Suatu tipe yang seringkali

dijumpai pada skizofrenia. Pasien yang jelas

skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam salah satu tipe dimasukkan dalam
tipe ini.
PPDGJ III mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci.

Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu (Maslim, 2001):

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

Kriteria diagnostic menurut DSM-IV yaitu (Saddok, 2007):


Suatu tipe skizofrenia di mana ditemukan gejala yang memenuhi kriteria A tetapi tidak

memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi atau katatonik.


Kriteria Diagnostik A:

Gejala karakteristik: dua atau lebih berikut, masing masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negative yaitu, pendataran afektif, alogia atau tidak ada
kemauan(avolition)

Catatan: hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah

kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu
sama lainnya.
6. Pengobatan
Terdapat dua kaedah pengobatan skizofrenia yaitu (Saddok, 2007):

a. Medikasi antipsikotik

Tiga kelas obat yang utama, yaitu antagonis reseptor dopamine, risperidone dan

clozapine.
1) Antagonis reseptor dopamine

Merupakan obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan

skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan; pertama,hanya sejumlah kecil


pasien kemungkinan 25% cukup tertolong. Kedua,obat ini disertai dengan efek
yang merugikan yang menggangu dan serius (paling utama ataksia dan gejala
mirip parkinsonisme berupa tremor dan rigitas). Contoh antagonis reseptor
dopamine adalah remoxipiride
2) Risperidone

Obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis bermakna pada reseptor

serotonin tipe 2 (5 HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2). Obat ini
menjadi lini pertama dalam pengobatan skizofrenia.
3) Clozapine
Obat antipsikotik yang efektif dan suatu antagonis lemah terhadap

reseptor D2 tetapi antagonis kuat terhadap reseptor D4. Obat ini pengobatan lini
kedua.

b. Intervensi psikososial.
Terapi

psikososial

1. Terapi perilaku

Menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk

meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri social, latihan


praktis dan komunikasi interpersonal.
2. Terapi berorientasi-keluarga

Terapi keluarga dapat diarahkan kepada berbagai macam penerapan

strategi menurukan stress dan mengatasi masalah dan penglibatan kembali


pasien ke dalam aktivitas.

3. Terapi kelompok

Biasanya memusatkan pada rencana, masalah dan hubungan dalam

kehidupan nyata. Efektif dalam menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa


persatuan, dan meningkatkan tes realitas.
4. Psikoterapi individual

Terapi adalah membantu dan menambah efek terapi farmakologis.

Terbagi kepada psikoterapi suportif dan psikoterapi berorientasi-tilikan.


7. Prognosis

Prognosis baik
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat social, seksual dan pekerjaan

pramorbid yang baik


Gejala gangguan mood (terutama
gangguan depresi)

Prognosis buruk
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset jelas
Riwayat social, seksual dan pekerjaan
pramorbid yang buruk

Perilaku menarik diri, autistic

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood


System pendukung yang baik
Gejala positif

Tidak menikah, bercerai atau

janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
System pendukung yang buruk
Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Tabel 1: Pembagian prognosis baik dan prognosis buruk

8. Asuhan Keperawatan

Diagnos
a
Kepera
watan

NOC and Indicator

NIC and Activities Chosen in NIC

based
on
Nanda
Risk for

other directed
violence

Agression Self-Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


minimal 3 x 24 jam, klien menunjukkan mengontrol
diri sendiri terhadap membahayakan orang lain yang
ditandai dengan indikator:

Indikator
No

Mengidentifikasi ketika marah muncul


1

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


2 mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


3 marah

Mengontrol impuls
4

Anger Control Assistance

a. Bina hubungan saling percaya


b. Prinsip komunikasi terapetik
c. pertahankan sikap yang konsisten : menepati janji, sikap terbuka,
kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan
negatif.
d. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
e. Bantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan :
Emosi : jengkel, marah, persaan ingin merusak/memukul
Fisik : mengepalkan tangan, muka marah, mata melotot,
pandangan tajam, rahang tertutup,dsb.
Sosial : kasar pada orang lain
Intelektual : mendominasi
Spiritual : lupa dengan Tuhan
f. Jelaskan pada klien rentang respons marah
g. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuan saat muncul
marah

Ineffective
coping

Coping

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


minimal 3 x 24 jam, diharapkan kemampuan individu
dalam memanage stressor dapat mencapai indicator
sebagai berikut:

Indikator
No

Mengidentifikasi pola koping efektif


1

Mengidentifikasi pola koping tidak


2 efektif

Menggunakan strategi koping yang


3 efektif

Melaporkan perasaan negative sudah


4 berkurang

Mengungkapkan penerimaan terhadap


5 situasi

Coping Enhancement
a. Hargai dampak dari situasihidup klien terhadap peran dan
hubungan
b. Dukung klien untuk mengidentifikasi deskripsi realistik dalam
perubahan
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan bersahabat
d. Sediakan pilihan yang realistik tentang aspek perawatan saat ini
e. Evaluasi kemampuan klien dalam membuat keputusan
f. Cari pemahaman perspektif klien terhadap situasi stress full
g. Turunkan kegiatan pengambilan keputusan saat klien berada pada
keadaan stress berat.
h. Dukung penggunaan mekanisme defensif yang tepat
i. Minimalkan stimulasi lingkungan yang dapat disalahartikan
sebagai ancaman
j. Dukung pasien untuk mengevaluasi tingkah laku dirinya sendiri

Acute
confusi
on

Distorted Thought Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


minimal 3 x 24 jam, klien menunjukkan kontrol
mandiri pemikiran yang terganggu yang
ditandai dengan indikator:

Indikator

Haluccination Management

a. Bina hubungan saling percaya, hubungan interpersonl dengan


pasien
b. Monitor dan mengatur tingkat aktivitas dan stimuli pada
lingkungan
c. Pertahankan lingkungan yang aman
d. Pertahankan rutinitas yang konsisten
e. Monitor kedatangan halusinasi dan isi yang menyuruh atau
memerintah
f. Dorong pasien untuk mengontrol atau bertanggungjawab atas

Mengenali halusinasi yang terjadi

Menghindari halusinasi

Mendiskripsikan isi halusinasi

Berinteraksi dengan orang lain

Sleep

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


minimal 3x 24 jam, klien mengidentifikasi orang,
waktu, dan tempat yang ditandai dengan indikator:

Indikator
No

Pola tidur
1

Kualitas tidur
2

Terbangun
3

Perasaan segar setelah tidur


4

g.
h.
i.
j.
k.

perilakunya
Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaannya
Dorong pasien untuk memvalidasi halusinasinya dengan orang lain
Catat perilaku pasien yang mengindikasikan halusinasinya
Gunakan teknik komunikasi terapeutik yang terbuka
Sediakan kesempatan kepada klien untuk mendiskusikan

halusinasinya
l. Fokuskan kembali arah pembicaraan pasien jika komunikasinya
sudah tidak sesuai
a.
b.
c.
d.
e.

Sleep Enhancement
Kaji pola tidur atau aktivitas klien
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Kaji efek pengobatan terhadap pola tidur klien
Monitor pola tidur klien dan lamanya tidur klien
Anjurkan klien untuk melakukan relaksasi untuk meningkatkan
tidur

DAFTAR PUSTAKA

1. Ingram, I.M, dkk. (2006). Catatan Kuliah Pskiatri. Jakarta: EGC


2. Kaplan, H. (2006). Pemeriksaan Status Mental. Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC.
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2001.
p.46-50.
4. Muslim, Rusdi. (2006). Diagnosa Gangguan Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK, Admajaya University.
5. Saddock B.J., Saddock V.A. Schizophrenia. In: Kaplan & Saddocks Synopsis of
Psychiatry Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams
& Wilkins Publishers, 2007.
6. Stuart, Gail. (2006). Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
7. Loebis B. Skizofrenia: Penanggulan Memakai Antipsikotik. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/687/1/08E00132.pdf [Accessed
on: September 22 2016]
8. Wardana P.A.K.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga tentang Skizofrenia
dengan Kekambuhan pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan RS.Jiwa Pusat
Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2009 . Available from:
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/205312031/bab2.pdf
[Accessed on: September 22 2016]

PELAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn.B
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 56 tahun 3 bulan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Tanggal masuk
: 29 Agustus 2016
No. RM
: 00.61.76.02

B. ALASAN MASUK /FAKTOR PRESIPITASI


Klien marah-marah tanpa sebab, sulit tidur & keluyuran. 1 minggu SMRS terjadi
perubahan perilaku, diajak bicara mudah tersinggung dan marah. Tidak mau diajak
kontrol karena merasa tidak sakit. Klien mengambil barang-barang milik tetangga,
sehingga meresahkan lingkungan. Jika diingatkan semakin marah. Oleh keluarga
dibawa ke Grhasia, namun karena ruangan penuh dibawa ke RSS. Adik klien
mengalami gangguan jiwa 2 orang.

C. DIAGNOSA MEDIS
Skizofrenia tak terinci (F. 20.3)

D. LABORATORIUM
30 Agustus 2016
Pemeriksaan
SGOT
SGPT
BUN
Creatinin
Asam urat
Glukosa sewaktu
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

Hasil
68 U/L
35 U/L
22,10 mg/dL
1,17 mg/dL
5,5 mg/dL
100 mg/dL
4,64 106 / L
13,6 g/dL
39,1 %
244

E. PROSEDUR/TINDAKAN
Injeksi lodomer 1 Ampul IM, isolasi.

F. PENGOBATAN YANG TELAH DIDAPATKAN

No

Nama Obat
Risperidon

Rute

Dosis

Oral

2mg/

Nilai Rujukan
40
41
6.00 20.00
0,70 1,20
3,4 7,0
80 - 140
4,60 6,00
14 - 18
40 - 54
150 - 450

12jam

Diazepam

Oral

5mg/

12jam

G. SKOR CCS

No

Variabel

Skor

Ide Bunuh Diri /Menciderai diri atau orang

Komunikasi

lain

Interaksi Sosial

ADL:

Makan

Mandi

Berpakaian

Tidur/Istirahat

Pengobatan oral/Injeksi

Kemampuan mengikuti instruksi:

Makan

Mandi

Berpakaian

0
0
0

TOTAL

INTERPRETASI : Health Promotion

H. Proses Keperawatan Tahap awal (Berdasarkan Data Awal Masuk Rumah Sakit):

Tan

gga
5

Klien marah-marah

Sep

tanpa sebab, sulit tidur

ing

tem

& keluyuran.
Jika diingatkan

semakin marah.
Klien sudah tidak

ber
201
6

Prediksi

diagnos

Obyektif

Data Subyektif dan

a/DDx
Wander

dan Label (Formasi,

untuk mengklarifikasi DDx

PES, PE dan P )
P: Wandering
E: Lingkungan dengan

DS: DO: Klien tampak sering

mondar-mandir, menari dan

stimulasi berlebihan, gangguan

menyanyi di luar. Klien

kognitif

tampak sering naik turun dari

basement ke ruangan.

lain, gerakan resah,

lebih karena merasa

mengikuti gerakan

sudah stabil. /merasa

S: Gerakan kontinu dari


satu tempat ke tempat

minum obat 1 tahun

Konfirmasi Diagnosa

Pengkajian fokus lanjutan

pemberi asuhan, sering

tidak sakit.
Kalau kambuh suka

berpindah dari satu

menyanyi dan tertawa


sendiri, dan joget-joget.
Emosi meningkat,

Risk for

other directed
violence

DS: DO: Klien tampak usil kadang

tempat ke tempat lain.


P: Risk for other

mengganggu klien lain. Klien

directed violence
E: Bahasa tubuh

kadang ngeyel. Kalau

tampak menari-nari, menyanyi

negative (hiperaktifitas).

tidak dituruti marah-

dengan suara keras. Kadang

Gangguan psikosis, pola

marah, mengancam,

tampak semaunya sendiri.

ancaman kekerasan.

dan menantang orang.

Nonco

DS: Klien mengatakan malas

Klien pernah

mplianc

meminum obat karena tidak

mengalami kecelakaan

merasa sakit.
DO: Klien menunjukkan

1 bulan yang lalu, tidak

kerja 1 bulan,
pengeluaran
membengkak tetapi
pemasukan tidak ada.
Klien terdiagnosa F.
20.3

P: Noncompliance
E:.Ketidakcukupan
followup dengan
petugas kesehatan,

perilaku ketidak patuhan, klien

masalah finansial,

tampak denial dengan

panjangnya durasi

kondisinya.

regimen.
S: Eksasebasi gejala,
perilaku ketidakpatuhan,
gagal memenuhi tujuan
perawatan.

I. Perencanaan NOC dan NIC untuk Hasil Pendiagnosisan berdasarkan Alasan masuk RS

Kode
Diagnos
a
Kepera
watan/K
olaborat
if
ditegakk
an/
Confirm

NOC, Indicator serta Baseline Score dan Target

NIC and Activities Chosen in NIC

ed
Wanderi

Safe Wandering

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x 24


jam, klien menunjukkan perpindahan aktivitas yang dapat
diterima dan aman dengan indicator sebagai berikut:

ng

a. Gunakan pendekatan yang tenang


b. Kembangkan rencana manajemen perilaku yang

No

Indikator

Berpindah tanpa
membahayakan diri sendiri

Berpindah tanpa
membahayakan orang lain

Menunjukkan aktivitas yang


bertujuan

Tetap berasa di area yang


aman ketika tidak ditemani
Keterangan:
1 = never demonstrated
2 = rarely demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = often demonstrated
5 = consistenly demonstrated

Awal

T
5

restrain)
e. Hindari atau pindahkan klien dari sumber stimulus

other

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24


jam, klien menunjukkan mampu mengontrol diri sendiri
terhadap membahayakan orang lain yang ditandai dengan
indikator:

violence

dilakukan oleh semua staff


c. Monitor dan atur level aktifitas serta keadaan status
fisik
d. Gunakan control eksternal bila diperlukan (seklusi dan

arget

Risk for
directed

Behavior management: Overactivity/inattention

Agression Self-Control

berlebihan
f. Batasi makanan yang mengandung kafein
g. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan perubahan
perilaku yang diinginkan

Impulse control training

a.

Jelaskan pada klien manfaat penyaluran marah

b.

bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif

c.

bantu klien mengambil keputusan untuk


mengeluarkan energi marah/perilaku kekerasan yang
adaptif


No

Indikator

Mengidentifikasi ketika marah


muncul

Mengidentifikasi tanggung
jawab untuk mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk


mengontrol marah

Mengontrol impuls

Awal

d.

T
arget

cara yang dipilihnya

Keterangan:
1 = tidak pernah didemonstrasikan
2 = jarang didemonstrasikan
3 = kadang didemonstrasikan
4 = sering didemonstrasikan

5 = konsisten didemonstrasikan
Compliance Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24

Noncom
pliance

jam klien menunjukkan perilaku patuh dengan


indicator:

Indikator

Tar

Menjalani tindakan

pengobatan yang

diperlukan

anjurkan klian mempraktikkan cara yang dipilihnya

f.

beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan

g.

evaluasi perasaan klien tentang cara yang dipilih dan


telah dipraktikkan

1.
2.

e.

cara yang telah dipraktikan

beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Medication Management
Aktifitas:
Identifikasi kebutuhan akan obat berdasarkan resep yang
diberikan
Tentukan kemampuan klien untuk mengelola obatnya
sendiri
Monitor keefektifan dari pemberian obat
Monitor efek samping obat yang diberikan
Tentukan pengetahuan klien tentang medikasi
Monitor kepatuhan minum obat
Kelola strategi bersama klien untuk meningkatkan
kepatuhan minum obat
Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lain dalam
meminimalkan frekuensi minum obat namun efek

terapeutik dapat dipertahankan

Keterangan
1 = never demonstrated
2 = rarely demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = often demonstrated
5 = consistenly demonstrated

ng

Diagnosa

Ta
Implementation

Keperaw

ng

atan
Wanderi

gal
Se - Membina hubungan saling percaya
- Menggunakan komunikasi
nin
terapeutik
,5
- Memvalidasi perasaan pasien
Se - Memotivasi pasien untuk

pte
mb
er
20
16

beraktivitas yang bermanfaat


- Memonitor kondisi dan kegiatan
klien
- Menyarankan klien untuk
beraktivitas di area yang bisa
dipantau petugas
- Membuat kontrak selanjutnya

Evaluation Compare Baseline Score with Target

S: Klien mengatakan ingin main badminton di ruang TAK


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis.. Tampak perawatan
diri klien baik, kooperatif. Kontak mata (+) Klien tampak mondar
mandir, menari-nari di halaman. Aktifitas pergi ke ruang makan

No

mandiri.
A: Masalah wandering teratasi sebagian

Indikator

Berpindah tanpa membahayakan diri


sendiri

Berpindah tanpa membahayakan orang


lain

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

Tetap berada di area yang aman ketika

Wanderi

ng

Sel - Membina hubungan saling percaya


- Menggunakan komunikasi
asa
terapeutik
,6
- Mengkaji kebersihan diri klien
Se - Memvalidasi perasaan pasien
- Mendiskusikan kondisi pasien
pte
- Mendiskusikan aktivitas yang telah
mb
dilakukan klien
er2 - Memotivasi pasien untuk
01
6

beraktivitas yang bermanfaat


- Mengajak klien untuk melakukan
kegiatan menggambar
- Memonitor kegiatan klien
- Memonitor tingkah laku klien
- Memastikan pasien makan siang di
ruang makan
- Memberikan reinforcement positif

tidak ditemani
4
P: Behavior management: overactivity/ inattention

Pertahankan jadwal rutin yang mencakup keseimbangan waktu yang

terstruktur
Jauhkan klien dari stimulasi yang berlebihan
Pantau kegiatan klien

S: Klien menceritakan jika dirinya menggambar rumah, sawah,

ikan. KLien mengatakan makan selalu di ruang makan.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Tampak perawatan
diri klien baik, kooperatif. Kontak mata (+) Klien mengikuti terapi
modalitas dengan baik. Mampu menyelesaikan task. Mondarmandir berkurang. Aktivitas positif tampak meningkat. Stimuli

No

yang berlebihan (-)


A: Masalah wandering teratasi

Indikator

Berpindah tanpa membahayakan diri


sendiri

Berpindah tanpa membahayakan orang


lain

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

untuk pencapaian klien


- Membuat kontrak selanjutnya

Tetap berasa di area yang aman ketika

tidak ditemani
4
P: Behavior management: overactivity/ inattention

Memonitor aktivitas dan istirahat klien, manajemen lingkungan


yang aman

Wanderi

ng

Ra - Menggunakan komunikasi
terapeutik
- Memonitor kegiatan pasien
7
- Mengajak klien untuk badminton
Se - Mengevaluasi pencapaian klien
bu,

pte
mb
er
20
16

selama di rumah sakit


- Memuji klien ketika klien
melakukan hal yang positif

S: O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Tampak perawatan


diri klien baik, kooperatif. Kontak mata (+) Orientasi baik.

No

Aktivitas positif meningkat. Tidak tampak wandering.


A: Masalah wandering teratasi

Indikator

Berpindah tanpa membahayakan diri


sendiri

Berpindah tanpa membahayakan orang


lain

Menunjukkan aktivitas yang bertujuan

4
Risk for
other directed
violence

Se - Membina hubungan saling percaya


- Mengkaji perasaan klien
nin
- Mengkaji kemampuan klien
,5
mengenali perasaan marah
Se - Memantau klien dari perilaku yang
pte
mb

Tetap berasa di area yang aman ketika

tidak ditemani
5
P: S: Klien mengatakan tidak sedang marah dengan siapapun, klien

juga mengatakan perawat dan teman-teman disini baik-baik.


O: Keadaan umum klien baik, compos mentis. Klien tampak
kooperatif. Kontak mata (+) . Sikap dan tingkah laku tampak
hiperaktif. Progresi pikir: flight of ideas. Euphoria. Klien kadang

membayahakan orang lain


- Membuat kontrak selanjutnya

er

usil dengan klien lain.


A: Masalah Risk for other directed violence teratasi sebagian

20
16

Indikator

Mengidentifikasi ketika marah muncul

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls

P: Impulse control training : Edukasi cara marah yang asertif,


bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif, observasi
perilaku klien dan kemampuan klien mengontrol impuls

Risk for
other directed
violence

Sel - Mengevaluasi perasaan klien


- Mengontrol / mengjauhkan klien
asa
dari stimulus yang berlebihan
,6
- Mengkaji kemampuan klien untuk
Se
mengendalikan perasaan marah
pte - Mengajarkan cara-cara marah yang
mb
er

asertif
- Mengevaluasi adanya halusinasi
- Memberikan reinforcement positif

20

untuk pencapaian klien


16 - Memotivasi untuk menjaga
aktivitas dan istirahat
- Membuat kontrak selanjutnya

S: Klien meminta orang lain untuk diam dan tidak berbicara


dengannya ketika dia sedang marah. Klien dapat menjelaskan

kembali cara marah yang asertif


O: Klien tampak kooperatif. Klien tampak dapat mengontrol

perasaan marahnya ketika ada stimulus. Halusinasi disangkal.


A: Masalah Risk for other directed violence teratasi sebagian

Indikator

Mengidentifikasi ketika marah muncul

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls

P: Monitoring perilaku klien dan kemampuan klien mengontrol


impuls

Risk for
other directed
violence

Ra - Memonitor kegiatan pasien


- Mengevaluasi kemampuan klien
bu,
meengontrol rasa marah
7
- Mengevaluasi pencapaian klien
Se
selama di rumah sakit
pte - Memotivasi pasien untuk tidak
mb
er

S: Klien mengatakan daripada mung nesu rung oleh bali omah


mending aku nyanyi. Lek iso apik gek ndang bali (daripada
marah karena belum diperbolehkan pulang ke rumah, mending
saya menyanyi saja. Kalau bisa berperilaku baik pasti bisa cepat

mengganggu klien lain


- Memberikan reinforcement positif

20

pulang).
O: Klien tampak kooperatif. Klien tampak dapat mengontrol

perasaan marahnya. Klien tidak mengganggu klien lain.


A: Masalah Risk for other directed violence teratasi.

16

Indikator

Mengidentifikasi ketika marah muncul

Mengidentifikasi tanggung jawab untuk


mengontrol perilaku

Menggunakan teknik untuk mengontrol


marah

Mengontrol impuls

Noncomplia
nce

Se - Membaca rekam medis klien


- Membaca program terapi klien
nin
- Mengkaji perasaan klien
, 5 - Menanyakan kepada klien apakah
Se
pte
mb
er

sudah minum obat


- Mengkaji alasan klien tidak mau

C
5

3
4
P: Monitoring perilaku klien
S: Klien mengatakan tadi pagi sudah minum obat. Klien

mengatakan tidak mau minum obat karena bosan dan merasa


sudah tidak sakit.

O: Obat Risperidone 2mg/12 jam PO (+) Diazepam 5mg/12 jam


PO (+). Klien tampak belum bisa menjelaskan dengan tepat

minum obat rutin sebelumnya


- Menanyakan kepada klien tentang
efek obat

manfaat obat yang dikonsumsi.

A: Masalah Noncompliance teratasi sebagian

20 - Mengkaji pengetahuan klien


16

Indikator

Menjalani tindakan

pengobatan yang

tentang program pengobatan

yang diberikan
- Memberikan reinforcement atas
pencapaian klien
- Membuat kontrak tindak lanjut

C
3

diperlukan

P: Monitor kepatuhan minum obat klien, edukasi tentang manfaat


minum obat teratur bagi klien, monitor efek samping obat

Noncomplia
nce

Sel - Membaca rekam medis klien


- Membaca program terapi klien
asa
- Mengkaji perasaan klien
, 6 - Menanyakan kepada klien apakah
sudah minum obat
Se
- Menjelaskan kepada klien manfaat
pte
minum obat
mb
- Menjelaskan tentang efek samping
er
obat
20 - Memberikan reinforcement atas
16

terhadap kualitas hidup klien, motivasi untuk patuh minum obat.


S: Klien mengatakan jika obat yang diberikan dapat membuat

tidurnya menjadi nyenyak.

O: Obat Risperidone 2mg/12 jam PO (+) Diazepam 5mg/12 jam

PO (+). Klien mengetahui manfaat obat


A: Masalah Noncompliance teratasi sebagian

Indikator

Menjalani tindakan

pengobatan yang

pencapaian klien
- Membuat kontrak tindak lanjut

C
4

diperlukan

P: Monitor kepatuhan minum obat klien, monitor efek samping


obat terhadap kualitas hidup klien, motivasi untuk patuh minum

Noncomplia
nce

Ra - Membaca rekam medis klien


- Membaca program terapi klien
bu,
- Mengkaji perasaan klien

obat.
S: Klien mengatakan sudah minum obat saat makan pagi
O: Obat Risperidone 2mg/12 jam PO (+) Diazepam 5mg/12 jam

- Menanyakan kepada klien apakah

Se

sudah minum obat


- Mengevaluasi kepatuhan klien

pte
mb
er
20

menjalani tindakan pengobatan

PO (+). Klien mengetahui manfaat obat. Klien patuh terhadap


program terapi yang diprogramkan.

A: Masalah Noncompliance teratasi

yang diperlukan
- Memberikan reinforcement atas

Indikator

pencapaian klien

16

Menjalani tindakan

pengobatan yang

diperlukan

P: Monitoring

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN NY.N


DENGAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF
DI RUANG TERATAI IRNA IV RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Tugas Individu


Praktik Profesi Keperawatan Stase Peminatan Keperawatan Jiwa
Periode 29 Agustus 29 Oktober 2016

Disusun oleh :
Diva Viya Febriana, S.Kep
15/390672/KU/18384

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

A. Definisi

Gangguan skizoafektif adalah penyakit mental yang serius yang

memiliki gambaran skizofrenia dan gangguan afektif. Gangguan skizoafektif


memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki
gejala gangguan afektif yang menonjol. Skizofrenia adalah gangguan otak yang
mendistorsi cara seseorang berpikir, bertindak, mengungkapkan emosi, merasakan
realitas, dan berhubungan dengan orang lain. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya
dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif samasama menonjol pada saat yang bersamaan atau simultaneously, atau dalam beberapa
hari yang satu sesudah yang lain, dalam episode penyakit yang sama, bilamana,
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria. baik
skizofrenia episode manik atau depresif. Suatu gangguan psikotik dengan gejalagejala
skizofrenia dan defresif yang sama-sama menonjol dalam satu episode penyakit yang
sama. Gejala-gejala afektif diantaranya yaitu afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja), dan menurunnya aktivitas.

B. Etiologi
Sulit untuk menentukan penyebab dari penyakit yang telah berubah
begitu banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu
etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan
lingkungan. Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, namun
empat model konseptual telah diajukan, yaitu:

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu


tipe gangguan mood

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari


skizofrenia dan gangguan afektif
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun gangguan
afektif
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang
pertama.

C. Manifestasi Klinis.

Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik

gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode


penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa
hari.2

Gejala-gejala afektif diantaranya yaitu afek depresif, kehilangan minat

dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan


mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja), dan menurunnya
aktivitas.

Gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri

dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang.
Gejala skizofrenia juga harus ada antara lain merasa pikirannya disiarkan atau
diganggu, ada kekuatan yang sedang berusaha mengendalikannya, mendengar suarasuara yang beraneka ragam.
D. Penatalaksanaan

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah


perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Terapi psikofarmaka
yang diberikan pada skizoaktif tipe bipolar adalah obat golongan mood stabilizer,
baik lithium atatu carbamazepine sama efektifnya, sedangkan untuk tipe depresif
yang terbukti lebih efektif adalah dengan pemberian carbamazepine dibanding

lithium. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif


adalah bahwa antidepresan dan antimanik diberikan sesuai bentuk afek yang
menonjol dan bahwa antipsikotik digunakan berdasarkan gejala psikotik yang
muncul. Pada skizoafektif tipe manik, terapi dilakukan lebih agresif untuk mencapai
konsentrasi obat dalam darah pada tingkat menengah sampai tinggi. Ketika pasien
sudah dalam fase maintenance, dosis dapat diturunkan untuk menghindari efek
samping yang tidak diinginkan. Pemeriksaan laboratorium secara berkala perlu
dilakukan untuk menilai fungsi thyroid, ginjal dan sel-sel darah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry.

9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003


2. Benjamin J., Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadocks Pocket Handbook
of Psychiatric Drug Treatment
3. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa
Aksara. Tangerang: 2010. 33-46
4. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Comprehensive
Textbook of Physchiatry. 9th ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins:
2009
5. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
6. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2013.
7. Jiwo T. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Penderita Gangguan Jiwa. Available
from URL: http://www.tirtojiwo.seri-depresi.pdf.com
8. Sulistia G. Ganiswarna. Farmakologi dan terapi. 4 th ed. Indonesia; Gaya baru
jakarta. 1995
9. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam : Gangguan Kecemasan. Edisi 1.
Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141

PELAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny. N
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 55 tahun 5 bulan
Status Perkawinan
: Kawin
Tanggal masuk
: 12 September 2016
No. RM
: 01.17.07.45

B. ALASAN MASUK /FAKTOR PRESIPITASI


Klien gelisah, menangis dan sulit tidur selama 3 hari. Sepulang dari kontrol di
RSUD Kota Jogja klien bertengkar dengan menantunya. Hal tersebut
membuat klien mengalami eningkatan gejala berupa gelisah dan banyak
menangis. 3 hari SMRS klien semakin gelisah, tidak tidur, bicara kacau.
Klien sering menangis sendiri tanpa sebab. Klien rutin minum obat tetapi
tidak mengurangi gelisahnya. Klien mengatakan jadi banyak makan dan
minum serta matanya kabur.

C. DIAGNOSA MEDIS
Skizoafektif tipe depresif

D. LABORATORIUM
13 September 2016

Pemeriksaan
SGOT
SGPT
BUN
Creatinin
Glukosa sewaktu
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

Hasil
27 U/L
18 U/L
13,90 mg/dL
0,91 mg/dL
108 mg/dL
4,92 106 / L
14,4 g/dL
41,9 %
326

Nilai Rujukan
32
33
6.00 20.00
0,50 0,90
80 - 140
4,00 5,40
12 - 15
35 - 49
150 - 450

E. PROSEDUR/TINDAKAN
Injeksi, restrain fisik & kimia

F. PENGOBATAN YANG TELAH DIDAPATKAN

No

Nama Obat

Lodomer

ute
12 Sept 2016

Diazepam

Seroquel

Depakote ER

THP

Seroquel

Depakote ER

Diazepam

jam
P

5 mg (k/p)

10 mg

400 mg/24
500mg/24

jam
P

O
jam
14 Sept 2016

M
(k/p)
13 Sept 2016

Dosis

2mg/12

400 mg/24

jam
P

500mg/24

jam
P

10 mg/12

jam

G. SKOR CCS

No

Variabel

Ide Bunuh Diri /Menciderai diri atau

orang lain

Komunikasi

Skor

14

Interaksi Sosial

15

ADL:

Makan

Mandi

Berpakaian

Tidur/Istirahat

Pengobatan oral/Injeksi

Kemampuan mengikuti instruksi:

Makan

Mandi

Berpakaian

TOTAL

57

INTERPRETASI : Maintenance

H. Proses Keperawatan Tahap awal (Berdasarkan Data Awal Masuk Rumah Sakit):

Pre
dik

si

Ta

ng
gal

Data Subyektif dan

dia

Obyektif

gno

Konfirmasi

Pengkajian fokus lanjutan

Diagnosa dan

untuk mengklarifikasi DDx

Label (Formasi,

sa/

PES, PE dan P )

DD

12

Se

dan sulit tidur selama 3 hari.

pte

Klien gelisah, menangis

Sepulang dari kontrol di RSUD

mb Kota Jogja klien bertengkar


er

dengan menantunya. Hal tersebut

20

membuat klien mengalami

16

peningkatan gejala berupa gelisah

x
Im

paired

P: Impaired mood

regulation
E: Psikosis,

nggak kuat.bingung sambal

mood
regulation

DS: Klien mengatakan Aku tuh


menangis

gangguan fungsi
DO: Afek tampak irritable. Mood
labil, disforik. Klien tamak
menangis dan kebingungan

sosial
S: Afek sedih,
disforia, putus asa.

dan banyak menangis. 3 hari

SMRS klien semakin gelisah,

ffective

tidak tidur, bicara kacau. Klien


sering menangis sendiri tanpa

Ine

coping

sebab. Klien rutin minum obat


tetapi tidak mengurangi
gelisahnya. Klien mengatakan

DS: DO: Klien tampak menangis, sulit

P: Ineffective

mengungkapkan apa yang

coping
E:

dirasakan. Klien memegang

Ketidakadekuatan

kepala (merasa tidak kuat

kesempatan untuk

menahan beban masalah)

bersiap terhadap

stressor, krisis
situasi.

jadi banyak makan dan minum

S: Strategi koping

serta matanya kabur.

tidak efektif,
perubahan pola
tidur,
ketidakmampuan
mengahadapi
situasi.

I. Perencanaan NOC dan NIC untuk Hasil Pendiagnosisan berdasarkan Alasan masuk RS

Diagno
sa

NOC, Indicator serta Baseline Score dan Target

NIC and Activities Chosen in NIC

Kepera

watan
Impair

ed
mood
regulat
ion

Mood equilibrium
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam klien menunjukkan kondisi emosional yang
stabil dengan indicator:
Indikator

A
Tar

Menunjukkan afek sesuai


dengan situasi
Menunjukkan mood yang tidak
labil
Melaporkan tidur yang cukup

1
Menjaga personal hygiene dan
grooming
Menunjukkan nafsu makan
normal

Keterangan:
1 = never demonstrated
2 = rarely demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = often demonstrated

5 = consistenly demonstrated

Mood management

a. Evaluasi mood (misalnya, tanda gejala, riwayat


pribadi) di awal dan selama perkembangan
pasien
b. Tentukan apakah pasien beresiko pada diri
sendiri atau orang lain
c. Lakukan tindakan pencegahan terhadap pasien
yang berisiko (misal bunuh diri, melarikan diri
atau kekerasan)
d. Gunakan intervensi untuk membatasi perilaku
yang negatif (misalnya, pembatasan area,
seklusi, pengekangan fisik, pengekangan
kimia)
e. Ajarkan pasien untuk membuat keputusan
sesuai kebutuhan
f. Interaksi dengan klien dengan menggunakan
interval waktu yang teratur dalam rangka
menunjukkan perhatian dan/atau menyediakan
kesempatan bagi pasien untuk membicarakan
mengenai perasaannya
g. Ajarkan koping sesuai dengan kemampuan
klien.
h. Kelola dan atasi halusinasi dan atau delusi
yang mungkin mengikuti gangguan alam
perasaan.

Ineffective
coping

Coping

Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3


x 24 jam, diharapkan kemampuan individu dalam
memanage stressor dapat mencapai indicator sebagai
berikut:

Indikator

No
Awal Target

Mengidentifikasi pola

1 koping efektif
1
3

Mengidentifikasi pola

2 koping tidak efektif


1
3

Mengungkapkan

3 penerimaan terhadap situasi


1
3

Beradaptasi untuk

4 merubah hidup
1
3

Melaporkan penurunan

5 perasaan negative
1
3

Keterangan:
1 = never demonstrated
2 = rarely demonstrated
3 = sometimes demonstrated
4 = often demonstrated

5 = consistenly demonstrated

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Coping Enhancement
Hargai dampak dari situasi hidup klien
terhadap peran dan hubungan
Dukung klien untuk mengidentifikasi deskripsi
realistik dalam perubahan
Gunakan pendekatan yang tenang dan
bersahabat
Sediakan pilihan yang realistik tentang aspek
perawatan saat ini
Evaluasi kemampuan klien dalam membuat
keputusan
Cari pemahaman perspektif klien terhadap
situasi stress full
Turunkan kegiatan pengambilan keputusan saat
klien berada pada keadaan stress berat.
Dukung penggunaan mekanisme defensif yang
tepat
Minimalkan stimulasi lingkungan yang dapat
disalahartikan sebagai ancaman
Dukung pasien untuk mengevaluasi tingkah
laku dirinya sendiri

Environmental management

a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi klien


b. Jauhkan benda yang membahayakan dari
lingkungan sekitar klien
c. Amankan klien dengan memasang siderail

d. Kurangi stimulasi dari lingkungan

e. Kontrol atau cegah keramaian yang berlebihan


f. Batasi pengunjung
g. Ajarkan terapi relaksasi untuk mengurangi
depresi

Diagno
sa

ng

Kepera

watan
Impair
ed
mood
regulat
ion

Ta

Implementation

Evaluation Compare Baseline Score with


Target

gal

Sel - Membaca rekam medis klien


- Memperkenalkan diri dan membina
asa
hubungan saling percaya
,
- Mengevaluasi mood klien
13 - Memotivasi klien untuk mandi
- Memotivasi klien untuk makan pagi
Se
- Mengecek kondisi klien menggunakan
pte
interval waktu yang teratur dalam rangka
mb
menunjukkan perhatian dan/atau
er
menyediakan kesempatan bagi pasien
20
untuk membicarakan mengenai
16
perasaannya
- Memotivasi untuk makan siang

S: Aku bingung mbakAku tuh kenapa kok

kayak gini..

O: Klien tampak bingung, menangis, lemah,


afek sedih, irritable. Mood disforik. Perhatian
dapat ditarik, sulit dicantum. ADL masih sulit.
Banyak tiduran. Tampak sering memegang
kepala, tampak bingung

A: Masalah Impaired mood regulation belum


teratasi

Indikator

Menunjukkan afek
sesuai dengan situasi
Menunjukkan mood
yang tidak labil
Melaporkan tidur
yang cukup
Menjaga personal
hygiene dan grooming
Menunjukkan nafsu
makan normal

P: Evaluasi mood, bimbing pemenuhan ADL,


monitor perilaku klien yang beresiko,
hindarkan klien dari stimulus berlebihan

Impair
ed
mood
regulat
ion

Ra
bu,

14

Se pte
mb
er2 -

S: Aku capek mbakmau tiduran (sambal

menangis)

hubungan saling percaya


Mengevaluasi mood klien
Mengkaji kualitas tidur klien
Memotivasi klien untuk mandi
Membimbing klien menuju kamar

O: Klien banyak tiduran, banyak menangis.


Tidur cukup, makan (+) minum obat (+)
mandi (+) Afek irritable, meluap-luap. Mood
disforik, labil. Kontak mata (-) Tampak sering

mandi
Memotivasi klien untuk makan pagi dan

memegang kepala, tampak bingung


A: Masalah Impaired mood regulation

minum obat
Menggali permasalahan yang dialami

klien
Mengecek kondisi klien menggunakan

Indikator

interval waktu yang teratur dalam

Menunjukkan afek
sesuai dengan situasi
Menunjukkan mood
yang tidak labil
Melaporkan tidur
yang cukup
Menjaga personal
hygiene dan grooming
Menunjukkan nafsu
makan normal

01
6

Membaca rekam medis klien


Memperkenalkan diri dan membina

teratasi sebagian

rangka menunjukkan perhatian dan/atau

menyediakan kesempatan bagi pasien


untuk membicarakan mengenai

perasaannya
Memberikan reinforcement positif untuk

pencapaian klien
Membuat kontrak selanjutnya

P: Evaluasi mood, sediakan dan arahkan

pemenuhan ADL, monitor perilaku klien yang


beresiko, hindarkan klien dari stimulus
berlebihan

Impair
ed

Ka mi

mood

s,

regulat

15

ion

Se

pte
mb -

Membaca rekam medis klien


Memperkenalkan diri dan membina
hubungan saling percaya
Mengevaluasi mood klien
Mengkaji kualitas tidur klien
Memotivasi klien untuk mandi
Membimbing klien menuju kamar
mandi
Memotivasi klien untuk makan pagi dan

S: O: banyak menangis. Tidur cukup, makan (+)


minum obat (+) mandi (+) Afek irritable,
meluap-luap. Mood disforik, labil. Perhatian
mudah ditarik mudah dicantum.
A: Masalah Impaired mood regulation
teratasi sebagian

er
Se
pte

mb

Sel asa
13

Se

pte
mb
er
20

Menunjukkan afek
sesuai dengan situasi
Menunjukkan mood
yang tidak labil
Melaporkan tidur
yang cukup
Menjaga personal
hygiene dan grooming
Menunjukkan nafsu
makan normal

untuk membicarakan mengenai


-

klien
Mengecek kondisi klien menggunakan

menyediakan kesempatan bagi pasien

16

Indikator

rangka menunjukkan perhatian dan/atau

20

interval waktu yang teratur dalam

er

Ineffective
coping

minum obat
Menggali permasalahan yang dialami

perasaannya
Memberikan reinforcement positif untuk

pencapaian klien
Membuat kontrak selanjutnya
Membaca rekam medis klien
Membina hubungan saling percaya

P: Lanjutkan intervensi mood management


S: Aku bingung mbakAku tuh kenapa kok

dengan klien
Mengeksplorasi perasaan klien
Mengkaji pola koping klien

kayak gini..
O: Klien tampak banyak menangis,

komunikasi masih sulit. Perasaan negative (+)


A: Masalah Ineffective coping belum teratasi

Mendukung klien untuk mengevaluasi


tingkah laku dirinya sendiri

Indikator

Mengidentifikasi pola
koping efektif
1

Mengidentifikasi pola
koping tidak efektif
1

Mengungkapkan

16

penerimaan terhadap situasi

Beradaptasi untuk
merubah hidup

Melaporkan
penurunan perasaan negatif

P: Motivasi klien melakukan aktivitas yang


bermanfaat, batasi stimulus yang membuat

Ineffective
coping

Ra - Menyapa klien dengan Bahasa yang


bu,
14
Se

bersahabat
- Membujuk klien untuk mengungkapkan

16

mengeluh. Kurang bisa memutuskan kegiatan

perasaannya

- Mendukung klien untuk mengevaluasi


tingkah laku dirinya sendiri
mb - Memotivasi klien untuk menunjukkan
kemampuan klien dalam melakukan hal
er
yang bermanfaat

20
pte

klien semakin menunjukkan negative feeling.


S: O: Banyak menangis, banyak tiduran, banyak

ringan, tampak bingung.


A: Masalah Ineffective coping belum teratasi
Indikator

Mengidentifikasi pola
koping efektif

Mengidentifikasi pola
koping tidak efektif

Mengungkapkan
penerimaan terhadap situasi

Beradaptasi untuk
merubah hidup

Melaporkan

penurunan perasaan negatif

P: Motivasi klien melakukan aktivitas yang


bermanfaat, batasi stimulus yang membuat

Ineffective
coping

Ka
mi

s,
15
Se
pte

mb
er
20
16

klien semakin menunjukkan negative feeling.


S: O: Klien tampak lebih kooperatif. Mengeluh

Menghargai dampak dari situasi hidup

klien terhadap peran dan hubungan

Mendukung
klien
untuk
agak berkurang. Mulai mampu beradaptasi
mengidentifikasi kenyataan yang terjadi
Mengevaluasi kemampuan klien dalam
dengan kegiatan di RS.
membuat keputusan
Mengobservasi saat klien berada pada A: Masalah Ineffective coping teratasi sebagian

Indikator

keadaan stress berat.


A
T
C
Memotivasi penggunaan mekanisme

Mengidentifikasi pola

defensif yang tepat


Meminimalkan stimulasi lingkungan
koping efektif
1
3
1
yang dapat disalahartikan sebagai

Mengidentifikasi pola

ancaman
koping tidak efektif
1
3
1

Mengungkapkan

penerimaan terhadap situasi


1
3
2

Beradaptasi untuk

merubah hidup
1
3
2

Melaporkan

penurunan perasaan negatif


1
3
2

P: Lanjutkan intervensi coping enhancement

Você também pode gostar