Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
UNDESCENDSUS TESTIKULORUM
Oleh:
Karina Astari Yulianto
107103001529
Pembimbing:
Dr. Asrorudin, SpU
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah referat ini
dengan baik.
Adapun judul untuk penulisan makalah referat kali ini mengenai undescendsus
testikulorum . Dalam penunyusunan makalah ini , penulis telah mencurahkan pikiran
dan tenaga semaksimal mungkin. Namun penulis masih menyadari terdapat
kekurangan pada makalah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangatlah
berarti bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Asrorudin, SpU selaku
pembimbing pada makalah ini dan seluruh pihak yang membantu penyusunan makalah
ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
trauma pubis, dan stigma psikologis akibat skrotum yang kosong. 3 Esensi terapi rasional
yang dianut hingga saat ini adalah memperkecil terjadinya risiko komplikasi tersebut
dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi
hormonal ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Undescendcus testikulorum (UDT) atau Kriptorkismus adalah gangguan
perkembangan yang di tandai dengan gagalnya penurunan salah satu atau kedua testis secara
komplit ke dalam skrotum. 6
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan
orchis (latin) yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended
testis , tetapi harus dijelaskan lanjut apakah yang di maksud kriptorkismus murni, testis
ektopik, atau pseudokriptorkismus. Kriptorkismus murni adalah suatu keadaan dimana
setelah usia satu tahun, satu atau dua testis tidak berada didalam kantong skrotum,
tetapi berada di salah satu tempat sepanjang jalur penurunan testis yang normal.
Sedang bila diluar jalur normal disebut testis ektopik , dan yang terletak di jalur normal
tetapi tidak didalam skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila
dilepaskan disebut pseudokritorkismus atau testis retraktil.
2.2. Epidemiologi
Insidensi UDT pada bayi sangat dipengaruhi oleh umur kehamilan bayi dan
tingkat kematangan atau umur bayi. Pada bayi prematur sekitar 30,3% dan sekitar 3,4%
pada bayi cukup bulan. Bayi dengan berat lahir < 900 gram seluruhnya mengalami
UDT, sedangkan dengan berat lahir < 1800 gram sekitar68,5 % UDT. Dengan
bertambahnya umur menjadi 1 tahun, insidennya menurun menjadi 0,8 %, angka ini
hampir sama dengan populasi dewasa (tabel 1).
Laporan serupa yang lain menyebutkan dari 7500 bayi baru lahir diInggris,
terdapat 5,0 % kasus UDT pada saat lahir, dan menurun menjadi 1,7%pada umur 3
bulan. 8 Setelah umur 3 bulan, bayi-bayi yang lahir dengan berat <2000 gram, 2000 2499 gram, dan > 2500 gram, insiden UDT berturut-turutmenjadi 7,7%, 2,5%, and
1,41%.
2.3. Embriologi
Ketika
mesonepros
mengalami
degenerasi,
suatu
ligamen
yang
disebutgubernakulum akan turun pada masing-masing sisi abdomen dari pole bawah
gonal melintas oblik pada dinding abdomen (yang kelak menjadi kanalis inguinalis) dan
melekat pada labioscrotal swelling (yang kelak menjadi skrotum atau labia majora).
Kemudian kantong peritoneum yang disebut processus vaginalis berkembang pada
masing-masing sisi ventral gubernakulum dan mengalami herniasi melalui dinding
abdomen bawah sepanjang jalur yang dibentuk oleh gubernakulum. Masing-masing
processus vaginalis membawa perluasan dari lapisan pembentuk dinding abdomen,
bersama-sama membentuk funikulus spermatikus. Lubang yang ditembus oleh
processus vaginalis pada fascia transversalis menjadi anulus inguinalis internus,
oleh
perluasan
dinding
abdomen.
Perluasan
fascia
transversalis
Gbr.1 Penurunan testis. A. Saat janin usia 2 bulan. B. Pada saat pertengahan bulan
ketiga. Invaginasi peritoneum kedalam skrotum, membentuk tunika vaginalis. C. Bulan
ketujuh. D. beberapa saat sebelum lahir. E. Foto mikroskop elektron pada embrio tikus
menunjukkan gonad primitif
(G), duktus mesonefros (kepala panah), dan
gubernakulum (panah). 4
2.4. Etiologi
Segala bentuk gangguan pada proses penurunan tersebut di atas akan
berpotensi menimbulkan UDT (seperti terlihat pada tabel 2). Beberapa penelitian terakhir
mendapatkan bahwa mutasi pada gen INSL3 ( Leydig insulin-like hormone 3) dan gen
GREAT (G protein-coupled receptor affecting testis descent) dapat menyebabkan UDT.
INSL3 dan GREAT merupakan pasangan ligand dan reseptor yang mempengaruhi perkembangan
gubernaculum. Mutasi atau delesi pada gen-gen
menyebabkan UDT, antara lain gen reseptor androgen yang akan menyebabkan AIS (androgenin
sensitivity syndrome) , serta beberapa gen yang bertanggung-jawab pada diferensiasi
testis semisal: PAX5, SRY, SOX9, DAX1, dan MIS.
UDT dapat merupakan kelainan tunggal yang berdiri sendiri ( isolated anomaly ) ataupun bersamaan
dengan kelainan kromosom , endokrin, intersex, dan kelainan bawaan lainnya. Bila disertai kelainan
bawaan lainnya seperti hipospadi kemungkinan lebih tinggi disertai dengan kelainan kromosom ( sekitar
12- 15 % ). 3
2.5. Klasifikasi
UDT dikelompokkan menjadi 3 tipe :
1. UDT sesungguhnya (true undescended) : testis mengalami penurunan parsial melalui
jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba (palpable) dan tidak teraba
(impalpable).
2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunanyang normal.
3. Testis retractile : testis dapat diraba/dibawa ke-dasar skrotum tetapi akibat refleks
kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke-kanalis inguinalis, bukan termasuk
UDT yang sebenarnya.
Pembagian
lain
membedakan
true
UDT
menurut
lokasi
terhentinya
testis,menjadi: abdominal , inguinal , dan suprascrotal (gambar 2). 4 Gliding testis atau
sliding testis adalah istilah yang dipakai pada keadaan UDT dimana testis dapat
dimanipulasi hingga bagian atas skrotum, tetapi segera kembali begitu tarikan
dilepaskan. 6
testosterone,
yang
menstimulasi
diferensiasi
duktus
Wolffian
Pada
usia
32-36
minggu,
testis
memulai
proses
Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya tidak menjumpai
testis di kantong skrotum, sedangkan pasien dewasa mengeluh karena infertilitas yaitu
belum mempunyai anak setelah kawin beberapa tahun. Jika testis terletak pada bagian
yg menonjol seperti tulang pubis, maka pasien dapat mengeluh nyeri hebat akibat
trauma. Kadang-kadang merasa ada benjolan di bagina perut bawah yang disebabkan
testis maldesensus mengalami trauma, mengalami torsio, atau berubah menjadi tumor
testis1.
2.8. Diagnosis
2.8.1. Anamnesis
Pada anamnesis harus digali adalah tentang prematuritas penderita (30%bayi
prematur mengalami UDT), penggunaan obat-obatan saat ibu hamil (estrogen), riwayat
operasi inguinal. Harus dipastikan juga apakah sebelumnya testis pernah teraba di
skrotum pada saat lahir atau tahun pertama kehidupan (testis retractile akibat refleks
cremaster yang berlebihan sering terjadi pada umur 4-6 tahun). Perlu juga digali riwayat
perkembangan mental anak, dan pada anak yang lebih besar bisa ditanyakan ada
tidaknya gangguan penciuman (biasanya penderita tidak menyadari ). Riwayat keluarga
mengenai UDT, infertilitas, kelainan bawaan genitalia, dan kematian neonatal.
jongkok. Dengan 2 tangan yang hangat dan akan lebih baik bila
menggunakan jelly atau sabun, dimulai dari SIAS menyusuri kanalis inguinalis kearah
medial dan skrotum (gambar 3). Bila teraba testis harus dicoba untuk diarahkan ke
skrotum, dengan kombinasi menyapu dan menarik terkadang testis dapat didorong
kedalam skrotum. Dengan mempertahankan posisi testis didalam skrotum selama 1
menit, otot-otot cremaster diharapkan akan mengalami fatigue ; bila testis dapat
bertahan di dalam skrotum, menunjukkan testis yang
retractile sedangkan pada UDT akan segera kembali begitu testis dilepas.Tentukan
lokasi, ukuran dan tekstur testis.
Prinsip stimulasi test dengan hCG atau hCG test adalah mengukur kadar hormon
testosteron pada keadaan basal dan 24-48 jam setelah stimulasi. Respon testosteron
normal pada hCG test sangat tergantung umur penderita. Pada bayi, respon normal
setelah hCHG test bervariasi antara 2-10x bahkan 20x. Pada masa kanak-kanak,
peningkatannya sekitar 5-10x. Sedangkan pada masa pubertas, dengan meningkatnya
kadar testosteron basal, maka peningkatan setelah stimulasi hCG hanya sekitar 2-3x.
1,2,6
1,6
UDT meningkatkan risiko infertilitas dan berhubungan dengan risiko tumor sel
germinal yang meningkat 3-10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5-7 tahun, akan tetapi
perubahan morfologi dimulai pada usia 1-2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga
berhubungan dengan letak abnormal testis. Pada awal pubertas, lebih dari 90% testis
kehilangan sel germinalnya pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis
inguinal dan preskrotal, penurunan sel geminal mencapai 41% dan 20%. 1,2
pada
kriptorkismus
adalah
orchiopexy.
Tujuan
operasi
pada
Gambar 8. Orchiopexy.
Sumber: http://content.answers.com/main/content/img/galeSurgery/
gesu_02_img0161.jpg
Keterangan gambar:
Orchiopexy digunakan untuk memperbaiki UDT pada anak-anak. Satu insisi dibuat
pada abdomen yang merupakan lokasi UDT, dan insisi lain dibuat pada skrotum (A).
Testis dipisahkan dari jaringan sekitarnya (B) dan dikeluarkan dari insisi abdomen
menempel pada spermatic cord (C). Testis kemudian dimasukkan turun ke dalam
skrotum (D) dan dijahit (E).
Komplikasi Orchiopexy
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat tindakan pembedahan
Orchiopexy antara lain 10 :
1. Posisi testis yang tidak baik karena diseksi retroperitoneal yang tidak komplit
(10% kasus)
2. Atrofi testis karena devaskularisasi saat membuka funikulus (5% kasus)
3. Trauma pada vas deferens ( 12% kasus)
4. Pasca-operasi torsio
5. Epididimoorkhitis
6. Pembengkakan skrotum
2.11. Komplikasi UDT
Telah lama diketahui bahwa komplikasi utama yang dapat terjadi pada UDT
adalah keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi testis Di samping itu disebut
juga terjadinya torsi testis, dan hernia inguinalis. 1,6
A. Risiko Keganasan
Teradapat hubungan yang erat antara UDT dan keganasan testis. Insiden
keganasan testis sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki UDT di Amerika. Risiko
terjadinya keganasan testis yang tidak turun pada anak dengan UDT dilaporkan
berkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak dengan testis normal. Makin tinggi lokasi
UDT makin tinggi risiko keganasannya, testis abdominal mempunyai risiko menjadi
ganas 4x lebih besar dibanding testis inguinal. 1,6,9
Orchiopexi sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan, tetapi
akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yang telah
dilakukan orchiopexy. 1,6,9
B. Infertilitas
Penderita UDT bilateral mengalami penurunan fertilitas yang lebih berat
dibandingkan penderita UDT unilateral, dan apalagi dibandingkan dengan populasi
normal. Penderita UDT bilateral mempunyai risiko infertilitas 6x lebih besar
dibandingkan populasi normal (38% infertil pada UDT bilateral dibandingkan 6% infertil
pada populasi normal), sedangkan pada UDT unilateral berisiko hanya 2x lebih besar.
1,6,9
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003. h.13740.
2. Kolon
TF.
Cryptorchidism.
2002.
Diunduh
dari
VS,
Mojibian
H.
Cryptorchidism.
In: