Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dosen Pembimbing:
Dr. Moh. Sinal, SH., MH.
Oleh Kelompok 6 :
Rachma Fitria Daniyati
(NIM. 1431410018)
(NIM. 1431410048)
(NIM. 1431410096)
I.
II.
Materi Kajian
I.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
I.2 Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia
I.3 Pandangan Indonesia tentang Hak Asasi Manusia
Batasan Materi Kajian
II.1Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak yang melekat pada diri
seseorang sebagai makhluk Tuhan merupakan hak yang mutlak dan harus
dilindungi oleh Negara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi terutama
hak untuk hidup dan hak untuk kehidupannya. Dengan demikian hakikat
penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara untuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Marthen Kriale (Prof. Aswanto.
Bahan Kuliah Program Doktor Ilmu Hukum PPS UNHAS), mengemukakan
bahwa HAM adalah hak yang bersumber dari Allah. Jack Donnaly, mengatakan
bahwa HAM adalah hak yang bersumber dari hukum alam, tetapi sumber
utamanya dari Allah. DF Scheltens (Ibid) mengemukakan bahwa HAM adalah
hak yanag diperoleh setiap manusia sebagai konsekuensi ia dilahirkan menjadi
manusia. Karenanya HAM harus dibedakan dengan hak dasar, dimana HAM
berasal dari kata Mensen Rechten, sedangkan hak dasar bersal dari kata
Grond Retchen. Upaya menghormati dan melindungi dan menjunjung tinggi
HAM, menjadi kewajiban dan tanggungjawab bersama antara individu,
pemerintah, bahkan negara. Karena itu, pemenuhan dan perlindungan dan
penghormatan terhadap HAM harus diikuti dengan pemenuhan terhadap
Kewajiban Asasi Manusia (KAM) dan Tanggungjawab Asasi Manusia (TAM)
disebutkan
bahwa
Negara
harus
melindungi
HAM
dengan
III
Analisis
mengenai HAM di Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang
sangat mencolok. Gerak yang cepat tersebut terutama karena memang telah
terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang sederhana sampai
pada pelanggaran HAM berat (gross human right violation). Di samping itu
juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan
pemajuan dan perlindungan HAM. Berbagai permasalahan yang dihadapi
pemerintah Indonesia dalam rangka penegakan HAM antara lain:
1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat.
Hal itu antara lain, ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga
peradilan. Penegakan hukum sejumlah kasus pelanggaran HAM berat yang
sudah selesai tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan 2004,
sampai sekarang belum di tindak lanjuti tahap penyelidikannya.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender
dan belum memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain,
karena adanya aparat hukum, baik aparat pelaksana peraturan perundangundangan, maupun aparat penyusun peraturan perundang-undangan yang
belum
mempunyai
pemahaman
yang
cukup
atas
prinsip- prinsip
3.2 Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam penegakan hukum HAM
Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia tidaklah semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini
disebabkan banyak hambatan dan tantangan yang tidak lagi sebatas terorika,
melainkan sudah menjadi realita yang tidak dapat dihindari apalagi ditundatunda. Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum pidana yang telah
berlaku di Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang bersifat
prinsipil substansil dan klasik. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab
menghormati, melindungi, menegakkan, Dan memajukan Hak asasi manusia
melalui langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, social,
budaya, pertahanan dan keamanan Negara, dan bidang lainnya. Bahwa untuk
ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan hak asasi
manusia serta memberikan perlindungan , kepastian keadilan dan perasaan
aman kepada perorangan ataupun masyarakat, perlu dibentuk suatu pengadilan
Hak asasi manusia untuk menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi manusia yang
berat sesuai dengan ketentuan pasal 104 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang
Hak asasi manusia yakni UU No. 26 tahun 2000.
Program pemrintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7
tahun 2005) yaitu meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu,
penegakan hukum dan HAM harus selalu ditegakkan secara tegas, tidak
diskriminatif dan konsisten. Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi
dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat
disini meliputi antara lain : setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi
masyarakat,
lembaga
swadaya
masyarakat
atau
lembaga
PERAN PEMERINTAH
Pemerintah indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM, hal ini
dapat kita lihat dari beberapa upaya pemerintah sebagai berikut:
1
tahun
2000-2004
(propenas)
dengan
pembentukan
PERAN MASYARAKAT
Keberhasilan terhadap perlindungan HAM merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, lembaga HAM, dan kita sebagai warga
masyarakat.
Sebagai
anggota
masyarakat
dapat
mendukung
dan
3.3 Upaya-upaya praktis yang dilakukan oleh pemerintah dalam penegakan HAM
di Indonesia
Upaya pemajuan dan perlindungan hak hak asasi manusia di Indonesia
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip kesatupaduan, keseimbangan dan
pengakuan atas kondisi nasional. Prinsip kesatupaduan berarti bahwa hak-hak
sipil,politik,ekonomi,sosial,budaya dan hak pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah pisahkan baik dalam penerapan, pemantauan,
maupun dalam penilaian pelaksanaannya. Prinsip keseimbangan mengandung
pengertian bahwa diantara hak-hak asasi manusia perorangan dan kolektif serta
tanggung jawab perorangan terhadap masyarakat dan bangsa memerlukan
keseimbangan dan keselarasan. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai
makhluk individual dan makhluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara
kebebasan dan tanggung jawab merupakan factor penting dalam kemajuan dan
perlindungan hak-hak asasi manusia. Diakui bahwa hak-hak asasi manusia
bersifat universal dan masyarakat internasional juga telah mengakui dan
menyepakati bahwa pelaksanaannya merupakan wewenang dan tanggung jawab
setiap pemerintah Negara dengan memperhatikan sepenuhnya keanekaragaman
tata nilai, sejarah , budaya , system politik , tingkat pertumbuhan sosial dan
ekonomi, serta factor-faktor lain yang dimiliki bangsa yang bersangkutan . (UU
HAM 1999, 2000:94)
Indonesia menyambut baik kerjasama Internasional dalam upaya
pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia diseluruh atau disetiap
Negara termasuk Indonesia. Kerjasama Internasional tersebut harus mengacu
kepada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan piagam PBB khususnya dalam pasal 1
ayat (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB. Kerjasama Internasional dibidang hakhak asasi manusia juga harus berdasarkan pada prinsip-prinsip saling
menghormati, persamaan derajat dan hubungan baik antar bangsa serta hukum
Internasional yang berlaku dengan memperhatikan kebutuhan nasional dan
menghormati ketentuan-ketentuan nasional yang berlaku. (UU HAM 1999,
2000:94)
pengembangan
kondisi
yang
kondusif
bagi
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan pancasila, undangundang dasar 1945, dan piagam PBB serta deklarasi universal hak
asasi manusia.
2. Meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung
terwujudnya tujuan pembangunan nasional yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
seluruhnya. (UUD HAM 1999 , 2000:63)
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tersebut juga dibentuk sesuai
dengan keinginan dan kesepakatan masyarakat Internasional pada konferensi
hak hak sasi manusia sedunia kedua di Wina pada tahun 1993 yang secara
consensus mengesahkan deklarasi dan program aksi Wina. (UU HAM 1999 ,
2000:96)
Sesuai dengan saran yang tertuang dalam deklarasi dan program aksi
Wina 1993 serta hasil lokakarya Nasional HAM II yang diselenggrakan oleh
pemerintah Indonesia, komisis nasional hak-hak Asasi Manusia dan PBB pada
tanggal 24-26 Oktober 1994, Indonesia telah merumuskan suatu rencana aksi
nasional hak-hak asasi manusia Indonesia 1998-2003 yang memuat langkahlangkah nyata yang akan dilakukan pada tingkat nasional dalam kurun waktu 5
tahun mendatang. Pelaksanaan rencana aksi nasional hak-hak asasi manusia
Indonesia secara sistematis dan terpadu dengan tetap mengacu kepada butirbutir pedoman yang tertuang dalam kebijaksanaan pembangunan 5 tahun ke
tujuh dari ketetapan MPR RI No. II/MPR/1998 tentang garis-garis besar haluan
Negara diharapkan akan semakin memperkuat landasan kearah pemantapan
budaya penghormatan hak-hak asasi manusia dan pada akhirnya akan
isi
atau
ketentuan-ketentuan
berbagai
perangkat
Internasional hak hak asasi manusia yang telah disahkan Indonesia (UU HAM
1999, 2000:96)
Pengesahan perangkat-perangkat Internasional hak hak asasi manusia
akan memperkuat dan mengembangkan perangkat-perangkat hukum pada
tingkat nasional . Sebagai upaya untuk menjamin kemajuan dan perlindungan
hak hak asasi manusi secara lebih baik. Pengesahan perangkat-perangkat
Internasional hak-hak asasi manusia juga akan menunjang kebijakan
pembangunan hukum nasional yang menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang diterima secara internasional. Proses pengesahan ini perlu dilaksanakan
secara arif bijaksana dan bertahap serta sesuai dengan dinamika perkembangan
dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Demikian pula halnya dengan prioritas
pengesahan perangkat-perangkat internasional hak-hak asasi manusia yang
telah ditetapkan dapat disesuaikan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia. (UU HAM 1999, 2000:97)
Keberhasilan Upaya pemajuan dan perlindungan hak hak asasi manusia
suatu bangsa sangat ditentukan oleh pemantapan budaya hak hak asasi manusia
dari bangsa tersebut melalui usaha-usaha secara sadar untuk menumbuhkan,
menyemaikan, dan meningkatkan dasar kesadaran dan pengetahuan seluruh
anggota masyarakat mengenai hak asasi manusia. Rasa kesadaran masyarakat
mengenai hak-hak asasi manusia dapat ditumbuhkan dan di semai serta
IV
Rekomendasi
medis.
V.
Daftar Pustaka
Tutik, Triwulan Titik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Koentowibisono. 2010. Penjabaran Hak-Hak Asasi MAnusia Berdasar NilaiNilai Pancasila. Fakultas Filsafat UGM
Qamar, Nurul. 2013. Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi
(Human Rights in Democratiche rechtsstaat). Makassar