Você está na página 1de 22

PANCASILA DAN HAM

Dosen Pembimbing:
Dr. Moh. Sinal, SH., MH.

Oleh Kelompok 6 :
Rachma Fitria Daniyati

(NIM. 1431410018)

Ratna Andi Widayati

(NIM. 1431410048)

Rizki Oktavia Fardani

(NIM. 1431410096)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016

I.

II.

Materi Kajian
I.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
I.2 Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia
I.3 Pandangan Indonesia tentang Hak Asasi Manusia
Batasan Materi Kajian
II.1Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak yang melekat pada diri
seseorang sebagai makhluk Tuhan merupakan hak yang mutlak dan harus
dilindungi oleh Negara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi terutama
hak untuk hidup dan hak untuk kehidupannya. Dengan demikian hakikat
penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara untuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Marthen Kriale (Prof. Aswanto.
Bahan Kuliah Program Doktor Ilmu Hukum PPS UNHAS), mengemukakan
bahwa HAM adalah hak yang bersumber dari Allah. Jack Donnaly, mengatakan
bahwa HAM adalah hak yang bersumber dari hukum alam, tetapi sumber
utamanya dari Allah. DF Scheltens (Ibid) mengemukakan bahwa HAM adalah
hak yanag diperoleh setiap manusia sebagai konsekuensi ia dilahirkan menjadi
manusia. Karenanya HAM harus dibedakan dengan hak dasar, dimana HAM
berasal dari kata Mensen Rechten, sedangkan hak dasar bersal dari kata
Grond Retchen. Upaya menghormati dan melindungi dan menjunjung tinggi
HAM, menjadi kewajiban dan tanggungjawab bersama antara individu,
pemerintah, bahkan negara. Karena itu, pemenuhan dan perlindungan dan
penghormatan terhadap HAM harus diikuti dengan pemenuhan terhadap
Kewajiban Asasi Manusia (KAM) dan Tanggungjawab Asasi Manusia (TAM)

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Hakekat HAM adalah


keterpaduan antara HAM, KAM dan TAM.
Di dalam UUD 1945 kita menemukan adanya rumusan-rumusan HAM
baik di dalam Pembukaan maupun di dalam Batang Tubuhnya. Di dalam alinea
1 Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa sehingga setiap penjajahan yang membunuh kemerdekaan harus
dihapuskan dari muka bumi. Bunyi alinea pertama ini jelas merupakan
pernyataan mendasar tentang penerimaan dan dukungan bangsa Indonesia atas
prinsip perlindungan HAM. Jika dilihat dari tujuan dan dasar Negara seperti
yang dimuat di dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tampak juga bahwa
Indonesia sangat menekankan pentingnya perlindungan HAM. Di dalam tujuan
negara

disebutkan

bahwa

Negara

harus

melindungi

HAM

dengan

memfungsikan dirinya sebagai pelindung bagi segenap bangsa dan seluruh


tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ; sedangkan dasar
Negara Pancasila menekankan pentingnya perlindungan bagi kemerdekaan
untuk beriman kepada Tuhan dan memeluk agama ( Ketuhanan Yang Maha
Esa), memperlakukan manusia secara adil dan beradap (Kemanusiaan yang adil
dan beradap), dan membangun keadilan social bagi seluruh rakyat (Keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia. (Mahfud, 2001: 131)

2.2 Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Hak asasi manusia tidak dapat dihapuskan karena hak asasi manusia
merupakan karunia Tuhan YME bukan anugerah penguasa. Namun, HAM bagi
bangsa Indonesia selalu didasarkan kepada keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan yang dilandaskan pada persatuan dan kesatuan bangsa dalam
rangka stabilitas nasional dan ketahanan nasional. Secara Ontologis, HAM
merupakan prinsip dasar yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, sehingga
tidak dapat dan tidak boleh dicabut oleh siapapun kecuali oleh Tuhan. Dari
perspektif ini, maka HAM diterjemahkan maknanya sebagai:
Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindrmgan harkat dan martabat manusia." (UU
RI No. 39 Tahun 1999)
Dari pemaknaan tersebut manusia tidak dapat hidup sesuai martabat atau
fitrahnya sebagai manusia tanpa HAM. Dengan demikian, HAM tidak perlu
diberikan, dibeli atau diwariskan. Hak asasi merupakan sesuatu yang patut
dimiliki karena kemanusiaan kita, sehingga HAM menjadi bagian dari manusia
secara otomatis. (Fakih, Indrianto dan Prasetyo, 2003:4)
Menurut Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM yang
menegaskan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang melekat
pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa. Dari pengertian ini dapat diterjemahkan bahwa: Pertama,
hak-hak dasar itu melekat secara inner kepada diri manusia, bukan diadaadakan. Kedua, secara kodrati, artinya sifat asli yang dialami karena kekuasaan
Tuhan YME. Ketiga, secara universal, artinya tidak dibatasi oleh ruang.
Keempat, secara abadiartinya tidak dibatasi oleh waktu. Dan Kelima, Karunia
Tuhan YME adalah dasar dari hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan YME.

2.3 Pandangan Indonesia tentang Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia yang bersifat Universal, oleh karena itu harus dilindungi,
dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun. Bagi bangsa Indonesia pelaksanaan HAM mempunyai landasan ideal
konstitusi, konsep HAM yang dianut bangsa Indonesia adalah sebagai
penjabaran dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang disemangati oleh
keseluruhan sila-sila lain dari pancasila. Konsep HAM di negara Indonesia
bertitik tolak dari keseluruhan martabat manusia secara menyeluruh, disamping
martabat seorang demi seorang oleh karena itu paham HAM di Indonesia tidak
individualis yang mengabaikan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial sekaligus.
Konsep HAM sebagai penjabaran pancasila dituangkan kedalam pembukaan
dan batang tubuh UUD 45. Dalam pembukaan UUD 45 dengan tegas
dinyatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Kemudian dalam batang
tubuh UUD 45 terdapat Pasal-Pasal mengenai hak asasi manusia yang mengatur
baik dibidang, ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Namun, Bangsa Indonesia hingga kini telah banyak mengalami
penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial yang disebabkan oleh prilaku
yang tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, budaya, bahasa, agama,
golongan, jenis kelamin dan status sosial lainnya. Prilaku tidak adil dan
diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran HAM, baik yang bersifat vertikal
yang dilakukan oleh aparatur negara terhadap warga negara maupun horisontal
(antara warga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk katagori
pelanggaran HAM maupun yang berat (Gross Violation of Human Right). Di
negara kita manusia dipandang sebagai makhluk individu dan makhluk social.
Pelaksanaan hak-hak asasi manusia tidak dapat dituntuk pelaksanaannya secara
mutlak karena penuntutan secara mutlak berarti melanggar hak asasi yang sama
dari orang lain.

III

Analisis

3.1 Kendala-kendala dalam penegakan hukum tentang HAM


Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan
tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan
Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39
Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 akan lebih menyegarkan iklim
penegakkan hukum yang sehat. Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus
dapat dinikmati oleh setiap warganegara. Disadari atau tidak, dengan adanya
political will dari pemerintah terhadap penegakkan HAM, hal itu akan
berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses demokratisasi
yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya
HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi
politik. Begitu pula keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan
tokoh masyarakat merupakan faktor penentu (determinant) yang mendukung
tegaknya HAM. Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia
selalu menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik
karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita
praktisnya di

lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran.

Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan


kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan
sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hakhak orang lain.
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di Indonesia selalu
menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena
konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita
praktisnya di

lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran.

Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan


kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan
sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hakhak orang lain. Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue

mengenai HAM di Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang
sangat mencolok. Gerak yang cepat tersebut terutama karena memang telah
terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang sederhana sampai
pada pelanggaran HAM berat (gross human right violation). Di samping itu
juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan
pemajuan dan perlindungan HAM. Berbagai permasalahan yang dihadapi
pemerintah Indonesia dalam rangka penegakan HAM antara lain:
1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat.
Hal itu antara lain, ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga
peradilan. Penegakan hukum sejumlah kasus pelanggaran HAM berat yang
sudah selesai tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan 2004,
sampai sekarang belum di tindak lanjuti tahap penyelidikannya.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender
dan belum memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain,
karena adanya aparat hukum, baik aparat pelaksana peraturan perundangundangan, maupun aparat penyusun peraturan perundang-undangan yang
belum

mempunyai

pemahaman

yang

cukup

atas

prinsip- prinsip

perlindungan hak asasi manusia.


3. Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak
krisis ekonomi yang terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak
dapat menikmati hak-hak dasarnya baik itu hak ekonominya seperti belum
terpenuhinya hak atas pekerjaan yang layak dan juga hak atas pendidikan.
4. Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat,
seperti Aceh, Ambon, dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat
Negara tetapi juga dengan kelompok bersenjata yang menyebabkan tidak
terpenuhinya hak untuk hidup secara aman dan hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan.
5. Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang
mnyebabkan rasa tidak aman bagi masyarakat.
6. Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu
Negara dengan Negara lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian
kecenderungan munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi

makin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain, terkait


dengan masalah narkotika, pencucian uang dan terorisme. Salah satu
permasalahan yang sering timbul adalah adanya peredaran dokumen palsu.
Yang membuat orang-orang luar bebas datang ke Indonesia.

3.2 Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam penegakan hukum HAM
Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia tidaklah semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini
disebabkan banyak hambatan dan tantangan yang tidak lagi sebatas terorika,
melainkan sudah menjadi realita yang tidak dapat dihindari apalagi ditundatunda. Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum pidana yang telah
berlaku di Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang bersifat
prinsipil substansil dan klasik. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab
menghormati, melindungi, menegakkan, Dan memajukan Hak asasi manusia
melalui langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, social,
budaya, pertahanan dan keamanan Negara, dan bidang lainnya. Bahwa untuk
ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan hak asasi
manusia serta memberikan perlindungan , kepastian keadilan dan perasaan
aman kepada perorangan ataupun masyarakat, perlu dibentuk suatu pengadilan
Hak asasi manusia untuk menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi manusia yang
berat sesuai dengan ketentuan pasal 104 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang
Hak asasi manusia yakni UU No. 26 tahun 2000.
Program pemrintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7
tahun 2005) yaitu meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan
pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu,
penegakan hukum dan HAM harus selalu ditegakkan secara tegas, tidak
diskriminatif dan konsisten. Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi
dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat
disini meliputi antara lain : setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi

masyarakat,

lembaga

swadaya

masyarakat

atau

lembaga

kemasyarakatan lainnya seperti Perguruan Tinggi dan lembaga studi.


HAM wajib dijunjung tinggi dan dihormati oleh seluruh negara tanpa ada
diskriminasi. Tujuan nasional dalam penegakan HAM tercantum dalam
pembukaan undang-undang dasar 1945, yang berbunyi melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah

indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial. Berikut


ini adalah beberapa upaya penegakan HAM di indonesia.
a

PERAN PEMERINTAH
Pemerintah indonesia sudah sangat serius dalam menegakkan HAM, hal ini
dapat kita lihat dari beberapa upaya pemerintah sebagai berikut:
1

Komitmen pemerintah indonesia dalam mewujudkan penegakan


HAM, antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan
nasional

tahun

2000-2004

(propenas)

dengan

pembentukan

kelembaggan yang terkait dengan HAM. dalam hal kelembaggan telah


dibentuk komisi nasional hak asasi manusia dengan kepres nomor 50
tahun 1993, serta pembentukan komisi anti kekerasan terhadap
perempuan.
2

Pengeluaran undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi


manusia, undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM, dalam UU nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
yang berbunyi: Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk tuhan
yang Maha Esa dan merupakan anugerah yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

PERAN MASYARAKAT
Keberhasilan terhadap perlindungan HAM merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, lembaga HAM, dan kita sebagai warga
masyarakat.

Sebagai

anggota

masyarakat

dapat

mendukung

dan

menghargai upaya perlindungan HAM dengan ikut berpartisipasi yang


dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1

Menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran HAM kepada komnas


HAM atau lembaga perlindungan HAM lainnya.

Mengajukan usulan mengenai rumusan dan kebijakan berkaitan


dengan HAM kepada komnas HAM atau lembaga pelindungan HAM
lainnya.

Dengan cara sendiri ataupun berkerja sama dangan komnas HAM


melaksanakan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi
mengenai HAM.

Pada UU RI No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa


partisipasi masyarakat:
Pasal 100: setiap orang, kelompok, organissasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainya, berhak
berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, pemajuan hak asasi manusia.
Pasal 101: setiap orang, kelompok, organissasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainya, berhak
menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia kepada
komnas HAM ataulembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan,
penegakan, dan pemajuan HAM.
Pasal 102: setiap orang, kelompok, organissasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainya, berhak
untuk mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan
dengan hak asasi manusia kepada komnas HAM dan atau lembaga lainnya.

Pasal 103: setiap orang, kelompok, organissasi politik, organisasi masyarakat,


lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga studi, atau lembaga
kemasyarakatan lainya, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama
dengan komnas HAM dapat melakukan penelitian, pendidikan, dan
penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia. (UU HAM 1999,
2000:35)

3.3 Upaya-upaya praktis yang dilakukan oleh pemerintah dalam penegakan HAM
di Indonesia
Upaya pemajuan dan perlindungan hak hak asasi manusia di Indonesia
dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip kesatupaduan, keseimbangan dan
pengakuan atas kondisi nasional. Prinsip kesatupaduan berarti bahwa hak-hak
sipil,politik,ekonomi,sosial,budaya dan hak pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah pisahkan baik dalam penerapan, pemantauan,
maupun dalam penilaian pelaksanaannya. Prinsip keseimbangan mengandung
pengertian bahwa diantara hak-hak asasi manusia perorangan dan kolektif serta
tanggung jawab perorangan terhadap masyarakat dan bangsa memerlukan
keseimbangan dan keselarasan. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai
makhluk individual dan makhluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara
kebebasan dan tanggung jawab merupakan factor penting dalam kemajuan dan
perlindungan hak-hak asasi manusia. Diakui bahwa hak-hak asasi manusia
bersifat universal dan masyarakat internasional juga telah mengakui dan
menyepakati bahwa pelaksanaannya merupakan wewenang dan tanggung jawab
setiap pemerintah Negara dengan memperhatikan sepenuhnya keanekaragaman
tata nilai, sejarah , budaya , system politik , tingkat pertumbuhan sosial dan
ekonomi, serta factor-faktor lain yang dimiliki bangsa yang bersangkutan . (UU
HAM 1999, 2000:94)
Indonesia menyambut baik kerjasama Internasional dalam upaya
pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia diseluruh atau disetiap
Negara termasuk Indonesia. Kerjasama Internasional tersebut harus mengacu
kepada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan piagam PBB khususnya dalam pasal 1
ayat (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB. Kerjasama Internasional dibidang hakhak asasi manusia juga harus berdasarkan pada prinsip-prinsip saling
menghormati, persamaan derajat dan hubungan baik antar bangsa serta hukum
Internasional yang berlaku dengan memperhatikan kebutuhan nasional dan
menghormati ketentuan-ketentuan nasional yang berlaku. (UU HAM 1999,
2000:94)

Komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan pemajuan dan


perlindungan hak-hak asasi manusia antara lain telah ditunjukkan dengan
pembentukan Komisi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia pada tahun 1993. (UU
HAM 1999 , 2000:95)
Tujuan Komisi Nasional :
1. Membantu

pengembangan

kondisi

yang

kondusif

bagi

pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan pancasila, undangundang dasar 1945, dan piagam PBB serta deklarasi universal hak
asasi manusia.
2. Meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung
terwujudnya tujuan pembangunan nasional yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
seluruhnya. (UUD HAM 1999 , 2000:63)
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tersebut juga dibentuk sesuai
dengan keinginan dan kesepakatan masyarakat Internasional pada konferensi
hak hak sasi manusia sedunia kedua di Wina pada tahun 1993 yang secara
consensus mengesahkan deklarasi dan program aksi Wina. (UU HAM 1999 ,
2000:96)
Sesuai dengan saran yang tertuang dalam deklarasi dan program aksi
Wina 1993 serta hasil lokakarya Nasional HAM II yang diselenggrakan oleh
pemerintah Indonesia, komisis nasional hak-hak Asasi Manusia dan PBB pada
tanggal 24-26 Oktober 1994, Indonesia telah merumuskan suatu rencana aksi
nasional hak-hak asasi manusia Indonesia 1998-2003 yang memuat langkahlangkah nyata yang akan dilakukan pada tingkat nasional dalam kurun waktu 5
tahun mendatang. Pelaksanaan rencana aksi nasional hak-hak asasi manusia
Indonesia secara sistematis dan terpadu dengan tetap mengacu kepada butirbutir pedoman yang tertuang dalam kebijaksanaan pembangunan 5 tahun ke
tujuh dari ketetapan MPR RI No. II/MPR/1998 tentang garis-garis besar haluan
Negara diharapkan akan semakin memperkuat landasan kearah pemantapan
budaya penghormatan hak-hak asasi manusia dan pada akhirnya akan

memperkukuh sendi-sendi masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan


sejahtera sesuai dari keadilan, kebenaran, dan hukum berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. (UU HAM 1999,2000:96)
Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia 1998-2003
terdiri dari 4 pilar utama yaitu :
1. Persiapan pengesahan perangkat-perangkat Internasional hak-hak asasi
manusia.
2. Diseminasi dan pendidikan hak hak asasi manusia
3. Pelaksanaan hak hak asasi manusia yang ditetapkan sebagai prioritas
Pelaksanaan

isi

atau

ketentuan-ketentuan

berbagai

perangkat

Internasional hak hak asasi manusia yang telah disahkan Indonesia (UU HAM
1999, 2000:96)
Pengesahan perangkat-perangkat Internasional hak hak asasi manusia
akan memperkuat dan mengembangkan perangkat-perangkat hukum pada
tingkat nasional . Sebagai upaya untuk menjamin kemajuan dan perlindungan
hak hak asasi manusi secara lebih baik. Pengesahan perangkat-perangkat
Internasional hak-hak asasi manusia juga akan menunjang kebijakan
pembangunan hukum nasional yang menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang diterima secara internasional. Proses pengesahan ini perlu dilaksanakan
secara arif bijaksana dan bertahap serta sesuai dengan dinamika perkembangan
dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Demikian pula halnya dengan prioritas
pengesahan perangkat-perangkat internasional hak-hak asasi manusia yang
telah ditetapkan dapat disesuaikan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia. (UU HAM 1999, 2000:97)
Keberhasilan Upaya pemajuan dan perlindungan hak hak asasi manusia
suatu bangsa sangat ditentukan oleh pemantapan budaya hak hak asasi manusia
dari bangsa tersebut melalui usaha-usaha secara sadar untuk menumbuhkan,
menyemaikan, dan meningkatkan dasar kesadaran dan pengetahuan seluruh
anggota masyarakat mengenai hak asasi manusia. Rasa kesadaran masyarakat
mengenai hak-hak asasi manusia dapat ditumbuhkan dan di semai serta

ditingkatkan melalui penyebaran atau diseminasi keterangan tentang hak-hak


asasi manusia dengan cara dan sarana penyampaian yang tepat, dimana dan
kapan saja. Pengetahuan masyarakat mengenai hak asasi manusia dapat
ditumbuhkan, disemai, dan ditingkatkan melalui cara dan saran pendidikan
pada tingkat, sifat, tempat, dan waktu apapun yang ada dan dipandang tepat.
(UU HAM 1999, 2000:98)
Dalam rangka mengupayakan internalisasi nilai-nilai, hak-hak asasi
manusia dalam kehidupan sehari-hari dari tingkat sedini mungkin dan pada
ruang lingkup golongan masyarakat seluas mungkin, program diseminasi dan
pendidikan hak-hak asasi manusia disampaikan antara lain pada tingkat
universitas dan lembaga pendidikan tingkat lainnya, pendidikan jalur sekolah,
pendidikan jalur luar sekolah, pendidikan jalur keluarga, dan media massa.
Diseminasi dan pendidikan hak-hak asasi manusia tidak akan memadai jika hal
ini hanya merupakan suatu penyampaian informasi tentang penyampaian hakhak asasi manusia secara sekejap, terpisah, tidak terkoordinasi, dan tidak
sistematis. Sebagai suatu tata nilai hak-hak asasi manusia hendaknya dipahami,
dihayati, dan diamalkan. (UU HAM 1999, 2000:99)

IV

Rekomendasi

4.1 Bagi Pememrintah


Dari berbagai permasalahan HAM yang terjadi di Indonesia, hendaknya
pemerintah sebagai salah satu personil kenegaraan lebih mengintrospeksi
kembali kejadian-kejadian yang terlah terjadi supaya tidak terulang di masa
yang akan datang. Pemerintah sebaiknya lebih meningkatkan upaya-upayanya
untuk menegakkan HAM. Menurut pendapat saya, upaya-upaya yang lebih
ditingkatkan misalnya : meningkatkan kualitas terhadap pelayanan public,
meningkatkan kerjasama yang harmonis antara pemerintah dengan masyarakat,
memahami akan pentingnya HAM bagi seluruh warga Indonesia.
Dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik, berarti pemerintah
semakin menunjukkan perhatiannya kepada umum, dalam hal ini mencakup
masyarakat dan golongannya. Dampak yang akan terjadi apabila kualitas
pelayanan public ditingkatkan akan memberikan ruang bagi siapapun untuk
menyampaikan pendapat dan kritik. Pemerintah juga harus memiliki sikap yang
terbuka agar kesalah paham dapat terminimalisir. Hal tersebut dapat lebih
maksimal apabila dapat menciptakan kerjasama yang harmonis antara
pemerintah, masyarakat dan golongan atau kelompok. Apabila telah terjadi
kasus pelanggaran-pelanggaran HAM pemerintah dan aparatur hukum harus
bertindak tegas dalam menangani masalah tersebut, sebagaimana yang telah
terjadi kini hukum di Indonesia telah tumpul oleh kalangan masyarakat atas dan
runcing untuk kalangan bawah, seharusnya hal tersebut tidaklah terjadi karena
pelanggaran HAM sangatlah merugikan semua pihak, pemerintah dan aparatur
hukum harusnya adil dalam memberikan sanksi kepada siapa saja yang bersalah
dan tentu saja tidak menerima suap-menyuap untuk meringankan masa
hukuman terhadap masalah pelanggaran-pelanggaran HAM.

4.2 Bagi Masyarakat


Ketika banyak terjadi pelanggaran HAM, tentunya hal tersebut sangat
mengganggu semua pihak salah satunya masyarakat. Mereka yang awalnya
tidak mengerti jadi ikut terbawa suasana, bahkan ada yang menanggapi secara
positif maupun negatif. Tanggapan dan tindakan positif yang diambil
masyarakat itu yang perlu di tingkatkan untuk kedepannya agar tidak
kejadiannya tidak kembali terulang. Sebagai masyarakat modern yang sadar
akan hukum sudah sepatutnya untuk mengangkat tinggi-tinggi hak asasi
manusia dengan berbagai aspek dan cara. Masyarakat dituntut untuk lebih
memandang mengenai HAM terutama yang sering terjadi adalah kekerasan
terhadap wanita dan anak , juga kesetaran dalam bermasyarakat dan hukum.
Menurut saya tindakan kecil yang dapat dilakukan masyarakat dapat berupa
menghargai dan kritis terhadap berbagai persoalan yang muncul di masyarakat
dan tidak apatis terhadap sesama makhluk social. Dalam mengatasi hal tersebut
mencangkup semua elemen yang ikut berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Rekomedasi untuk warga bisa menjalankan atau memenuhi hak
sesama manusia dapat di jalan melalui berbagai bidang yang digeluti sebagai
profesinya atau posisinya di masyarakat.
Untuk posisi sebagai warga yang mempunyai wewenang di masyarakat
harus mengerti semua peraturan yang berlaku pada wilayah tersebut dan
mengerti akan hukum yang akan diberikan kepada pelanggarnya, tindakan
pelanggaran HAM banyak sekali yang terjadi di masyarakat dan banyak juga
yang menganggap sepele, padahal hal tesebut sangat merugikan bagi korban
nya. Untuk ikut andil dalam menegakkan nilai-nilai HAM masyarakat bisa
melakukan berbagai sosialisasi atau gotong royong rutin untuk mejalin
kekeluarga warga menjadi lebih erat dan memberi pengarahan terhadap anakanak muda untuk saling menghormati agar tidak terjadi tindakan membuli yang
saat ini marak terjadi . Peran masyarakat ini lah yang paling dapat mengurangi
tindakan pelanggaran HAM Karena di ruang lingkup masyarakatlah banyak

terjadi kesalahpahaman dan tindakan kriminal yang dapat merugikan orang


disekitarnya. Perubahan kecil yang dimulai dari mulai anak-anak, orang tua,
tetangga dan lingkungan

dapat mengurangi pelanggaran HAM, dengan

berbagai kegiatan yang mendidik dan berdampak positif, melaporkan segala


tindakan yang melanggar HAM dengan tindakan hukum yang tegas, bersikap
jujur, acuh dengan situasi lingkungan dan yang terpenting memiliki kesadaran
yang tinggi terhadap penting nya meneggakkan nilai-nilai pancasila khususnya
mengenai hak asasi manusia yang terjadi di masyarakat.
4.3 Bagi Mahasiswa atau Penulis Selanjutnya
Mahasiswa sebagai kaum muda harus memiliki jiwa penerus perjuangan
bangsa, salah satunya adalah dengan menegakkan HAM di lingkungan
sekitarnya. Potensi yang bisa dilakukan untuk menegakkan HAM adalah
dengan menghormati sesama manusia mengingat mahasiswa merupakan kaum
muda yang perlu bersosial. Dalam kegiatan sosial setiap harinya, mahasiswa
bertemu dengan banyak orang yang memiliki karakteristik fisik maupun psikis
yang berbeda-beda. Maka dari itu, diperlukan sikap non-deskriminatif atau
bullying yang merupakan kegiatan pelanggaran HAM. Apabila ditemukan
kegiatan pelanggaran HAM di lingkungan sekitar, mahasiswa dapat
melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
Upaya lain yang bisa dilakukan mahasiswa untuk penegakkan HAM
adalah dengan membantu memperluas pehaman HAM di lingkungan sekitar
maupun masyarakat luas. Salah satunya dengan mengadakan seminar tentang
pentingnya HAM bagi setiap manusia, mengecam tindakan-tindakan yang
merupakan pelanggaran HAM melalui surat kabar, poster, maupun demonstrasi
secara tertib. Mendukung upaya pihak yang berwenang untuk menindak secara
tegas pelaku pelanggaran HAM. Mendukung dan ikut serta dalam setiap upaya
yang dilakukan pemerintah untuk memberikan bantuan kemanusian. Bantuan
kemanusiaan itu bisa berbentuk makanan, pakaian, obat-obatan atau tenaga

medis.

Partisipasi bisa berwujud dalam usaha menggalang pengumpulan dan

penyaluran berbagai bantuan kemanusiaan.

V.

Daftar Pustaka

Mahfud, Moh. 2001. Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesisa. Jakarta.


PT. Rineka Cipta

Sinal, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Malang. Aditya Media Publishing.

Sumarsono, S. dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. PT.


Gramedia Pustaka Utama

Tutik, Triwulan Titik. 2010. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Undang-Undang HAM 1999. Jakarta. Sinar Grafika

Hadiwinoto, Khrisna. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Malang. Aditya


Media Publishing

Ediwarman, D. 2000. Perlindungan HAM Dalam Proses Peradilan. Jurnal


Kriminologi Indonesia

Abidin, Zainal. 2013. Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia.


Sumatera Barat

Koentowibisono. 2010. Penjabaran Hak-Hak Asasi MAnusia Berdasar NilaiNilai Pancasila. Fakultas Filsafat UGM

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang


Hak Asasi Manusia

Mardenis. 2013. Kontemplasi Dan Analisis Terhadap Klasifikasi Dan Politik


Hukum Penegakan HAM di Indonesia. Jurnal Rechts Vinding. Fakultas
Hukum Universitas Andalas

Hayat, Heny. 2008. Hak Asasi Manusia. Jakarta

Nasution, Buyung Adnan. 2003. Implementasi Perlindungan HAk Asasi


Manusia Dan Supremasi Hukum. Jakarta

Endri. 2014. Implementasi Pengaturan Perlindungan Hak Asasi Manusia di


Indonesia. Jurnal Selat.

Qamar, Nurul. 2013. Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi
(Human Rights in Democratiche rechtsstaat). Makassar

Você também pode gostar

  • CV Via
    CV Via
    Documento4 páginas
    CV Via
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • ISI Bis
    ISI Bis
    Documento49 páginas
    ISI Bis
    Rizki Oktavia Fardani
    100% (1)
  • KWN New
    KWN New
    Documento1 página
    KWN New
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
    Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
    Documento7 páginas
    Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Formulir Daftar Riwayat Hidup
    Formulir Daftar Riwayat Hidup
    Documento3 páginas
    Formulir Daftar Riwayat Hidup
    Wilker'z On Koslet Lae
    100% (6)
  • Data Demissioner
    Data Demissioner
    Documento6 páginas
    Data Demissioner
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Ta Materi
    Proposal Ta Materi
    Documento15 páginas
    Proposal Ta Materi
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • ANALISIS PENYISIHAN KADAR COD BOD Dan TSS Pada LIMBAH LAUNDRY Menggunakan ALAT ELEKTROKOAGULASI Studi Kasus Limbah Cair Industri Laundry Rumah
    ANALISIS PENYISIHAN KADAR COD BOD Dan TSS Pada LIMBAH LAUNDRY Menggunakan ALAT ELEKTROKOAGULASI Studi Kasus Limbah Cair Industri Laundry Rumah
    Documento6 páginas
    ANALISIS PENYISIHAN KADAR COD BOD Dan TSS Pada LIMBAH LAUNDRY Menggunakan ALAT ELEKTROKOAGULASI Studi Kasus Limbah Cair Industri Laundry Rumah
    Chietra Dhedew Fitrii
    Ainda não há avaliações
  • Proposal 2
    Proposal 2
    Documento32 páginas
    Proposal 2
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Pik Fix
    Pik Fix
    Documento30 páginas
    Pik Fix
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
    Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
    Documento7 páginas
    Bela Negara Dan Wilayah Perbatasan
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Makala H
    Makala H
    Documento22 páginas
    Makala H
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Pancasila
    Analisis Pancasila
    Documento6 páginas
    Analisis Pancasila
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento7 páginas
    Bab Ii
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Pancasila
    Analisis Pancasila
    Documento6 páginas
    Analisis Pancasila
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Pancasila
    Analisis Pancasila
    Documento6 páginas
    Analisis Pancasila
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Pancasila
    Analisis Pancasila
    Documento6 páginas
    Analisis Pancasila
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • B Indo
    B Indo
    Documento11 páginas
    B Indo
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento7 páginas
    Bab Ii
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Bahasa Indonesia Via Fix
    Bahasa Indonesia Via Fix
    Documento1 página
    Bahasa Indonesia Via Fix
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Fix
    Makalah Fix
    Documento22 páginas
    Makalah Fix
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Pancasila
    Analisis Pancasila
    Documento6 páginas
    Analisis Pancasila
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Pancasila Dan Ham
    Pancasila Dan Ham
    Documento15 páginas
    Pancasila Dan Ham
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Fix
    Makalah Fix
    Documento22 páginas
    Makalah Fix
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Pancasila Dan Ham
    Pancasila Dan Ham
    Documento15 páginas
    Pancasila Dan Ham
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Analisis Pancasila
    Analisis Pancasila
    Documento6 páginas
    Analisis Pancasila
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações
  • Pancasila Dan Ham
    Pancasila Dan Ham
    Documento15 páginas
    Pancasila Dan Ham
    Rizki Oktavia Fardani
    Ainda não há avaliações