Você está na página 1de 39

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
KESETIMBANGAN FASA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 JUMAT
ACHMAD IQBAL

21030115130204

ANNA KRISTIN BR P.

21030115120102

SIE CINTHIA MELINDA

21030115120091

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

KESETIMBANGAN FASA

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

MATERI
KESETIMBANGAN FASA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7 JUMAT
ACHMAD IQBAL

21030115130204

ANNA KRISTIN BR P.

21030115120102

SIE CINTHIA MELINDA

21030115120091

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
1

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Praktikum
2. Kelompok
3. Anggota
1. Nama Lengkap
NIM
Jurusan
Universitas
2. Nama Lengkap
NIM
Jurusan
Universitas
3. Nama Lengkap
NIM
Jurusan
Universitas

: Kesetimbangan Fasa
: 7 / Jumat
: Achmad Iqbal
: 21030115130204
: Teknik Kimia
: Universitas Diponegoro
: Anna Kristin Br Pandiangan
: 21030115120102
: Teknik Kimia
: Universitas Diponegoro
: Sie Cinthia Melinda
: 21030115120091
: Teknik Kimia
: Universitas Diponegoro

Semarang, Mei 2016


Asisten Pengampu,

Nadia Dwi Ayu


NIM. 21030114140119
RINGKASAN
Larutan adalah fase homogen yang menggandung lebih dari satu
komponen. Jika larutan diuapkan sebagian maka mol fraksi dari masing-masiing
penyusunnya berbeda. Menurut sifatnya dikenal larutan ideal dan non-ideal.
Pada percobaan kesetimbangan fasa dipelajari diagram komposisi pada tekanan
2

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap (y) dan cair (x) pada berbagai suhu.
Komposisi ini kemudian dipakai untuk membuat diagram komposisi versus suhu
pada sistem larutan biner.
Bahan yang digunakan adalah etanol 80 ml dan aquadest 120 ml.
Sementara alat yang digunakan adalah labu destilasi, thermometer, pengambil
sampel, pendingin Leibig, thermostat, erlenmeyer dan pipet. Langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat kurva standart hubungan komposisi dan indeks
bias dengan % komposisi yang telah ditentukan, kemudian membuat kurva
hubugan suhu dengan komposisi etanol dan aquadest.
Dari praktikum di dapat indeksi bias pada pembuatan kurva standart
berturut-turut adalah 1,325 ; 1,327 ; 1,328 ; 1,330 ; 1,338 ; 1,340 ; 1,341 ;
1,342 ; 1,344. Semakin besar %W etanol maka titik didih destilat maupun residu
seharusnya semakin rendah dan jika semakin banyak aquadest yang ditambahkan
dalam destilasi maka titik didih destilat maupun residu seharusnya semakin naik.
Dari hubungan penambahan volume air terhadap titik didih didapatkan titik didih
teoritis lebih tinggi dari titik didih praktis dikarenakan pengaruh tekanan udara
suatu tempat dengan ketinggian yang berbeda. Sebagai saran, sebaiknya
refraktometer diganti dengan yang pencahayaannya jelas agar mudah untuk
dilihat.

SUMMARY
The solution is homogenous phase containing more than one component. If
the solution is evaporated partly, the mole fraction of each constituent is different.
By their very nature known solution is ideal and non-ideal. In the experimental
3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
phase equilibrium diagram studied composition at a constant pressure. The
composition of ethanol and water in the vapor phase (YI) and liquid (xi) at
various temperatures. This composition is then used to create a diagram of
temperature versus composition on a binary solution system.
The materials used are ethanol 80 ml and 120 ml distilled water. While the
tool used is a distillation flask, thermometer, sampling, Leibig cooling,
thermostat, erlenmeyer and pipette. The first step is to make a standard curve and
the refractive index composition relationships with% composition has been
determined, then make a curve temperature ties with the composition of ethanol
and distilled water.
Of practicum can be the refractive index in the manufacture of standard
curves are respectively 1.325; 1,327; 1,328; 1,330; 1.338; 1,340; 1.341; 1,342;
1,344. The greater % W ethanol then the boiling point of distillate and residue
should be increasingly low and if more and more distilled water are added in the
distillation, the boiling point of distillate and residue should further increase.
Volume expansion of the relationship of water to the boiling point obtained
theoretical boiling point higher than the boiling point of practical due to the
effects of air pressure somewhere with different heights. As a suggestion,
refractometer replaced with clear lighting for easy viewing.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
kuasa-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Kimia II ini dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Laporan Resmi Praktikum
Dasar Teknik Kimia II ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Dasar Teknik
Kimia II. Kami mengucapan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya Laporan ini bisa selesai dengan
baik dan tepat waktu
2. Ibu Ir. C. Sri Budiyati, M.T. selaku dosen pembimbing Praktikum Dasar
Teknik Kimia II
3. Koordinator asisten laboratorium PDTK II Reza Nur Rhamadhan
4. Nadia Dwi Ayu sebagai Asisten Pengampu Laporan Praktikum Kesetimbang
Fasa kami
5. Orang tua atas dukungan baik moral maupun materil.
Sehingga tugas laporan resmi ini dapat terselesaikan dengan baik dan
sesuai harapan. Kepada teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu
maupun motivasi apapun, kami mengucapkan terima kasih.Tidak ada gading yang
tak retak. Begitu pula dengan laporan resmi kami. Oleh karena itu, kami masih
membutuhkan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan resmi
kami.

Semarang, 18 Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
RINGKASAN....................................................................................................iii

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
SUMMARY........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................1
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM...................................................................1
1.3 MANFAAT PRAKTIKUM...............................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN................................4
3.2 GAMBAR ALAT...........................................................................4
3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM..........................................................5
BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 HUBUNGAN KOMPOSISI TERHADAP INDEKS BIAS DARI
LARUTAN ETANOL-AIR...............................................................6
4.2 HUBUNGAN KOMPOSISI TERHADAP TITIK DIDIH DESTILAT
DAN RESIDU..................................................................................8
4.3 PENGARUH PENAMBAHAN V AQUADEST TERHADAP TITIK
DIDIH...............................................................................................9
4.4 PERBANDINGAN TITIK DIDIH PRAKTIS DENGAN TEORITIS
PADA ETANOL.............................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN...............................................................................12
5.2 SARAN............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
LAMPIRAN
DATA HASIL PRAKTIKUM.........................................................................A-1
LEMBAR PERHITUNGAN...........................................................................B-1
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK...........................................................C-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN...............................................................D-1
6

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
REFERENSI....................................................................................................E-1
LEMBAR ASISTENSI....................................................................................F-1

DAFTAR TABEL
Tabel A-1Hubungan antara Komposisi Etanol (Larutan Etanol-Air) dengan Indeks
Bias....................................................................................................A-3
Tabel A-2 Pengaruh Komposisi Umpan Destilasi...........................................A-3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Suhu Komposisi Asam Formiat-Air..................................3


Gambar 2.2 Diagram Suhu-Komposisi Etanol-Air..............................................3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destilasi..................................................................4
Gambar 4.1 Hubungan %W dan Indeks Bias.......................................................6
Gambar 4.2 Hubungan %W etanol dengan Titik Didih........................................8
Gambar 4.3 Hubungan Penambahan V Aquadest dengan Suhu...........................9

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi
dari masing-masing penyusun larutan tidak sama karena volatilitas
(mudahnya menguap) dari masing-masing penyusunnya berbeda. Uap relatif
mengandung lebih banyak zat yang lebih volatil dari pada cairannya. Pada
praktikum kesetimbangan fasa mempelajari kesetimbangan antara fase uap
dan fase cair dari suatu larutan. Dari praktikum ini mahasiswa dapat
mengetahui diagram komposisi versus suhu dengan pengukuran nilai indeks
bias. Aplikasi kesetimbangan fasa dalam industry kimia adalah dalam proses
destilasi yang sering digunakan untuk pemurnian etanol, pemisahan solven
serta proses pemisahan yang menggunakan perbedaan titik didih.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami kesetimbangan antara dua
fase (uap-cair) dari sistem campuran (larutan) yang terdiri dari dua
komponen.
2. Mahasiswa diharapkan mampu membuat diagram komposisi versus suhu
untuk larutan etanol-air.
1.3 Manfaat Praktikum
Setelah praktikum mahasiswa dapat memahami konsep kesetimbangan
fase (uap-cair) dari suatu sistem larutan yang terdiri dari dua komponen
serta membuat dan memahami diagram komposisi versus suhu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Larutan adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Bila sistem hanya terdiri dari dua zat maka disebut larutan biner,
misalnya alkohol dalam air. Menurut sifatnya dikenal larutan ideal dan non ideal.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis
dan tidak sejenis sama. Sedangkan larutan non ideal gaya tarik menarik antara
molekul yang sejenis maupun yang tidak sejenis berbeda.
Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari masing-masing
penyusun larutan tidak sama karena volatilitas (mudahnya menguap) dari
masing-masing penyusunnya berbeda. Uap relatif mengandung lebih banyak zat
yang lebih volatil dari pada cairannya. Hal ini dapat dilihat dari diagram
kesetimbangan uap dan cairan pada tekanan tetap dan suhu tetap.
Pada percobaan kesetimbangan fase dipelajari diagram komposisi suhu pada
tekanan tetap. Komposisi etanol dan air di fase uap (yi) dan cair (xi) pada berbagai
suhu. Komposisi ini kemudian dipakai untuk membuat diagram Komposisi versus
Suhu pada sistem larutan biner.
Distilasi digunakan untuk membuat diagram kesetimbangan fase antara uap
dengan cairan untuk sistem larutan biner ini.
Tekanan uap komponen air dan etanol dari larutan ideal mengikuti Hukum
Raoult :
PA = P0A XA ....................(1)
PB = P0B XB ....................(2)
Dengan :
PA

= tekanan parsial Air

PB

= tekanan parsial Etanol

P0A

= tekanan uap murni Air pada suhu tertentu

P0B

= tekanan uap murni Etanol pada suhu tertentu

XA

= mol fraksi Air di dalam larutan

XB

= mol fraksi Etanol di dalam larutan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Jika persamaan (1) dan (2) dimasukan ke persamaan Dalton, P = PA0 XA +
PB0 XB, maka diperoleh persamaan :
P = PA0 XA + PB0 XB ....................(3)
Dengan P adalah tekanan uap total dari sistem. Dalam larutan berlaku :
XA + XB = 1 ....................(4)
Jika persamaan (4) dimasukan ke persamaan (3) diperoleh :
P = PB0 - ( PA0 PB0 ) XA ....................(5)
Hukum Raoult hanya dapat digunakan untuk larutan ideal atau larutan yang
sangat encer, karena pada larutan encer, hubungan antara jumlah zat terlarut
dengan tekanan uapnya merupakan fungsi linier (semakin banyak solute, maka
tekanan uap akan semakin kecil), sedangkan pada larutan yang tidak encer,
hubungannya tidak linier (pengaruh jumlah solute terhadap tekanan uap tidak
tetap).
Dalam larutan yang mempunyai tekanan uap sistem yang lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan hukum Raoult
dikatakan sistem mempunyai deviasi positif (larutan non ideal), seperti
ditunjukkan pada gambar 1. Dikatakan deviasi negatif, jika tekanan uap larutan
lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan
Hukum Raoult seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2.1 Diagram Suhu-Komposisi

Gambar 2.2 Diagram Suhu-

Komposisi Asam Formiat-Air

Etanol-Air

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1 Bahan :
1. Etanol
2. Air/Aquadest/Air Demin
3.1.2 Alat :
1. Labu Destilasi
2. Thermometer
3. Pendingin Leibig
4. Thermostat
5. Erlenmeyer
6. Pipet
7. Refraktometer
3.2 Gambar Rangkaian Alat

80 ml
120 ml (5 24 ml)

Keterangan :

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destilasi

1. Statif
2. Klem
3. Labu Destilasi
4. Thermostat
5. Thermometer
6. Pendingin Leibig
7. Erlenmeyer
8. Adaptor
9. Waterbath
10. Kaki Tiga
11. Heater dan Thermocouple
12. Aliran air pendingin masuk
13. Aliran air pendingin keluar

3.3 Prosedur Praktikum


1. Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan etanolair) versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan
piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas
dengan kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
4

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
d. Masing- masing larutan pada langkah d dilihat indeks biasnya
dengan refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml ,
dipanaskan sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3. Etanol dengan volume 80 ml dimasukkan ke dalam labu destilasi
kosong, dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan
thermostat sampai mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air dengan
volume 24 ml ke dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan sampai
mencapai suhu konstan dan catat titik didihnya , ambil cuplikan residu
dan destilat untuk diperiksa indeks biasnya masing-masing. Destilat
yang telah diambil sedikit untuk sampel dikembalikan lagi kedalam
labu destilasi.
5. Prosedur 4 dilakukan berulang-ulang sampai kadar etanol i.
6. Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol-aquadest/air
demin/air.
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau
fraksi mol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Komposisi terhadap Indeks Bias dari Larutan Etanol-Air

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA

1.35
1.35
1.34
1.34
1.33
1.33
1.32
1.32
0

11

22

33

44

55

66

77

88

Gambar 4.1 Hubungan %W dengan Indeks Bias


Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar %W etanol, maka
indeks bias yang di dapat akan semakin meningkat. Indeks bias suatu zat
adalah perbandingan cepat rambat cahaya dalam hampa udara (c) terhadap
cepat rambat cahaya dalam medium tersebut (Vp). Pada dasarnya semakin
besar komposisi etanol (%W) maka indeks bias akan semakin besar pula.
Hal ini berdasarkan rumus :
c
n=
Vp
Dengan :
n
= indeks bias
c
= cepat rambat cahaya dalam hampa udara
Vp
= cepat rambat cahaya dalam medium
Cepat rambat cahaya pada suatu medium dipengaruhi oleh interaksi
cahaya dengan molekul-molekul zat. Semakin besar molekul senyawa dan
konsentrasinya makan jarak antar molekul akan semakin rapat sehingga
cepat rambat cahaya dalam medium semakin berkurang sehingga niilai
indeks bianya semakin besar (Anonim, 2011).
6

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Etanol dengan rumus molekul C2H5OH memiliki berat moleuk sebesar
46 gram/mol dan berat molekul air (H2O) adalah sebesar 18 gram/mol. Berat
molekul etanol lebih besar dari berat molekul air. Berat molekul merupakan
nilai yang menjelaskan jumlah gram komposisi dalam 1 mol artinya etanol
memilikii molekul yang lebih besr dibanding aquadest. Sehingga dalam
campuran etanol-air, jarak antar molekulnya semakin rapat (Ariqi, 2011).
Jika komposisi persen etanol terus bertambah, maka ada lebih banyak
molekul etanol yang menyebabkan jarak antar nolekulnya semakin rapat dan
membuat cahaya sulit menembus larutan sehingga cepat rambatnya
berkurang. Cepat rambat cahaya pada aquadest adalah
C
n=
Vp( aquadest)
1,330=

299792458 m/s
Vp(aquadest )

Vp ( aquadest )=2,25 108 m/s


Dan cepat rambat cahaya pada medium etanol yaitu
C
n=
Vp(etanol)
1,336=

299792458 m/s
Vp( etanol)

8
Vp ( etanol )=2,20 10 m/ s

Maka cepar rambat cahaya pada etanol 2,20 x 10 8 m/s lebih kecil dari
cepat rambat cahaya pada aquadest yaitu 2,25 x 108 m/s. Jadi, jika
komposisi etanol semakin banyak maka cepat rambat cahaya akan semakin
kecil. Akibatnya, sesuai dengan rumus indeks bias, indeks bias akan
semakin besar (Ariqi, 2011).

4.2 Hubungan komposisi terhadap titik didih dari destilat dan residu

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA

85
80

f(x) = 0.43x + 53.83


RD)
= 0.58
Linear (T
ILAT
Linear (DEST ILAT)
f(x)
= -DEST
0.04x
+ 78.39

75

TD

RESIDU

R = 0.01

Titik Didih (C) 70


65
Linear (RESIDU)

60
35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

% W etanol

Gambar 4.2 Hubungan %W etanol dengan Titik Didih


Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kenaikan %W etanol dan suhu
didih menyebabkan terjadinya fenomena-fenomena pada destilat dan residu
yaitu :
1. Fenomena pada destilat
Dari kurva destilat terlihat bahwa peningkatan jumlah %W
etanol diiringi dengan kenaikan titik didih larutan. Seharusnya terjadi
penurunan titik didih seiring dengan peningkatan %W etanol. Hal ini
dijelaskan dengan rumus titik didih campuran, yaitu :
Td campuran=Td etanol . x etanol+Td air . x air
Sehingga semakin besar %W pada larutan, berarti fraksi etanol
semakin besar dan fraksi air semakin kecil, maka titik didih akan
semakin turun karena titik didih etanol teoritis (78C) lebih kecil dari
titik didih teoritis air (100C).
Perbedaan fenomena pada percobaan disebabkan oleh sifat
etanol yang volatil. Volatilitas etanol yang relatif tinggi ini,
menyebabkan %W etanol lebih kecil dari yang seharusnya (fraksi air
menjadi lebih besar) sehingga titik didih campuran menjadi semakin
tinggi (Anonim, 2012).

2. Fenomena pada residu


Kurva residu pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa semakin
besar %W etanol maka titik didihnya semakin menurun. Fenomena ini
sesuai dengan rumus :
8

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Td campuran=Td etanol . x etanol+Td air . x air
Dimana peningkatan jumlah %W (x etanol) menyebbabkan
penurunan jumlah fraksi air (x air) sehingga titik didih campuran
menjadi semakin kecil karena titik diidh etanol murni (78C) lebih
kecil daripada titik didih air murni (100C) (Anonim, 2012).

Titik Didih (C)

20

40

60

80

100

120

140

Volume Aquadest (ml)

4.3

P
engaruh penambahan V aquadest terhadap titik didih

Gambar 4.3 Hubungan penambahan V aquadest dengan suhu


Dari gambar 4.3 dapat dilihat sebelum penambahan aquadest titik
didih etanol adalah 65C. Setelah ditambah aquadest titik didih mengalami
peningkatan dan begitu seterusnya sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak volume aquadest yang ditambahkan maka suhu semakin
naik. Hal ini sesuai denggan sifat koligatif larutan yaitu sifat larutan yang
bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarutnya, semakin banyak aquadest yang
ditambahkan maka konsentrasi aquadest (zat terlarut) dalam larutan semakin
besar. Sehingga semakin besar konsentrasi dalam larutan menyebabkan
partikel-partikel etanol terperangkap dalam partikel-partikel aquadest
sehingga etanol lebih sulit untuk diuapkan. Dimana aquadest memiliki titik
9

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
didih yang lebih tinggi yaitu 100C dari etanol yaitu 78C sehingga larutan
campuran memerlukan energi yang lebih besar untuk menguap dan
menyebabkan suhu titik didih semakin tinggi (Meteora, 2012).
Jika ditinjau dari titik didih campurannya menurut rumus berikut :
Td campuran=Td etanol . x etanol+Td air . x air
Dimana titik didih teoritis etanol 78C lebih kecil dari titik didih
teoritis air 100C. Jika kadar air (x air) bertambah dan kadar etanol (x
etanol) berkurang maka dari persamaan dapat diketahui jika titik didih
campuran (Td campuran) akan bertambah seiring dengan penambahan
volume aquadest dalam larutan (Anonim, 2016).
4.4 Perbandingan titik didih praktis dengan teoritis pada etanol
Dari percoobaan yang kami dapatkan titik didih praktis etanol 65C
lebih kecil dari titik didih teoritis etanol 78C. Hal ini dikarenakan faktor
ketinggian yang berpengaruh dimana dalam zat cair, tekanan akan semakin
besar pada kedalaman yang lebih

dalam. Demikian pula dalam udara,

tekanan udara paling besar terdapat di permukaan air laut (76 cmHg).
Tekanan tersebut berangsur-angsur berkurang seiring dengan kenaikan
tinggi tempat (Anonim, 2011). Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh
tekanan udara, semakin besar tekanan udara maka makin besar pula titik
didih zat cair tersebut, demikian sebaliknya (Anonim, 2011).
Jadi, perbedaan antara titik didih teoritis dan titik didih praktis yang
kami dapatkan disebabkan karena pada saat praktikum keadaan Tembalang
adalah 206 mdpl. Sedangkan tekanan udara di permukaan air yaitu 76
cmHg. Sehingga tekanan di Tembalang :

Ph= P 0

h
cmHg
100

Ph : Tekanan pada tinggi h


P0 : tekanan udara permukaan air (76 cmHg)
h : tinggi suatu tempat

Ph= 76

206
cmHg
100

10

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
Ph=73,94 cmHg

Perbedaan rumus gas ideal di dapat tekanan sebagai berikut :


P1 V 1 n1 R1 T 1
=
P2 V 2 n2 R2 T 2

Maka pada etanol :


76 cmHg
78
=
73,94 cmHg
T2
T 2 =75,88
Sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya tekanan di suatu tempat
sangat tergantung pada ketinggian tempat tersebut. Semakin tinggi suatu
tempat semakin kecil tekanannya. Ketika tekanan kecil menyebabkan titik
didih yang terukurpun semakin kecil (Anonim, 2012).

11

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara komposisi etanol dengan indeks bias pada dasarnya
adalah berbanding lurus. Semakin besar komposisi etanol semakin
besar indeks biasnya.
2. Hubungan komposisi etanol-air (%W) dengan titik didih adalh
semakin besar komposisi etanol (%W) maka titik didihdestilat
maupun residu semakin rendah.
3. Hubungan volume penambahan air dan titik didih adalah semakin
besar volume air, titik didih yang di dapat semakin tinggi.
4. Dalam perbandingan titik didih praktis dan titik didih teoritis etanol
tidak sama dikarenakan adanya perbedaan pengukuran pada tekanan
udaranya atau ketiinggian suatu tempat.
5.2 Saran
1. Sebaiknya neraca digital diganti atau diperbaiki karena nilai neraca
digitalnya sulit untuk konstan.
2. Sebaiknya refraktometer diganti karena sulit untuk mrlihat nilai indeks
biasnya.
3. Sebaiknya saat praktikum ada asisten yang selalu menjaga sehingga
praktikum berjalan dengan lancar.

12

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
DAFTAR PUSTAKA
Ariqi.2011.Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Diester dan Minyak Jarak Cina
(Cartor Oil) dengan Ahibrida Format. Skripsi : Jurusan FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Alberty, R. A. And Daniels, F.1983.Kimia Fisika. Edisi lima. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Anonim.2012.Hubungan

Tekanan

dengan

Titik

Didih

.http://infoormasiana.com/hubungan-tekanan-dan-titik-didih/.
Castelan, G., W.1981.Physical Chemistry,2nd edition. Tokyo.
Meteora. 2012. Pengaruh Penambahan Aquadest pada Larutan Etanol. Jakarta

13

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
DATA HASIL PRAKTIKUM
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MATERI : KESETIMBANGAN FASA
I.

BAHAN DAN ALAT


Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan :
Etanol

80 ml

Air/Aquadest/Air Demin

120 ml (5 24 ml)

Alat :
Labu Destilasi
Thermometer
Pendingin Leibig
Thermostat
Erlenmeyer
Pipet
Refraktometer
Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Destilasi

Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Labu Destilasi
4. Thermostat
5. Thermometer
6. Pendingin Leibig
7. Erlenmeyer
8. Adaptor
9. Waterbath
10. Kaki Tiga
11. Heater dan Thermocouple
12. Aliran air pendingin masuk
13.Aliran air pendingin keluar

A-1

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
II.

CARA KERJA :
1. Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan etanol-air)
versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas
dengan kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
d. Masing- masing larutan pada langkah d dilihat indeks biasnya dengan
refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml , dipanaskan
sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3. Etanol dengan volume 80 ml dimasukkan ke dalam labu destilasi kosong,
dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan thermostat
sampai mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air dengan volume
24 ml ke dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan sampai mencapai
suhu konstan dan catat titik didihnya , ambil cuplikan residu dan destilat
untuk diperiksa indeks biasnya masing-masing. Destilat yang telah
diambil sedikit untuk sampel dikembalikan lagi kedalam labu destilasi.
5. Prosedur 4 dilakukan berulang-ulang sampai kadar etanol i.
6. Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi etanol-aquadest/air
demin/air.
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau
fraksi mol.

A-2

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
III.

HASIL PRAKTIKUM
Tabel A-1Hubungan antara Komposisi Etanol (Larutan Etanol-Air) dengan
Indeks Bias
Komposisi Etanol
(%W)
0
11
22
33
44
55
66
77
88

Volume Air (ml)

Volume Etanol (ml)

Indeks Bias

13
11,2613
9,61304
8,04822
6,560714
5,1449
3,79588
2,50867
1,27946

0
1,7387
3,38696
4,95178
6,43929
7.8551
9,204412
100,49133
11,72054

1,325
1,327
1,328
1,330
1,338
1,340
1,341
1,342
1,344

Tabel A-2 Pengaruh Komposisi Umpan Destilasi


Volume etanol
(ml)
80
80
80
80
80
80

Volume air (ml)

Suhu Didih (C)

0
24
48
72
96
120

65
75
77
78
80
81

Indeks Bias

Indeks Bias

Residu
1,339
1,342
1,341
1,340
1,339
1,338

Destilat
1,336
1,337
1,339
1,341
1,340
1,341

MENGETAHUI
ASISTEN

PRAKTIKAN

Nadia Dwi Ayu


(Achmad Iqbal) (Anna Kristin Br P) (Sie Cinthia M)

NIM.21030114140119

A-3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

KESETIMBANGAN FASA
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Mencari etanol
m picnometer kosong
= 15,816 gram
m picnometer + aquadest = 41,043gram
m aquadest
= 25,227 gram
m picnometer + etanol
= 36,011 gram
m etanol
= 20,195 gram
air pada suhu 25C adalah 0,997045 gr / cm3
=

m aquadest
V aquadest

0,997045=

25,227
V aquadest

etanol=

metanol
V etanol

etanol=

20,195
=0,798166 gr cm3
25,30177

V aquadest=25,30177 cm3

B-1

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

2. Mencari kadar etanol sebenarnya


etanol = 795,40 kg/m3
x = 0,9075
3
etanol = 807,52 kg/m
x = 0,7965
yy1
x x 1
=
y 2 y 1 x 2x 1
798,166795,40
x0,9075
=
807,52795,40 0,79650,9075
x=0,88196
3. Mencari V etanol pada tiap komposisinya dengan basis 13 ml
a. %W etanol = 0 % W
etanol. Vetanol . x
X .W=
etanol .Vetanol+ aquadest (13Vet)
V etanol=o ml

V aquadest=13 ml
b. %W etanol = 11%W
0,88196 .0,11=

0,798166 . Vetanol .0,88196


0,798166 . Vetanol+0,997045(13Vet)

Vetanol=1,7387 ml

V aquadest=11,2613 ml
c. %W etanol = 22%W
0,88196 .0,22=

0,798166 .Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+0,997045(13Vetanol)

Vetanol=3,38696 ml

V aquadest=9,61304 ml
d. %W etanol = 33%W
0,88196 .0,33=

0,798166 . Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+0,997045(13Vetanol)

V etanol=4,95179 ml

V aquadest=8,04822 ml
e. %W etanol = 44%W
0,88196 .0,44=

0,798166. Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+ 0,997045(13Vetanol)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

B-1
B-2
B
-2

Vetanol=6, 43929 ml
V aquadest=6,560714 ml

f. %W etanol = 55%W
0,88196 .0,55=

0,798166 . Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+0,997045(13Vetanol)

V etanol=7,8551ml
V aquadest=5,1449 ml

g. %W etanol = 66%W
0,88196 .0,66=

0,798166 . Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+0,997045 (13Vetanol)

Vetanol=9,20412ml
V aquadest=3,79588 ml

h. %W etanol = 77%W
0,88196 .0,77=

0,798166 . Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+0,997045 (13Vetanol)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

B-1
B-2
B
-2

V etanol=10,49133ml
V aquadest=2,50867 ml

i. %W = 88%W
0,88196 .0,88=

0,798166 . Vetanol .0,88196


0,798166 Vetanol+0,997045(13Vetanol)

V etanol=11,72054ml
V aquadest=1,27946 ml

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

B-1
C-1
B-2
B-3
B-3

LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK


1. Perhitungan residu pada hubungan komposisi etanol-air (%W) dengan TD
%W (x) ml
48
75
63
55
48
41
330
2
x
2
n x
n xyx y
m=

m=

TD (y) C
65
75
77
78
80
81
456

x2
2304
5625
3969
3025
2304
1681
18908

Xy
3120
5625
4851
4290
3840
3321
25047

x 2
2
n . x
x 2 . yx . xy
c=

6 .25047330 .456
6.18908108900

m=0,0435

c=

18098.456330 .25047
6 .18908108900

c=3,4765

y=0,0435 x+ 3,4765
2. Perhitungan destilat pada hubungan komposisi etanol-air (%W) dengan TD
%W (x) ml
40
41
48
63
55
63
310
2
x
2
n x
n xyx y
m=

m=

6 .23815310 .456
6 .1654996100

m=0,4799

TD (y) C
65
75
77
78
80
81
456

x2
1600
1681
2304
3969
3015
3969
16548

xy
2600
3075
3696
4914
4400
5130
23815
2

x
n . x 2
x 2 . yx . xy
c=

c=

16549.4556310 .23815
6.1654896100

c=51,2039

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

B-1
C-1
B-2
B-3

y=0,4799 x +51,2039

B-4

B-3

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

LEMBAR KUANTITAS REAGEN


LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM KE
:4
: KESETIMBANGAN FASA
: Jumat / 1 April 2016
: 7 Jumat
: 1. Achmad Iqbal
2. Anna Kristin br Pandiangan
3. Sie Cinthia Melinda
ASISTEN
: Nadia Dwi Ayu
KUANTITAS REAGEN
MATERI
HARI/TANGGAL
KELOMPOK
NAMA

NO
1.
2.

JENIS REAGEN
Kurva Standar
%W etanol
Destilasi
Etanol
Aquadest

KUANTITAS
Basis 13 ml
0,11,22,33,44,55,66,77,88 %W
80 ml
120 ml (5 x 24ml)

TUGAS TAMBAHAN

Sifat fisik dan kimia bahan


Pengertian destilasi dan titik Azeotrop
Aplikasi KF di Industri

CATATAN

SEMARANG,
ASISTEN

NIM. 21030114140119

D-1

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

Destilasi sampai titik didih konstan


Bawa milimeterblock, tisu

Air sebagai contoh sempurna


ikatan hidrogen

Harus diperhatikan bahwa tiap molekul


air dapat berpotensi membentuk empat ikatan hidrogen dengan molekul air
disekelilingnya. Terdapat jumlah hidrogen + yang pasti dan pasangan mandiri
karena itu tiap masing-masing molekul air dapat terlibat dalam ikatan hidrogen.
Hal inilah yang menjadi sebab kenapa titik didih air lebih tinggi dibandingkan
amonia atau hidrogen fluorida. Pada kasus amonia, jumlah ikatan hidrogen
dibatasi oleh fakta bahwa tiap atom nitrogen hanya mempunyai satu pasang
elektron mandiri. Pada golongan molekul amonia, tidak terdapat cukup pasangan
mandiri untuk mengelilinginya untuk memuaskan semua hidrogen.
Pada hidrogen fluorida, masalah yang muncul adalah kekurangan hidrogen. Pada
molekul air, hal itu terpenuhi dengan baik. Air dapat digambarkan sebagai sistem
ikatan hidrogen yang sempurna.
Contoh yang lebih kompleks dari ikatan hidrogen
Hidrasi ion negatif
Ketika sebuah substansi ionik dialrutkan dalam air, molekul air berkelompok
disekeliling ion yang terpisah. Proses ini disebut hidrasi.
Air seringkali terikat pada ion positif melalui ikatan koordinasi (kovalen dativ).
Air berikatan dengan ion negatif menggunakan ikatan hidrogen
Diagram menunjukkan potensi terbentuknya ikatan hidrogen pada ion klorida, Cl.
Meskipun pasangan mandiri pada ion klor terletak pada tingkat-3 dan secara
normal tidak akan cukup aktif utnuk membentuk ikatan hidrogen, pada kasus ini
mereka terbentuk lebih atraktif melalui muatan negatif penuh pada klor.
Meskipun ion negatif rumit, hal itu akan selalu menjadi pasangan mandiri yang
mana atom hidrogen dari molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen juga.
Ikatan hidrogen pada alkohol
Alkohol adalah molekul organik yang mengandung gugus -O-H.
Setiap molekul yang memiliki atom hidrogen tertarik secara langsung ke oksigen
atau nitrogen adalah ikatan hidrogen yang cakap. Seperti molekul yang akan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

E-1

selalu memiliki titik didih yang tinggi dibandingkan molekul yang berukuran
hampir sama yang mengandung gugus -O-H atau -N-H. Ikatan hidrogen membuat
molekul lebih melekat (stickier), dan memerlukan lebih banyak energi kalor untuk
memisahkannya.
Etanol, CH3CH2-O-H, dan metoksimetana, CH3-O-CH3, keduanya memiliki rumus
molekul yang sama, C2H6O.
Keduanya memiliki jumlah elektron yang sama, dan panjang molekul yang sama.
Dayatarik van der Waals (baik antara gaya dispersi dan dayatarik dipol-dipol)
pada keduanya akan sama.
Bagaimanapun, etanol memiliki atom hirogen yang tertarik secara langsung pada
oksigen dan oksigen tersebut masih memiliki dua pasangan mandiri seperti pada
molekul air. Ikatan hidrigen dapat terjadi antara molekul etanol, meskipun tidak
seefektif pada air. Ikatan hidrogen terbatas oleh fakta bahwa hanya ada satu atom
hidrogen pada tiap molekul etanol dengan cukup muatan +.
Pada metoksimetana, pasangan mandiri pada oksigen masih terdapat disana, tetapi
hidrogen tidak cukup + untuk pembentukan ikatan hidrogen. Kecuali pada
beberapa kasus yang tidak biasa, atom hidrogen tertarik secara langsung pada
atom yang sangat elektronegatif untuk menjadikan ikatan hidrogen.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

E-1

Indeks bias
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan
cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu
E-2
medium[1].
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:

di mana:
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 meter/detik)
= cepat rambat cahaya pada suatu medium
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 atau (n 1).

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

E-1

E-3

Beberapa nilai indeks bias


Material

[2](nm)

Hampa udara

1 (exactly)

Udara @ STP

1.0002926

Ref.

Gas @ 0 C and 1 atm


Udara

589.29

1.000293

[3]

Helium

589.29

1.000036

[3]

Hidrogen

589.29

1.000132

[3]

[4]

Karbon dioksida

589.29

1.00045

[5] [6]

Cairan @ 20 C
Benzena

589.29

1.501

[3]

Air

589.29

1.3330

[3]

Ethyl alcohol (ethanol)

589.29

1.361

[3]

Karbon tetraklorida

589.29

1.461

[3]

Karbon disulfida

589.29

1.628

[3]

Benda padat @ suhu kamar


[3]

Intan

589.29

2.419

Strontium titanate

589.29

2.41

Ambar

589.29

1.55

[3]

Fused silica

589.29

1.458

[3]

Natrium klorida

589.29

1.50

[3]

Pyrex

1.470

[7]

Sapphire

1.7621.778

Es

1.31

Cryolite

1.338

Aseton

1.36

Material lain

E-1

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II


E-4

NO

DIPERIKSA
TANGGAL

KETERANGAN

TANDA TANGAN

E-5

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

E-1

1.

18 Mei 2016

Revisi 1. Asistensi Langsung.

18 Mei 2016

ACC

2.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

E-1

Você também pode gostar