Você está na página 1de 22

BAB.

1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sebagai suatu rumah tangga, seperti halnya rumah tangga keluarga, Pemerintah (Rumah Tangga Negara)
sama-sama membutuhkan biaya untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu harus ada dana untuk
membiayai atas kegiatan yang dilakukan. Pendapatan yang dikumpulkan oleh suatu negara adalah dana yang akan
dipergunakan untuk membiayai semua kegiatan yang akan dan sedang dilaksanakan oleh negara tersebut sehingga
tujuan utama negara tercapai yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur. Untuk mencatat semua pendapatan
dan pembiayaan yang dilakukan oleh negara diperlukan adanya suatu daftar. Daftar terperinci mengenai penerimaan
dan pengeluaran suatu negara dalam jangka waktu tertentu itulah yang dinamakan dengan APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan dari usaha dan kewajiban
pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut pasal 23 ayat ( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa
Anggaran pendapatan dan belanja negara adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap
tahun menurut UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana tahunan keuangan pemerintah republik
ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN di tetapkan dengan UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa satu
tahun,mulai dari tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.
APBN terdiri dari :
1.
2.

Anggaran pendapatan,yang meliputi penerimaan pajak,penerimaan bukan pajak dan hibah.


Anggaran belanja,yang di gunakan untuk keperluan penyelanggaraan tugas pemerintah pusat dan melaksanakan

3.

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.


Pembiayaan,yaitu setiap penerimaan yang perlu di bayar dan/atau pengeluaran yang akan di terima kembali,baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun tahun anggaran berikutnya.
APBN mempunyai beberapa fungsi-fungsi seperti; otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,
dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu
tahun anggaran harus di masukan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat di gunakan untuk membiayai
pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian APBN
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ), merupakan perwujudan dari usaha dan kewajidan pemerintah
dalam mengolah keuangan negara. Menurut pasal 23 ayat ( 1 ) UUD 1945, menyebutkan bahwa Anggaran
pendapatan dan belanja negara adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap tahun
menurut UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ), adalah rencana tahunan keuangan pemerintah
republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN di tetapkan dengan UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa
satu tahun,mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
APBN mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemakmuran. Suatu negara dinilai berhasil
melaksanakan pembangunan jika pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator terjadinya peningkatan pendapatan nasional suatu negara. Dan peningkatan
pendapatan nasional berarti terjadi peningkatan produktivitas masyarakat.

B.

Analisis APBN secara umum


Dari tabel dapat di ketahui bahwa pada tahun 2007,terjadi Defisit anggaran sebesar Rp. 7.387,10 ( miliar ),
sedangkan pada tahun 2008 terjadi Surplus anggaran yaitu sebesar Rp. 79.950,40 ( miliar ), dan pada tahun 2009
terjadi Surplus anggaran kembali yaitu sebesar Rp. 23.964,40 ( miliar ), serta pada tahun 2010 kembali terjadi
Surplus anggaran sebesar Rp. 44.706,30 ( miliar ) lalu pada tahun 2011 2012, malah tidak terjadi anggaran Defisit
atau Surplus, atau anggaran Berimbang.
Disisi lain terjadi defisit anggaran pada PDB,dengan rincian sebagai berikut :

Tahun 2007 sebesar 1,3 ( miliar )


Tahun 2008 sebesar 0,1 ( miliar )
Tahun 2009 sebesar 1,6 ( miliar )
Tahun 2010 sebesar 0,7 ( miliar )
Tahun 2011 sebesar 2,1 ( miliar )
Tahun 2012 sebesar 1,5 ( miliar )
Dan defisit anggaran PDB yang terbesar yaitu pada tahun 2011, sedangkan untuk anggaran APBN defisit yang
terbesar terjadi pada tahun 2009.
Tetapi di bagian pendapatan, selalu terjadi kenaikan/pertambahan pendapatan dari tahun 2007 sampai tahun 2012,
seiring dengan pengeluaran yang selau meningkat,bahkan pada tahun 2007, jumlah penegeluaran lebih besar dari
jumlah pendapatan, yaitu selisih Rp. 7.387,10 ( miliar ).
APBN 2007 belum dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Belanja negara akhirnya lebih
banyak diporsikan membayar hutang dan belanja birokrasi. Hampir seluruh departemen dan lembaga pemerintah,

menghabiskan 60%-70% anggarannya untuk kebutuhan birokrasi, Sekretariat Nasional Fitra mencatat, indikasi
pemborosan dalam belanja birokrasi yang dilakukan pemerintah pusat mencapai Rp102 triliun. Hal yang sama
terjadi pada realisasi APBD 2007. Belanja birokrasi dalam APBD 2007 di 467 daerah yang mencakup 33
provinsidan 434 kabupaten/ kota mencapai Rp130,4 triliun, atau menyedot 39% total dana APBD. Cermin buruknya
kualitas belanja pemerintah terlihat dalam besarnya porsi belanja birokrasi padasektorutama yang seharusnya
mendapat prioritas, yakni pendidikan dan kesehatan. Arif menyebutkan, kedua sector tersebut hanya mendapat
Rp66,6 triliun atau 8,9% dari total belanja Negara dalam APBN 2007.Dari Rp51,3 triliun (6,9%) anggaran
pendidikan sebagian besar dihabiskan untuk birokrasi sebesar Rp29 triliun, gaji dan tunjangan Rp4,8 triliun dan
perkantoran Rp2,7 triliun.
Sejak disahkan menjadi undang-undang sekitar Oktober 2007 lalu, nasib APBN 2008 sudah mulai dikaji
ulang pada usianya yang memasuki bulan ketiga. Mungkin ini usia APBN terpendek sepanjang sejarah anggaran
Indonesia. Menkeu mengungkapkan, seluruh target anggaran dan asumsi dasar yang terkait dengan minyak sudah
tidak realistis lagi. Asumsi pokok APBN 2008 diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi 6,8%, inflasi 6%,nilai tukar
Rp9.100 per USD, bunga SBI 3 bulan 7,5%, harga minyak USD60 per barel, lifting minyak 1,034 juta barel per hari,
dan PDB nominal Rp4.306,607 triliun).Yang pertama mengenai asumsi harga minyak mentah Indonesia di pasar
dunia. Target 60 dollar AS per barrel di APBN 2008 jauh di bawah rata-rata harga minyak sebenarnya, sehingga
asumsi harga minyak diusulkan naik menjadi 80 dollar AS per barrel. Adapun lifting minyak yang ditargetkan 1,034
juta barrel per hari dinilai terlalu tinggi sehingga perlu direvisi menjadi 910.000 barrel per hari. Turunnya lifting dan
membengkaknya harga minyak mentah dunia berdampak langsung pada subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan
listrik. Mengapa demikian? Mengingat negara kita tercinta ini belum bisa mengolah sendiri minyak mentah kita
menjadi produk BBM, sehingga minyak mentah yang dihasilkan dari perut bumi Indonesia, harus diekspor terlebih
dahulu, baru kita mengimpor produk BBM jadi dari negara yang bisa mengolah minyak mentah kita. Sehingga bila
harga minyak mentah di pasaran dunia semakin menggila seperti sekarang ini praktis subsidi yang harus dikeluarkan
pemerintah untuk menutup selisih harga BBM yang diimpor dengan harga jual dalam negeri akan semakin
melonjak. Jika kondisi yang terjadi saat ini dibiarkan apa adanya, subsidi BBM bakal naik dari Rp 45,8 triliun
menjadi Rp 116,8 triliun, dan subsidi listrik bakal melonjak dari Rp 29,8 triliun menjadi Rp 54,2 triliun.
Lonjakan subsidi BBM dan listrik inilah menjadi penyumbang utama pembengkakan anggaran belanja
pemerintah pusat dari target awal Rp 573,4 triliun di APBN 2008 menjadi Rp 683,4 triliun. Lalu kewajiban
pemerintah untuk mentransfer dana bagi hasil sumber daya alam ke daerah pun meningkat Rp 7,2 triliun menjadi Rp
288,4 triliun. Kedua pos belanja itu saja membuat anggaran belanja negara bisa melonjak dari Rp 854,6 triliun ke Rp
971,8 triliun atau membengkak Rp 117,2 triliun. Masalah keuangan pemerintah itu semakin serius jika
membandingkan potensi pembengkakan belanja tersebut, dengan kemampuan negara menghimpun penerimaannya.
Depkeu memperkirakan, penerimaan negara hanya akan meningkat Rp 5,1 triliun menjadi Rp 786,4 triliun. Itu
artinya akan terjadi defisit anggaran yang menganga lebar, yakni Rp 185,4 triliun atau setara 4,3 persen terhadap
produk domestik bruto (PDB). Perkiraan defisit itu jauh di atas target defisit APBN 2008 yang ditetapkan Rp 73,3
triliun atau 1,7 persen PDB.

Masalah panga menjadi salah satu bagian langkah pengamanan karena kenaikan komoditas di pasar dunia
juga melebar pada empat produk pangan, yaitu minyak kelapa sawit, gula, gandum, dan kedelai. Menkeu
menegaskan, optimalisasi penerimaan negara akan dilakukan semaksimal mungkin, baik dari pajak maupun setoran
dividen. Adapun dana cadangan yang dialokasikan sebagai peredam gejolak harga minyak sebesar Rp 6 triliun
dipastikan akan habis diserap. Penghematan di seluruh kementerian dan lembaga nondepartemen diharapkan akan
menghasilkan Rp 30 triliun.
pemerintah berharap penerimaan negara akan meningkat dari rencana di APBN 2008 senilai Rp 781,3
triliun menjadi Rp 825,8 triliun. Itu lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan perubahan APBN tanpa sembilan
langkah tadi, yakni Rp 786,4 triliun. Sementara anggaran belanja negara akan ditekan keposisi Rp 914,9 triliun. Itu
lebih rendah dari perkiraan anggaran belanja tanpa sembilan langkah pengamanan tersebut, yakni Rp 971,8 triliun.
Sembilan langkah itu pun diharapkan bisa meredam defisit yang diperkirakan membengkak keangka Rp 185,4
triliun, menjadi hanya sekitar Rp 89,1 triliun.
Dalam APBN 2009,Jika ditinjau dari susunan atau komponen APBN yang sebagian besarnya pendapatan
Negara diterima dari sector pajak, jelas bahwa pajak sangat berpengaruh pada pendapatan Indonesia Struktur
pendapatan Negara didominasi sumber-sumber penerimaan dari pos-pos perpajakan, karena Pemerintah lebih
memfokuskan menggali sumber-sumber dana di dalam neger idan menghindari utang luar negeri, Penerimaan
perpajakan didominasi oleh sumber sumber antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang atau pajak
penjualan barang mewah, pajak bumi dan bangunan dll. Dari tahun ketahun penerimaan/pendapatan Negara dari
pajak terus meningkat.
Sementara alokasi dana APBN yang didapat dari penerimaan perpajakan, penerimaan bukan digunakan
untuk belanja Negara dan pembiayaan lainnya. Belanja Negara dalam tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp1.229,6
triliun. Jumlah itu terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp836,6 triliundan transfer kedaerah Rp393,0 triliun.
Menurut jenis belanja, belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai Rp180,6 triliun, belan jabarang
Rp132,4 triliun, belanja modal Rp121,9 triliun, pembayaran bunga utang Rp115,2 triliun, subsidi sebesar Rp187,6
triliun, belanja hibah Rp771,3 miliar, bantuan sosial Rp61,0 triliun, danbelanja lain-lain Rp15,3 triliun.
Subsidi sebesar Rp187,6 triliun terdiri atas subsidi energy sebesar Rp136,6 triliun, subsidi listrik Rp40,7 triliun dan
subsidi non energi Rp51,0 triliun.
Subsidi non energy terdiri atas subsidi pangan Rp15,3 triliun, subsidi pupuk Rp16,4 triliun, subsidi benih
Rp120,3 miliar, subsidi/bantuan PSO sebesar Rp1,9 triliun dan subsidi pajak ditanggung pemerintah sebesar Rp14,8
triliun.
Pemerintah menyiapkan anggaran subsidi sebesar Rp 144,4 triliun untuk tahun 2010. Angka ini berarti 14,3
% dari total APBN yang mencapai Rp 1.009,5 triliun. Dibanding subsidi tahun sebelumnya, alokasi subsidi pada
anggaran tahun 2010 ini lebih rendah seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, Akibat krisis ekonomi
global, pertumbuhan ekonomi hampir di semua Negara negatif. Kontraksi awal mulai terlihat di akhir 2008, ditandai
dengan kepanikan akibat kebangkrutan lembaga ekonomi dan keuangan skala dunia. Hal yang sama juga terjadi
pada harga minyak dunia yang di awal krisis melonjak sangat tinggi di luar prediksi.Namun demikian, di tengah
kondisi krisis global, pemerintah tetap berupaya untuk menggerak kansektor riil yang menggairahkan dunia usaha

dan ekonomi masyarakat. Dalam RAPBN 2010 ini pemerintah mengalokasikan anggaran belanja pegawai mencapai
Rp 161,7 triliun. Angka ini naik Rp 28 triliun atau 21 % dari perkiraan realisasinya dalam tahun 2009. Kenaikan
anggaran ini ditujukan untuk memperbaiki kinerja birok rasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu,
anggaran juga dialokasikan untuk kenaikan gaji PNS, prajurit TNI/Polri, dan pensiunan sebesar rata-rata 5 %.
Pertumbuhan 5% di tahun 2010 akan mengurangi tingkat pengangguran terbuka menjadi 8 %. Jumlah penganggur
diperkirakan 9,29 juta orang. Angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja diperkirakan sebesar 1,7 juta orang,
sedang kesempatan kerja mencapai angka 1,87 juta.
Pendapatan Negara yang diterima untuk digunakan di APBN 2011 dari pajak penghasilan berjumlah
420.493,8 triliun.Pada APBN 2011, cukai yang menjadi pendapatan Negara berjumlah 62.759,9 triliun. Pendapatan
negara yang didapat dari Pajak Pertambahan Nilai berjumlah 312.110,0 t belanja Negara dalam tahun 2011
ditetapkan sebesar Rp1.229,6 triliun. Jumlah itu terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp836,6 triliun dan transfer
kedaerah Rp393,0 triliun. Menurut jenis belanja, belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai Rp180,6
triliun, belanja barang Rp132,4 triliun, belanja modal Rp121,9 triliun, pembayaran bunga utang Rp115,2 triliun,
subsidi sebesar Rp187,6 triliun, belanja hibah Rp771,3 miliar, bantuan sosial Rp61,0 triliun, dan belanja lain-lain
Rp15,3 triliun.Subsidi sebesar Rp187,6 triliun terdiri atas subsidi energy sebesar Rp136,6 triliun, subsidi listrik Rp
40,7 triliun dan subsidi non energi Rp51,0 triliun. Subsidi non energy terdiri atas subsidi pangan Rp15,3 triliun,
subsidi pupuk Rp16,4 triliun, subsidi benih Rp120,3 miliar, subsidi/bantuan PSO sebesar Rp1,9 triliun dan subsidi
pajak ditanggung pemerintah sebesar Rp14,8 triliun,,riliun,Pajak Bumi dan Bangunan di pendapatan negara APBN
2011 berjumlah 27.682,4.
Pada APBN 2011, pertumbuhan ekonomi ditaksir sebesar6,4%, artinya, outcome yangdihasilkan dari
kegiatanperekonomian Indonesia selama tahun 2011 ini akanberkembang lebih besar 6,4% dibandingkan
denganoutcometahun lalu. KementerianKeuangan tanggal 3 Januari 2011 PDB harga berlaku2010 diproyeksi akan
terealisasi sebesar Rp 6.351,9trilyun, jadi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2011akan sebesar 6,4% dan
ditambah asumsi inflasi 5,3%,maka PDB harga berlaku 2011 kira-kira akan sebesarRp 7.095 trilyun. Asumsi inflasi
ini ditambahkan denganpertumbuhan ekonomi (6,4% + 5,3% = 11,7%) untukmenghitung nilai proyeksi PDB dalam
harga berlakutahun 2011. Bila digunakan PDB harga konstan, asumsiinflasi tidak lagi ditambahkan untuk
menghitungperkiraan PDB tahun 2011.Dikaitkan dengan produksi minyak domestikyang dapat didorong naik serta
alih konsumsi pada sumberenergi lain dapat mengurangi beban subsidi BBM,sehingga APBN kita menjadi lebih
sehat. Pada APBNtahun 2011, pemerintah menetapkan target harga minyaksebesar US$ 80 per barel. Kenaikan
harga minyak duniayang sudah mencapai lebih dari US$ 90 per barel saat inidiharapkan segera turun begitu musim
dingin berakhirkarena kebutuhan untuk mesin pemanas sudah mulaiberkurang.

C. Analisis Pengeluaran dalam ABN


1.

Analisis pengeluaran pemerintah secara umum

Secara umum , dari tabel yang ada pengeluaran pemerintah selalu mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun,kecuali pada tahun 2009,yang mengalami penurunan sebesar Rp.628.812,4 di banding dengan tahun tahun
lainya yang di sebabkan oleh,berkurangnya pembiayaan pada sktor energi dan non energi.

Dengan rincian sebagai berikut :


Pengeluaran tahun 2007 sebesar Rp. 504.623,4
Pengeluaran tahun 2008 sebesar Rp.693.356,0
Pengeluaran tahun 2009 sebesar Rp.628.812,4
Pengeluaran tahun 2010 sebesar Rp.697.406,4
Pengeluaran tahun 2011 sebesar Rp.908.243,4
Pengeluaran tahun 2012 sebesar Rp.954.136,8
Berdasarkan ketentuan mengenai pengelolaan keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan APBN yeng di
tetapkan dalam Undang undang No 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara yang lebih banyak menyangkut
hubungan administratif antara Kementrian Negara lembaga Di lingkungan pemerintah.
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang Undang pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan kepusan
presiden sebagai pedoman bagi Kementrian Negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam
keputusan presiden tersebut terutama menyangkut hal hal yang belum diperinci didalam undang undang APBN,
antara lain :

1.
2.
3.

Alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah Kementrian Negara/lembaga.
Pembayaran gaji dalam belanja Pegawai.
Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban Kementrian Negara/lembaga.
Dalam APBN disampaikan dalam laporan realisasi belanja pegawai memerlukan dana mencapai Rp.
90.425,0 miliar, pada tahun 2007 sedangkan pada tahun

2008 anggaran pengeluaran belanja barang Negara

mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai nilai sebesar Rp.112.829,9 miliar, dari hasil peningkatan
pengeluaran anggaran belanja Negara pada tahun 2007 dan 2008 telah memperoleh selisih kenaikan anggaran
pengeluaran Negara yang mencapai nilai sebesar Rp. 22.404,9 miliar.
Dalam Penyusaian APBN dengan perkembangan dan perubahan keadaan

(APBN Perubahan ) dibahas

bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran
belanja barang tahun 2008 senilai Rp. 112.829,9 miliar, sampai dengan 2009 yang telah mengalami peningkatan
karena adanya kenaikan pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai, honorarium dan vakasi, atau pembayaran tentang
Konstribusi sosisal dengan nilai anggaran belanja pengeluaran Negara sehingga menambah nilai anggran yang
ditetapkan

besar Rp.127.669,7 miliar, yang telah mengahasilkan selisih nilai kenaiakan anggaran APBN Rp.

14.839,8 miliar.
Dari hasil pengeluaran Negara dana APBN pada tahun 2008 / 2009 sangat kecil terhadap kebutuhan
belanja Negara dalam proses pembelanjaan pengawai pada dana APBN, adapun yang menjadi dasar kebutuhan
sebagai berikut, belanja pembayaran gaji Pegawai, belanja honorarium dan vakasi, ataupun Konstribusi Sosial
sehingga menjadikan peningkatan permintaan dana APBN Di tahun 2010 senilai Rp. 148.078,1 miliar dan
menapatkan selisih dari nilai anggaran yang telah direalisasikan pada tahun 2009 sebesar Rp. 20.408,4 miliar. Dalam
proses penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan
penganggaran Di lingkungan Kementrian Negara/lembaga untuk mengahasilkan dokumen Rencana Kerja dan
Anggaran Kementrian Negara/lembaga ( RKL-KL ) dengan klasifikasi anggaran belanja menurut organisasi, fungsi,

program, kegiatan dan jenis belanja, yang telah disusun sebagai dasar dalam pelakasanaan RAPBN ( Rencana
Anggaran Pengeluaran Belanja Negara ) dan jens belanja yang telah ditetapkan sehingga dapat menjadikan
peningkatan permintaan anggaran APBN terkait dengan belanja dasar Pegawai.
Selain itu, penuangan dimaksud meliputi alokasi dan perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan
alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima. Berdasarkan keputusan dan penuangan
dalam keputusan presiden tersebut tentang pengalokasian dana APBN yang mengkut tentang Alokasi anggaran
untuk kantor pusat dan kantor daerah Kementrian Negara/lembaga, Pembayaran gaji dalam belanja Pegawai,
Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban Kementrian Negara,pemerintah dapat melakukan pengeluaran
yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam ranjangan ccpembayaran gaji dan tunjangan,
pembayaran honorarium dan vakasi Pegawai, serta Konstribusi Sosial Pegawai dengan nilai anggaran pada tahun
2011Rp.182.874,9 miliar. Dengan selisih nilai pada tahun anggran sebelumnya Rp. 34796,8 miliar.
Dalam hal ini perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip
prinsip kepemerintahan yang baik yang sesuai dengan lingkungan pemerintah sehingga pelaksanaan keuangan
Negara dalam mengelola segala belanja pegawai yang telah di tetapkan dalam penyusunan anggaran APBN
mengalami penigkatan dalam sistem penyusunan di tahun berikutnya yaitu tahun anggaran pada tahun 2012 dengan
nilai Rp 215.725,1 miliar yang telah ditetapkan berdasarkan beban belanja pegawai seperti dijelaskan di atas di
tahun tahun sebelumnya, yang mandapatkan selisih Rp. 32.850,2 miliar.
Pada tahun 2011 berdasar pengrealisasian anggaran yang telah ditetapkan. Pada undang - undang No.33
tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Negara atau anggaran APBN dikelolah secara tertib kepada peraturan
( perundang undangan ). Semua pengeluaran Negara termaksud subsidi, hibah dan bantuan Negara lainnyayang
sesuai dengan program pemerintah pusat yang

di biayai melalui APBN sesuai dengan ketentuan pemerintah

tentang pelaksanaan kegiatan anggaran pengeluaran Negara yang telah mengalami peningkatan dari tahun anggaran
sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penyusunan anggaran pembelenjaan pegawai sehingga mengalami
peningkatan permintaan terhadap pembiayaan pegawai dan mencapai nilai sebesar Rp. 182.874,9 miliar, sedangkan
dalam peaksanaan tahun anggaran 2012 dapat mencapai permintaan anggaran APBN berkisar Rp. 215.725,1 miliar
dan menghasilkan selisih Rp. 32.850.2 sehingga dari semua kenaiakan beban benlanja pegawai yang telah
bersumber dari dana APBN pertahunnya mengalami peningkatan, dan semua pembelanjaan pegawai dapat tertutupi
dengan sesuai yang ditetapkan oleh progres pemerintah.

2.
a.

Analisis pengeluaran pemerintah menurut fungsi


Pelayanan umum
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk pelayanan umum tidak stabil dari tahun ke tahun. Dengan
rincian sebagai berikut :
Pada tahun 2007
pengeluaran sebesar Rp. 316.139,3 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 534.567,2 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp. 417.771,9 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 471.557,6 ( miliar)
Pada tahun 20811 pengeluaran sebesar Rp. 580.283,2 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 609.604,9 (miliar )

Pengeluaran terbesar,terjadi pada tahun 2012,sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun 2007.Dari berapa
sub sektor , yang memperoleh alokasi dana terbesar yaitu subsektor pelayanan umum ,dengan rata rata sekitar
b.

Pertahanan
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk bagian pertahanan juga tidak stabil, tetapi hingga pada
tahun 2008 2012,telah terjadi perkembangan pengeluaran di bidang pertahanan. Dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 30.685,9 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 9.158,5 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp. 13.145,7 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 17.080,5 ( miliar)
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 61.275,0 (miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 64.371,2 ( miliar )
Alokasi dana untuk pertahanan yang terbesar adalah pada tahun 2012.

c.

Ketertiban dan keamanan


Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk ketertiban dan keamanan,juga hampir tidak stabi,tetapi
mulai dari tahun 2008 - 2009 alokasi dana untuk ketertiban dan keamanan,telah mulai meningkat. Dengan rincian
sebagai berikut :

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 28.315,9 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 7.019,2 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.7.753,9 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 13.835,4 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 24.822,9 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 26.077,2 ( miliar )
Meskipun sempat mengalami,penurunan alokasi biaya untuk ketertiban dan keamanan,yaitu terjadi pada tahun
2008 2009,tetapi alokasi dana untuk tahun 2010 2012 telah mulai berkembang.

d.

Ekonomi
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk ekonomi tidak stabil dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai
berikut :
Pada tahun 2007
pengeluaran sebesar Rp. 42.222,0 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 50.484,8 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.58.845,1 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 92.839,1 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 52.178,4 (miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 97.530,2 ( miliar )
Kondisi alokasi dana yang tidak stabil pada sektor ekonomi,mungkin bisa menyebabkan pengebangan
perekonomian,negara kita ikut tidak stabil.

e.

Lingkungan hidup
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk lingkungan hidup juga tidak stabil dari tahun ke tahun. Dengan
rincian sebagai berikut :
Pada tahun 2007
pengeluaran sebesar Rp. 4.952,6 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 5.315,1 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.10.703,0 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 6.549,6 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 10.122,0 (miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 10.633,4 ( miliar )

Karena sifat lingkungan hidup yang selalu mudah berubah tanpa adanya penapsiran yang jelas,menyebabkan
alokasi dana untuk lingkungan hidup tidak stabil.
f.

Perumahan dan pasilitas umum


Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk perumahan dan pasilitas umum selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

g.

h.

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 9.134,6 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp.12.448,7 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.14.648,5 (miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 20.053,2 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 24.741,2 (miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 25.991,3 ( miliar )
Kesehatan
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan,juga tidak stabil dari tahun ke tahun.
Dengan rincian sebagai berikut :
Pada tahun 2007
pengeluaran sebesar Rp. 16.004,5 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp.14.038,9 ( mliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.15.743,1 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 18.793,0 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 13.986,6 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 14.693,3 ( miliar )
Pariwisata dan budaya
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk pariwisata dan budaya tidak stabil dari tahun ke
tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 1.851,2( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 1.293,7 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.1.406,2 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 1.408,7 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 2.353,5 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 2.472,4 ( miliar )
Meskipun alokasi dana untuk sektor pariwisata dan budaya sempat mengalami penurunanpada tahun 2008 2010,tetapi ia mulai mengalami pembaikan di tahun 2011 dan 2012.

i.

Agama
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk agama tidak stabil dari tahun ke tahun. Dengan
rincian sebagai berikut :

j.

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 1.884,2 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 745,7 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.773.5 ( mliar)
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp.878,8 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 1.808,8 ( miliar)
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 1.900,2 ( miliar )
Pendidikan
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan tidak stabil dari tahun ke tahun.
Dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2007

pengeluaran sebesar Rp. 50.843,3 ( miliar )

Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar


Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar

k.

Perlindungan social

Rp. 55.298,0 ( miliar )


Rp.84.919,5 ( miliar )
Rp. 90.818,3 ( miliar )
Rp. 91,001,36 (miliar )
Rp. 95.599,6 ( miliar)

Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk perlindungan sosial,juga tidak stabil dari tahun ke
tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

3.

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 2.650,4 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 2.986,4 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.3.102,3 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 3.41,6 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 5.009,8 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 5.262,9 ( miliar )

Analisis belanja pemerintah pusat


Untuk pengeluaran pada pos belanja pemerintah pusat,selalu terjadi kenaikan dari tahun ke tahun,kecuali
pada tahun 2009,dengan rincian sebagai berikut :

o
o
o
o
o
o
a.

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 504.623,4 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 693.536,0 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp. 628.812,4 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 697.406,4 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 908.243,4 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 954.136,8 ( miliar )
Belanja Pegawai
Dalam APBN disampaikan dalam laporan realisasi belanja pegawai memerlukan dana mencapai Rp.
90.425,0 miliar, pada tahun 2007 sedangkan pada tahun

2008 anggaran pengeluaran belanja barang Negara

mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai nilai sebesar Rp.112.829,9 miliar, dari hasil peningkatan
pengeluaran anggaran belanja Negara pada tahun 2007 dan 2008 telah memperoleh selisih kenaikan anggaran
pengeluaran Negara yang mencapai nilai sebesar Rp. 22.404,9 miliar.
Dalam Penyusaian APBN dengan perkembangan dan perubahan keadaan (APBN Perubahan ) dibahas
bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran
belanja barang tahun 2008 senilai Rp. 112.829,9 miliar, sampai dengan 2009 yang telah mengalami peningkatan
karena adanya kenaikan pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai, honorarium dan vakasi, atau pembayaran tentang
Konstribusi sosisal dengan nilai anggaran belanja pengeluaran Negara sehingga menambah nilai anggran yang
ditetapkan

besar Rp.127.669,7 miliar, yang telah mengahasilkan selisih nilai kenaiakan anggaran APBN Rp.

14.839,8 miliar.
Dari hasil pengeluaran Negara dana APBN pada tahun 2008 / 2009 sangat kecil terhadap kebutuhan
belanja Negara dalam proses pembelanjaan pengawai pada dana APBN, adapun yang menjadi dasar kebutuhan
sebagai berikut, belanja pembayaran gaji Pegawai, belanja honorarium dan vakasi, ataupun Konstribusi Sosial
sehingga menjadikan peningkatan permintaan dana APBN Di tahun 2010 senilai Rp. 148.078,1 miliar dan
menapatkan selisih dari nilai anggaran yang telah direalisasikan pada tahun 2009 sebesar Rp. 20.408,4 miliar. Dalam
proses penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan

penganggaran Di lingkungan Kementrian Negara/lembaga untuk mengahasilkan dokumen Rencana Kerja dan
Anggaran Kementrian Negara/lembaga ( RKL-KL ) dengan klasifikasi anggaran belanja menurut organisasi, fungsi,
program, kegiatan dan jenis belanja, yang telah disusun sebagai dasar dalam pelakasanaan RAPBN ( Rencana
Anggaran Pengeluaran Belanja Negara ) dan jens belanja yang telah ditetapkan sehingga dapat menjadikan
peningkatan permintaan anggaran APBN terkait dengan belanja dasar Pegawai.
Selain itu, penuangan dimaksud meliputi alokasi dan perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan
alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima. Berdasarkan keputusan dan penuangan
dalam keputusan presiden tersebut tentang pengalokasian dana APBN yang mengkut tentang Alokasi anggaran
untuk kantor pusat dan kantor daerah Kementrian Negara/lembaga, Pembayaran gaji dalam belanja Pegawai,
Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban Kementrian Negara,pemerintah dapat melakukan pengeluaran
yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam ranjangan ccpembayaran gaji dan tunjangan,
pembayaran honorarium dan vakasi Pegawai, serta Konstribusi Sosial Pegawai dengan nilai anggaran pada tahun
2011Rp.182.874,9 miliar. Dengan selisih nilai pada tahun anggran sebelumnya Rp. 34796,8 miliar.
Dalam hal ini perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan
prinsip prinsip kepemerintahan yang baik yang sesuai dengan lingkungan pemerintah sehingga pelaksanaan
keuangan Negara dalam mengelola segala belanja pegawai yang telah di tetapkan dalam penyusunan anggaran
APBN mengalami penigkatan dalam sistem penyusunan di tahun berikutnya yaitu tahun anggaran pada tahun 2012
dengan nilai Rp 215.725,1 miliar yang telah ditetapkan berdasarkan beban belanja pegawai seperti dijelaskan di atas
di tahun tahun sebelumnya, yang mandapatkan selisih Rp. 32.850,2 miliar.
Pada tahun 2011 berdasar pengrealisasian anggaran yang telah ditetapkan. Pada undang - undang No.33
tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Negara atau anggaran APBN dikelolah secara tertib kepada peraturan
( perundang undangan ). Semua pengeluaran Negara termaksud subsidi, hibah dan bantuan Negara lainnyayang
sesuai dengan program pemerintah pusat yang

di biayai melalui APBN sesuai dengan ketentuan pemerintah

tentang pelaksanaan kegiatan anggaran pengeluaran Negara yang telah mengalami peningkatan dari tahun anggaran
sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penyusunan anggaran pembelenjaan pegawai sehingga mengalami
peningkatan permintaan terhadap pembiayaan pegawai dan mencapai nilai sebesar Rp. 182.874,9 miliar, sedangkan
dalam peaksanaan tahun anggaran 2012 dapat mencapai permintaan anggaran APBN berkisar Rp. 215.725,1 miliar
dan menghasilkan selisih Rp. 32.850.2 sehingga dari semua kenaiakan beban benlanja pegawai yang telah
bersumber dari dana APBN pertahunnya mengalami peningkatan, dan semua pembelanjaan pegawai dapat tertutupi
dengan sesuai yang ditetapkan oleh progres pemerintah.

b.

Belanja Barang dan Jasa


Dalam proses pengolaan barang milik Negara dengan pokok pokok pengurusan barang milik
Negara antara lain sebagai berikut :

1.

Mentri keeuangan selaku pengelola fiskl dan wakil dari peerintah pusat dalam kepemilikan asset Negara mengatur

2.

pengelolaan barang milik Negara


Penggunaan barang dan kuasa pengguna barang wajib mengelola dan menataushakan barang milik Negara yang

3.

berada dalam penguasaannya dengan sebaik baiknya.


Dalam PPNo 6 Tahun 2006 tersebut ada ketetuan yang menyebutkan pejabat yang identik dengan istilah bendahara
barang/jasa milik Negara yaitu pada pasal 6 yang menyatakan : menteri/pimpinan lembaga selaku pimpinan
kementrian/lembaga adalah pengguna barang milik Negara yang berwenag dan bertanggung jawab menetapkan
kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabat yang mengurus dan menympan barang milik Negara.
Dari ketentuan ketentuan tersebut pada dasarnya para bejabat/pegawai pengurus barang milik Negara
mempunyai tugas untuk mengelola, menyimpan, mengeluarkan,dan membuat perhitungan/mempertanggung
jawabkan barang milik Negara pada instansi barang barang tersebut baik dalam gudang Maupun ditepat lain yang
dikuasai oleh Negara,namun dalam proses pengeluaran belanja barang/jasa ditahun 2007 membutuhkan dana atau
anggaran APBN senilai Rp. 54.511,4 miliar sedangkan ditahun 2008 telah mengalami peningkatan pesat terhadap
kebutuhan belanja barang/jasa milik Negara yang telah membutuhkan dana APBN berkisar Rp 55.963,5 sehingga
dapat secara langsung menghasilkan selisih kenaikan nialai anggaran APBN terhadap penegelolaan barang/jasa
milik Negara dengan nilai selisih Rp. 1452,1 miliar.
Setelah ditahun 2008 yang memasuki tahun anggaran berikutnya yaitu tahun anggaran 2009 permintaan
untuk pembelanjaan barang/jasa milik Negara telah mengalami permintaan yeng benar - benar besar

dari

sebelumnyasehingga dapat mengalami kenaikan terhadap pembelanjaan barang/jasa milik Negara yang berkisar nilai
anggaran APBN

Rp. 80.667,9 miliar tetapi dalam hasil kenaikan anggaran terhadap pembelanjaan berang/jasa

milik Negara mendapatkan selisih sebesar berkisar Rp. 24.704,4 miliar akan tetapi kenaikan anggaran tersebt belum
dapat menutupi kebutuhan anggaran belanja barang/jasa milik Negara sehingga dapat mengalami lagi kenaikan pesat
di sektor pembelanjaan barang milik Negara pada tahun 2010 dengan nilai kenaikan sebesar Rp. 97.596,8 miliar
sehingga mendapatkan hasil selisih terhadap kenaikan pada tahun 2009 ke tahun 2010 sembilan dengan nilai
berkisar Rp. 16928,9 miliar, namun dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja menekankan pada ketersediannya
barang/jasa milik Negara yang benar benar mencerminkan komitmen kementrian Negara/lembaga sebagai bagian
dari proses penyusunan anggaran berbasis kinerja, tedapat peningkatan nilai anggaran benlaja barang/jasa milik
Negara di tahun 2011 terkisar sebesar Rp. 142.825,9 miliar dan terdapat nilai selisih nilai anggara APBN yang telah
dinaikkan pada tahun sebelumnya di tahun 2010ketahun berikut yaitu tahun 2011 mendapatkan selisih nilai
Rp.45.229,1 miliar,
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja dalam proses
pembelanjaan barang/jasa milik Negara disektor publik dilakukan perubahan klasifikasi yang digunakan secara
internasional perubahan dalam pengelompokkan transaksi pemerintah dimaksud untuk melaksanakan anggaran
berbasisi kinerja, memberikan gambaran yang obyektif dan proposional mengenai kegiatan kegiatan
kepemerintahaan, menjaga konsistensi dengan akutansi dalam sector public, dan memudahkan penyajian dan
peningkatan krebilitas kinerja berbasis pembelanjaan barang/jasa milik Negara sehingga dari beberapa upaya di atas
dapat mendorong peningkatanya atau kenaikan anggaran belanja Negara di tahun 2011 yang pembiayaannya di

biayai oleh Negara bernilai Rp. 142.825,9 miliar sedangkan dari hasil kenaikan tersebut mengshasilkan selisih nilai
anggaran terdapat pada tahun 2012 memperoleh hasil selisih dengan nilai berkisar Rp. 4343,5 miliar .
Karena adanya upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja yang dalam upayanya
meningkatkan pembelanjaan barang/jasa milik Negara yang obyektif pada kegiatan kegiatan sebagaimana yang
dimaksud diatas maka pembiayaan belanja barang/jasa milik Negara telah mengalami penurunan anggaran biaya
pada anggaran APBN yang berkisar senilai Rp. 138.482,4 miliar dan memiliki hasil selisih penurunan anggaran
biaya belanja barang/jasa milik Negara yang dibiayai oleh anggaran APBN bernilai selisih Rp 4.343,5 miliar.

c.

Belanja modal
Dalam APBN disampaikan dalam laporan realisasi belanja modalmemerlukan dana mencapai Rp.
64.288,7 miliar, pada tahun 2007 sedangkan pada tahun

2008 anggaran pengeluaran belanja modal Negara

mengalami peningkatan sehingga dapat mencapai nilai sebesar Rp. 72.772,5 miliar, dari hasil peningkatan
pengeluaran anggaran belanja Negara pada tahun 2007 dan 2008 telah memperoleh selisih kenaikan anggaran
pengeluaran Negara yang mencapai nilai sebesar Rp. 8.483,8 miliar.
Dalam Penyusaian APBN dengan perkembangan dan perubahan keadaan (APBN Perubahan ) dibahas
bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas APBN tahun anggaran
belanja modal tahun 2008 senilai Rp. 72.772,5 miliar, sampai dengan 2009 yang telah mengalami peningkatan
karena adanya kenaikan pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai, honorarium dan vakasi, atau pembayaran tentang
konstribusi sosisal dengan nilai anggaran belanja modal pengeluaran Negara sehingga menambah nilai anggran yang
ditetapkan besar Rp. 75.870,8 miliar, yang telah mengahasilkan selisih nilai kenaiakan anggaran APBN Rp. 3.089,3
miliar.
Kebutuhan anggaran belanja modal milik Negara mengalami kenaikan pesat di sektor pembelanjaan modal
pada tahun 2010 dengan nilai kenaikan sebesar Rp.80.287,1 miliar sehingga mendapatkan hasil selisih terhadap
kenaikan pada tahun 2009 ke tahun 2010 dengan nilai berkisar Rp. 4.416,3 miliar, namun dalam penyusunan
anggaran berbasis kinerja menekankan pada ketersediannya belanja modal milik Negara yang benar benar
mencerminkan komitmen kementrian Negara/lembaga sebagai bagian dari proses penyusunan anggaran berbasis
kinerja, tedapat peningkatan nilai anggaran benlaja modal milik Negara

di tahun 2011 terkisar sebesar Rp.

140.952,5 miliar dan terdapat nilai selisih nilai anggara APBN yang telah dinaikkan pada tahun sebelumnya di tahun
2010 ketahun berikut yaitu tahun 2011 mendapatkan selisih nilai Rp. 60.665,4 miliar,
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja dalam proses
pembelanjaan modal milik

Negara disektor publik dilakukan perubahan klasifikasi yang digunakan secara

internasional perubahan dalam pengelompokkan transaksi pemerintah dimaksud untuk melaksanakan anggaran
berbasisi kinerja, memberikan gambaran yang obyektif dan proposional mengenai kegiatan kegiatan
kepemerintahaan, menjaga konsistensi dengan akutansi dalam sector publik, dan memudahkan penyajian dan
peningkatan krebilitas kinerja berbasis pembelanjaan barang/jasa milik Negara sehingga dari beberapa upaya di atas
dapat mendorong peningkatanya atau kenaikan anggaran belanja Negara di tahun 2011 yang pembiayaannya di
biayai oleh Negara bernilai Rp. 140.952,5 miliar, dan pada tahun 2012 mengalami kenaikkan sebesar Rp. 168.125,9

miliar. Dari hasil kenaikan tersebut mengshasilkan selisih nilai anggaran terdapat pada tahun 2012 memperoleh hasil
selisih dengan nilai berkisar Rp. 27.173,4 miliar.

4.
a.

Analisis pembiayaan anggaran


Pembiayaan dalam negeri
Untuk pengeluaran pada belanja pembiayaan anggaran dalam negeri,selalu terjadi kenaikan dari tahun ke
tahun,kecuali pada tahun 2010 dan 2007,dengan rincian sebagai berikut :
Pada tahun 2007
pengeluaran sebesar Rp. 69.032,3 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 102.477,6 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp. 128.133,1 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 96.118,5 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp 153.613,3 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 125.912,3 ( miliar )
Pada tahun 2011 penggunaan RDI untuk penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman (RDI)
defisit APBN mencapai Rp 48.750,7 dan tahun 2010 mencapai Rp22.189,3 miliar serta pada tahun 2009 mencapai
Rp41.056,8 miliar. Tahun 2008 diperkirakan saldo rekening RDI yang digunakan pembiayaan defisit hanya sebesar
Rp16.159,3 mililar. Besar kecilnya sumber pembiayaan yang berasal dari RDI/RPD sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pengelolaan penerusan pinjaman maupun kebijakan terkait dengan pengelolaan RDI/RPD. Kebijakan
pengelolaan penerusan pinjaman luar negeri memperhatikan prioritas pembangunan berdasarkan rencana
pembangunan jangka menengah.

v Non-Perbankan Dalam Negeri


Dana Investasi Pemerintah dan PMN terdiri atas beberapa komponen, yaitu: (1) investasi Pemerintah;
(2) PMN; dan (3) dana bergulir. Pada setiap tahun anggaran, tidak semua jenis komponen tersebut dialokasikan
dalam APBN. Dana investasi Pemerintah dan PMN merupakan pengeluaran pembiayaan yang tidak dilakukan
secara reguler, namun merupakan kebijakan Pemerintah yang bersifat ad-hoc yang dipengaruhi oleh kebutuhan atau
kebijakan Pemerintah dalamsatu periode tertentu seperti dukungan Pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur,
pendirian sebuah BUMN untuk menjalankan kebijakan Pemerintah, dan dukungan terhadap sektor KUMKM
(koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah). Dalam periode 2011 sampai dengan 2012, realisasi pembiayaan
anggaran dana investasi pemerintah sedikit lebih rendah dari target. Secara persentase, rasio realisasi terhadap target
pembiayaan dari tahun 2007 sampai 2011 masing-masing sebesar 72,8 persen, 89,0 persen, 86,7 persen, 68,5 persen,
dan 86,8 persen. Dari sisi instrumen, pembiayaan nonutang secara umum relatif lebih mendekati target dibandingkan
pembiayaan utang. Hal ini sejalan dengan kebijakan untuk mengoptimalisasikan dan mengefisienkan penggunaan
anggaran dengan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan pembiayaan melalui nonutang. Sementara realisasi
pembiayaan utang diupayakan menyesuaikan kebutuhan pembiayaan anggaran, antara lain melalui pengurangan

penerbitan SBN. Pengurangan penerbitan SBN tersebut dilakukan antara lain pada tahun 2011 sebesar Rp21.112,4
miliar, tahun 2012 sebesar Rp17.138,1 miliar.
b.

Pembiayaan luar negeri


Untuk pengeluaran pada belanja pembiayaan anggaran luar negeri,selalu terjadi penurunan dari tahun ke
tahun,dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 26.575,7 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 18.405,9 ( milar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp. 15.549,8 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 4.566,5 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 2.776,6 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 292,3 ( miliar )
Dalam kurun waktu 2007-2012, pembiayaan anggaran melalui pinjaman luar negeri lebihkecil dari
pembayaran pokok pinjaman (net negative flow) dari waktu ke waktu. Seiring dengan implementasi kebijakan
tersebut, perbaikan peringkat kredit Pemerintah dan masuknya Indonesia ke dalam kategori negara berpendapatan
menengah (middle income country) berdampak pada penurunan porsi pinjaman luar negeri, khususnya yang bersifat
lunak. Penurunan porsi pinjaman luar negeri tersebut juga dipengaruhi oleh kecenderungan meningkatnya cost of
borrowing akibat kondisi pasar keuangan internasional yang tidak kondusif. Selama periode 2007-2012, rata-rata
realisasi penarikan pinjaman luar negeri mengalami peningkatan pada tahun 2007-2009 sebesar Rp.28.989,4 miliar
dan mengalami penurunan pada tahun 2009-2010 sebesar Rp.3.867,2 miliar , kemudian pada tahun 2010-2011
mengalami peningkatan sekitar Rp.1.338,1 miliar dan teerakhir pada tahun 2011-2012 mengalami penurun sebesar
Rp.148,8 miliar. Yang terdiri dari realisasi penarikan pinjaman proyek sebesar 73,5 persen dan pinjaman program
sebesar 98,8 persen. Sampai dengan tahun 2012, realisasi penarikan pinjaman luar negeri sebesar 12,5 persen dari
target yang ditetapkan di dalam APBNP, terdiri dari penarikan pinjaman proyek sebesar 11,7 persen dan pinjaman
program sebesar 14,4 persen.
Pada tahun 2007, pembiayaan anggaran mengalami peningkatan sebesar Rp 42.456,6 miliar dari tahun 2006
yang hanya sebesar Rp 29.415,6 miliar. Dimana sebagian besar pembiayaan berasal dari sektor non-perbankan
sebesar Rp 57.889,0 miliar dan sisanya merupakan perbankan dalam negeri sebesar Rp 11.143,3 miliar. Bila dilihat
dari komposisinya sekitar Rp.57.889,0 miliar dari realisasi pengeluaran tahun 2007 bersumber dari sektor nonperbankan dalam negeri, dll. Sedangkan untuk penarikan pembiayaan luar negeri yaitu sebesar Rp.29.672,6 miliar .
Sumber Pembiayaan dalam Negeri berasal dari rekening pemerintah (penerimaan cicilan pengembalian penerusan
pinjaman, rekening pembangunan hutang, rekening pemerintah lainnya, rekening KUN untuk pembiayaan kredit
investasi, SAL ) sebesar Rp.20.741,64 miliar sedangkan sisanya Eks. Moratorium MAD dan Nias, Sumut sebesar
Rp.6.342,6 miliar.
Dari sektor non-perbankan dalam negeri tahun 2007, sebagian besar pembiayaannya bersumber dari surat
berharga negara sebesar Rp.57.172,2 miliar. Sedangkan dari sektor pembiayaan luar negeri penarikan pinjaman luar
negeri adalah sebesar Rp34.070,1 miliar, penelusuran pinjaman sebesar Rp.(2.723,4) miliar dan pembiayaan cicilan
pokok utang luar negeri sebesar Rp.(57.922,5) miliar. Dari ketiga pembiayaan tersebut dua sektor mengalami
Defisit.

5.
a.

Subsidi
Energi
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk energi dari sektor subsudi tidak stabil dari tahun
ke tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 116.865,9 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 223.013,2 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.94.585,9 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 139.952,9 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 195.288,7 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 168.559,9 ( miliar )

b.

Non energy
Dari tabel yang ada, pengeluaran pemerintah untuk non energi dari sektor subsidi juga tidak stabil dari tahun ke
tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2007


pengeluaran sebesar Rp. 33.348,6 ( miliar )
Pada tahun 2008 pengeluaran sebesar Rp. 52.278,2 ( miliar )
Pada tahun 2009 pengeluaran sebesar Rp.43.496,3 ( miliar )
Pada tahun 2010 pengeluaran sebesar Rp. 52.754,1 ( miliar )
Pada tahun 2011 pengeluaran sebesar Rp. 41.906,0 ( miliar )
Pada tahun 2012 pengeluaran sebesar Rp. 40.290,3 ( miliar )
Sejak 2007 hingga 2012, realisasi subsidi energi yang diberikan pemerintah melalui alokasi anggaran di
APBN mengalami peningkatan dari tahun 2007-2008 sebesar Rp.106.147,3 miliar, pada tahun2008-2009 terjadi
penurunan yaitu dari Rp. 223.013,2 miliar (2008) menjadi Rp. 94.585,9 miliar (2009). Pada tahun 2009-2011
mengalami peningkatan sebesar Rp.100.702,8 miliar, dan pada tahun 2011-2012 terjadi penurunan yaitu dari
Rp.26.728,8 miliar. Peningkatan realisasi anggaran belanja subsidi energi dalam rentang waktu 2007-2012 itu antara
lain disebabkan oleh:

1.

Perubahan parameter subsidi energi, antara lain harga jual minyak Indonesia (ICP), nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS, volume konsumsi BBM bersubsidi, bauran energy dalam produksi tenaga listrik dan penjualan tenaga
listrik; serta

2.

Kebijakan penetapan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif tenaga listrik.
Dari jumlah subsidi energi tersebut, realisasi anggaran subsidi BBM dan

listrik yang diberikan pemerintah

mengalami pelonjakan yang cukup signifikan dari 2007-2012, yakni dari sebesar Rp.116.865,9 miliar (2007)
menjadi Rp. 168.559,9 (2012). Bahkan, pemerintah memperkirakan realisasi subsidi BBM dan listrik pada tahun
2012 akan mencapai Rp 208.850,2 miliar. Besarnya kenaikan realisasi subsidi BBM dan listrik itu, terutama terkait
dengan kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP), yaitu dari 72,3 dolar AS per barrel (2007) menjadi 105
dolar AS per barrel (2012), dan juga melonjaknya volume konsumsi BBM bersubsidi.
Kementerian Keuangan mengemukakan, guna mengendalikan tingkat konsumsi BBM bersubsidi itu,
pemerintah sudah melakukan berbagai langkah, di antaranya: 1. Mengalihkan pemakaian minyak tanah bersubsidi,
2. Meningkatkan pemanfaatan energy alternative dan diversifikasi energi; 3. Melakukan pembatasan kategori

pengguna BBM bersubsidi serta pembatasan volume; dan 4. Mengendalikan penggunaan BBM bersubsidi melalui
sistem distribusi tertutup secara bertahap dan penyempurnaan regulasi.
Penyesuaian harga jual eceran BBM bersubsidi merupakan langkah terakhir yang akan dilakukan
pemerintah, apabila beban subsidi BBM dipandang sudah memberatkan APBN sehingga mengganggu sustainabilitas
fiskal dalam jangka pendek maupun jangka menengah. Dalam kurun waktu 2007-2012 pemerintah telah melakukan
penyesuaian harga BBM sebanyak empat kali, yaitu pada Mei 2008, awal Desember 2008, pertengahan Desember
2008, dan Januari 2009. Dari beberapa kali penyesuaian itu, harga jual eceran premium dan solar bersubsidi pada
2012 sekarang ini sama dengan harga jual eceran pada 1 Januari 2006, yaitu sebesar Rp4.500 per liter.
Subsidi non-energi adalah alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang
memproduksi dan/atau menjual barang atau jasa tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah selain BBM jenis tertentu,
LPG tabung 3 kg, LGV dan tenaga listrik, sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat berpendapatan rendah.
Pada tahun 2007-2008 meningkat sebesar Rp. 18.929,6 miliar, kemudian pada tahun 2008-2009 menurun senilai Rp.
8.781,9 miliar, pada tahun 2010-2012 mengalami penurunan sebesar Rp. 12.463,8 mil.

D. Analisis Pendapatan dalam APBN


E.

Analisis Perpajakan dalam APBN

F.

Analisis Utang dalam APBN

-Utang Negara dalam APBN


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang biasa disingkat APBN merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah pusat yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN memuat rincian yang
sistematis atas rencana pendapatan yang akan diterima dan nilai pagu maksimal yang akan dibelanjakan oleh negara.
APBN Indonesia hingga kini masih menerapkan sistem penganggaran defisit. Hal inilah yang menyebabkan terdapat
kolom pembiayaan dalam APBN untuk mengisi nilai pendapatan pembiayaan (netto) yang diperlukan untuk
menutupi kekurangan pendapatan negara. Untuk menutupi kekurangan pendapatan negara tersebut banyak cara yang
dapat dipilih dari sekian banyak opsi seperti penjualan aset yang dimiliki, utang dan lainnya. Namun dari semuanya
itu, utang (terlepas apapun jenisnya) merupakan instrumen yang paling sering digunakan pemerintah dalam
pelaksanaan APBN, karena memiliki tingkat risiko yang dapat dikendalikan, tingkat fleksibilitas yang tinggi (dari
segi waktu, jenis dan sumbernya), dan kapasitas yang sangat besar.
Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari Kebijakan Pengelolaan Ekonomi
secara keseluruhan.
v Tujuan Pengelolaan Ekonomi adalah:

Menciptakan kemakmuran rakyat dalam bentuk:


Penciptaan kesempatan kerja.

v Kementerian Mengurangi kemiskinan.

Menguatkan pertumbuhan ekonomi.


Menciptakan keamanan.

Utang terutama merupakan konsekuensi dari postur APBN (yang mengalami defisit), dimana Pendapatan Negara
lebih kecil daripada Belanja Negara.
Pembiayaan APBN melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara yang lazim dilakukan oleh
suatu negara:
1.
2.

3.

Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN untuk menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali
utang yang jatuh tempo (debt refinancing); Refinancing dilakukan dengan terms & conditions (biaya dan risiko)
utang baru yang lebih baik.
Kenaikan jumlah nominal utang Pemerintah berasal dari:
Akumulasi utang di masa lalu (legacy debts) yang memerlukan refinancing yang cukup besar;
Dampak krisis ekonomi tahun 1997/1998:
Depresiasi Rupiah terhadap mata uang asing;
BLBI dan Rekapitalisasi Perbankan; Sebagian setoran BPPN dari asset-recovery digunakan untuk APBN selain
untuk melunasi utang/obligasi rekap.
Pembiayaan defisit APBN merupakan keputusan politik antara Pemerintah dan DPR-RI antara lain untuk:

Menjaga stimulus fiskal melalui misalnya pembangunan infrastruktur, pertanian dan energi,dan proyek padat
karya;
Pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat misalnya PNPM, BOS, Jamkesmas,Raskin, PKH,Subsidi;
Mendukung pemulihan dunia usaha termasuk misalnya insentif pajak;
Mempertahankan anggaran pendidikan 20%;
Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista);
Melanjutkan reformasi birokrasi.
Akses terhadap pinjaman luar negeri dengan persyaratan sangat lunak dari lembaga keuangan multilateral bagi
Indonesia dibatasi oleh:

a.
b.

Status Indonesia yang tidak lagi tergolong sebagai low income country;
Batas maksimum pinjaman yang dapat disalurkan ke suatu negara (country limit).

A.

Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang

a.

Tujuan Jangka Panjang:

b.

Mengamankan Kebutuhan Pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali,
sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara
Mendukung upaya untuk menciptakan pasar surat berharga negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid
Tujuan Jangka Pendek:
Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran kewajiban pokok utang secara tepat waktu
dan efisien Kebijakan.
Mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber domestik melalui penerbitan SBN rupiah
Kementerian maupun penarikan pinjaman dalam negeri;
Melakukan pengembangan instrumen utang agar diperoleh fleksibilitas dalam memilih berbagai instrumen yang
lebih sesuai, cost-efficent dan risiko yang minimal;
Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang digunakan untuk memenuhi kebutuhan prioritas,
memberikan terms & conditions yang wajar (Favourable) bagi pemerintah, dan tanpa agenda politik dari kreditor;
Mempertahankan kebijakan pengurangan pinjaman luar negeri dalam periode jangka menengah;
Meningkatkan koordinasi dengan otoritas moneter dan otoritas pasar modal, terutama dalam rangka mendorong
upaya financial deepening;

Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan efisiensi
pengelolaan pinjaman dan sovereign credit rating.

B.

Jenis-jenis Utang

a.

Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri :

1.

Pinjaman Luar Negeri

World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman,
Perancis dll), serta Kredit Ekspor.
Pinjaman Program:
Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di
bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberantasan korupsi),
pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate
change dan infrastruktur.
Pinjaman proyek :
Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan, energi,dll); proyekproyek dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM).

2.

Pinjaman Dalam Negeri


Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman
Dalam Negeri oleh Pemerintah ;

3.

Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah Daerah,dan Perusahaan Daerah;
Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk
pelayanan umum; kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan.
Jenis Pinjaman Lainya.

Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta asing, tradable & non-tradable, fixed & variable :
Surat Utang Negara (SUN)
Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek (s.d.12bln);
Obligasi Negara (> 1 thn)
Coupon Bond Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond
Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU ke BI untuk penyehatan dan restrukturisasi perbankan.
Zero coupon
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam Rupiah dan valuta asing dengan berbagai struktur,
misalnya Ijarah, Musyarakah,Istisna dll
SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail (Sukri);
SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk; SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia).

C.

Landasan Hukum Pengelolaan Utang

a.

Ketentuan Perundang-undangan:

Undang-Undang No 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara


Undang-Undang No 24/2002 tentang Surat Utang Negara
Peraturan Pemerintah No 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah

Peraturan Pemerintah No 54/2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh
Pemerintah
Mengatur a.l, prinsip-prinsip good governance:
Pengadaan/penerbitan utang melalui mekanisme APBN/mendapatkan persetujuan DPR
Koordinasi Pemerintah (Kementerian Keuangan, Kementrian PPN/Bappenas), dan BI dalam perencanaan dan
pengelolaan utang
Pengawasan perdagangan SBN di pasar sekunder oleh otoritas pasar modal
Pertanggungjawaban pengelolaan utang dan publikasi data & informasi utang

D.

Fungsi Utang Negara

Fungsi dari adanya utang negara ini diantaranya :


a.
b.
c.

Menutupi Defisit Anggaran


Menutupi kekurangan kas atas kebutuhan kas jangka pendek dalam pelaksanaan belanja yang tidak dapat ditunda
Solusi dalam penataan portofolio utang pemerintah yang tentu dimaksud untuk mengurangi beban belanja untuk
membiayai utang dalam APBN di tahun-tahun berikutnya
Dari fungsi-fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa utang merupakan cara untuk menyelesaikan masalah tanpa
menyebabkan permasalahan baru. Namun pendefinisian ini baru bisa dibenarkan bila utang dapat dikelola dengan
baik sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

E.

Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 1 Agustus 2003 Mengenai
Penyelesaian BLBI Serta Hubungan Keuangan Pemerintah dan Bank Indonesia.

Jumlah BLBI yang disepakati sebesar Rp144.536.094.294.530


SU-001 sebesar Rp80.000.000.000.000
SU-003 sebesar Rp64.536.094.294.530
Kedua seri tersebut diganti dengan SU baru, seri SRBI-01/MK/2003Restrukturisasi Surat Utang Kepada BI Tahun
2003 Kementerian sebesar Rp144.536.094.294.530, efektif per 1 Agustus 2003.
Pelunasan dengan skema burden sharing:
Jika rasio modal terhadap kewajiban moneter BI lebih dari 10%, maka surplus yang menjadi bagian Pemerintah
digunakan untuk membayar sisa pokok SRBI-01
Jika rasio dimaksud di bawah 3%, maka Pemerintah membayar charge sebesar kekurangan untuk mencapai 3%
tersebut.
Tingkat bunga SRBI-01/MK/2003: 0,1% per tahun (fixed, semiannual)

F.

Analisis pembayaran bunga utang terhadap Anggaran APBN dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012.

Untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU APBN. Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang
atau hibah tersebut dibebankan pada anggaran belanja negara. Adapun tata cara pengadaan utang atau penerimaan
hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pembiayaan utang terdiri atas pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri. Dalam periode 2007-2009
mengalami peningkatan sebesar Rp.13.975,7 miliar. Kemudian pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan biaya
sebesar Rp. 5.398,9 miliar, dan pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan sebesar Rp. 34.688,8 miliar.
Selama ini pembiayaan kegiatan-kegiatan prioritas lebih banyak memanfaatkan instrumen pinjaman luar
negeri. Namun dalam pelaksanaannya, realisasi penyerapan pinjaman luar negeri cenderung rendah dari pinjaman
dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah proses pengadaan pembiayaan yang memerlukan waktu relatif panjang

atau bahkan tidak dapat diperoleh pada tahun anggaran berkenaan. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan prioritas di
satu sisi dapat menimbulkan tambahan biaya pinjaman, dan di sisi lain dapat menunda pencapaian target
pembangunan yang telah dirancang sebagaimana ditetapkan dalam APBN. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya
agar pembiayaan kegiatan prioritas dapat dipenuhi sesuai dengan target yang telah direncanakan untuk menjamin
terlaksananya UU APBN. Sejalan dengan itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
pemenuhan pembiayaan melalui utang, Pemerintah perlu menjalankan kebijakan fleksibilitas pembiayaan utang.
Dengan kebijakan ini, Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang tanpa
menyebabkan perubahan pada total pembiayaan utang. Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang
dimaksud, meliputi perubahan penerbitan SBN yang memungkinkan untuk melebihi atau mengurangi jumlah neto,
penarikan pinjaman dalam negeri, dan/atau penarikan pinjaman luar negeri. Penerapan kebijakan fleksibilitas
pembiayaan utang merupakan suatu jaminan atas pembiayaan kegiatan (financing guarantee) mengingat instrumen
pembiayaan tidak dibatasi pada salah satu instrumen pembiayaan tertentu, namun dapat memanfaatkan instrumen
pembiayaan lain (financing flexibility). Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan tidak terhambat oleh permasalahan
dalam proses pengadaan pembiayaan.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),merupakan perwujudan dari usaha dan kewajidan
pemerintah dalam mengolah keuangan negara.Menurut pasal 23 ayat ( 1 ) UUD 1945,menyebutkan bahwa
Anggaran pendapatan dan belanja negara adalah perwujudan dari pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap
tahun menurut UU dan di laksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Anggaran pendapatan dan belanja negara ( APBN ),adalah rencana tahunan keuangan pemerintah
republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. APBN di tetapkan dengan UU .Tahun anggaran APBN meliputi masa
satu tahun,mulai dari tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.
Dari keseluruhan data , dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun pendapat maupun pengeluaran selalu
meniglat.

B.Saran
Anggran pendapatan dan belanja negara,merupakan instrumen yag penting dalam pembangunan suatu
negara.penyusunan yang baik akan menghasilkan peningkatan yang di harapkan ,begitupu sebaliknya.
Penyusun berharap,dengan adanya data data dalam makalah ini,dapat menambah wawasan dan cara fikir kritis
kita akan APBN,.dan semoga makalah ini dapat berguna di kalangan para pembaca yang budiman.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.
5.

DPR RI. "UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara" . Pasal 15 Ayat 4. Badan Pemeriksaan Keuangan.
Diakses pada 7 januari 2010.
DPR RI. "UU Nomor 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010" . Pasal 23 Ayat 2 & 3. Departemen Keuangan RI. Diakses
pada 7 januari 2010.
http://id.wikipedia.org
www.BI.go.id
www.Kemenkeu.go.id

Você também pode gostar