Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
260112160013
260112160025
260112160031
260112160037
Nur Rahayu
260112160045
260112160117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi materi uraian
tentang analisis situasi kesehatan pasca banjir di Kabupaten Bojonegoro dan
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada
program studi Profesi Apoteker.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1
Tuhan Yang Maha Esa atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Ibu Dra. Rr. Sulistyaningsih, M.Kes., Apt. selaku dosen pengampu mata kuliah
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................1
Kondisi Geografis.....................................................................4
2.1.1 Letak dan Luas.................................................................4
2.1.2 Topografi..........................................................................5
2.1.3 Iklim.................................................................................5
3.2
Mortalitas (Kematian).10
3.3
3.4
3.7
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan akan bencana. Faktor-
faktor yang menjadi penyebabnya adalah letak geografis Indonesia yang berada
diantara dua samudera dan dua benua, yakni Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik serta Benua Asia dan Benua Australia membuat Indonesia dilalui oleh
angin muson sehingga terdapat musim panas dan hujan dengan ciri-ciri perubahan
cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim; letak geologis Indonesia berada
di jalur tiga lempeng tektonik yang sering mengalami gesekan; berada di jalur
lingkaran gunung berapi (ring of fire); dan terdapat lebih dari 500 sungai besar
yang melintasi daerah pemukiman padat penduduk. Kondisi tersebut akan
meningkatkan risiko terjadinya bencana seperti letusan gunung berapi, gempa
bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan (BNPB,
2013; Harthana, T. & Soedirham, O., 2014).
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah
atau daratan akibat volume air yang meningkat. Setiap tahunnya, frekuensi
kejadian banjir meningkat tajam sehingga bencana ini tercatat sebagai bencana
alam yang paling banyak terjadi di Indonesia, yaitu 37,5% dengan jumlah 5.051
kejadian (BNPB, 2013). Bencana banjir mampu menimbulkan krisis kesehatan.
Pada tahun 2008-2012 tercatat sebanyak 37% dari rata-rata kejadian banjir di
Indonesia berakibat pada krisis kesehatan (Pusat Penanggulangan Krisis
Kemenkes, 2012).
Banjir akibat luapan sungai merupakan bencana rutin tahunan yang terjadi
di beberapa wilayah kota atau kabupaten di Indonesia. Sungai Bengawan Solo
merupakan salah satu sungai besar di Pulau Jawa yang sering menimbulkan banjir
dan Kabupaten Bojonegoro menjadi wilayah yang selalu terkena dampak dari
luapan sungai tersebut. Kabupaten Bojonegoro terletak di bagian paling barat
wilayah Provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora
yang termasuk wilayah Provinisi Jawa Tengah (PEMKAB Bojonegoro, 2014).
Daerah tersebut merupakan wilayah terluas di Jawa Timur yang dilalui oleh
Sungai Bengawan Solo dan dihuni oleh 403.468 KK dengan total jumlah
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi geografi dan demologi penduduk Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur.
2. Mengetahui hubungan kebiasaan penduduk di Kabupaten Bojonegoro,
Jawa Timur terhadap penyakit yang timbul pasca bencana banjir.
3. Mengetahui etnofarmasi yang biasa digunakan oleh penduduk
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur untuk mengobati penyakit yang
timbul pasca bencana banjir.
4. Mengetahui upaya dan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur pasca bencana banjir.
4
1.4
Kegunaan
Kajian dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Bojonegoro adalah wilayah terluas di Jawa Timur yang
dilewati Sungai Bengawan Solo yaitu sepanjang 143 km. Kabupaten ini paling
sering mengalami bencana banjir. Banjir ini terjadi karena meluapnya air sungai
ke permukiman atau lahan warga akibat peningkatan debit air secara tiba-tiba.
:
:
:
:
Kabupaten Tuban
Kabupaten Lamongan
Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang
Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah)
(PEMKAB Bojonegoro, 2014).
2.1.2
Topografi
2.1.3
Iklim
Tipe iklim di wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah beriklim
tropis, dengan suhu rata-rata 27,8 C suhu udara berkisar antara 24,2 C
31,4 C dan hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan, curah hujan baik langsung maupun tak langsung akan
mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan tanah
dan tersedianya air pengairan (Suprapto, 2011).
2.2 Demografi Penduduk
Kabupaten Bojonegoro memiliki jumlah penduduk sebesar 1.430.316 jiwa
atau 403.468 KK yang terdiri dari 721.445 laki-laki dan 708.871 perempuan.
Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten
Bojonegoro sehingga penduduk Kabupaten Bojonegoro sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani. Sebagai daerah yang bertipe agraris, banyaknya
kesempatan kerja secara komulatif hingga tahun 2011 terbanyak pada sektor
pertanian yaitu 332.665 atau 44,72% dari kesempatan kerja yang ada. Disusul
sektor perdagangan yaitu 16,96%, sektor jasa dan lainnya sebesar 14,83%.
Tabel 2.1 Data Kependudukan Kabupaten Bojonegoro
No
1
2
3
4
5
6
Uraian
2011
Penduduk
a Laki-Laki
b Perempuan
Sex Ratio
Rumah Tangga
Rata-Rata Anggota Rumah Tangga
Kepadatan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
2012
1.401.258
706.722
694.536
101,75
389.587
3,5
607
1.430.313
721.444
708.869
101,77
403.468
3,5
619
0,37
(PEMKAB Bojonegoro, 2013)
Kelompok
Umur
Laki-Laki
Perempuan
0-4
5-9
45.047
47.913
42.604
45.630
Jumlah Total
87.651
93.543
Kelompok
Umur
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Tidak Terjawab
Jenis Kelamin
Laki-Laki
52.009
45.770
37.691
46.220
46.882
48.408
49.099
46.002
40.045
31.470
20.053
15.934
11.201
13.158
1.463
Perempuan
48.586
43.845
41.739
49.717
49.305
49.347
50.711
46.233
37.634
27.327
21.467
18.533
16.579
20.748
1.603
Jumlah Total
100.595
89.615
79.430
95.937
96.187
97.755
99.810
92.235
77.679
58.797
41.520
34.467
27.780
33.906
3.066
Pertanian
2.778
2.015
Industri
15.635
896
Bangunan
756
Perdagangan
1.785
1.246
Jasa
1.134
Lainnya
1.476
(Skk Migas, 2012)
Jumlah
10
Puskesmas
23
13
Puskesmas Pembantu
68
Apotek
70
Posyandu
1601
10
tangan dengan
(Riskesdas, 2013).
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Analisis Kesehatan sebagai Dampak Banjir
Sehat memiliki pengertian yang sangat luas, yaitu tidak saja terbebas dari
penyakit, namun tercapainya kesejahteraan fisik, sosial, dan mental. Seseorang
dapat dikatakan tidak sehat apabila mengalami gangguan pada salah satu faktor
tersebut. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang penting untuk
menentukan
kesehatan
seseorang.
Lingkungan
yang
terganggu
dapat
menyebabkan sakit pada masyarakat yang tinggal di area tersebut. Salah satu
masalah lingkungan yang sering dialami adalah banjir. Banjir merupakan keadaan
terjadinya genangan air yang berlebihan pada tempat yang tidak semestinya.
Banjir dapat disebabkan curah hujan yang tinggi, penebangan hutan secara illegal,
perubahan iklim, meluapnya air di laut dan sungai dan sebagainya. Sungai
Bengawan Solo merupakan salah satu sungai di Pulau Jawa yang seringkali
menyebabkan banjir. Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang selalu
terkena dampak banjir Bengawan Solo. Sebanyak 126 desa di 16 kecamatan di
Bojonegoro rawan banjir, dan 150.000 jiwa penduduknya berisiko terdampak
banjir (BPBD Bojonegoro, 2013). Bencana banjir memunculkan dampak langsung
terhadap keselamatan dan kesehatan jiwa seperti kematian karena tenggelam dan
terseret arus banjir, luka dan tersengat listrik. Di Indonesia, banjir merupakan
bencana alam yang paling banyak terjadi yaitu sebesar 5.051 kejadian atau sebesar
37,5% (BNPB, 2013).
Analisis derajat kerajat kesehatan merupakan salah satu indikator penting
untuk mengukur taraf kesehatan suatu bangsa. Salah satu ciri suatu bangsa yang
maju adalah dimilikinya derajat kesehatan yang tinggi. Derajat Kesehatan
Masyarakat di kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 dapat diukur melalui
beberapa indikator, yaitu mortalitas (kematian), morbiditas (kesakitan) dan status
gizi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
12
3.1.2
Mortalitas (Kematian)
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu
dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa
penyakit maupun sebab lainnya.
a. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 Kelahiran Hidup
pada tahun yang sama. AKB merupakan indikator derajat kesehatan yang
sangat penting karena kelompok bayi merupakan kelompok yang sangat
rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Berdasarkan hasil laporan
dari puskesmas dan jaringannya, pada tahun 2014 jumlah kematian bayi di
Kabupaten Bojonegoro sebanyak 216 kasus atau 11,84 per 1000 kelahiran
hidup. Dengan jumlah kematian bayi laki-laki sebanyak 131 kasus (60,64%)
dan bayi perempuan sebanyak 85 kasus (39,35%) (Dinkes Kab. Bojonegoro,
2014).
Gambar 3.1
Tren Angka Kematian Bayi
Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2014
13
14
15
Gambar 3.2
Tren Angka Kematian Ibu (AKI)
Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2014
Morbiditas
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
16
di Kabupaten
Bojonegoro:
1. AFP (non polio)
2. TB paru
3. Pneumonia balita
4. HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS)
5. Diare
6. Kusta
7. PDG3I
8. DBD
9. Malaria
10. Filariasis
(Dinkes Kab. Bojonegoro, 2014).
a. Status Gizi
Status
gizi
seseorang
mempunyai
hubungan
yang
erat
dengan
17
2.307,06
km2
18
Sumber :
Laporan
Seksi
JPK Dinas
Kesehatan
Kab.
Bojonegoro th. 2002-2014
(promotif)
merupakan
upaya kegiatan
yang
berjalan sesuai rencana atau tidak dan aoakah ada masalah baru dalam
pelaksanaannya yang juga membutuhkan solusi.
Pemantauan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan melakukan diskusi dengan masyarakat yang mendapat promosi
kesehatan, wawancara mendalam terutama dengan tokoh masyarakat
yang terlibat, observasi, angket, dan artikel. Pemantauan dapat dilakukan
oleh pelaksana program maupun dengan instansi lain yang diajak bekerja
sama untuk melaksanakan promosi kesehatan. Pemantauan dapat
dilaksanakan langsung saat pemberian materi maupun berkala dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
3.4.Analisis Perilaku Kesehatan
3.4.1. Perilaku Masyarakat
1) Rumah Tangga Ber-PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan bentuk perwujudan dari
paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental maupun
sosial. PHBS penting dilakukan saat dan setelah bencana banjir terjadi.
PHBS khusus kondisi kedaruratan merupakan salah satu tindak
kesiapsiagaan (preparedness) penanganan bencana pada level individu
untuk
mempertahankan
status
kesehatan
akibat
dampak
banjir
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah
(Kemenkes RI, 2012).
2) Kebiasaan CTPS
Dua indikator dari 10 indikator perilaku hidup sehat dalam keadaan
gawat darurat untuk mengurangi risiko terkena penyakit diare dan kulit
adalah CTPS dengan menggunakan air bersih (Kemenkes RI dan UNICEF
2012). CTPS dan penggunaan air bersih saling berkaitan untuk mencegah
penularan diare dan penyakit kulit. Angka perilaku CTPS di Bojonegoro
terbilang cukup tinggi yakni mencapai 73,51%, namun kebiasaan ini
belum dilakukan semua masyarakat pada saat maupun pasca banjir
sehingga insiden penyakit kulit dan diare saat banjir terus meningkat
(Harthana&Soedirham, 2014).
3) Perilaku Saat Banjir
Warga di daerah banjir pada umumnya merasa tidak takut banjir dan
beberapa cenderung merasa senang, hal ini karena anak-anak dan orang
dewasa dapat bermain air banjir dengan leluasa dan dianggap sebagai
hiburan tersendiri. Anak-anak sering berperahu menggunakan ban dalam
bekas, bahkan warga yang rumahnya tidak kebanjiran ikut serta bermain
air banjir. Warga tidak takut terseret arus karena warga hanya bermain air
saat banjir skala ringan dan sedang. Warga biasanya akan mengungsi ke
lokasi pengungsian apabila banjir yang masuk ke dalam rumah mencapai 1
meter, apabila kurang dari itu, warga memilih untuk tetap bertahan di
rumah. Bagi warga, mengungsi bukanlah keharusan dan dianggap bukan
merupakan tindakan preventif mengurangi resiko penyakit akibat banjir,
sehingga saat banjir warga cenderung kesulitan mendapat air bersih dan
tidak memiliki stok air yang memadai. Oleh karena itu, sebagian warga
terkadang menggunakan air banjir untuk mandi dan bahkan memasak,
warga beranggapan bahwa air banjir yang mengalir lebih bersih daripada
air yang menggenang dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Saat
banjir mulai surut, biasanya warga membersihkan bekas endapan lumpur
banjir menggunakan sisa-sisa air banjir, sehingga dapat dipastikan
22
aktivitas
warga
selalu
berada
di
genangan
air
banjir
(Harthana&Soedirham,2014).
4) Sarana Sanitasi Lingkungan
Jamban merupakan sarana sanitasi dasar keluarga sehingga
merupakan salah satu indikator utama kesehatan di keluarga. Jumlah
sarana sanitasi dasar meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air
limbah. Dari keseluruhan jumlah total penduduk, penduduk yang memiliki
akses sanitasi yang layak sejumlah 1.123.107 orang (91,6%) (Dinkes Kab.
Bojonegoro, 2014).
Untuk jamban, idealnya setiap rumah memiliki jamban sendiri,
namun kenyataanya terdapat jamban bersama yang biasa digunakan
beberapa kepala keluarga. Selain itu jika terjadi bencana banjir, maka
keberadaan jamban darurat di tempat pengungsian memang akan terbatas,
namun kebersihannya harus selalu terjaga karena akan dipakai oleh
banyak orang. Masyarakat harus diedukasi agar tidak sembarangan buang
air terutama di sungai karena akan mengundang datangnya lalat, kecoa,
tikus yang menularkan penyakit diare, kolera, disentri, thypus, dan
cacingan. Selain itu, tindakan ini akan mengurangi pencemaran air sungai
sedikit demi sedikit hingga nantinya air sungai dapat digunakan kembali.
3.5.Analisis Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan. HL
Blum menyatakan lingkungan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu lingkungan sehat untuk
menjamin kehidupan manusia. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang
kondusif untuk hidup sehat, bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan
memadai, permukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, serta terwujudnya
kehidupan yang saling tolong menolong dengan memelihara budaya bangsa.
3.5.1
23
presentase
ketersediaan
obat
di
Kabupaten
Solo bukanlah ancaman yang besar, hal ini karena banjir hanya terjadi
24
pada saat musim hujan sehingga sudah dianggap sebagai rutinitas tahunan.
Lama banjir yang berlangsung dapat mencapai 2-7 hari, bergantung pada
curah hujan dan debit sungai. Sebagian warga yang bermukim di
sepanjang DAS telah meninggikan pondasi rumahnya sebesar 0.5-1 meter
dari jalan desa atau kampung. Apabila terjadi luapan Sungai Bengawan
Solo, tinggi permukaan air banjir rata-rata adalah1 meter yang diukur pada
banjir yang menggenangi jalan desa atau kampung. Selain itu, banjir juga
biasanya
merendam
beberapa
ruas
jalan
desa
sehingga
warga
Januari 2008
2499
9133
12089
7
208
3844
166
39
376
459
59
Februari 2009
70
433
433
7
249
25
13
65
75
25
Mei 2010
39
75
98
1
-
Cacar air
DHF
3
1
tentang obat obatan. Etnofarmasi adalah gabungan disiplin ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara kebiasaan kultur dalam suatu kelompok masyarakat
ditinjau dari sisi farmasetisnya. Oleh sebab itu akan melibatkan studi identifikasi,
klasifikasi dari produk
natural
a. Diare
Obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bojonegoro untuk
pengobatan diare sangat umum atau banyak individu masyarakat Bojonegoro
mengetahui atau menggunakannya, diantaranya:
1) Tumbuhan Grunggung ( Potentilla argunta Pursh.) berasal dari famili
Rosaceae digunakan sebagai pengobatan penyakit diare oleh masyarakat
Bojonegoro. Bagian yang digunakan sebagai obat diare adalah buahnya yang
masih muda. Buah muda Grunggung ditandai dengan warna buah yang hijau
dan sedikit keunguan. Pengobatan untuk diare yaitu dengan cara buah
grunggung dipetik dari dahannya kemudian dicuci bersih dan langsung
dimakan.
2) Buah pisang (Musa paradisiaca L. ) termasuk famili Musaceae yang masih
mentah dibakar sampai hangus kemudian dimakan. Pisang mempunyai
kandungan kimia serotanin, norepinefrin, noreadrenalin, hidroksi-triptamin,
dopamin, tannin, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C dengan kegunaan
pisang sebagai penawar racun.
3) Daun jambu biji ( Psidium guajava L.) sudah sangat lazim digunakan oleh
berbagai Suku di Indonesia sebagai obat antidiare. Penggunaan daun muda
jambu biji ( Psidium guajava L.) di masyarakat Bojonegoro dengan cara
direbus kemudian air rebusan diminum sehari tiga kali satu gelas. Kandungan
aktif yang ada pada jambu biji antara lain tannin 9-12%, minyak atsiri, minyak
27
dibuang,
tetapi
dimanfaatkansebagai
pengobatan
diare.
Cara
pengobatannya relatif mudah yaitu dengan cara kulit buah dibakar pada
perapian sampai hangus kemudian setelah dingin dimakanlangsung. Manggis
(Garcinia mangostana L.) berasal dari famili Clusiaceae dengan kandungan
aktif didalamnya triterpenoid, tannin, resin, mangostin (Susanti, 2007).
b. ISPA
Kasus ISPA pada masyarakat Bojonegoro sering terjadi. Bisa dilihat dari
banyaknya jenis resep tradisional yang digunakan untuk pengobatan.
1) Jahe ( Zingiber officinale Roscoe) dari famili Zingiberaceae sudah sangat
lazim digunakan untuk pengobatan tradisional di Indonesia. Penggunaan
Jahe oleh masyarakat Bojonegoro digunakan untuk menyembuhkan batuk.
Peramuannya yaitu dengan cara rimpang dari jahe dibersihkan kemudian
ditumbuk, jahe yang ditumbuk tidak sampai halus kemudian disedu dengan
air panas. Selain untuk pengobatan batuk, jahe digunakan sebagai minuman
penghangat badan oleh masyarakat Bojonegoro. Kandungan bahan aktif
Jahe ( Zingiber officinale Roscoe) antara lain minyak atsiri 2-3%
mengandung zingiberen, felandren, kamfen, limonen, borneol, sineol, sitral,
dan zingiberol, minyak dammar yang mengandung zingeron, dengan
kegunaan dari Jahe sebagai karminatif (Susanti, 2007).
2) Akar adas ( Foeniculum vulgare Mill.) dari famili Apiaceae direbus
kemudian diambil airnya. Air rebusan akar adas digunakan untuk
pengobatan batuk denganaturan pemakaian sebanyak tiga kali sehari satu
gelas. Kandungan Adas sudah diterangkan sebelumnya dan dapat digunakan
sebagai ekspektoran (Susanti, 2007).
28
29
Materi penyuluhan
30
31
(Sulistya, 2016).
3.9.2
32
saat, dan pasca banjir. Pada saat kondisi kedaruratan, pelayanan kesehatan
diberikan kepada pengungsi oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan daerah
setempat secara umum untuk penyakit demam, diare, ISPA, dan penyakit
kulit. Selain itu dilakukan pula pemberian kapsul vitamin A untuk anak
usia 0-59 bulan, vaksin campak, vaksin toksoid-tetanus, dan pemberian
tablet fe untuk ibu hamil. Namun, jika sudah terlanjur terserang penyakit
maka harus dilakukan perawatan diri secara mandiri. Berikut beberapa
langkah perawatan diri untuk penyakit yang biasa diderita korban bencana
alam:
a) Demam
Untuk perawatan diri pasca banjir dapat dilakukan dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
anti nyamuk
b) Penyakit kulit
1. Jika luka, bersihkan dengan air mengalir lalu beri obat merah atau
betadine
2. Jika ada koreng, tutupi dengan kain bersih
3. Usahakan mandi secara teratur dan memakai sabun
4. Ganti pakaian jika basah atau kotor
c) Diare
1. Konsumsi oralit setelah BAB
2. Jika tidak ada oralit, gunakan air matang, air kelapa, air tajin, kuah
sayur
3. Terus berikan ASI untuk bayi
4. Untuk bayi dan balita dapat mengkonsumsi obat zinc selama 10 hari
berturut-turut
3.9.3
makan, minum, mandi, dan mencuci. Ciri-ciri air bersih adalah ; bersih
33
secara fisik, tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa, tidak berbau.
Penggunaan air bersih dapat menghindari terjangkitnya penyakit diare,
kolera, disentri, thypus, cacingan, hepatitis, penyakit mata, penyakit kulit.
Hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan air minum adalah :
dilakukan sendiri, namun akan melibatkan berbagai pihak, terutama jika saat
terjadi banjir. Berbagai komponen organisasi akan terlibat dalam penanganan
pasca banjir seperti pemerintah (puskesmas dan dinas kesehatan), PMI, SAR, dan
lain-lain.
Sarana dan prasarana yang digunakan antara lain ; layar, proyektor, alat
peraga untuk kegiatan penyuluhan promosi kesehatan. Jika dalam bentuk
simulasi, maka dapat memanfaatkan barang-barang di sekitar lokasi pengungsian
34
dan lain-lain.
Tingginya frekuensi terjadinya banjir sehingga masyarakat diharapkan
3.12.
35
36
BAB IV
SIMPULAN
Kabupaten Bojonegoro adalah wilayah terluas di Jawa Timur yang dilewati
Sungai Bengawan Solo yaitu sepanjang 143 km. Kabupaten ini paling sering
mengalami bencana banjir yang terjadi karena meluapnya air sungai ke
permukiman atau lahan warga akibat peningkatan debit air secara tiba-tiba.
Kabupaten Bojonegoro memiliki jumlah penduduk sebesar 1.430.316 jiwa
atau 403.468 KK yang terdiri dari 721.445 laki-laki dan 708.871 perempuan.
Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten
Bojonegoro sehingga penduduk Kabupaten Bojonegoro sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dinkes Jawa Timur pada tahun
2012, di Jawa Timur rumah yang telah melakukan PHBS hanya sebanyak 40,77%
pada tahun 2010 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 42,85% kemudian
tahun 2012 meningkat kembali menjadi 43,39%. Sedangkan proporsi penduduk
Jawa Timur yang telah mencuci tangan dengan benar hanya 48,1%
(Riskesdas,2013). Hal ini menunjukan bahawa di jawa timur termasuk
Bojonegoro kurang dari setengah yang yang telah melakukan PHBS dan cuci
tangan dengan
(Riskesdas, 2013).
Penyakit terbesar yang muncul pasca banjir di Kabupaten Bojonegoro
diantaranya penyakit kulit, ISPA, dan diare. Etnofarmasi yang digunakan
berkaitan dengan penyakit yang muncul pasca banjir antara lain:
Diare: tumbuhan grunggung, buah pisang, daun jambu biji, kulit manggis.
38
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. 2013. Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI): Jenis Bencana di
Indonesia;
Jumlah
Korban
Bencana
di
Indonesia.
Tersedia
di:
Kesehatan
Kabupaten
Bojonegoro.
2010.
Tersedia
di
https://bojonegorokab.bps.go.id/Subjek/view/id/153#subjekViewTab3|
accordion-daftar-subjek1 (Diakses 6 September 2016).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2014. Bojonegoro: Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. 2013. Jumlah Fasilitas Kesehatan di
Kabupaten Bojonegoro. Tersedia di: http://data.go.id/dataset/jumlahfasilitas-kesehatan-di-kabupaten-bojonegoro (Diakses 6 September 2016).
Harthana, T. dan Soedirham, O. 2014. Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun saat Banjir Bengawan Solo di Bojonegoro. Jurnal Promkes:
Vol 2, No 2 Desember 2014: 160-172.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 2013. Profil Kabupaten Bojonegoro. Tersedia
di:
http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-
39
http://www.bojonegorokab.go.id/demografi
Mata
Pencaharian.
Tersedia
di:
http://www.kompasiana.com/
dasulistya/7-langkah-mencuci-tangan-
LAMPIRAN
40
41
42
43