Você está na página 1de 4

ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK

Analgetik : obat yang


menghilangkan kesadaran.

mengurangi

atau

melenyapkan

rasa

nyeri

tanpa

Antipiretik : obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.


Jadi analgetik antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa dan serentak menurunkan
suhu tubuh yang tinggi.
Rasa nyeri hanya merupakan gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri.
Zat ini merangsang, reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit,
selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf
sensoris ke SSP, melalui sumsum tulang belakang ke thalamus kemudian ke pusat nyeri
dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri. Mediator nyeri di sebut juga
autacoida terdiri dari : histamin, serotonin, bradykinin, leukotrien dan prostaglandin.
Penggolongan
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetik terbagi dua :
1. Analgeti perifer ( non narkotika ) yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotika dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik narkotika khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
fraktur dan kanker.
Mekanisme kerja analgetik
Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2
terganggu
Obat analgetik antipiretik
1. Parasetamol
Aman dipakai untuk swamedikasi ( pengobatan mandiri ) efek analgetik diperkuat
oleh kafein kurang lebih 50 %
Efek samping : jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan
darah.
Dosis : 2 3 dd 0,5 1 g maks 4 g / hari, kronis maks 2,5 / hari. Anak 4 6 dd 10
mg / kg. Dosis 3 - 4 g sehari.......hati rusak, di atas 6 g ..........necrose hati yang
tidak reversibel
2. Asetosal
Anti demam, berdaya menghambat agregasi trombosit
Efek samping : iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambung dan
perdarahan samar, reaksi alergi kulit dan tinnitus ( telinga berdengung ). Anak
kecil yang menderita cacar air atau flu tidak diberikan asetosal karena sindrom
Rye. Wanita hamil tidak boleh pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan
karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang.
Dosis : nyeri dan demam, oral 4 dd 0,5 1 g pc maks 4 g. Prevensi sekunder infark
jantung 1 dd 100 mg.
ANALGETIK NARKOTIKA
Analgetik narkotik, kini disebut opioida, adalah zat yang bekerja terhadap
reseptor opioid khas di SSP, sehingga persepsi nyeri respons emosional terhadap
nyeri berubah atau dikurangi.
Penggolongan berdasarkan cara kerja :
1. Agonis opiat, yang dapat dibagi dalam alkaloid candu ; morphin, kodein, heroin.
Zat sintetis : metadon dan derivatnya ( dekstromoramida , propoksifen ) petidin
dan derivatnya
( fentanil ) dan tramadol.
2. Antagonis opiat : nalokson, nalorfin, pentazosin bila digunakan sebagai
analgetik, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
3. Kombinasi

Penggunaan
WHO : untuk nyeri hebat ( mis pada kanker ) menggolongkan obat dalam 3 klas
yaitu :
1. Non-opioida : Nsaids, termasuk asetosal dan kodein
2. Opioida lemah : tramadol, kodein
3. Opioida kuat : morphin dan derivat-derivatnya
Efek samping umum
1. Supresi SSP, mis sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis, hipotherma
dan penekanan suasana jiwa ( mood )
2. Saluran cerna : Obstipasi, kolik batu empedu
3. Saluran urogenital : retensi urin
4. Saluran nafas : bronchkonstriksi
5. Sistem sirkulasi : vasodilatasi, hipertensi dan bradycardia
6. Histamin : urticaria dan gatal
Dosis :
Morphin Hcl dewasa oral 3 6 dd 10 20 mg, sc/im 3-6 dd 5 20 mg
Anak 2 dd 0,1 0,2 mg / kg.
Kodein 3- 6 dd 15 60 mg , anak 3 6 dd 0,5 mg / kg
Batuk 4 6 dd 10 20 mg maks 120 mg / hari, anak 1 mg / kg

ANALGETIK ANTIRADANG DAN OBAT-OBAT REMA


I.

Obat-obat rematik
Arthritis rheumatika disingkat AR adalah penyakit sendi kronis dan
sistemis yang termasuk kelompok gangguan autoimun. Ciri perubahan
peradangan kronis dari sendi dan membrannya lalu destruksi tulang rawan
dengan perubahan anatomis yang khusus di hinggapi rema adalah
persendian tangan dan kaki, lutut, bahu dan tengkuk. Gejala yang khas
bengkak dan nyeri simetris di sendi tersebut.
Pengobatan
Untuk menanggulangi gejala nyeri, peradangan dan kekakuan banyak
digunakan analgetik antiradang dan kortikosteroid.
1. Analgetik antiradang atau AINS
Pengobatan selama 1 minggu
Pilihan pertama adalah obat dengan relatif sedikit ES seperti ibuprofen,
ketoprofen, naproksen dan diklofenac, juga obat selektif baru
nabumeton dan meloxicam.
Penggunaan jangka panjang dianjurkan dengan tambahan suatu
penghambat asam lambung ( omeprazol, lansoprazol, pantoprazol )
2. Kortikosteroida, sangat efektif tetapi seringkali mengakibatkan ES dan
terapi
sukar dihentikan.
3. Obat-obat supresif long acting yang berkhasiat antiradang kuat. Obat ini
juga berdaya anti erosif, artinya dapat menghentikan atau
memperlambat progres kerusakan tulang rawan. Obat ini tidak bekerja
analgetik, maka biasanya dikombinasikan dengan AINS guna
memperkuat efek.
Sulfasalazin atau hidroksiklorokuin.
Klorokuin juga dapat digunakan tetapi resiko retinopati lebih besar.
4. Obat-obat alternatif
- Vit C, vit E, EPA/ DHA dan bromelain

II.

Vit C ( 2 3 x 1 g )..... menghambat peradangan dan menginaktifkan


radikal bebas
( nyeri berkurang )
Vit E 2 x 400 UI, EPA/ DHA 3 x 500 mg ..... menghambat sintesa
prostaglandin E2
Protease bromelain 1 x 600 mg berfungsi sebagai antioksidan dan
melawan peradangan.

Analgesik antiradang ( NSAiDS )


AINS berkhasiat analgetik, antipiretik, serta antiradang dan sering
sekali digunakan untuk menghalau gejala penyakit rema seperti AR, artrotis
dan spondylosis.
Obat ini efektif untuk peradangan lain akibat trauma ( pukulan, benturan,
kecelakaan ) juga misalnya setelah pembedahan, atau memar akibat
olahraga, dipakai pula untuk mencegah pembengkakan bila di minum sedini
mungkin dalam dosis yang cukup tinggi. AINS juga digunakan untuk kolik
saluran empedu dan kemih, serta keluhan tulang pinggang dan nyeri haid.
Akhirnya AINS juga berguna untuk nyeri kanker akibat metastase tulang.
Yang banyak digunakan untuk kasus ini adalah zat-zat dengan ES relatif
sedikit, yakni ibuprofen, naproksen dan diklofenak.
Penggolongan secara kimia
1. Salisilat : asetosal. Dosis anti radang 2 3 x lebih tinggi dari dosis
analgetik.... ES, tidak dipakai
2. Asetat : diklofenac, indometasin dan sulindac
3. Propionat : ibuprofen, ketoprofen, naproksen
4. Oxicam : piroxicam, tenoxicam dan meloxicam
5. d. Antranilat : mefenaminat
6. Pirazolon : fenilbutazon
7. Lainnya : nabumeton, benzidamin
Penggunaan lokal........ krem atau gel
Piroxicam 0,5 %, naproxen 10 %, diklofenac
Mekanisme kerja
AINS sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin,
dimana ke 2 jenis COX di blokir. AINS ideal hanya menghambat COX-2
( peradangan ) dan tidak COX-1
( perlindungan mukosa lambung
) lagi pula menghambat lipooxigenase ( pembentukan leukotrien ).
Kortikostiroid, menghambat fosfolipase, sehingga pembentukan baik
dari prostaglandin maupun leukotrin di halangi. Oleh karena itu efek untuk
gejala rema lebih baik daripada AINS. Keberatannya ialah ES yang lebih
berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama.
Efek Samping
1. Efek ulcerogen : mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, tukak lambung
dan perdarahan samar yang disebabkan perintangan sintesa
prostacyclin.
Keluhan lambung dan usus......indometasin, piroxicam
Sedang............ketoprofen, naproksen
Paling sedikit.............ibuprofen
2. Gangguan fungsi ginjal
3. Agregrasi trobosit dikurangi, sehingga masa perdarahan dapat
diperpanjang. Efek ini reversibel, kecuali asetosal.
4. Reaksi kulit : ruam dan urticaria, paling sering diklofenac dan sulindac
5. Bronchokonstriksi pada penderita asma yang hipersensitif bagi AINS
6. Efek sentral : nyeri kepala, pusing, tinnitus, termangu-mangu, sukar tidur
7. Lain-lain : gangguan fungsi hati ( diklofenac ), haid ( diklofenac,
indometasin )
Wanita hamil tidak boleh diberikan AINS selama triwulan terakhir
berhubung menghambat his dan memperlambat persalinan.

Interaksi
AINS dengan antikoagulan dan antidiabetik oral......memperkuat kerja AINS
Dengan penisilin, furosemida, HCT dan metotreksat diperlambat sehingga
obat ini lebih lama kerjanya.

III.

Obat-obat encok
Encok ( gout ) adalah nama sekelompok gangguan pada metabolisme
purin dan asam urat, di mana kadar berlebihan dalam plasma menimbulkan
penurunan kristal natrium urat di sendi dan cairan synovialnya. Yang paling
sering encok sendi.
Nilai urat dalam darah yang dianggap normal
Pria : 0,20 0,45 mmol/ l
Wanita : 0,15 0,35 mmol/ l
Titik jenuh teoritis 0,42 mmol/ l = 7 mg/ 100 ml
Pengobatan
- Terapi serangan akut dengan kolkisin ( obat tertua ) 1 mg. Semua
AINS dalam dosis tinggi mempunyai keampuhan yang sama, tetapi
kerjanya lebih cepat dan kurang toksis. Yang seringkali digunakan
diklofenac, naproksen, piroxicam dan indometasin. Obat ini paling
manjur bila diminum sedini mungkin. Bila tidak menghasilkan efek,
biasanya di beri kortikostiroid sampai gejala mereda.
- Terapi prevensi
a. Alopurinol bila terdapat over produksi urat. Dosis 1 x 100 mg pc
b. Urikosurika : benzobromaron dan probenesid, bila terdapat
ekskresi urat rendah tanpa produksi berlebihan.
Dosis probenesid
Oral : 2 dd 250 mg dc selama 1 minggu, 2 dd 500 mg dinaikkan
sampai 2 g / hari. Untuk memperpanjang daya kerja penisilin 4 dd
500 mg, sebagai adjuvans pada gonore singledose 1 g.

Você também pode gostar