Você está na página 1de 11

ADAT PERNIKAHAN JOGJAKARTA DAN

DKI JAKARTA

NAMA : MUSBAHLU MUNIR


NO
:20
KELAS: XII IPA 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya kepada kita semua, Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang kita tunggu
syafaat nya di hari akhir amin.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan sedikit materi bahasa jawa
tentang adat pernikahan dari Jogjakarta dan DKI Jakarta. Yang mengulas
beberapa perbedan dan tanggapan dari masing masing adat
Apabila dalam penulisan terdapat banyak kesalahan saya selaku penulis mohon
maaf yang sebesar besarnya. Sekian yang saya sampaikan.

Pleret,12 November 2016


Musbahlu Munir

ADAT YOGYAKARTA
Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya.
Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang
akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada
kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni.
Lamaran
Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita
yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang
tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang
apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Pada hari yang
telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon
pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim
disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh
empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara
lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
Peningsetan
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat,
peningsetan jadi berarti pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara
penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria
kepada pihak calon pengantin putri.
Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang
dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe ( anyaman daun kelapa yang
hijau ). Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan
memandikan calon pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari sebelum
pernikahan itu dilaksanakan.

Upacara Siraman
Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang
mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni.
Midodareni
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00
ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doadoa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Sepasang kembarmayang ( dipasang di kamar pengantin )
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, emponempon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap
srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih
yang dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut,
minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau
wangi.
Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara
langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya
yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin
diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan
pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan
menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga
pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan
emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin
oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul

akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau
petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan
pemerintah.
Upacara Panggih
Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru
upacara panggih bisa dilaksanaakan. Pengantin pria kembali ketempat
penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah
semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya
Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria
2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari
balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki
pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacarkucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah
selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang
besan dan dilanjutkan upacara sungkeman

Adat DKI JAKARTA


Ngelamar
Ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga
pemuda untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai wanita.
Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan
membawa sejumlah barang bawaan wajib, antara lain:
Sirih Embun; bawaan wajib dalam lamaran yang berisi daun sirih dilipat bulat
dan diikat potongan kertas minyak, sirih yang telah diisi rempah-rempah, bunga
rampai tujuh rupa, serta tembakau yang dihias dalam berbagai bentuk.
Pisang raja dua sisir dibawa di atas nampan yang dihias dengan kertas warnawarni. Setiap ujungnya ditutup dengan cungkup kertas minyak berwarna hijau,
kuning atau merah. Pisang raja ini harus ada karena dianggap buah yang tinggi
nilainya, sesuai dengan namanya.
Roti tawar dibawa di atas nampan dihias dengan kertas warna-warni.
Uang sembah lamaran, hadiah lainnya berupa baju atau bahan pakaian
wanita.
Setelah ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni
membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon
pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan

calon pengantin wanita). Pembicaraan dilakukan oleh utusan pihak keluarga


wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Dalam rangkaian pernikahan adat Betawi, acara ini merupakan unsur yang
sangat menentukan. Apabila tande putus telah disepakati maka dilanjutkan
dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal: apa dan berapa banyaknya tande
putus, berapa biaya yang diperlukan untuk keperluan pesta, berapa lama atau
berapa hari pesta itu akan diselenggarakan, berapa jumlah perangkat pakaian
upacara perkawinan dikenakan pengantin perempuan, serta perihal siapa dan
berapa banyak undangan.
Bawa Tande Putus
Acara ini bisa disepadankan dengan bertunangan. Tande putus bisa berupa apa
saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus kepada si gadis
berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekedarnya, serta aneka rupa kue.
Tande Putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan
tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain, begitu pula dengan si pemuda atau
calon tuan mantu. Setelah tande putus diserahkan, maka berlanjut dengan
menentukan hari dan tanggal pernikahan.
Menentukan Mahar atau Mas Kawin
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok. Tempo dulu dengan
mendengar permintaan dari pihak calon none mantu, mak comblang dan utusan
dari keluarga calon tuan mantu akan segera memahami apa yang diinginkan.
Apabila pihak calon none mantu mengatakan none kite minta mate bandeng
seperangkat, itu adalah kata kiasan yang berarti calon none mantu
menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Bila
pihak calon none mantu menyatakan, none kite minta mate kembung
seperangkat, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas
perhiasan bermata intan asli.
Piare Calon None Penganten
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin wanita (biasa disebut none mantu)
dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Dimaksudkan untuk mengontrol

kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu


menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program
diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon
mempelai wanita, juga disertai minum jamu godok dan jamu air akar secang.
Sekarang ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan,
sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
Siraman dan Ditangas
Acara siraman atau mandiin calon pengantin wanita diadakan sehari sebelum
akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Perlengkapan yang perlu
disediakan antara lain kembang setaman, ramuan tambahan berupa daun jeruk
purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, daun sereh dan
sebagainya; paso dari tanah, kursi rotan berlubang-lubang atau kursi kayu yang
tengahnya diberi lubang, dan tikar pandan sebagai penutup saat acara tangas.
Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau
kum (semacam mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih
tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini dimaksudkan untuk menghaluskan dan
mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada hari pernikahan.
Ngerik dan Potong Centung
Berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita. Adapun perlengkapan
yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang
setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya
untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping
uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur
anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Ngerik bertujuan membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin wanita yang
tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher. Setelah itu tukang piare
membuatkan centung (potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi
dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya, agar pengantin selalu
mendapat keberkahan dan keselamatan.

ADAT JOGJAKARTA

ADAT BETAWI

Você também pode gostar