Você está na página 1de 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan pada
Alkalosis Metabolik.
Penulisan makalah ini merupakan suatu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan sistem Imun, di Perguruan Tinggi STIKes Pertamina Bina Medika
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada banyak
yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini terutama kepada:
1

Ibu yang telah memberikan petunjuk kepada penulis tentang tata cara penulisan dan
memberikan tugas ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan

2
3

sebaik baiknya.
Teman-teman satu kelompok yang sudah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Semua pihak lain yang tidak dapat diucapkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan baik dalam proses penulisan maupun bantuan lain.

Jakarta, 29 November 2013

(Tim Penulis)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. Latar Belakang.............................................................................................................2
B. Tujuan..........................................................................................................................4
C. Ruang Lingkup.............................................................................................................5
D. Metode Penulisan.........................................................................................................5
E. Sistematika Penulisan..................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................6
A. Definisi.........................................................................................................................6
B. Etiologi.........................................................................................................................6
C. Manifestasi Klinik........................................................................................................7
D. Patofisiologi.................................................................................................................8
E. Pathway........................................................................................................................9
F.

Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................10

G. Penatalaksanaan.........................................................................................................10
H. Komplikasi.................................................................................................................11
BAB III.................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................12
A. Pengkajian..................................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................13
C. Intervensi Dan Rasional.............................................................................................13
BAB IV.................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................17
Kesimpulan........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat
netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa
menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau
basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan
menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya
Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna
biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat
ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH
kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral
memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH atau dengan
pH meter.( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)
Gangguan keseimbangan asam basa disebut dengan istilah asidosis bila pH
darah bersifat asam dan alkalosis jika pH darah bersifat basa. Tergantung proses
primernyadapat dibagi menjadi asidosis/alkalosis respiratorik (proses primernya
pada pernapasan) dan asidosis/alkalosis metabolik (proses primernya adalah
gangguanmetabolik). Akhiran osis pada asidosis ataupun alkalosis menunjukkan
proses primer yang menghasilkan asam atau basa tanpa melihat nilai pH darah. Pada
asidosis/alkalosis ringan yang terkompensasi sempurna, pH darah dapat
tetapnormal.Pada setiap gangguan keseimbangan asam basa, selalu akan diikuti
kompensasiuntuk mempertahankan pH

normal. Kompensasi dari asidosis

respiratorik adalah alkalosis metabolik, sedangkan kompensasi dari alkalosis

respiratorik adalah asidosismetabolik dan demikian juga sebaliknya. ( Mima M.


Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)
Sekarang karena kondisi apapun jika keseimbangan ini akan terganggu, itu
akan mulai mempengaruhi tubuh, meskipun perlahan-lahan, tetapi dapat
mengakibatkan komplikasi serius. Alkalinitas berlebih akan menyebabkan alkalosis
metabolik, sedangkan kelebihan keasaman akan menyebabkan asidosis metabolik.
Pada artikel ini kita berbicara tentang mantan. Ini adalah kondisi dimana pH cairan
tubuh, terutama darah, memiliki kelebihan basa (alkali), yang mengapa alkalosis
panjang (berarti base excess). Dalam kondisi ini tingkat pH jaringan tubuh lebih
tinggi dari kisaran normal sehat. Kondisi ini metabolik dapat disebut sebagai
peningkatan konsentrasi bikarbonat serum (HCO3). Ini adalah gangguan yang dapat
disebabkan oleh hilangnya atau penurunan ion hidrogen yang ketidakseimbangan
tingkat, dengan meningkatkan kadar bikarbonat dalam tubuh. Atau dapat juga
disebabkan karena peningkatan kadar bikarbonat saja. Ini dapat disederhanakan
sebagai hilangnya hidrogen (H +) atau keuntungan bikarbonat (HCO3). Kami
sekarang akan memahami penyebab ketidakseimbangan ini dan apa efek memiliki
pada tubuh. ( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)

B. Tujuan
Adapun tujuan Umum penulisan makalah ini adalah Untuk Menjelaskan secara
terperinci tentang Alkalosis Metabolik beserta asuhan keperawatannya.
Tujuan Khusus dari makalah ini adalah untuk:
1. Untuk memenuhi tugas Imun Hematologi II (Dua).
2. Agar Mahasiswa/i mengetahui Apa itu Alkalosis Metabolik.
3. Agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang Alkalosis Metabolik dan
asuhan keperawatan pada klien dengan Alkalosis Metabolik.

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini kami hanya membatasi masalah pada gangguan
Alkalosis Metabolik dan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
Alkalosis Metabolik.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami mengunakan metode deskriptif yaitu metode
yang mengambarkan tentang pengertian dari Alkalosis Metabolik dan Asuhan
keperawatan pada penderita Alkalosis Metabolik dan disesuaikan dengan literatur
yang digunakan.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup,
BAB II

Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.


: Konsep Teori terdiri dari pengertian dari Alkalosis Metabolik, Etiologi,

BAB II

Tanda dan Gejala, Patofisiologi, Penatalaksanaan, Komplikasi


: Penutup yang terdiri dari Kesimpulan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A Definisi
Alkalosis metabolik adalah gangguan klinis yang di tandai oleh pH yang
tinggi (Penurunan Konsentrasi ion hydrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma
yang tinggi. (Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2013)
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan yang Menggambarkan individu
yang mengalami atau berisiko tinggi untuk mengalami suatu ketidakseimbangan
asam-basa yang berhubungan dengan kelebihan bikarbonat atau kehilangan ion
hydrogen. (Rani A.A. dkk, 2005)
Alkalosis metabolic (kelebihan HCO3) adalah gangguan sistemis yang
ditandai dengan peningkatan primer dari kadar bikarbonat plasma, sehinggan terjadi
peningkatan Ph (penurunan dari H+). (Arif muttaqin, 2001)

F. Etiologi
Alkalosis metabolic dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran asam yang
berlebihan, atau bila asupan basa yang meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar
eliktrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit
plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolik.
1. Hilangnya asam.
Hilangnya asam dapat timbul akibat muntah yang berlebih, karena isi lambung
bersifat asam. Muntah juga menyebabkan alkalosis secara tidak langsung karena
keluarnya klorida melalui muntahan.
2. Peningkatan kadar bikarbonat.
Peningkatan bikarbonat dapat terjadi pada asupan bikarbonat dalam bentuk
antacid yang mengandung bikarbonat yang digunakan untuk mengobati indigesti
atau nyeri ulu hati. Larutan bikarbonat mungkin digunakan selama resusitasi
kardiopulmonalis dan dapat menyebabkan alkalosis metabolik.
3. Penurunan volume cairan ekstrasel.
Kontraksi volume atau penurunan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan kadar bikarbonat plasma dan alkalosis metabolik dengan
mengurangi jumlah bikarbonat yang difiltrasi di glomerulus. Terjadi
peningkatan bikarbonat yang direabsorbsi kembali ke kapiler peritubulus apabila
kecepatan aliran darah juga berkurang.
4. Perubahan kadar elektrolit ektrasel.

Perubahan kadar elektrolit ekstrasel dapat menyebabkan alkalosis akibat


pergeseran ion ion hydrogen kedalam sel. Misalnya, penurunan klorida ekstrasel
dapat menyebabkan alkalosis metabolik sewaktu klorida berdifusi keluar sel dan
ion hydrogen berpindah ke kompartemen intrasel. Hal ini disebut alkalosis
hipokloremik hipokloremik. Demikian juga, hypokalemia (penurunan kalium
plasma) dapat menyebabkan alkalosis metabolic akibat peningkatan ekresi
hydrogen oleh ginjal.
(Elizabeth J.Corwin, 2009)

G. Manifestasi Klinik
Tidak spesifik, tetapi dicurigai pada klien dengan resiko penyedotan
nasogastric.
Gejala dan tanda hypokalemia dan kekurangan volume cairan, meliputi :
1. Kelemahan dan kejang otot, dapat pula timbul
2. Kelainan EKG
3. Tetani pada klien dengan kadar Ca++ serum tingkat keterbatasan yang mengarah
rendah. (Elizabeth J.Corwin, 2009)
Tidak ada Manifestasi klinis yang patognomonik untuk gangguan elektrolit
ini, penderita mungkin mengalami kram atau merasa lemah dan mungkin akan
timbul tanda-tanda tetani bila kadar kalsium yang terionisasi turun akibat alkalosis.
(Behrman Klirgman, 2000)
Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik.
Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama
sekali untuk interval waktu tertentu. Kondisi ini memicu perubahan warna pada
kulit sehingga menjadi kebiruan atau keunguan. Detak jantung juga akan
berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan tekanan darah. (www.amazine.co
diakses pada tanggal 28 November 2013, Jam 8:23)
H. Patofisiologi
Sistem buffer meminimalkan perubahan pH, tetapi kadar bikarbonat plasma
dan pH meningkat. Respirasi mungkin ditekan dengan sedikit peningkatan PCO2
plasma, tetapi respon ini dibatasi oleh peningkatan hipoksia sehingga kompensasi

respiratorik selalu tidak lengkap dan tidak pernah mengembalikan pH ke normal.


Ambang batas bikarbonat ginjal terlewati, sehingga didapatkan bikarbonat dalam
urine yang pH-nya dapat naik mencapai 8,5-9,0. Meskipun demikian, factor-faktor
kekurangan volume dan hypokalemia sering terjadi bersamaan, dan keduanya,
bersama dengan peningkatan PCO2 sendiri, cenderung meningkatkan reabsorbsi
bikarbonat di ginjal, mempertahankan alkalosis metabolic. Alkalosis metabolic akan
sukar sekali dikoreksi bila ada hypokalemia atau kekurangan volume cairan
ekstraseluler dan sering hanya dapat diobati setelah defisiensi-defisiensi tersebut
dikoreksi. (Behrman Klirgman, 2000)

I. Pathway
Muntah yg
berlebih,pengisapa
n isi lambung

Asupan bikarbonat
dlm bentuk antasid

Hilangnya
567oasam
karena keluarnya
klorida melalui
muntahan

Pe bikarbonat

Pe

volume cairan
ekstraseluler

Pe bikarbonat
plasma

Pergeseran ion-ion
hydrogen ke dalam sel

Perubahan kadar
elektrolik ekstrasel

Alkalosis Metabolik
Dx:
Kekurangan
volume cairan
Perfusi jantung
menurun
Dx:
Penurunan
curah jantung

Peningkatan ph serum
hipoventilasi
PaCO2
Pernafasan lambat
Dx: Pola nafas
tidak efektif

Buffer ginjal
Retensi
hidrogen

Ekresi
bikarbonat

Penurunan pH
serum

kompensasi

kelelahan
Dx:
intoleransi
aktifitas

J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Nilai-Nilai gas darah arteri: Menentukan Keparahan alkalosis dan respons
terhadap, PH akan menjadi >7,40
2. serum: Nilainya akan meningkat sampai 26 mEq/L
3. Elektroit serum: biasanya,serum kalium akan rendah (<4,0mEq/L) sedangkan
serum klorida(95mEq/L)
4. EKG: untuk mengkaji adanya disritmia,terutama jika terdapat hypokalemia atau
alkalosis berat. ( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)
Diagnosis alkalosis metabolic dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan laboratorium yang mendukung, yaitu:
1. PH plasma meningkat diatas 7,45 dan konsentrasi HCO3 - > 26 mEq/L.
2. PCO2 mungkin normal atau sedikit meningkat. Kompensasi peningkatan PCO2
diperkirakan sebesar 0,7 mmHg untuk kiat peningkatan HC03-sebesar 1 mEq.
3. K+ serum biasanya < 3,5 mEq/L.
4. Klorida serum dapat < 98 mEq/L (alkalosis metabolic hipokloremik
hipokalemik). (Elizabeth J.Corwin, 2009)

K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akan tergantung pada gangguan yang mendasari.Alkalosis
metabolic ringan atau sedang biasanya tidak memerlukan intervensi-intervensi
teraupetik yang khusus.
1. Infus saline: infus norman saline dapat mengkoreksi kekurangan volume
(klorida) pada pasien dengan alkalosis sekunder karena kehilangan melalui
lambung. Alkalosis metabolic sukar untuk diperbaiki jika hipopolemia dan
kekurangan klorida tidak dikoreksi.
2. Kalium klorida: diindikasikan untuk pasien-pasien dengan kadar kalium rendah.
Kalium klorida lebih dipilih daripada garam kalium lainnya karena kehilangan
klorida dapat diganti secara simultan.
3. Natrium dan kalium klorida: efektif untuk alkalosis poshiperkapnia yang terjadi
saat retensi CO2 kronik dikoreksi secara cepat (misalnya melalui ventilasi
mekanik). Jika jumlah klorida dan kalium yang adekuat tidak tersedia, maka
kelebihan bikarbonat oleh ginjal akan mengalami kerusakan dan alkalosis
metabolic akan terus berlangsung.
4. Antagonis reseptor-histamin H2:

(misalnya

simetidin,

ranitidine,

dan

famotidine) :menurunkan produksi asam hidroklorida (HCl) lambung dan oleh


karenanya sangat berguna dalam pencegahan atau penurunan alkalosis
metabolic yang dapat terjadi dengan pengisapan lambung.
5. Inhibitor karbonat anhydrase: asetazolamid (Diamox) terutama sangat berguna
untuk mengkoreksi alkalosis metabolic pada pasien yang tidak dapat
mentoleransi penambahan volume yang cepat (misalnya indivividu dengan
CHF). Ini dapat diberikan secara oral atau intravena. Asetazolamid
menyebabkan peningkatan yang besar pada seleksi ion bikarbonat (HCO3-) dan
K+ ginjal, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk menambah kalium sebelum
pemberian obat.
6. Bahan-bahan yang bersifat asam: alkalosis metabolic yang berat (Ph > 7,60 dan
HCO3- 40-45 mEq/L) memerlukan pengobatan dengan bahan-bahan yang
bersifat asam seperti asam hidroklorida encer, ammonium klorida atau arqenine
hidroklorida. Karena efek sampingnya yang serius, obat-obatan ini tidak sering
digunakan. ( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A Pengkajian
Anamesa
1. Identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Kanker, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati, asites, polisitemia,
obesitas, hipertensi, miastenia gravis atau penyakit neurologis lainnya.
3. Riwayat penyakit dahulu.
asma, bronchitis, fibrosis kistik.
4. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kanker, obesitas, gangguan paru.
(Susan martin tucker dkk, 2007)
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pernafasan klien tampak lambat, pucat, wajah cemas, awasi tanda-tanda
sianosis.
2. Palpasi
Berkeringat, ekspansi toraks, fremitus (vocal/taktil), deviasi trakea, krevitus.
3. Perkusi
Resonans, hiperesonans, timpani, redup, pekak.
4. Auskultasi
Penurunan atau tak ada bunyi nafas.
(Susan martin tucker dkk, 2007)

L. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan PCO2.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah berlebih.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan factor-faktor listrik (risiko
disritmia) sekunder terhadap alkalosis metabolik akibat tindakan penghisapan
lambung.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.

M. Intervensi Dan Rasional


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan PCO2.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pola nafas klien kembali normal.
Kriteria hasil: 1. TTV dalam batas normal.
2.
Pola nafas klien kembali normal.
INTERVENSI
Pantau TTV klien.

RASIONAL
Untuk mengetahui perubahan vital sign pada
pasien.

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan

Kecepatan biasanya menurun. Kedalaman

ekspansi dada.

pernafasan bervariasi.

Auskultasi bunyi nafas.


Pertahankan posisi nyaman biasanya
peninggian kepala tempat tidur.
Berikan oksigen tambahan.

Bunyi nafas menurun/tidak ada.


Posisi fawler atau semi fawler dapat
meringankan kerja nafas.
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
kerja nafas.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah berlebih.

Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam kekurangan cairan pasien berkurang atau
teratasi.
Kriteria hasil: Turgor kulit klien elastis, pengisian kapiler < 3 detik.
INTERVENSI

RASIONAL

Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status

Indicator keadekuat volume sirkulasi.

membrane mukosa, turgor kulit.


Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur

Mengganti cairan untuk masukan kalori yang

haluaran urine dengan adekuat.

berdampak pada keseimbangan elektrolit.

Untuk mengetahui perubahan elektrolit


Pantau hasil laboratorim terhadap kadar
kalium darah.

pasien.
Untuk mengurangi muntah hebat pada
pasien.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian


terapi yang tepat.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan factor-faktor listrik (risiko


disritmia) sekunder terhadap alkalosis metabolik akibat tindakan penghisapan
lambung.
Tujuan: Dalam

waktu

2x24

jam

penurunan

curah

jantung

hilang/berkurang.
Kriteria Hasil: EKG menampakan suatu gambaran yang normal; ph 7,45.

klien

INTERVENSI
Monitor nilai-nilai laboratotium, terutama

RASIONAL
Untuk mengetahui respon pasien terhadap

ph dan serum karbondioksida untuk

terapi.

menentukan respon pasien terhadap terapi.


Beritahukan dokter jika ada jika ada
perubahan yang penting atau kurangnya
respon terhadap pengobatan.

Mendeteksi adanya difisit jantung.

Monitor EKG terhadap adanya disritmia.


Kaji nadi apical dan radial secara simultan
saat mengevaluasi frekuensi dan irama
jantung untuk mendeteksi difisit jantung.

Mengetahui ada tidaknya hypokalemia.

Monitor kadar kalium, terutama pada pasien

Karena hypokalemia sering muncul

yang menerima preparat digitalis.

bersamaan dengan alkalosis metabolic.

Beritahukan dokter jika ada kalium menurun


sampai < 3,5 mEq/L.
Ukur dan catat jumlah cairan yang
dikeluarkan oleh suction.

Untuk mengetahui pengeluaran cairan


pasien.
Untuk menentukan status volume cairan.

Timbang pasien setiap hari untuk


menentukan status volume cairan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.


Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam klien menunjukan toleransi aktivitas.
Kriteria hasil: menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat
diukur dengan tidak adanya kelemahan berlebih,dan TTV dalam rentan normal.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Menetapkan kemampuan/kebutuhan
Catat laporan peningkatan

pasie dan memudahkan pilihan

kelemahan/kelelahan dan dan perubahan

intervensi.

TTV selama dan setelah aktivitas.

Berikan lingkungan tenang dan batasi

Menurunkan stress dan rangsangan

pengunjung.

berlebihan,meningkatkan istirahat.

Bantu pasien untuk memilih posisi yang

Pasien mungkin nyaman dengan posisi

nyaman untuk istirahat.

semi fawler/fawler.

Bantu aktivitas perawatan diri yang di

Meminimalkan kelelahan dan

perlukan.

membantu keseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Alkalosis metabolik adalah gangguan klinis yang di tandai oleh pH yang
tinggi(Penurunan Konsentrasi ion hydrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma yang
tinggi.(Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002)
Alkalosis metabolic dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran asam yang
berlebihan, atau bila asupan basa yang meningkat. Dehidrasi dan perubahan kadar

eliktrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam elektrolit-elektrolit plasma,


dapat menyebabkan alkalosis metabolik. (Elizabeth J.Corwin, 2009)

DAFTAR PUSTAKA
Klirgman, Behrman.2000.Ilmu kesehatan anak,edisi 15.Jakarta:EGC
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku saku patofisiologi,edisi:3.Jakarta:EGC
Horne, Mima M, Pamela L.swearingen.2001.Keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa,Edisi 2.Jakarta:EGC
Martin, susan tucker, dkk.2007.Standar perawatan pasien (perencanaan kolaboratif
& intervensi keperawatan) volume 1,edisi 7.Jakarta:EGC
Muttaqin, Arif.2001.Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan system
pernafasan.Salemba Medika.

Rani A.A.dkk.2005.Standar pelayanan medic perhimpunan dokter spesialis


penyakit dalam Indonesia edisi khusus.Jakarta:BP PAPDI
Smeltzer Suzanne C, Brenda G. Bare. 2013. Buku ajar keperawatan medical bedah,edisi.8.
Jakarta: EGC.

http://www.amazine.co/18413/alkalosis-metabolik-penyebab-gejala-danpengobatannya/

Você também pode gostar