Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
sejarah
Promosi kesehatan
KELOMPOK I
KELAS : IC
DIV KEPERAWTAN
POLTEKKES KEMENKES
GORONTALo
TAHUN 2015/2016
Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar.
Makalah kami yang berjudul Patofisiologi Abses Paru
Makalah ini disusun dari bebbagai sumber. Tak lupa pula kami
mengucapkan terimah kasih banyak kepada seluruuh pihak yang terlibat,
khususnya guru bidang studi atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan
makalah dan power point kami.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan selanjutnya menuju arah yang lebih
baik. Akhir kata kami berharap tugas ini dapat member manfaat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Bab 2 : Sejarah Promosi Kesehatan Internasional
2.1 Sejarah Promosi Kesehatan Internasional
2.2 Konfrensi Promosi Kesehatan
Bab 3 : Sejarah Promosi Kesehatan Indonesia
3.1 Era Propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat
3.1.1 Masa Penjajahan
3.1.2 Masa Pendudukan Jepang dan Awal Kemerdekaan
3.2 Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan
3.2.1 Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960
3.2.2 Penetapan Hari Kesehatan Nasional
3.3 Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan Melalui Media
Elektronikk
3.3.1 Peranserta Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
3.3.2 Munculnya PKMD
3.3.3 PKMD dan Deklarasi Alma Ata
3.4 Era Promosi Keshatan
3.4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Bab 5 : penutup
5.1
5.2
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1
LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti
1. 2
RUMUSAN MASALAH
1) Agar kita dapat mengetahui bagaimana sejarah promosi kesehatan
2) Agar kitaa dapat mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah
keperawatan.
3) Agar kita dapat mengetahui bagaimana konsep kesehatan
4) Agar kita dapat mengetahui sasaran, tujuan dan metode dalam konsep promosi
kesehatan
BAB II
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN
INTERNASIONAL
2.1.1
masyarakat
untuk
memelihara,Meningkatkan
dan
melindungi
kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada
konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi (Health promotion is the
process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and
thereby improve their health) dan dimuat dalam The Bangkok Charter. Dan definisi baru
ini belum dibakukan bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga
beredar banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu
nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti:
2.1.2
Pemasaran social
Mobilisasi social
Pemberdayaan masyarakat, dll
Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
Rehabilitation (pemulihan)
Sedangkan pengertian yang kedua promosi kesehatan diartikan sebagai upaya
memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kataan
lain promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan
pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima
atau membeli (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan
kesehatan tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. dari
pengertian promosi kesehatan yang kedua ini, maka sebenarnya sama dengan
9
BAB III
SEJARAH PROMOSI KESEHATAN
INDONESIA
3.1 ERA PROPAGANDA DAN PENDIDIKAN KESEHATAN RAKYAT
(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)
3.1.1
Masa Penjajahan
Mula-mula Belanda, untuk kepentingan mereka sendiri, membentuk Jawatan
Kesehatan Tentara (Militair Geneeskundige Dienst) pada tahun 1808. Itu terjadi pada
waktu pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendels, yang terkenal dengan pembuatan
jalan dari Anyer sampai Banyuwangi, yang membawa banyak korban jiwa penduduk.
Pada waktu itu ada tiga RS Tentara yang besar, yaitu di Batavia (Jakarta), Semarang dan
Surabaya. Usaha kesehatan sipil mulai diadakan pada tahun 1809, dan Peraturan
Pemerintah tentang Jawatan Kesehatan Sipil dikeluarkan pada tahun 1820. Pada tahun
10
1827 kedua jawatan digabungkan dan baru pada tahun 1911 ada pemisahan nyata antara
kedua jawatan tersebut. Pada permulaannya, perhatian hanya ditujukan kepada kelompok
masyarakat penjajah (Belanda) sendiri, beserta para anggota tentaranya yang juga
meliputi orang pribumi. Sedangkan usaha untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara
keseluruhan baru dinyatakan dengan tegas dengan dibentuknya Jawatan/Dinas Kesehatan
Rakyat pada tahun 1925. Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula-mula dilakukan
adalah
pengobatan
dan
perawatan
(upaya
kuratif),
melalui
RS
Tentara.
Dengan adanya wabah kolera, pada tahun 1911 di Batavia dibentuk badan yang
diberi nama Hygiene Commissie yang kegiatannya berupa: memberikan vaksinasi,
menyediakan air minum dan menganjurkan memasak air untu diminum. Perintis usaha ini
adalah Dr. W. Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun 1920 diadakan jabatan
propagandist (juru penyiar berita) yang meletakkan usaha pendidikan kesehatan kepada
rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan gambar dinding, dan pemutaran film
kesehatan. Usaha ini karena penghematan dihentikan pada tahun 1923.
Medisch Hygienische Propaganda
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten..Lambat laun
pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan Medisch
Hygienische Propaganda. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya,
bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada
anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan brigade sekolah
dimana-mana.
Hanya
saja
gerakan
ini
tidak
lama
usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk
Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas
Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat.
Sebagai pelaksana kegiatan pendidikan kesehatan dalam bidang Hygiene dan
Sanitasi, seorang dokter pribumi bernama Dr. Soemedi, kemudian mendirikan Sekolah
Juru Hygiene di Purwokerto. Usaha ini kemudian dilanjutkan oleh Dr. R. Mochtar yang
kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch
Hygienische Propaganda Dienst).
Prevention is better than cure
11
Apa yang telah dirintis oleh Hydrick tersebut kemudian ternyata dilanjutkan oleh
Pemeritah (Belanda). Perhatian Pemerintah Belanda terhadap usaha preventif
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-undangan).
Motto yang berbunyi Prevention is better than cure diwujudkan dalam berbagai
kegiatan a.l. :
Jepang sudah kacau, berlangsung terus dalam periode revolusi fisik (1945 1949).
Banyak fasilitas Kesehatan tidak dapat dipergunakan karena rusak, bahkan para
petugas kesehatan pun banyak yang meninggalkan posnya, bergabung dalam barisan
gerilyawan melawan Belanda, Amerika dan Inggris. Dalam kaitan itu perlu dicatat
bahwa banyak tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang menjadi pejuang dan
di antaranya ada yang gugur di medan perang, atau menjadi korban perang.
Dalam periode revolusi fisik itu (Agustus 1945 Desember 1949), masih ada
dua sistem pemeritahan, yaitu Belanda yang berpusat di Jakarta, dan Republik
Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Dengan demikian maka selama 8 tahun (1942
1949), Indonesia mengalami masa yang sangat memprihatinkan. Banyak fasilitas
kesehatan yang tidak dapat dipergunakan, karena rusak, ditinggalkan, bahkan para
petugas kesehatanpun meninggalkan posnya untuk turut bergabung dengan para
12
gerilyawan.
Obat-obatan
didaerah
Republik
juga
sulit.
terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu maupun masyarakat. Bahkan dalam
salah satu jargonnya, yang bermula dari Ruskin sebagaimana dikutip di awal bab ini,
ditegaskan bahwa fokus Health Education adalah pada perubahan perilaku itu, bukan
hanya pada peningkatan pengetahuan saja. Oleh karena itu area Pendidikan Kesehatan
adalah pada Knowledge (Pengetahuan), Attitude (Sikap) dan Practice (Perilaku), yang
disingkat menjadi K.A.P.
Mengenai metode yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan dapat
bervariasi, sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat. Namun metode
tersebut harus dikembangkan : dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.
3.2.2
berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indonesia dapat
dilenyapkan. Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September
1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963
dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian
malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah dengan dibantu oleh USAID
dan WHO. Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun
serangga DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali
dan Lampung, sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari
kemungkinan serangan malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha surveilans
yang berhasil menurunkan parasite index dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi
Hanya 2%.
Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa
penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku
Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta.
Meskipun peristiwanya sendiri merupakan upacara simbolis penyemprotan nyamuk,
tetapi kegiatan tersebut harus dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau penyuluhan
14
kepada
masyarakat.
pertemuan Alma Ata (1978), WHO memberi rumusan tentang peran serta masyarakat
adalah suatu proses dimana individu dan keluarga:
a. Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri, keluarga dan
masyarakat.
b. Berkembang kemampuannya untuk berkontribusi dalam pembangunan.
c. Mengetahui keadaannya dengan lebih baik dan termotivasi untuk memecahkan
masalahnya.
d. Memungkinkan menjadi penggerak pembangunan (agent of develepment).
Selanjutnya dalam World Health Assembly 1979 dirumuskan: Peran serta
masyarakat adalah suatu proses untuk mewujudkan kerja sama kemitraan
(partnership) antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan,
melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan, sehingga diperoleh manfaat
berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat dan masyarakat ikut berperan
dalam penentuan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam pelayanan
kesehatan.
3.3.2
Munculnya PKMD
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di
permukaan pada sekitar tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitya
Kerja untuk menyiapkan konsep program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
15
yang
sehat membantu
yang
sakit.
Pada waktu itu semua program pembangunan harus didasarkan pada GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN). Demikian pula PKMD, yang di dalam GBHN
dengan jelas disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk mencacapai
kesempatan yang luas bagi setiap warga Negara untuk meningkatkan derajat
kesehatannya sebagai bagian dari pencapaian kesejahteraan sosial. Hal itu juga sejalan
dengan Undang-Undang Kesehatan No. 9/1960 yang menyebutkan bahwa kesehatan
bukan hanya sekedar bebas penyakit dan cacat, tetapi merupakan keadaan sempurna
baik fisik, mental dan sosial. Kesehatan adalah hak setiap warga Negara untuk
mecapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan seperti ini, maka perlu dilaksanakan pembangunan kesehatan masyarakat
desa, sebagi bagian dari
pembanguan nasional.
Dalam pertumbuhannya, PKMD mememperoleh komitmen dari lembagalembaga baik pemerintah maupun swasta. Departemen-Departemen dan lembagalembaga non departemen yang telah meberikan komitmen terhadap PKMD adalah:
Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Depertemen Pertanian,
Departemen Sosial, Depertemen Pekerjaan Umum, Departemen Agama , Departemen
Perdagangan dan Industri dan Departemen Keuangan. Sedangkan lembaga
pemerintahan non Departemen, dan lemabga swadaya masyarakat lainnya yang
terlibat adalah: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Bank
Rakyat Indonesia , Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Pramuka, Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Perkumpulan Kelauraga Berenecana Indonsia
(PKBI), Organisasi Wanita dan Palang Merah Indonsia.
3.3.3
diri
(masyarakat)
sendiri
16
untuk
mengenal
dan
memecahkan
17
3.4.1
diselenggarakan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu Prof.
Dr. Suyudi). Kunjungan Dr. Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan pejabat
Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne, sampai
beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu khususnya
Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi
kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan rumah konferensi
internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita sendiri mempunyai
kesamaan
pemahaman
tentang
konsep
dan
prinsip-prinsipnya
serta
dapat
termasuk sekitar 150 orang Indonesia, khususnya dari daerah. Ini karena konferensi
18
3.4.3
Menteri Kesehatan ditetapkan Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek. Setelah melalui
persiapan antara lain pertemuan dengan para pakar, pertemuan nasional dengan
daerah-daerah, pertemuan lintas sektor dan dengar pendapat dengan DPR, pada 1
Maret 1999 oleh Presiden Habibie dicanangkan : Gerakan Pembangunan yang
Berwawasan Kesehatan, atau dikenal dengan Paradigma sehat. Sebagai
20
kesehatan
yang
bermutu,
adil
dan
merata.
bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian Daerah secara lebih
sungguh-sungguh terhadap program kesehatan, kelembagaan, ketenagaan serta
anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus untuk menjelaskan dan
mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga
diselenggarakan kepada partai-partai politik dan anggota DPR kkhususnya komisi
yang
mengurusi
bidang kesehatan.
BAB IV
KONSEP PROMOSI KESEHATAN
4.1 Perkembangan Konsep Dasar Promosi Kesehatan
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dan konsep pendidikan
kesehatan, yang berkembang sejalan dengan perubahan paradigm kesehatan
masyarakat ( Public Health ). Perubahan padigma kesehatan masyarakat terjadi antara
lain akibat perubahan pola penyakit, gaya hidup kondisi kehidupan lingkingan
kehidupan demografi dan lain lain.
Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada factor
factor yang menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit penyakit
bersumber makanan serta penyakit penyakit yang buruk. Dalam perkembangan
selanjutnya disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya hidup
masyarakat. Sejak saaat itu, pendidikan kesehatan menjadi perhatian dan merupakan
bagian dari upaya kesehatan masyarakat yang difokuskan kepada :
a.
Perilaku beresiko seperti : Merokok, Makanan rendah serat, dan Kurang gerak
b.
Pelayanan kedokteran pencegahan
c.
Deteksi dini pencegahan.
Deklarasi Alam Ata ( 1978 ) menghasilkan strategi utama dalam pencapaian
kesehatan bagi semua (Health For All ) melalui pelayanan kesehatan dasar( Primary
Healt Care ). Salah satu komponen didalam pelayanan kesehatan dasar itu adalah
pelayanan kesehatan, yang di Indonesia pernah juga disebut penyuluhan kesehatan.
Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada, dilangsungkan konferensi internasional
promosi kesehatan yang menghasilkan piagam Ottawa ( Ottawa Charter ) yang
menjadi acuan bagi promosi kesehatan, termasuk di Indonesia. Sesuai dengan piagam
22
23
a.
24
1.
a) Lingkungan (environment)
Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi.
Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk perbaikan sanitasi
lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi,
pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan,
perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan.
b) Perilaku (behavior)
Perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan. Bila seseorang
berperilaku positif terhadap lingkungan dan kesehatannya maka seseorang akan
mendapatkann feedback yang positif pula.
c) Pelayanan kesehatan (health services)
Intervensi terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan
perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Keturunan (heredity)
Intervensi faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan
kesehatan khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit keturunan.
Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan
selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan perilaku juga
mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Promosi Kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian ilmu dan informasi
kesehatan kepada individu kelompok, keluarga dan komunitas dengan tujuan dari
tidak mampu menjadi mampu merubah kebiasaan yang
26
dan menerapkan
sepanjang hidupnya.
Strategi dalam promosi kesehatan ada dua yaitu Strategi promosi kesehatan
menurut WHO ( internasional) dan strategi promosi kesehatan berdasrkan perjalan
penyakit. Strategi promosi kesehatan menurut WHO sesuai dengan visi dan misi
promosi kesehatan yaitu advokasi, mediasi dan memampukan masyarakat. Sedangkan
strategi promosi kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit yaitu strategi
promosi kesehatan primer, sekunder dan tersier.
Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan terdiri dari 3 yaitu metode
promosi kesehatan secara individual, secara kelompok dan secara masal. Sasaran
dalam promosi kesehatan mencakup aspek yang luas mulai dari individu kelompok
dan masyarakat. Promosi kesehatan sendiri memiliki peran penting dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat.
5.2
SARAN
Perawat Dalam melakukan promosi kesehatan bidan harus menjaga hubungan
dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan
diterapkan oleh klien dan masyarakat. Dalam menerima promosi kesehatan klien
harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://nazmasweet.blogspot.co.id/2009/11/sejarah-perkembangan-promosi-kesehatan.html
(April 11, 2016 pukul 22:18)
e-book promosi kesehatan HDJ Maulana, S Sos, M Kes - 2009 - books.google.com (April 11,
2016 pukul 20:31)
Bahan ajar Ayubi Dian( 2010 ).Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku FKM UI.
27
Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta; Salemba Medika
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Oktaviani.2013.makalah promosi kesehatan. (online) available: http://oktioktaviani
36.blogspot.com/2013/05/makalah-promosi-kesehatan.html diakses tanggal 31 Agustus
Wikipedia.2011.(http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan) diakses tanggal
30
Agustus 2014
Iqi, Iqbal, 2008, Promosi Kesehatan, dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com, diakses tanggal 15
Oktober 2008.
Kapalawi, Irwandi, 2007, Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini, dalam
Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2008.
Tawi, Mirzal, 2008, Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-promkes,
diakses tanggal 15 Oktober 2008
Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.
WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO, dari
http://www.who.int/health promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 25
September 2008.
WHO, 1998, Health Promotion Glossary, Geneva: WHO.
28