Você está na página 1de 2

'Ancaman digusur'

Kampung Jodipan dihuni warga pendatang yang mendirikan rumah di tanah milik Negara
tersebut. Soni mengaku telah mendengar kampung ini terancam digusur dan warga akan
direlokasi ke rumah susun.
"Kami memang menempati tanah negara, tapi setiap tahun tetap membayar pajak bumi dan
bangunan," jelas Soni. " Saya nyaman dan kerasan tinggal di kawasan bantaran sungai ini,"
tambah dia.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono sempat mengunjungi
kampung warna-warni 23 September 2016, dan memberikan toleransi bagi warga yang tinggal di
titik tertinggi di sekitar Daerah Aliran Sungai DAS Brantas.
Keras tapi arif. Di perkotaan kita tak bisa hantam kromo dengan aturan. Bisa ditoleransi, tapi
bukan pembiaran, katanya. Apalagi permukiman sudah tertata dan tak lagi kumuh. Seperti
perkampungan di bantaran Kali Code Yogyakarta yang diprakarsai Romo Mangunwijaya, yang
tertata rapi dan cantik.
Dia juga mengatakan proses relokasi tak gampang dan membutuhkan waktu.
Meski awalnya kampung ini terancam akan digusur, tetapi sekarang Wali Kota Malang justru
menetapkan permukiman warga Jodipan dan Ksatrian di bantaran sungai Brantas sebagai obyek
wisata.
Untuk memindahkan warga yang tinggal di pinggiran sungai, Pemerintah Kota Malang telah
membangun rusun sewa di Kelurahan Buring, Kedungkandang, Kota Malang. Tetapi hingga kini
dari dua blok baru terisi satu blok yang diperuntukkan bagi 400 keluarga.
Pemerintah Kota Malang mendata sebanyak 17 kawasan permukiman kumuh di Malang.
Diperkirakan sekitar 15 persen atau 31 ribu jiwa bermukim di bantaran sungai.
Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang luas permukiman kumuh mencapai
603 hektar tersebar di 29 Kelurahan dari total 57 Kelurahan.
Penanganan perkampungan kumuh, Pemerintah Kota Malang mendapat dana dari Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp 30 miliar. Dana digunakan untuk perbaikan
sanitasi, penerangan jalan, drainase dan pasokan air minum.

Malang, CB Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono,
Jumat, 23 September 2016 menyempatkan dirinya untuk meninjau kondisi aliran sungai Brantas
di wilayah Kampung Warna Warni Jodipan Malang didampingi Walikota Malang Mochammad
Anton, Direktur Sungai dan Pantai Kementerian PUPR Hari Suprayogi, Direktur Bina Operasi
dan Pemeliharaan Kementerian PUPR Lolly Martina Martief dan Kepala Biro Komunikasi
Publik Endra S Atmawidjaja.
Menteri Basuki mengapresiasi usaha warga di kampung tersebut untuk mempercantik
permukiman mereka yang berada di pinggiran aliran sungai Brantas sembari terus menjaga
kebersihan sungai. Ini salah satu contoh kampung yang berkembang, ujar Basuki.
Menurutnya, kawasan permukiman di pinggiran aliran sungai tidak selalu harus berkonotasi
negatif dengan dicap sebagai kawasan kumuh yang mengotori aliran sungai. Kawasan pinggiran
sungai dapat dijadikan sebagai kawasan wisata selama tidak menyalahi aturan yang ada.
Iya, memungkinkan kawasan pinggir sungai dijadikan kawasan wisata. Itu di banjir kanal barat
Semarang ada ampli teaternya, ya syaratnya bangunan yang tidak permanen mestinya, tuturnya.
Nanti akan dievaluasi lagi, dengan Jasa Tirta, nantinya semua permukiman yang ada di bantaran
dan melintang sungai harus melalui rekomendasi Jasa Tirta, jelasnya.
Hasil evaluasi sementara kunjungannya, Basuki menyatakan Kampung Warna Warni Jodipan
masih belum menyalahi aturan petunjuk batas minimal dasar bangunan di daerah rawan banjir.
Ini saya cek, masih di batas banjir tertinggi, ini nanti akan dievaluasi lagi, dengan jasa tirta dan
UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) sebagai penggagas kampung ini,ujarnya.
Sementara itu Pak Rosyidi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kampung
Warna Warni berharap dengan kunjungan Pak Menteri PUPR dapat memberikan masukan dan
bantuan terkait pengembangan kampung tersebut, khususnya terkait sanitasi. Harapan kami
semua masyarakat disini punya semacam IPAL terpadu, seperti sepiteng terpadu jadi limbah
yang keluar tinggal airnya saja. Jadi tidak ada limbah tinja ke sungai, ini harapan kami, ujarnya.
eRn/jos

Você também pode gostar