Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang meletakkan sendi-sendi hukum
di atas segala-glaanya. Bukan hanya setiap warga negara harus tunduk, akan
tetapi juga kekuasaan dan penyelenggaraan negara pun harus didasarkan dan
dibatasi oleh hukum.1 Salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya
jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before
the law). Oleh karena itu setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.2
Kejaksaan adalah lembaga penyelenggara kekuasan negara di bidang
penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Kejaksaan
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemrintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini
bertujuan melindungi profesi Jaksa dalam melaksanakan tugas profesionalnya,
karena Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (dominus litis),
mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum.3
Kejaksaan dalam mengimplementasikan tugas dan wewenangnya
secara kelembagaan tersebut, diwakili oleh petugas atau pegawai kejaksaan
yang disebut Jaksa. Seorang jaksa sebelum memangku jabatannya tersebut
harus

mengikrarkan

dirinya

bersumpah

atau

berjanji

sebagai

pertanggungjawaban dirinya kepada Negara, bangsa, dan lembaganya.


1 Juliyanti Safitri SIregar, Kewenangan Jaksa Ssebagai Pengacara
Negara Dalam Permohonan Eksekusi atas Putusan Peninjauan Kembali,
(Padang: FH Univ. Andalas, 2015), Hlm 1
2 Nolla Tesalonika Makalikis, Pemberhentian Jaksa dari Tugas dan
Kewenangan sebagai Pejabat Fungsional, ( Lex et Societatis,
Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013), Hlm 102
3 Juliyanti Safitri Siregar, Hlm 2

Dalam melaksanakan tugas dan wwewenangnya, jaksa dibatasi dengan


Kode Etik yaitu, Tata Krama Adhyaksa. Dengan demikian, makalah ini akan
menjelaskan kode etik jaksa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tugas dan wewenang Kejaksaan?
2. Bagaimana prinsip dan sanksi kode etik jaksa?
C. Tujuan
1. Untuk memahami tugas dan wewenang Kejaksaan?
2. Untuk memahami prinsip kode etik dan pelaksanaan sanksi kode etik
jaksa?
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika profesi hukum
D. Manfaat
Makalah ini bermanfaat sebagai acuan pembelajaran Hukum yang
lebih maksimal untuk masa yang akan datang, minimal untuk bahan kajian
yang mengacu kepada kemajuan di masa yang akan datang. Serta dapat
menambah keilmuan kita dengan harapan agar dapat lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT sehingga mendapatkan ilmu yang manfaat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tugas dan Wewenang Kejaksaan

Pengertian dari Kejaksaan menurut Undang- undang No 16 Tahun


2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan adalah lembaga
pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penegakkan
hukum dengan berpegang pada peraturan perundang- undangan dan kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan dari kekuasaan negara tersebut
diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan tinggi, dan Kejaksaan
negeri.
Menurut Undang-undang No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia, adapun pengertian tentang Jaksa, Jaksa Penuntut Umum,
Penuntutan dan Jabatan Fungsional sebagai berikut :
1. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenaNg oleh undangundang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang
lain berdasarkan undang-undang.
2. Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh UndangUndang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan
hakim.
3. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.
4. Jabatan Fungsional jaksa adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis
dalam organisasi Kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan
kelancaran pelaksanaan tugas Kejaksaan.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. Telah
mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 30, yaitu :
1. Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan

pengawasan

terhadap

pelaksanaan

putusan

pidana

bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;


d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah
3. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
a.

Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

b.

Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

c.

Pengamanan peredaran barang cetakan;

d.

Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan


masyarakat dan negara;

e.

Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f.

Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

4. Menempatkanseorang terdakwa di rumah sakit, tempat perawatan jiwa,


atau tempat lain yang layak karena yang bersangkutan tidak mampu
berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahayakan
orang lain, lingkungan, atau dirinya sendiri dengan persetujuan hakim.
5. Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada
instansi pemerintah lainnya.4
B. Etika Profesia Jaksa
Dalam menjalankan tugas, kejaksaan menerapkan doktirn yaitu Tri Krama
Adhyaksa. Menurut KEPJA No. KEP-030/J.A/3/1988

4 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, Profesi Jaksa Ditinjau


dari Perspektif Agama dan Budi Pekerti, (Jakarta: 2008), hlm 4-5

1. Satya, yakni kesediaan yang bersumber pada ras jujur, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri pribadi dan keluarga maupun kepada sesama
manusia.
2. Adhi, yakni kesempurnaan dalam bertugas dan yang berusur utama
pemilikan rasa tanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, keluarga
dan sesama manusia
3. Wicaksana, yakni bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku, khususnya
dalam pengetrapan tugas dan wewenangnya.
C. Kode Etik Jaksa (Tata Krama Adhyaksa)
Kode etik jaksa serupa dengan kode etik profesi yang lain.
Mengandung nilai-nilai luhur dan ideal sebagai pedoman berperilaku dalam
satu profesi. Yang apabila nantinya dapat dijalankan sesuai dengan tujuan akan
melahirkan jaksa-jaksa yang memang mempunyai kualitas moral yang baik
dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga kehidupan peradilan di Negara kita
akan mengarah pada keberhasilan. Dalam dunia kejaksaan di Indonesia
terdapat norma kode etik profesi jaksa, yang disebut Tata Krama Adhyaksa,
yaitu:
1. Jaksa adalah insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang tercermin dari kepribadian yang utuh dalam pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan Pancasila;
2. Jaksa sebagai insan yang cinta tanah air dan bangsa senantiasa
mengamalkan dan melestarikan Pancasila serta aktif dan kreatif menjadi
pelaku pembangunan hukum dalam mewujudkan masyarakat yang adil
yang berkemakmuran dan makmur berkeadilan;
3. Jaksa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara dari
pada kepentingan pribadi atau golongan;
4. Jaksa mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
antara sesama pencari keadilan;
5. Dalam melaksanakan tugas, melindungi kepentingan umum sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dan menggali nilai-nilai yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat;
6. Jaksa berupaya meningkatkan

kualitas

pengabdiannya

dengan

mengindahkan disiplin hukum, memantapkan pengetahuan,keahlian


hukum serta memperluas wawasan mengikuti perkembangan kemajuan;
5

7. Jaksa berlaku adil dalam memberikan pelayanan kepada pencari keadilan;


8. Jaksa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban tercermin dari sikap dan
prilaku baik di dalam maupun di luar kedinasan;
9. Jaksa menghormati adat kebiasaan setempat yang tercermin dari sikap dan
prilaku baik di dalam maupun di luar kedinasan;
10. Jaksa terbuka untuk menerima kebenaran, bersikap mawas diri, berani,
bertanggungjawab dan menjadi teladan di lingkungannya;
11. Jaksa mengindahkan norma-norma kesopanan dan kepatuhan dalam
menyampaikan pandangan dan menyalurkan aspirasi profesi;
12. Jaksa berbudi luhur, berwatak mulia, setia, jujur, arif, dan bijaksana dalam
tata pikir, tata tutur dan tata laku;
13. Jaksa memelihara rasa kekeluargaan, semangat kesetiakawanan dan
mendahulukan kepentingan korps dari pada kepentingan pribadi;
14. Jaksa menjunjung dan membela kehormatan korps serta menjaga harkat
dan martabat profesi;
15. Jaksa senantiasa membina dan mengembangkan kader Adhyaksa dengan
semangat ngarso sung tulodo, ingmadyo mangun karso, tut wuri
handayani;
16. Jaksa wajib menghormati dan mematuhi kode etik jaksa serta
mengamalkan secara nyata dalam lingkunan kedinasan maupun dalam
lingkungan pergaulan masyarakat.5
Kode etik Jaksa adalah Tata Krama Adhyaksa dimana Jaksa akan
berjanji untuk akan melaksanakan tugasnya dan beriman kepada Tuhan yang
Maha Esa serta memepertanggung jawabkan dirinya kepada bangsa dan
Negara. Untuk kode etik profesi jaksa di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia nomor : PER014/A/JA/11/2012
tentang Kode Perilaku Jaksa :
Kewajiban Jaksa
Pasal 3
Kewajiban Jaksa kepada negara :

5 Panduan bantuan hukum di Indonesia: pedoman anda memahami


dan menyelesaikan masalah hukum, (Jakarta: YLBHI, 2007), hlm 76-77

a.setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
b.bertindak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan yang hidup dalam
masyarakat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan
c.melaporkan dengan segera kepada pimpinannya apabila mengetahui hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara.
Pasal 4
Kewajiban Jaksa kepada Institusi:
a.menerapkan Doktrin Tri Krama Adhyaksa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya;
b.menjunjung tinggi sumpah dan/atau janji jabatan Jaksa;
c.menjalankan tugas sesuai dengan visi dan misi Kejaksaan Republik
Indonesia;
d.melaksanakan tugas sesuai peraturan kedinasan dan jenjang kewenangan;
e.menampilkan sikap kepemimpinan melalui ketauladanan, keadilan,
ketulusan dan kewibawaan; dan
f. mengembangkan semangat kebersamaan dan soliditas serta saling
memotivasi untuk meningkatkan kinerja dengan menghormati hak dan
kewajibannya.

Pasal 5
Kewajiban Jaksa kepada Profesi Jaksa:
a.menjunjung tinggi kehormatan dan martabat profesi dalam melaksanakan
tugas dan kewenangannya dengan integritas, profesional, mandiri, jujur
dan adil;
b.mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga;
c.mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan kedinasan;

d.meningkatkan ilmu pengetahuan, keahlian, dan teknologi, serta mengikuti


perkembangan hukum yang relevan dalam lingkup nasional dan
internasional;
e.menjaga ketidakberpihakan dan objektifitas saat memberikan petunjuk
kepada Penyidik;
f. menyimpan dan

memegang

rahasia

profesi,

tersangka/terdakwa yang masih anak-anak dan


kesusilaan

kecuali

penyampaian

terutama

terhadap

korban tindak pidana

informasi

kepada

media,

tersangka/keluarga, korban/keluarga, dan penasihat hukum sesuai dengan


peraturan perundang-undangan.
g.memastikan terdakwa, saksi dan korban mendapatkan informasi dan
jaminan atas haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
hak asasi manusia; dan
h.memberikan bantuan hukum, pertimbangan hukum, pelayanan hukum,
penegakan hukum atau tindakan hukum lain secara profesional, adil,
efektif, efisien, konsisten, transparan dan menghindari terjadinya benturan
kepentingan dengan tugas bidang lain.
Pasal 6
Kewajiban Jaksa kepada masyarakat:
a.memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi supremasi
hukum dan hak asasi manusia; dan
b.menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Bagian Kedua
Integritas
Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tugas Profesi Jaksa dilarang:
a.memberikan

atau

menjanjikan

sesuatu

yang

dapat

memberikan

keuntungan pribadi secara langsung maupun tidak langsung bagi diri


sendiri maupun orang lain dengan menggunakan nama atau cara apapun;

b.meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam bentuk


apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik langsung maupun
tidak langsung;
c.menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga,
atau finansial secara langsung maupun tidak langsung;
d.melakukan permufakatan secara melawan hukum dengan para pihak yang
terkait dalam penanganan perkara;
e.memberikan perintah yang bertentangan dengan norma hukum yang
berlaku;
f. merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
g.menggunakan kewenangannya untuk melakukan penekanan secara fisik
dan/atau psikis; dan
h.menggunakan barang bukti dan alat bukti yang patut diduga

telah

direkayasa atau diubah atau dipercaya telah didapatkan melalui cara-cara


yang melanggar hukum;
(2) Jaksa wajib melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah
atau keuntungan dalam bentuk apapun dari siapapun yang

memiliki

kepentingan baik langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan tugas


Profesi Jaksa.

Bagian Ketiga
Kemandirian
Pasal 8
(1) Jaksa melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya:
a.secara mandiri terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun
pengaruh kekuasaan lainnya; dan
b.tidak terpengaruh oleh kepentingan individu maupun kepentingan
kelompok serta tekanan publik maupun media.
(2) Jaksa dibenarkan menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum
dan kepadanya diberikan perlindungan hukum.

(3) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara


tertulis kepada yang memberikan perintah dengan menyebutkan alasan, dan
ditembuskan kepada atasan pemberi perintah.
Bagian Keempat
Ketidakberpihakan
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugas profesi Jaksa dilarang:
a.bertindak diskriminatif berdasarkan suku, agama, ras, jender, golongan
sosial dan politik dalam pelaksanaan tugas profesinya;
b.merangkap menjadi pengusaha, pengurus/karyawan Badan Usaha Milik
Negara/daerah, badan usaha swasta, pengurus/anggota partai politik,
advokat; dan/atau
c.memberikan dukungan kepada Calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam kegiatan
pemilihan.
D. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Jaksa yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan tindakan
administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia nomor : PER014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku
Jaksa :
(1) Tindakan administratif terdiri dari:
a. pembebasan dari tugas-tugas Jaksa, paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama (1) satu tahun; dan/atau
b. pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain, paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 2 (dua) tahun.
(2) Apabila selama menjalani tindakan administratif diterbitkan Surat
Keterangan Kepegawaian (Clearance Kepegawaian) maka dicantumkan
tindakan administratif tersebut.

10

(3) Setelah selesai menjalani tindakan administratif, Jaksa yang bersangkutan


dapat dialihtugaskan kembali ketempat semula atau kesatuan kerja lain yang
setingkat dengan satuan kerja sebelum dialihtugaskan.
E. Majelis Kode Perilaku
Pejabat yang berwenang untuk membentuk Majelis Kode Perilaku
sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia
nomor : PER014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa, sebagai berikut
:
a. Jaksa Agung bagi Jaksa yang menduduki jabatan struktural atau jabatan
lain yang wewenang pengangkatan dan pemberhentiannya oleh Presiden;
b. Para Jaksa Agung Muda bagi Jaksa yang bertugas di lingkungannya
masing-masing pada Kejaksaan Agung;
c. Jaksa Agung Muda Pengawasan bagi Jaksa yang bertugas di luar
lingkungan Kejaksaan Agung, Kepala Kejaksaan Tinggi dan Wakil
Kepala Kejaksaan Tinggi; atau
d. Kepala Kejaksaan Tinggi bagi Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Tinggi,
Kepala Kejaksaan Negeri dan Jaksa yang bertugas di Kejaksaan Negeri
dalam wilayah hukumnya.
selanjutnya, dalam pasal 19 ayat (1) Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia nomor : PER014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa,
mengatur susunan Majelis Kode Perilaku terdiri dari:
a.Ketua merangkap Anggota adalah pejabat yang berwenang membentuk
Majelis Kode Perilaku atau pejabat yang ditunjuk;
b.Sekretaris merangkap Anggota adalah 1 (satu) orang pejabat struktural di
lingkungan unit kerja yang bersangkutan, berstatus Jaksa yang jenjang
kepangkatannya tidak lebih rendah dari Jaksa yang akan diperiksa; dan
c.Seorang Anggota dari unsur PJI yang jenjang kepangkatannya tidak lebih
rendah dari Jaksa yang akan diperiksa;

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Undang-undang No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik

Indonesia,

Kejaksaan

adalah

lembaga

pemerintahan

yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penegakkan hukum dengan


berpegang pada peraturan perundang- undangan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan dari kekuasaan negara tersebut
diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan tinggi, dan Kejaksaan
negeri. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenag oleh undangundang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain
berdasarkan undang-undang.

12

Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang yaitu


melakukan dan melaksanakan penuntutan, penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; pengawasan
terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan,
dan keputusan lepas bersyarat; penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang; dan melengkapi berkas perkara tertentu dan
untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa
khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan
atas nama negara atau pemerintah. Dalam bidang ketertiban dan ketentraman
umum, kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan : Peningkatan kesadaran
hukum masyarakat; Pengamanan kebijakan penegakan hukum; Pengawasan
peredaran barang cetakan; Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat
membahayakan masyarakat dan negara; Pencegahan penyalahgunaan dan/atau
penodaan agama; Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik
kriminal.
Kode etik Jaksa adalah Tata Krama Adhyaksa dimana Jaksa akan
berjanji untuk akan melaksanakan tugasnya dan beriman kepada Tuhan yang
Maha Esa serta memepertanggung jawabkan dirinya kepada bangsa dan
Negara. Untuk kode etik profesi jaksa di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia nomor : PER014/A/JA/11/2012
tentang Kode Perilaku Jaksa. Terhadap pelanggaran kode etik akan dikenakan
tindakan administratif yaitu pembebasan dari tugas-tugas Jaksa dan/atau
pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak sekali kekurangan yang
terdapat dalam makalah yang telah ditulis. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang akan penulis gunakan
sebagai bahan evaluasi kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua.
13

DAFTAR PUSTAKA
1. Juliyanti Safitri SIregar, Kewenangan Jaksa Ssebagai Pengacara Negara
Dalam Permohonan Eksekusi atas Putusan Peninjauan Kembali, (Padang:
FH Univ. Andalas, 2015),
2. Nolla Tesalonika Makalikis, Pemberhentian Jaksa dari Tugas dan
Kewenangan

sebagai

Pejabat

Fungsional,

Lex

et

Societatis,

Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013), Hlm 102


3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, Profesi Jaksa Ditinjau dari
Perspektif Agama dan Budi Pekerti, (Jakarta: 2008),
4. Panduan bantuan hukum di Indonesia: pedoman anda memahami dan
menyelesaikan masalah hukum, (Jakarta: YLBHI, 2007),
5. Peraturan

Jaksa

Agung

Republik

Indonesia

014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa

14

nomor

PER

15

Você também pode gostar