Você está na página 1de 9

PEMBUATAN TABLET METODE GRANULASI BASAH

I.

NAMA ZAT AKTIF


Acyclovir

II.

KEKUATAN ZAT
400 mg/ tablet

III.

JUMLAH
Jumlah tablet yang dibuat adalah 200 tablet

IV.

FORMULA DAN METODE


IV.1

Formula

R/

Acyclovir

400 mg

Lactosa
PVP

152,5 mg
3%

Sodium Strach Glycolat

IV.2

2%

Aerosil

2%

Kalsium laktat

1%

Etanol

qs

Alasan pemilihan metode

Metoda yang akan digunakan adalah granulasi basah, karena :


1. Memiliki bobot yang cukup besar
2. Dengan metoda granulasi basah, menjamin keseragaman
kandungan
1

3. Memiliki zat aktif yang tahan terhadap panas


4. Dihasilkan granul yang memilki ukuran partikel lebih besar
agar sifat alir baik dan untuk memperoleh massa cetak dengan
kompresibilitas yang baik.

V.

ALASAN PEMILIHAN METODE


1.

Sodium Starch Glycolate


Memiliki waktu desintegrasi yang bisa ditentukan oleh daya
kempa yang digunakan dan merupakan serbuk yang alirannya
baik sehingga cocok digunakan untuk metode kempa langsung.
(Hope, 663)

2.

Laktosa
Digunakan sebagai zat pengisi. Dapat mengalami deformasi
yang plastis di dalam pencetakan sehingga penggunaannya
sebagai bahan-bahan pengisi tablet sangat menguntungkan,
selain itu laktosa memiliki sifat alir yang baik.

3.

PVP
Digunakan sebagai bahan pengikat. Penggunaan PVP dalam
granulasi basah dapat meningkatkan gaya kohesifitas serbuk,
diperlukan untuk membentuk granul.

4.

Aerosil

Digunakan sebagai glidan, yaitu menunjang karakteristik aliran


granul atau meningkatkan aliran granul.
5.

Etanol
Digunakan sebagai zat pembasah. Dipilih karena memiliki sifat
yang mudah menguap. Agar granul yang dihasilkan saat di oven
menjadi cepat kering.

VI.

PROSEDUR KERJA
1 Ayak semua bahan yang dibutuhkan lalu timbang.
2 Timbang semua fase dalam (acyclovir, laktosa, PVP, sodium strach
3

glycolat)
Campurkan semua bahan fase dalam lalu basahi dengan etanol.

4
5
6
7
8
9

(jika ingin ditambahkan pewarna, dimasukkan di proses ini)


Granulasi dengan mesh 32 dan mesh 24.
Keringkan di oven hingga kadar air 2-5%
Lakukan evaluasi granulasi
Tambahkan fase luar (Aerosil dan Kalsium laktat).
Cetak.
Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang telah di cetak (penampilan,
Keseragaman ukuran, Keseragaman bobot, Kekerasan tablet,
Friabilitas, Friksibilitas, uji waktu hancur tablet).

VII.

PROSEDUR EVALUASI
VII.1
1.

Massa siap cetak


Penetapan bobot sejati
Menentukan penetapan dalam piknometer 10 ml dengan
menambahkan cairan pendispersi yang tidak melarutkan

2.

granul atau serbuk.


Penetapan bobot jenis nyata, bobot jenis mampat, dan
porositas
Menimbangkan

serbuk

atau

granul

sebanyak

100gr,

memasukkan granul atau serbuk kedalam gelas ukur 250ml,

mencatatkan

volumenya

(Vo),

selanjutnya

melakukan

pengetukan dengan alat, volume pada ketukann ke 10, 50,


dan 500 di ukur, kemudian melakukan perhitungan bj nyata,
3.

bj mampat, dan kadar kemampatan, serta porositas.


Kecepatan alir
Menimbang beaker glass kosong (Wo), menyetingkan alat
pada posisi 0, memasukkan granul kedalam corong,
menghidupkan alat, mecatatkan waktu alir (t), kemudian
menimbangkan beaker glass yang telah berisikan granul

4.

(Wt), menghitungkan aliran granul Wt-Wo/t.


Sudut istirahat
Memasukkan granul kedalam corong,mengukur

tinggi

puncak taburan granul (h), mengukur diameter lingkaran


yang terbentuk dari taburan granul tersebut (d=2r), kemudian
menghitung sudut yang terbentuk dari taburan granul tersebut
atau bidang datar dengan tinggi granul: tan a=h/r
VII.2

1.

Tablet

Penampilan
Mengamati tablet secara visual (apakah terjadi ketidak
homogenan, warna, bentuk tablet, dan permukaannya),
memperhatikan dan mencium bau tablet (bau tablet tidak
boleh berubah).

2.

Keseragaman ukuran
Mengambilkan secara acak 20 tablet, mengukur diameter
tebalnya menggunakan jangka sorong.

3.

Keseragaman bobot
Mengambilkan

20

tablet

secara

acak,

kemudian

menimbangkan masing masing tablet, dan menghitungkan


bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.

4.

Kekerasan tablet
Menggunakan hardness tester melakukan uji kekerasan
terhadap tablet yang diambil secara acak, kekerasan diukur
berdasarkan luas permukaaan tablet dengan mengggunakan
beban yang dinyatakan dalam kg, kemudian menghitung
kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.

5.

Friabilitas
Melakukan

uji

friabilitas

dengan

menggunakan

alat

friabilator terhadap 20 tablet yang diambil secara acak,


parameter yaituu kerapuhan tablet terhadap perbandingan
selama waktu tertentu. Friabilitas di pengaruhi oleh sudut
tablet yang kasar kurang daya ikat serbuk, terlalu banyak
serbuk halus, pemakaian bahan yang tidak pada massa cetak
terlalu kering. Mengambilkan 20 tablet secara acak,
membersihkan tablet dari debu, kemudian menimbangkan
tablet tersebut (wo), memasukkan tablet kedalam alat,
menyalakan alat selama 4 menit, menimbangkan kembali
tablett yang telah di bersihkan (Wt), tablet yang baik yang
memiliki friabilitas kurang dari 1%.
6.

Friksibilitas
Mengambilkan 20 tablet secara acak, memebersihkan tablet
dari debu kemudian menimbang tablet tersebut (Wo),
memasukkan tablet kedalam alat, menyalakan alat selama 4
menit, membersihkan tablet kembali dan menimbang tablet
tersebut (Wt).

7.

Waktu hancur
Memasukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari
keranjang. Memasukkan satu cakram pada setiap tabung dan
menjalankan alat. Digunakan air bersuhu 37 2C sebagai

media

dengan volume 900 mL (kecuali

dinyatakan

menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi).


Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi,
keranjang diangkat dari media dan tabletnya diobservasi :
semua tablet harus sudah terdisintegrasi sempurna, jika 1 atau
2 tablet tidak terdisintegrasi secara sempurna, pengujian
diulangi dengan menggunakan 12 tablet lainnya : tidak
kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus terdisintegrasi
sempurna.

ADME
Absorbsi oral

:bioavailabilitas oral adalah 10 % sampai 20


%, dan menurun dengan meningkatnya dosis.
Makanan tidak mempengaruhi penyerapan
asiklovir. Berikut ini adalah parameter
farmakokinetik untuk 50 mg tablet bukal ,
Sitavig , dalam air liur : AUC 0-24 jam =
2900 2400 mcg.h / mL ; Cmax = 440 241

Waktu Paruh
Distribusi
Metabolisme

mcg / mL ; Tmax = 7.95 4.08 jam .


: 2.5-3.3 hours
: 0,8 L/kg (63.6 L) tersebar luas (otak, ginjal,
paru-paru, hati, uterus, vagina, CSF)
: diubah oleh enzim virus menjadi asiklovir
monofosfat dan kemudian diubah menjadi
difosfat kemudian trifosfat (bentuk aktif)
oleh enzim sel.

Eliminasi

: diekskresikan tidak berubah dari ginjal


melalui sekresi tubular aktif .

Dosis

: Herpes simplex :

Dewasa dan anak-anak >2 tahun : tiap 4


jam atau 5 kali 200 mg, tanpa dosis
malam hari, selama 5 hari
<2tahun : dosis dewasa .
Varicela dan herpes zoster :
Dewasa : sehari 5x 800mg atau tiap 4 jam
tanpa dosis malam hari selama 7 hari
Anak >6 tahun : sehari 4x 800mg
2-6 tahun : sehari 4x 400mg sehari

Mekanisme Kerja

: Viral ( HSV - 1 , HSV - 2 dan VZV )


timidin kinase mengubah asiklovir ke
monofosfat asiklovir , yang kemudian
dikonversi

menjadi

difosfat

dengan

guanylate kinase seluler , dan akhirnya ke


trifosfat oleh phosphoglycerate kinase ,
fosfoenolpiruvat

carboxykinase

piruvat

kinase

Asiklovir

dan

trifosfat

kompetitif menghambat polimerase DNA


virus

dan

bersaing

dengan

deoxyguanosine trifosfat alam , untuk


dimasukkan ke dalam DNA virus . Setelah
dimasukkan

trifosfat

menghambat

sintesis

DNA

asiklovir
dengan

bertindak sebagai terminator rantai . Satu


dapat

mempertimbangkan

asiklovir

menjadi prodrug seperti itu dimetabolisme


menjadi senyawa yang lebih aktif .
Asiklovir adalah selektif dan rendah
sitotoksisitas

sebagai

timidin

kinase

seluler normal , sel-sel yang tidak

terinfeksi tidak menggunakan asiklovir


efektif sebagai substrat .
Efek Samping

: Sistemik Oral : ;> 10% :;CNS : Malaise


(12%);GI : Mual (2-5%), muntah (3%),
diare

(2-3%).;1%

Parentral.

GI

10%

mual

dan

:;Sistemik
muntah

(7%).;Hepatic : Dapat meningkatkan hasil


pada parameter pemeriksaan laboratorium
(1-2%);Local. Renal : Peningkatan BUN
(5-10%), peningkatan kreatinin (5-10%),
gagal ginjal akut. Nyeri perut, agitasi,
alopecia, anafilaksis, anemia, angiodema,
anoreksia,

ataksia,

penurunan

koma,

konsentrasi,

desquamation,

diare,

bingung,
delirium,

intravascular

coagulopathy, rasa malas, bibir kering,


dysarthria,

;encephalopaty,

erythema

multiform, fatigue, fever, gangguan GI,


halusinasi, hematuria, hemolisis,hepatitis,
hyperbilirubinemia, hypotensi, insomnia,
jaundice,

leukocytoclastic

vaskulitis,

leukositosis, leukopenia, necrosis jaringan


lokal, ;myalgia, neutropilia, parestesia,
peripheral edema, fotosensitisasi, pruritos,
psikosis,

gagal

ginjal,

seizure,

somnolence, sakit tenggorokan, sindrom


Stevens Johnson, trombositopenia, toksik
epidermal nekrolisis, tremor, urticaria,
;lymfadenopati, depresi mental, gangguan
penglihatan visual.

DAFTAR PUSTAKA
Niazi, Sarfaraz K.,2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Second Editions : Compressed Solid Products , Informa Healthcare , New York , USA
Lieberman, H.A., Lachman, L.,1981, Pharmaceutical Dosage Forms, Marcel dekker,
Inc., USA
Anonim, 2009, British Pharmacopeia ,London , UK
Rowe, Rayman C., et al , 2009 , Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition ,Pharmaceutical & American Pharmacist Association, London , UK
Departmen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Edisi 4. DepKes RI. Jakarta

Você também pode gostar