Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ARTIKEL ILMIAH
Disampaikan sebagai Salah Satu Syarat
dalam Mencapai Gelar S2 Magister Ekonomi (ME)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura
Oleh
S AD I K I N
B2051131002
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan dana pembangunan yang besar menuntut pemerintah daerah untuk
melakukan upaya-upaya peningkatan pendapatan guna mencukupi kebutuhan dalam
rangka lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dapat dikatakan juga sebagai
peningkatan kinerja keuangan.
Dalam rangka peningkatan kinerja keuangan melalui pemungutan, pengelolaan
PAD dan pendapatan lainnya perlu dibuat suatu kebijakan atau strategi yang tepat, agar
didapat suatu kebijakan yang efektif dan efisien dengan hasil yang optimal. untuk itu perlu
dilakukan kajian atau identifikasi terhadap komponen-komponen sumber pendapatan PAD
yang potensial yang dapat diandalkan dalam mendukung APBD Kabupaten Kayong Utara,
karena selama ini kontribusi PAD dalam APBD Kabupaten Kayong Utara sangat rendah.
Kita ketahui bahwa hampir di setiap daerah rata-rata PAD sangat rendah
kontribusinya terhadap total pendapatan. Beberapa hasil penelitian berkaitan dengan
kinerja pemungutan pajak telah dilakukan diantaranya adalah Penelitian Sarno di
Kabupaten Sakadau pada tahun 2012, menyimpulkan bahwa pendapatan transfer sangat
mendominasi dalam setiap tahun anggaran. Tingginya dana transfer menunjukkan bahwa
Kabupaten Kayong Utara masih ketergantungan pada pemerintah pusat, artinya
kemampuan keuangan daerah masih rendah.
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
PAD
(Juta Rp)
5.468,90
5.949,46
8.467,80
55.407,6
5
15.460,1
2
Jumlah Pendapatan
(Juta Rp)
606.874,15
623.061,22
721.494,14
895.042,74
0,90
0,95
1,17
6,19
920.725,07
1,68
Equality, yaitu guna meningkatkan partisipasi politik masayarakat pada tingkat daerah. Hal
ini penting artinya untuk meningkatkan demokratisasi dalam pengelolaan negara. Kedua
adalah Local Accountability yaitu meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab
pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakjat di daerah. Hal ini
sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan sosial di masing-masing daerah. Ketiga adalah Local Responsiveness yaitu
meningkatkan tanggung jawab pemerintah daerah terhadap masalah-masalah sosialekonomi yang terjadi didaerahnya. Unsur ini sangat penting bagi peningkatan upaya
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan sosial di daerah.
2.1. Desentralisasi Pembangunan dan Desentralisasi Fiskal
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut dan guna mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa, pada era reformasi Pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, Nomor 32 tahun 2004 dan Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
dilakukannya
disentralisasi
fiskal
diharapkan
pemanfaatan
dana
pemerintah akan menjadi lebih terarah dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan
masing-masing daerah. Dengan pelaksanaan Undang-Undang tersebut, pemerintah
mencoba untuk mengurangi ketimpangan dan ketidakadilan dalam alokasi sumberdaya
nasional. Untuk itu pemerintah memberikan alokasi keuangan baru untuk daerah yang
dinamakan dengan Dana Perimbangan.
2.2. Manajemen Keuangan Daerah
Manajemen keuangan daerah adalah bagaimana mengatur keuangan daerah yang
meliputi pengelolaan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam APBD, yang disesuaikan
dengan kondisi dan keperluan daerah. Manajemen keuangan daerah harus mampu
6
mengakomodir semua kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, untuk itu
dalam manajemen keuangan tidak boleh terlepas dari rencana kerja, visi, misi, dan tujuan
pemerintah daerah.
Setelah diberi tanggung jawab pemerintah daerah harus mampu melaksanakan
kewajibannya untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan yang dituangkan
dalam visi, misi dan tujuan daerah yang diimplementasikan dalam bentuk perencanaan
pembangunan dan penganggaran daerah, melalui APBD.
Dalam penyusunan anggaran APBD juga mengacu pada 3 undang-undang yakni
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang pengelolaan keuangan negara, Undangundang Nomor 33 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 34
tahun
2004
tentang
perimbangan
keuangan
antara
pemerintah
pusat
dan
Meskipun PAD sebagai sumber pendapatan daerah yang utama namun dari segi
jumlah hampir di setiap daerah di Indonesia jumlahnya selalu jauh lebih kecil dari dana
perimbangan. Menurut Mahl, Pendapatan Asli Daerah belum dapat diandalkan sebagai
sumber pembiayaan daerah oleh karena : Pertama, relatif rendahnya basis pajak dan
retribusi daerah apalagi dengan diterapkannya UNDANG-UNDANG No. 18 tahun 1997
meskipun sudah diperbaiki terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009,
beberapa pajak atau retribusi yang ditetapkan untuk daerah memiliki basis pungutan yang
relatif kecil. Kedua, peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah,
karena sebagian besar penerimaan daerah masih berasal dari pusat. Ketiga, kemampuan
administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah, akibatnya pungutan pajak
cenderung dibebani oieh biaya pungut yang besar.Keempat, kemampuan perencanaan dan
pengawasan keuangan yang lemah sehingga mengakibatkan penerimaan daerah mengalami
kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah (Mahl, 2000: 58-59).
Upaya
meningkatkan
kemampuan
penerimaan
daerah,
khususnya
dalam
penerimaan dari pendapatan asli daerah, harus diarahkan pada usaha-usaha yang terusmenerus dan berkelanjutan agar pendapatan asli tersebut terus meningkat, sehingga dapat
memperkecil ketergantungan pemerintah pusat. Menurut Yustika (2008 : 63-68), dalam
upaya meningkatkan pendapatan asli daerah diantaranya dapat ditempuh melalui :
2.6.1. Intensifikasi
Adalah suatu tindakan atau usaha-usaha untuk memperbesar penerimaan dengan
cara melakukan pemungutan yang lebih giat, ketat, dan teliti. Dalam upaya intensifikasi
akan mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek personalianya, yang
pelaksanaannya melalui kegiatan sebagai berikut :
1) Menyesuaikan/memperbaiki aspek kelembagaan/organisasi pengelola pendapatan asli
daerah (dinas pendapatan asli daerah), berikut perangkatnya sesuai kebutuhan yang
terus berkembang, yaitu dengan cara menerapkan secara optimal sistem dan prosedur
mapatda, sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 102 Tahun 1990 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi
Daerah, dan Pendapatan Daerah Lainnya serta Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
di Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II seluruh Indonesia, atau yang lebih dikenal
dengan sistem mapatda.
2) Memperbaiki/menyesuaikan aspek ketatalaksanaan, baik administrasi maupun
operasional yang meliputi penyesuaian/penyempurnaan administrasi pungutan,
penyesuaian tarif, dan penyesuaian sistem pelaksanaan pungutan.
10
kondisi keuangan, kondisi pengelolaan dan pemungutan pajak dan retribusi di Kabuapten
Kayong Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kuantitatif artinya data yang digunakan dalam analisis berupa perhitungan kalkulasi dan
angka-angkasebagai bahan analisis.
3.3. Kerangka Konseptual Penelitian
12
13
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data skunder.Data
sekunderdiperoleh dari laporan realisasi penerimaan daerah dari DPPKAD Kabupaten
Kayong Utaradan Dirjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan yang digunakan
sebagai data pendukung.
Analisis dilakukan dengan metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui atau menghitung komponen pendapatan yang potensial dan
unggulan yang dilihat dari kontribusi dan pertumbuhannya selama ini. Analisis kuantitatif
dalam penelitian ini adalah dengan menghitung atau mengidentifikasi jenis pendapatan
yang potensial dan unggulan, berkembang atau terbelakang.
Metode untuk menganalisis suatu sektor unggulan yakni :
a. Analisis
dari
semua komponen
pendapatan yang terdapat dalam PAD kemudian membuat kriteria sebagai pendapatan
yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang. Komponen yang dianalisis dalam
analisis tipologi ini adalah Pajak Daerah dan retribusi daerah
b. Analisis LQ (Location Quotient), adalah untuk menganalisis perbandingan besarnya
perubahan kontribusi PAD KKU dibandingkan 14 kabupaten/kota lain di Kalbar.
c. Analisis Daya Saing Daerah, artinya kekuatan yang dimiliki oleh daerah KKU dalam
bidang tertentu jika dibandingkan dengan daerah lain. Dalam analisis daya saing ini
yaitu dengan melihat atau membandingkan rata-rata
retribusi) yang ada di KKU dengan rata-rata pendapatan PAD (pajak dan retribusi) pada
kabupaten/kota di Kalbar, apakah di atas atau di bawah rata-rata kab/kota Kalbar.
Rij
0,66
2,54
3,29
0,25
0,06
-0,85
Rin
0,16
0,36
0,32
0,32
0,18
-0,53
Kij
0,03
0,20
0,00
0,01
0,28
0,00
Kin
0,06
0,05
0,07
0,14
0,39
0,01
Keterangan
Potensial
Berkembang
Potensial
Terbelakang
Terbelakang
Terbelakang
14
PERTUMBUHAN
7
8
Pajak Hiburan
BPHTB
0,48
0,34
0,30
0,88
0,00
0,47
0,02
0,25
Berkembang
Potensial
Kij kin
BPHTB
Pajak Reklame
Pajak Hotel
Berkembang
Terbelakang
Jenis Retribusi
Rij
Rin
Kij
Kin
Katagori
Berkembang
Prima
Terbelakang
Prima
Berkembang
Potensial
Prima
Prima
Prima
Terbelakang
Berkembang
Potensial
Prima
Potensial
Prima
Prima
15
KOMPONEN PAD :
1. Pajak Daerah
Kij kin
Kij kin
Rij rin
Prima
Retribusi Kartu Tanda Penduduk
Ret. Jasa Umum (Pelayanan Pasar)
Retribusi penyeberangan di atas air
Ret. tempat rekreasi dan olah raga
Surat Izi tempat Usaha (SITU)
SIUP
Ret. Tanda daftar perusahaan (TDP)
Retribusi izin usaha perikanan
Izin Gangguan
Berkembang
Rij rin
Potensial
Retribusi Pelayanan
Pelabuhan
Retribusi pelelangan ikan
Terbelakang
Retribusi Peleyanan Parkir di
Tepi Jalan Umum
Retribusi Teminal
IMB
Dilihat dari komponen retribusi terlihat bahwa Kabupaten Kayong Utara lebih
relatif baik dibandingkan dengan rata-rata kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Terbukti
dari 16 jenis retribusi terdapat 7 jenis retribusi yang termasuk katagori prima. Artinya
bahwa jenis-jenis retribusi ini lebih baik pertumbuhannya maupun kobtribusinya
dibandingkan rata-rata Kalbar. Disamping itu terdapat 3 item yang potensial, 4 item yang
berkembang dan 2 jenis retribusi yang terbelakang yakni parkir di jalan umum dan
terminal.
4.2.3. Analisis Location Qoutien (LQ) Pajak Daerah
Analisa Berdasarkan Location Quotient (LQ) Antara Pajak Daerah Seluruh
Kab/Kota Kalimantan Barat dengan Pajak Daerah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2009
2013 untuk pajak daerah adalah.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
16
Rata2KKU
Rata2Kab/Kota
Nilai Selisih
Pajak Reklame
Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Air Tanah
Pajak Hiburan
BPHTB
79,17
617,93
-538,76
978,95
573,07
405,88
11,48
10,88
340,24
22,69
2,92
5.577,97
839,01
1.626,16
3.583,77
64,75
367,80
4.504,32
-827,53
-1.615,27
-3.243,53
-42,06
-364,88
1.073,65
Keterangan
Tidak Berdaya saing
Berdaya saing
Tidak Berdaya saing
Tidak Berdaya saing
Tidak Berdaya saing
Tidak Berdaya saing
Tidak Berdaya saing
Berdaya saing
Terlihat bahwa hanya dua jenis pajak daerah yang berdaya saing tinggi yakni pajak
mineral dan BPHTB. Sedangkan jenis pajak lainnya di bawah rata-rata Kalbar. Sedangkan
17
daya saing retribusi, berdasarkan hasil hitungan pada lampiran 4.b. diketahui jenis-jenis
retribusi yang berdasaya saing tinggi atau di atas rata-rata kalbar sebanyak 6 jenis yaitu
Retribusi Pelayanan Pelabuhan, Retribusi tempat rekreasi dan olahraga, Retribusi
pelelangan ikan, Surat Izi tempat Usaha (SITU), Ret. Tanda daftar perusahaan (TDP), dan
Retribusi izin usaha perikanan. Sedangkan 10 sisanya di bawah rata-rata Kalbar.
4.3. Strategi Peningkatan PAD
4.3.1. Ekstensifikasi
Strategi Peningkatan PAD KKU Melalui Ekstensifikasi
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Strategi
Penggabungan ketiga Perda pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan
Pendataan jumlah rumah walet
Identifikasi objek retribusi Rumah Potong Hewan
Identifikasi objek retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang,
Identifikasi objek retribusi Pelayanan Pendidikan,
Identifikasi objek retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi,
Identifikasi objek retribusi Izin Usaha Perikanan, yang kesemuanya itu
belum efektif dilaksanakan di Kabupaten Kayong Utara.
Identifikasi obj.retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang,
Identifikasi objek retribusi Pelayanan Pendidikan,
4.3.2. Intensifikasi
No
1
2
3
4
5
6
Strategi
Peningkatan kualitas SDM pemungut dengan
memberikan pengetahuan dan penguasaan bidang pajak
dan retribusi terkait dengan pendataan, penetapan,
penagihan, pembukuan, pelaporan, keberatan dan
pengurangan pajak atau retribusi.
Meningkatkan efisiensi administrasi
Menekan biaya pemungutan
Memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui
penyederhanaan adminsitrasi
Meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis
pemungutan.
Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui
perencanaan yang lebih baik yaitu dengan
meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di
daerah.
Membuat target penerimaan bagi petugas pemungut
pajak dan retribusi
Keterangan
Selama ini petugas kurang
memahami prosedur atau standar
operasional (SOP) pemungutan
pajak dan retribusi.
Tidak terlalu berbelit-belit
menghindari pungli
Mengevaluasi prosedur yang
sudah ada
mempertimbangkan biaya dan
hasil yang akan dicapai dai suatu
objek
Penetapan target yang rasional
18
Utara diantaranya adalah melalui optimalisasi pemungutan sesuai potensi pajak dan
retribusi daerah yakni dengan memperluas basis penerimaan (ekstensifikasi),
peningkatan SDM dan disiplin administrasi pengelolaan. Penambahan terhadap jenisjenis pajak dan atau retribusi yang belum tergarap, terutama pada jenis retribusi jasa
usaha dan perizinan. yang nampak jelas adalah belum adanya realisasi penerimaan dari
pajak restoran dan pajak hiburan di Kabupaten Kayong Utara.
5.2. Saran
1. Dalam upaya peningkatan pajak/retribusi Pemerintah dapat memfokuskan pada jenis
pajak yang berpeluang dan objek yang mudah ditemui di Kabupaten Kayong Utarayakni
pajak restoran, rumah makan, warung makan, warung kopi, kantin, Pajak sarang burung
waletdan juga pajak hiburan yang belum ada kontribusinya selama ini.
2. Terhadap komponen PAD yang maju/prima dan potensial, maupun berkembang perlu
dilakukan pembinaan, pengawasan, dalam implementasi perlu dibuat Peraturan Daerah
dan sistem yang kuat sebagai pemback-up pelaksanaan perda pemungutan
pajak/retribusi, serta peningkatan kualitas SDM pemungut, serta diadakan pengawasan
dari instansi terkait.
3. Dalam proses penetapan jenis-jenis pajak dan atau retribusi perlu mengidentifikasi
mengenai jenis, biaya dan tata cara pemungutan, kalau perlu perlu dilakukan kajian
akademis terlebih dahulu.
19
20
Sarno, 2012, Analisis Kemandirian Keuangan Daerah dalam Menunjang Otonomi Daerah
di Kabupaten Sekadau (Tesis ME FE Untan).
Suparmoko, Drs, Ph.D, 2001, Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah,
Andi, Yogyakarta.
Syafrizal, 2008,Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Universitas Andalas, Padang :
Baduose Media.
Sarno, 2012, Analisis Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam Mencapai
Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2011, Tesis
Magister Ekonomi Untan) tidak dibpublikasi)
Saputra, Dori, 2014, Analisis Kemandirian Dan Efektivitas Keuangan Daerah pada
Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Barat Tesis, Program Studi
AkuntansiFakultas
EkonomiUniversitas
Negeri
Padang2014.
(Tidak
dipublikasikan).
Sarno,2012,Analisis Potensi dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dalam Mencapai
Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Sekadau Tahun 2006-2011, Tesis
ME FE Untan Poantianak (Tidak dipublikasikan).
Satori,Djaman, at al, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, CV.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis. Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Sholikhah, Ratna, 2011, Analisis Kemampuan Kemandirian Keuangan Daerah dan
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonogiri Tahun
Anggaran 2000-2009, Tesis Fakultas EkonomiUniversitas Sebelas
MaretSurakarta.
Widodo, Tri, 2006, Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer, Era Otonomi Daerah,
Cetakan Pertama, UPP STIM YPKN Yogyakarta.
Wiratmo, Masykur, 2001, Manajemen Penggalian Potensi Penerimaan Daerah, Makalah
Seminar, Workshop Manajemen Perencanaan Penerimaan Daerah yang
diselenggarakan oleh Suistanable Indonesian Growth Alliance (SIAGA)
bekerjasama dengan STIEKERS, 24 Maret 2001, Yogyakarta.
Wahyuni, Nanik, 2007, Analisis Rasio Untuk Mengukur Kinerja Engelolaan Keuangan
Daerah Kota Malang, Tesis, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki
Malang (tidak dipublikasi)
21