Você está na página 1de 13

TAFSIR Q.

S AL KAHFI AYAT 13

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TAFSIR TARBAWI


DI SUSUN OLEH :
1 ARFIDYAH PRABAWATI (G000150171)
2 RUNI BADRIANI (G000150180)
SEMESTER/KELAS : III/D
PENGAMPU : NAJMUDIN ZUHDI, Drs, M.Ag.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surat Al kahf (bahasa Arab , al kahf yang berarti Gua)
disebut juga Ashabul Kahf adalah surah ke- 18 dalam Al Quran.
Surah ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surah-surah
Makkiyah. Dinamai Al Kahf dan Ashabul Kahf yang artinya
penghuni-penghuni gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang
terdapat dalam surah ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang
beberapa orang pemuda (The Seven Sleepers) yang tidur dalam
gua bertahun-tahun lamanya.
Selain cerita tentang para pemuda tersebut, surah Al Kahfi
juga menceritakan tentang peristiwa pertemuan keilmuan antara
Nabi Musa dengan Khidir. Bertolak dari peristiwa pertemuan antara
Nabi Musa dan Nabi Khidir yang diceritakan dalam Q.S Al Kahfi,
maka terdapat komponen penting yang dapat dikolerasikan dengan
konteks pendidikan. Peristiwa antara kedua Nabi tersebut, seperti
terdapat hubungan antara guru dan murid; pendidik dan peserta
didik.
Dalam makalah ini kami paparkan tafsir Q.S Al Kahf ayat 13
menurut Ibnu Katsir, Al Muroghi dan Al Misbah dan kaitannya dalam
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sabab Nuzul Q.S Al Kahf ayat 13?
2. Bagaimana tafsir Q.S Al Kahf ayat 13?
3. Apa kaitannya surah Al Kahfi dengan metode pendidikan?
4. Apa nilai pendidikan dari Q.S Al Kahf ayat 13?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sabab Nuzul surah Al Kahf.
2. Mengetahui tafsir Q.S Al Kahf ayat 13 menurut Ibnu Katsir, Al
Muroghi dan Al Misbah.
3. Mengetahui metode pendidikan menurut surah Al Kahfi ayat 13.
4. Mengetahui nilai pendidikan dari Q.S Al Kahf ayat 13.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sabab Nuzul surah Al Kahf
(M. Nasib Ar Rifai: 1999) mengemukakan bahwa menurut
riwayat Muhammad bin Ishaq tentang sebab turunnya Surah Al
Kahf ini bahwa orang Quraisy mengutus an Nadar bin Haris dan
Uqbah bin Abi Muait kepada pendeta-pendeta Yahudi di Madinah.
Tujuannya adalah menanyakan tentang Muhammad SAW dengan
menerangkan sifat-sifat da nisi dakwahnya kepada mereka.
Menurut mereka, orang Yahudi banyak mengetahui tentang nabinabi. Berangkatlah kedua orang Quraisy itu ke Madinah.
Setibanya di Madinah, keduanya berkata kepada pemukapemuka Yahudi, Tuan-tuan adalah ahli Taurat. Kami datang kepada
tuan-tuan untuk meminta keterangan tentang Muhammad.
Pendeta-pendeta Yahudi itu menjawab, Tanyakanlah
kepadanya tiga perkara. Bilamana dia dapat menjawab, maka dia
adalah seorang rasul. Jika tidak dapat menjawabnya, maka dia
adalah seorang laki-laki pendusta, maka hati-hatilah kamu.
Pertama, tanyakanlah kepadanya tentang beberapa orang pemuda
pada masa dahulu. Mereka itu punya kisah yang sangat menarik.
Kedua, tanyakan kepadanya tentang seorang laki-laki pengembara
yang telah sampai ke negeri timur dan barat. Ketiga, tanyakan
kepadanya tentang roh. Jika dia tidak dapat menjelaskannya
kepadamu maka dia adalah seorang laki-laki pendusta.
Kemudian an Nadar dan Uqbah kembali ke Mekah. Ketika
bertemu dengan orang-orang Quraisy, keduanya melaporkan
bahwa mereka telah membawa penjelasan untuk mengetahui
kebenaran kenabian Muhammad, yaitu dengan cara mengajukan
tiga pertanyaan sebagaimana diperintahkan oleh para pendeta
Yahudi itu. Lalu mereka menemui Muhammad SAW dan
menyampaikan ketiga soal itu. Nabi menjawab, Akan aku jawab
apa yang kamu tanyakan besok pagi. Ketika menjawab ini, Nabi

tidak menambahkan kata-kata insya Allah. Kaum Quraisy itu pun


kembali.
Rasulullah menunggu selama lima belas hari, namun Allah
belum juga menurunkan wahyu untuk menjawab ketiga soal itu.
Penduduk Mekah mulai menyebarkan berita-berita yang
mengasingkan kenabian Muhammad. Mereka mengatakan,
Muhammad menjanjikan jawabannya besok pagi. Sampai hari ini
sudah lima belas hari lamanya kita menunggu akan tetapi belum
juga ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita. Rasul bersedih
hati karena terputusnya wahyu dan pembicaraan orang-orang
Mekah yang menjelekkannya itu. Tetapi kemudian Jibril a.s. datang
untuk mewahyukan Surah Al Kahf yang berisikan teguran kepada
sikap Rasul yang bersedih hati, dan memuat pula jawaban yang
mereka tanyakan tentang kisah pemuda-pemuda yang beriman dan
laki-laki pengembara serta firman Allah SWT: Dan mereka bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, Ruh itu
termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan
hanya sedikit. (al Isra/17: 85)
B. Tafsir Surah Al Kahf ayat 13






Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.


Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka
petunjuk. [al-Kahfi/18 : 13
1. Tafsir Ibnu Katsir
Dari sini Allah mengawali penuturan sekaligus penjelasan
tentang kisah Ash-haabul Kahfi di atas. Dia menceritakan bahwa
mereka adalah golongan anak-anak muda. Mereka mau
menerima kebenaran dan lebih lurus jalannya daripada generasi
tua yang terjerumus dan tenggelam dalam agama yang bathil.

Oleh karena itu, kebanyakan orang-orang yang memenuhi


seruan Allah Taala dan Rasul-Nya adalah kaum muda.
Sedangkan generasi tua dari kalangan kaum Quraisy secara
umum lebih memilih untuk tetap memeluk agama mereka dan
tidak ada dari mereka yang memeluk Islam melainkan hanya
sedikit saja.
Demikianlah yang diceritakan Allah i tentang Ash-haabul
Kahfi, di mana mereka adalah kaum muda. Lalu mereka
diberikan bimbingan oleh Allah Taala dan karunia ketakwaan
sehingga mereka beriman kepada Rabb mereka. Dengan kata
lain, mereka mau mengakui keesaan-Nya dan bersaksi
bahwasanya tidak ada Rabb selain Dia.
Wa zidnaaHum Hudan (Dan Kami tambahkan kepada
mereka petunjuk.) Banyak imam -misalnya imam al-Bukhari dan
juga orang yang mengakui adanya penambahan iman- yang
menjadikan ayat ini dan yang semisalnya sebagai dalil yang
menunjukkan bahwa iman itu dapat
bertambah dan juga dapat berkurang. Oleh karena itu, Allah
Taala berfirman: Wa zidnaaHum Hudan (Dan Kami tambahkan
kepada mereka petunjuk.)
Dan Dia juga berfirman: Adapun orang-orang yang
beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka
merasa gembira. (QS. At-Taubah: 124).
Masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menunjukkan ke
arah itu. Lahiriyah ayat menunjukkan bahwasanya mereka (Ashhaabul Kahfi) itu ada sebelum adanya agama Nasrani secara
keseluruhan. Seandainya mereka menganut agama Nasrani,
niscaya para pendeta Yahudi tidak akan memberikan perhatian
untuk menjaga berita mereka dan perkara mereka karena
adanya perbedaan antara mereka (pendeta Yahudi) dengan
orang-orang Nasrani. ( M. Nasib Ar Rifai: 1999: Taisiru al Aliyyul
Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir)

2. Tafsir Al Misbah
(M.Quraish Shihab: 2002) Allah menguraikan kisah Ashabul
Kahf secara lebih lengkap dan memulainya dengan berfirman:
Kami akan menceritakan peristiwa penting mereka kepadamu
hai Nabi Muhammad dengan sebenarnya yakni sesuai dengan
kejadiannya untuk engkau sampaikan kepada yang bertanya
sekaligus sebagai pelajaran yang harus dipetik buahnya oleh
umatmu. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda
yang beriman kepada Tuhan mereka dengan keimanan yang
benar, tetapi mereka hidup di tengah masyarakat dan penguasa
yang menindas, sehingga kami kukuhkan keyakinan mereka dan
kami tambahkan bagi mereka petunjuk menujua arah yang
sebaik-baiknya dan kami telah mengikat yakni dengan ikatan
yang mantap atas hati mereka yakni Kami mantapkan keimanan
mereka sehingga tidak disentuh oleh sedikit keraguan pun dan
agar mereka dapat mempertahankan keyakinan mereka
menghadapi ancaman dan godaan, lebih-lebih di waktu berdiri
yakni tampil di hadapan kaumnya atau di hadapan penguasa
masanya, dengan penuh semangat dan kesungguhan lalu
mereka berkata:Tuhan kami adalah Tuhan Pencipta dan
Pemelihara langit dan bumi, Dia adalah yang Maha Esa; kami
sekali-kali tidak menyeru satu Tuhan pun dan menyembah
selain-Nya. Sesungguhnya kami kalau demikian yakni kalau
menyeru dan menyembah selain Allah Yang Maha Esa itu, maka
Kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran.
Lalu mereka menunjuk kepada masyarakatnya secara
umum dengan menyatakan: Kaum kami ini telah menjadikan
selain-Nya yakni selain Tuhan Yang Maha Esa itu Tuhan-Tuhan
untuk disembah. Sungguh aneh dan tidak masuk akal sikap
mereka itu. Tidakkah semestinya mereka mengemukakan

alasan yang kukuh sehingga menguasai jiwa dan pikiran siapapn


tentang kepercayaan mereka, sebagaimana kami yang
mengesakan Allah telah selalu mengemukakan alasan dan bukti
ukti? Sungguh apa yang mereka lakukan itu adalah
kedzaliman dengan menempatkan sesuatu bukan pada
tempatnya maka jika demikian siapakah yang lebih dzalim
daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah?
Firman-Nya : ( ) wa zidnahum hudan
menunjukkan bahwa hidayah Allah SWT bertingkat-tingkat dan
bermacam-macam lagi tidak terbatas. Mereka yang telah
memperoleh hidayah masih dapat memperoleh tambahan.
Kata terambil dari kata yang berarti mengikat.
Firman-Nya: secara harfiah berarti dan Kami
telah mengikat atas hati mereka yakni meneguhkannya. Yang
dimaksud disini adalah meneguhkan iman mereka, karena iman
tempatnya dalam hati, sehingga jika hati diikat maka ia mantap
dan dengan kemantapannya iman yang terdapat di dalam hati
tidak akan goyah. Peneguhan tersebut semakin kukuh dengan
adanya kata yang mengesankan penguasaan dan
pemantapan atas hati itu.
Kata idz qamu/ diwaktu mereka berdiri dapat dipahami
dalam arti benar-benar berdiri tampil di hadapan penguasa atas
kaumnya, dan dengan gagah berani menyatakan keyakinan
mereka. Dapat juga dipahami dalam arti melaksanakan sesuatu
secara sempurna dengan penuh perhatian dan kesungguhan,
walau bukan dalam bentuk tampil berhadapan langsung dengan
penguasa atau kaum musryikin itu.
Kata syathathan berarti pelampauan batas dalam
mengingkari kebenaran. Sementara ulama berpendapat bahwa
kata syaithan terambil dari kata tersebut, karena dia adalah

tokoh dari segala makhluk yang telah melampaui batas dalam


mengingkari kebenaran.
Di atas penulis lukiskan bahwa sikap dan ucapan pemudapemuda itu disampaikan dihadapan penguasa atau kaumnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa sikap dan ucapan itu mereka
sampaikan bukan dihadapan umum, tetapi antar mereka. Atas
dasar inilah sehingga kata seperti dikemukakan diatas, ada
juga yang menafsirkan dalam arti melaksanakan sesuatu secara
sempurna dengan penuh perhatian, dalam hal ini mereka
bangkit mempertahankan keyakinan mereka dengan sungguhsungguh yaitu meninggalkan kaum musyrikin tersebut.
3. Tafsir Al Azhar
(Prof. Dr Hamka: 2015: Tafsir Al Azhar; Jilid 5). Kami
ceritakan kepada engkau cerita mereka itu dengan benar artinya
bahwa ini adalah keterangan yang datang dari Kami, yakni dari
Tuhan. Bagi orang yang beriman keterangan ini adalah
menerima dari tangan pertama, yang mustahil dicampuri oleh
dusta dan tambah-tambahan sesungguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka. Disini
dijelaskan bahwa penghuni gua itu ialah anak-anak muda
belaka, tidak ada bercampur orang tua. Maka kalau hal ini
diperbandingkan kepada perjuangan Nabi SAW di Mekah itu
kelihatan suatu pengalaman yang sepatutnya dijadikan
pedoman. Yaitu yang telah tampil ke muka bersedia menjadi
penganut dan pengikut ajaran Tauhid yang dibawa oleh
Rasulullah SAW pun adalah anak-anak muda belaka. Sedang
orang-orang tua telah tegak menjadi penghalang dan perintang
karena mereka telah tenggelam dalam hidup jahiliyah dan
kebatilan selama ini. Menurut sebuah keterangan dari Mujahid,
pada telinga beberapa orang diantara mereka didapati subang
kecil, yang biasa dipakai anak-anak muda dimasa itu. Mereka

mendapat ilham dari Allah kepada jalan yang benar, sehingga


terisilah jiwa mereka dengan iman dan taqwa, dan sampailah
mereka kepada suatu kesimpulan yaitu bahwa Allah itu Esa
adanya, tidak Dia bersekutu dengan yang lain. Dan kami
tambah pula untuk mereka petunjuk.
Mereka telah sampai, dengan perjalanan akal sendiri
kepada kesimpulan bahwa Allah itu Esa adanya sebab itu dasar
Iman telah tumbuh.
Setelah dasar iman itu tumbuh, ditambah pula dia oleh
petunjuk Allah sendiri, sehingga bertemulah keinginan makhluk
Insani yang haus mencari kebenaran, dengan bimbingan yang
datang dari Tuhan sendiri sehingga dia cepat sampai kepada
yang dituju.
C. Metode Pendidikan menurut surah Al Kahfi ayat 13
Metode pendidikan adalah suatu cara yang digunakan pendidik
untuk menyampaikan materi pelajaran, keterampilan, atau sikap
tertentu agar pembelajaran dan pendidikan berlangsung efektif,
dan tujuannya tercapai dengan baik. Metode pendidikan ini
bermacam-macam. Dan berdasarkan surah Al Kahfi ayat 13, maka
tampak bahwa metode pendidikan yang digunakan yaitu metode
kisah.
Metode kisah adalah mendidik dengan cara menyampaikan
kisah agar pendengar dan pembaca meniru yang baik dan
meninggalkan yang buruk, serta agar pembaca beriman dan
beramal saleh. Kisah mempengaruhi rasa dan membekas dalam
jiwa. Pengungkapan kisah memberikan gambaran nyata tokohtokoh yang ada di dalamnya sehingga tampak nyata dan mudah
diambil pelajaran. Kisah juga menarik anak-anak dan orang
dewasa. Semua usia tertarik dengan kisah. Al Quran menjadikan
kisah sebagai pusat dakwah.
Menurut Al Ajami (2006: 135), ciri-ciri kisah Al Quran antara
lain:

Pertama, benar-benar terjadi. Kisahnya menumbuhkan nilainilai pendidikan bagi anak-anak dan meningkatkan nilai-nilai
pendidikan bagi orang dewasa. Q.S Al Kahfi: 13, Kami kisahkan
kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
Kedua, sebagai sarana bukan tujuan. Kisah dalam Al Quran
memiliki tujuan akidah, pendidikan, dan kejiwaan.
Ketiga, metode penyampaiannya beragam. Kisah dalam Al
Quran ada empat macam: 1) kisah para nabi dan umatnya 2)
kisah umat masa lalu, seperti Thalut dan Jalut, Ashabul kahfi,
ashabul ukhdud, dan Dzul Qarnain 3) kisah peperangan pada masa
Nabi, seperti perang Badar dan Uhud; Kisah hijrah dan Isra Miraj 4)
kisah tentang hal ghaib, akhirat. (Al Ajami, 2006: 135-136)
Beberapa hal perlu diperhatikan sebelum menyampaikan
kisah, yaitu: memperhatikan pembaca dan pendengar dalam
mengambil pelajaran; memenuhi selera pembaca dengan ragam
kisah seperti kisah Al Quran, para nabi, para sahabat, pejuang
muslim, dan orang saleh; menghindari kisah yang menimbulkan
ketakutan, kecemasan, kegelisahan bagi anak-anak; menghindari
kisah hedonis, horror, dan perilaku buruk dan mencela orang lain.
Guru harus bisa memetik hikmah dan pelajarn dari sebuah
cerita untuk disampaikan kepada siswa. Pelajaran tersebut harus
relevan dengan kondisi dan zaman para siswa. Guru bisa
melibatkan siswa-siswa untuk menemukan pelajaran-pelajaran
yang terkandung dalam kisah melalui Tanya-jawab. Sebelum
menyampaikan kisah, guru harus memperhatikan beberapa hal
berikut ini (Majid, 1956: 30-32):
1. Memiliki kisah
2. Menyiapkan kisah sebelum masuk kelas
3. Posisi duduk para siswa saat menyampaikan kisah

Persiapan guru sebelum memasuki kelas akan mempermudah


guru dalam menyampaikan kisah, sebab sebelumnya guru telah
memikirkan hal-hal yang terkait dengan kisah.
D. Nilai-nilai pendidikan surah Al Kahfi ayat 13
Nilai-nilai yang terkandung dalam surah Al Kahfi ayat 13 yaitu:
1. Allah SWT akan memberi rahmat dan pertolongan-Nya kepda
sesiapa saja orang mukmin yang berpegang teguh kepada
akidahnya daripada penguasa yang zalim. Allah SWT akan
membantu para hamba-Nya yang membantu menegakkan
agama-Nya di muka bumi.
2. Kita perlu mencari suasana dan persekitaran yang baik untuk
menjaga iman dan tarbiah kita supaya tidak mudah
terpengaruh dengan suasana jahiliah yang mendorong untuk
melakukan kemungkaran di sisi Allah SWT.
3. Pemuda-pemudi adalah aset penting negara dan merekalah
sebagai pemimpin akan datang oleh itu golongan ini perlu di
tarbiah dan di asuh dengan keimanan kepada Allah SWT dan
akhlak Islam supaya mereka menjadi insan yang berguna
kepada masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas, surah Al Kahfi adalah surah yang
menceritakan kisah beberapa orang pemuda yang beriman kepada
Allah SWT. Mereka melarikan diri daripada raja yang zalim dan
syirik kepada Allah SWT. Mereka sanggup menyembunyikan diri di
dalam gua semata-mata untuk menjaga iman dan akidah mereka
supaya tidak di sesatkan oleh raja dan para pengikutnya di zaman
itu. Mereka tinggal di dalam gua selama 309 tahun kamariah.
Metode pendidikan dalam surah Al Kahfi yaitu metode kisah.
Dimana dalam implementasinya memiliki nilai pendidikan untuk
membangun akhlaq dan akidah, menjunjung tinggi kehormatan
kaum Muslimin, mendidik manusia untuk selalu menghargai dan
menjaga kehormatan mereka. Dengan demikian akan terwujud
kehidupan masyarakat yang harmonis,

DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al
Quran. Jakarta: Lentera Hati.
Ar RifaI, M. Nasib. 1999. Taisiru al Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.
Hamka, Prof. Dr. 2015. Tafsir Al Azhar; Jilid 5. Jakarta: Gema Insani.

Você também pode gostar