Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pengertian:
Alergi susu sapi adalah suatu penyakit akibat reaksi imunologik, timbul setelah
pemberian susu sapi atau makanan yang megandung susu sapi. Reaksi ini dapat
terjadi melalui reaksi sensitivitas tipe I fase cepat (IgE), fase lambat (tidak
diperantarai IgE), atau gabungan keduanya (SPM IDAI, 2004; PPM UNUD, 2010,
rekomendasi IDAI, 2014). Reaksi yang tidak diperantarai IgE lebih sulit untuk
dikenali.
Alergi susu sapi yang tidak diperantarai IgE lebih sering mengenai saluran cerna,
sementara yang diperantarai IgE dapat mengenai saluran cerna, kulit, dan saluran
napas, serta berhubungan dengan risiko tinggi timbulnya alergi saluran napas di
kemudian hari seperti asma dan rhinitis alergi (PPM IDAI).
Epidemiologi:
Insidens alergi susu sapi sekitar 2-7.5% dan reaksi alergi terhadap susu sapi masih
mungkin terjadi pada 0.5% pada bayi yang mendapat ASI eksklusif. Sebagian besar
reaksi alergi susu sapi diperantarai oleh IgE dengan insidens 1.5%, sedangkan sisanya
adalah tipe non-IgE. Gejala yang timbul sebagian besar adalah gejala klinis yang
ringan sampai sedang, hanya sedikit (0.1-1%) yang bermanifestasi klinis berat
(Rekomendasi IDAI, 2014). Hampir 90% anak dengan alergi susu sapi memiliki
riwayat atopi pada keluarga (PPM UNUD, 2010).
Klasifikasi:
Alergi susu sapi dapat dibagi menjadi:
1. IgE mediated, yaitu alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE. Gejala klinis
timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam setelah mengonsumsi protein susu
sapi. Manifestasi klinis yang dapat timbul adalah urtikaria, angioedema, ruam
kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, diare, rinokonjungtivitis,
bronkospasme, dan anafilaksis. Alergi susu sapi tipe ini dapat didukung
dengan kadar IgE susu sapi yang positing (uji tusuk kulit atau pemeriksaan
IgE spesifik/IgE RAST)
2. Non-IgE mediated, yaitu alergi susu sapi yang tidak diperantarai oleh IgE,
tetapi diperantarai oleh IgG. Gejala klinis timbul lebih lambat (> 1 jam)
setelah mengonsumsi protein susu sapi. Manifestasi klinis yang dapat timbul
antara lain adalah allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis,
proktokolitis, anemia, dan gagal tumbuh.
Manifestasi Klinis:
Etiologi dan patofisiologi alergi susu sapi belum terungkap secara sempurna,
namun diduga merupakan hasil interaksi antara factor genetic dan lingkungan
yang
menyebabkan
hilangnya
toleransi
oral
sehingga
terjadi
kondisi
riwayat konsumsi produk susu sapi dan hubungannya dengan awitan gejala
riwayat atopi pada pasien atau keluarga
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya kelainan kulit berupa kulit kering,
urtikaria, dermatitis atopic. Pada anak dengan manifestasi saluran cerna, dapat
ditemukan tanda dehidrasi, anemia, dan gagal tumbuh. Stigmata alergi seperti
allergic Shiners (mata mengjitam), nasal crease (garis pada hidung), geographi
tongue, dan mengi juga dapat ditemukan (PPM UNUD, 2010).
Diagnosis dan diagnosis banding
Tidak ada gejala yang patognomonik untuk alergi susu sapi. Gejala akibat alergi
susu sapi antara lain pada gastrointestinal (50-60%), kulit (50-60%) dan system
pernapadan (20-30%). Gejala alergi susu sapi biasanya timbul sebelum usia 1
bulan dan muncul falam 1 minggu setelah mengkonsumsi protein susu sapi.
Gejala klinis akan muncul dalam 1 jam (reaksi cepat) atau setelah 1 jam (reaksi
lambat) setelah mengkonsumsi protein susu sapi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah:
- darah tepi