Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah
sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh
manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan
untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu
pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang
tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang
sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi;
meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan
pupuk dengantanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam
pengaturan air.
Pada budidaya tanaman pertanian, diperlukan beberapa tahap hingga pada
akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca panen. Dalam proses-proses
tersebut yang merupakan proses awal adalah pengolahan lahan (soil tillage). Pada
proses ini berfungsi untuk menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran-kotoran
dan sampah pada tanah. Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan
penggaruan.
Alat pengolahan tanah sekunder yang paling banyak diketahui yaitu bajak piring.
Setelah itu garu-garu lain seperti garu bergigi paku, garu bergigi pegas, dan garu
putar. Sebagai alat pengolah tanah sekunder, garu-garu tersebut digunakan untuk
menghancurkan lebih lanjut bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah
primer, menggemburkan dan meratakannya, serta memusnahkan tanaman
pengganggu (Depdiknas, 2002).
1.2
Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum Alat dan Mesin Pertanian ini adalah:
1.
2.
3.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Garu Piring
Garu piringan (disk-harror), pada prinsipnya peralatan pengolah tanah ini hampir
menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya
terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan
mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan
bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak
diperlukan pernbalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama.
Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari draft partibajakan, maka
dengan besar daya penarikan yang sama lebar kerja garu akan lebih besar
dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah piringan garu
piringan dengan sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan
(Soedijanto, 1971).
Seperti bajak piringan, bagian bagian-bagian utarna dan garu piringan terdiri atas :
piringan ; poros piringan ; penggarak piringan ; kerangka. Kadang kala dilengkapi
pula dengan roda dukung, apabila sistim penggandengan dengan daya penariknya
menggunakan sistem hela trailing.Garu piringan biasanya tidak dilengkapi dengan
roda alur penstabil. Beberapa piringan dan garu piringan dirangkai menjadi satu
rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaian-rangkaian ini biasa disebut
sebagai rangkaian piringan (disk gang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri
atas dua rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dan proses
penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas : penggaruan satu
aksi (single action) dan penggaruan dua aksi (double action). Didasarkan atas
uraian di atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua rangkaian satu aksi
(single action two gang-dlisk barrow) garu piringan dua rangkaian dua aksi (double
ion two anq disk harrow) garu piringan empat rangkaian dua aksi atau biasanya
disebut tandem (tandem disk-harrow). Bagian-bagian dari garu piring adalah :
piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper,
kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper). (Soedijanto, 1971).
Piringan dapat bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya
digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum
berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara
65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan
jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masingmaing dipisahkan oleh gelondong (spool).
Setiap piringan dari garu piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper)
yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga
membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping
yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur
belakang (rear furrow wheel).
2.
3.
4.
5.
Garu piringan digunakan pada pengolahan tanah sekunder, kelebihan dari garu ini
dapat bekerja ditanah keras dan kering (tanah yang lengket, berbatu, berakar, dan
tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam). Kelemahan dari alat ini yaitu
tidak dapat menutup sisa tanaman/rumput yang telah terpotong, bekas
pembajakan tidak betul-betul rata, dan hasil pengolahan tanahnya masih berupa
bongkahan-bongkahan (Soedijanto, 1971).
B. Pengolahan Tanah
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk
mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan
kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh
manusia sejak dahulu kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian
pesat baik dalam metode maupun peralatan yang digunakan, tetapi sampai saat ini
pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta)
yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan
yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah
tanah tertentu, serta belum dapat ditentukan suatu kebutuhan hasil olah yang
khusus untuk berbagai tanaman untuk lahan kering.
optimal dengan biaya yang rendah. Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi
menjadi pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Peralatan
pengolahan tanah pertama disebut juga pembajakan dan pengolahan tanah kedua
disebut juga penggaruan.
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan
yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Sedangkan pada
Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Perbedaan antara
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua biasanya didasarkan pada
kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya
mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam ( >15 cm ) dengan bongkah tanah
hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pada pengolahan tanah kedua mengolah
tanah lebih dangkal ( < 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan
permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). (Depdiknas, 2002).
C.
Traktor
Traktor roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan
peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dan lainlain. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering bukan untuk lahan sawah.
Traktor roda empat yang biasa digunakan mempunyai daya antara 30-60 Kw (40-80
HP). Komponen utama pada traktor roda empat yaitu :
1.
Sistem kemudi digunakan untuk mengendalikan jalannya atau operasi
traktor di lapangan.
2.
Roda depan berfungsi untuk pengendalian dan memiliki ukuran diameter
lebih kecil dari roda bagian belakang.
3.
Chasis traktor yaitu bagian rangka traktor roda empat yang merangkap
sebagai rumah dari sistem transmisi.
4.
Pemberat yaitu besi cor yang dirancang khusus untuk pemberat traktor agar
traktor tidak terangkat pada saat mengolah tanah.
5.
Poros PTO berfungsi untuk menggerakkan peralatan yang dalam
pengoperasiannya memerlukan putaran (bajak rotari) atau untuk menggerakkan
peralatan stasioner.
III.
3.1
METODOLOGI
Praktikum mata kuliah Alat Mesin Pertanian dengan judul Pengenalan Alat
Pengolahan Tanah Sekunder (Garu Piring) ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
18 Maret 2015 pukul 08.00 09.40 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan Mesin
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Pengenalan Alat Pengolahan Tanah
Sekunder (Garu Piring) yaitu meteran dan alat tulis.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Pengenalan Alat Pengolahan Tanah
Sekunder (Garu Piring) yaitu contoh Garu Piring dan Traktor roda empat.
3.2
Diagram Alir
IV.
4.1
Hasil
Lebar
190 cm
3.
Tinggi
103 cm
4.
Sudut
15-20o
4.2
A.
Pembahasan
Garu piring
B.
Dari hasil praktikum pengolahan tanah sekunder (garu piring) ini, praktikan di
jelaskan tentang tipe-tipe dari bajak yaitu: (1) Bajak satu arah (one way), bajak ini
memiliki mata bajak yang searah, tipe ini dapat digunakan dapat digunakan pada
tanah dengan bidang miring. (2) bajak dua arah ( Two way), bajak ini dalam satu
rangka memiliki dua arah yang saling berlawanan, tipe ini juga dapat digunakan
pada tanah dengan bidang miring. (3) bajak Tandom, bajak ini memiliki 2 arah yang
saling bolak-balik, ada yang ke arah luar dan ke dalam, begitu juga sebaliknya. (4)
Bajak Offside, bajak ini memiliki sudut, jika sudutnya lebar maka area pembajakan
kecil dan jika sudutnya kecil maka area pembajakan lebar. Kelebihan dari bajak ini
pengolahan tanah menjadi lebih bagus dan kelemahan dari bajak ini adalah kurang
efektif apabila digunakan pada tanah dengan bidang miring, serta membutuhkan
biaya yang mahal untuk membeli bajak ini.
C.
Cara pengukuran
Untuk mengukur luas bagian dari garu piring ini menggunakan meteran biasa atau
meteran gulung. Cara pengukurannya yaitu dengan menghitung panjang dari ujung
depan ke ujung belakang bajak singkal. Pengukuran tidak dilakukan mengikuti alur
pisau tetapi lurus sesuai dengan arah garu piring dan didapatkan hasil pengukuran
pada garu piring tipe Scallop (panjang 183cm, lebar 190cm, tinggi 103cm, dan
sudut 15-20o) dan pada garu piring tipe sirkuler (panjang 190cm, lebar172cm, dan
tinggi 100cm).
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat kita ambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Garu piringan (disk harrow) mempunyai ukuran dan kecekungan piringan lebih
kecil dibandingkan dengan bajak serta jumlah piringannya lebih banyak jika
dibandingkan dengan bajak piringan.
2.
Garu Piring Sirkuler berbentuk piringan dan lingkaran, garu ini tidak memiliki
gerigi karena dipakai untuk tanah yang lebih remah.
3.
Garu Piringan Scallop berbentuk piringan dan memiliki gerigi pada setiap
pinggirnya, gerigi itu sudah diatur sesuai dengan besarnya diameter piringan.
4.
Ada empat tipe bajak yaitu: satu arah (One way), dua arah (Two way),
Tandom, dan Offside.
5.
Hasil pengukuran pada garu piring tipe Scallop (panjang 183cm, lebar 190cm,
tinggi 103cm, dan sudut 15-20o) dan pada garu piring tipe sirkuler (panjang 190cm,
lebar172cm, dan tinggi 100cm).
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia untuk merubah
sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh
manusia. Di dalam usaha pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan
untuk menciptakan kondisi fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai
kedalaman tertentu agar sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu
pengolahan tanah bertujuan pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang
tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang
sesuai agar dekomposisi dapat berjalan dengan baik; menurunkan laju erosi;
meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan; mempersatukan
pupuk dengantanah; serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam
pengaturan air.
Pada budidaya tanaman pertanian, diperlukan beberapa tahap hingga pada
akhirnya mencapai proses panen dan proses pasca panen. Dalam proses-proses
tersebut yang merupakan proses awal adalah pengolahan lahan (soil tillage). Pada
proses ini berfungsi untuk menggemburkan tanah, menghilangkan kotoran-kotoran
dan sampah pada tanah. Proses pengolahan lahan meliputi tahap pembajakan dan
penggaruan.
Alat pengolahan tanah sekunder yang paling banyak diketahui yaitu bajak piring.
Setelah itu garu-garu lain seperti garu bergigi paku, garu bergigi pegas, dan garu
putar. Sebagai alat pengolah tanah sekunder, garu-garu tersebut digunakan untuk
menghancurkan lebih lanjut bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah
primer, menggemburkan dan meratakannya, serta memusnahkan tanaman
pengganggu (Depdiknas, 2002).
1.2
Tujuan
Adapun Tujuan dari praktikum Alat dan Mesin Pertanian ini adalah:
1.
2.
3.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Garu Piring
Garu piringan (disk-harror), pada prinsipnya peralatan pengolah tanah ini hampir
menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya
terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan
mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan
bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak
Seperti bajak piringan, bagian bagian-bagian utarna dan garu piringan terdiri atas :
piringan ; poros piringan ; penggarak piringan ; kerangka. Kadang kala dilengkapi
pula dengan roda dukung, apabila sistim penggandengan dengan daya penariknya
menggunakan sistem hela trailing.Garu piringan biasanya tidak dilengkapi dengan
roda alur penstabil. Beberapa piringan dan garu piringan dirangkai menjadi satu
rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaian-rangkaian ini biasa disebut
sebagai rangkaian piringan (disk gang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri
atas dua rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dan proses
penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas : penggaruan satu
aksi (single action) dan penggaruan dua aksi (double action). Didasarkan atas
uraian di atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua rangkaian satu aksi
(single action two gang-dlisk barrow) garu piringan dua rangkaian dua aksi (double
ion two anq disk harrow) garu piringan empat rangkaian dua aksi atau biasanya
disebut tandem (tandem disk-harrow). Bagian-bagian dari garu piring adalah :
piringan (disk), as (gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper,
kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper). (Soedijanto, 1971).
Piringan dapat bersisi rata atau bergerigl Piringan yang bergerigi biasanya
digunakan pada lahan yang mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum
berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas berat (heavy duty) antara
65 sampai 70 cm. Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi dengan
jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 30 untuk tugas berat dan masingmaing dipisahkan oleh gelondong (spool).
melekat pada piringan, biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk tanah
(scraper) yang diikat pada rangka
Setiap piringan dari garu piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper)
yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga
membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping
yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur
belakang (rear furrow wheel).
2.
3.
4.
5.
Garu piringan digunakan pada pengolahan tanah sekunder, kelebihan dari garu ini
dapat bekerja ditanah keras dan kering (tanah yang lengket, berbatu, berakar, dan
tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam). Kelemahan dari alat ini yaitu
tidak dapat menutup sisa tanaman/rumput yang telah terpotong, bekas
pembajakan tidak betul-betul rata, dan hasil pengolahan tanahnya masih berupa
bongkahan-bongkahan (Soedijanto, 1971).
B. Pengolahan Tanah
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk
mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan
kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun pengolahan tanah sudah dilakukan oleh
manusia sejak dahulu kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian
pesat baik dalam metode maupun peralatan yang digunakan, tetapi sampai saat ini
pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan sebagai ilmu yang pasti (eksakta)
yang dapat dinyatakan secara kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan
yang tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat pengolah
tanah tertentu, serta belum dapat ditentukan suatu kebutuhan hasil olah yang
khusus untuk berbagai tanaman untuk lahan kering.
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan
yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Sedangkan pada
Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Perbedaan antara
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua biasanya didasarkan pada
kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya
mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam ( >15 cm ) dengan bongkah tanah
hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pada pengolahan tanah kedua mengolah
tanah lebih dangkal ( < 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan
permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami). (Depdiknas, 2002).
C.
Traktor
Traktor roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan
peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dan lainlain. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering bukan untuk lahan sawah.
Traktor roda empat yang biasa digunakan mempunyai daya antara 30-60 Kw (40-80
HP). Komponen utama pada traktor roda empat yaitu :
1.
Sistem kemudi digunakan untuk mengendalikan jalannya atau operasi
traktor di lapangan.
2.
Roda depan berfungsi untuk pengendalian dan memiliki ukuran diameter
lebih kecil dari roda bagian belakang.
3.
Chasis traktor yaitu bagian rangka traktor roda empat yang merangkap
sebagai rumah dari sistem transmisi.
4.
Pemberat yaitu besi cor yang dirancang khusus untuk pemberat traktor agar
traktor tidak terangkat pada saat mengolah tanah.
5.
Poros PTO berfungsi untuk menggerakkan peralatan yang dalam
pengoperasiannya memerlukan putaran (bajak rotari) atau untuk menggerakkan
peralatan stasioner.
Sistem penyambungan peralatan yaitu bentuk peralatan pengolahan tanah yang
relatif besar maka pada traktor roda empat memerlukan mekanisme
penyambungan khusus yakni sistem penyambungan tiga titik (Mulyoto H dkk, 1996)
III.
3.1
METODOLOGI
Praktikum mata kuliah Alat Mesin Pertanian dengan judul Pengenalan Alat
Pengolahan Tanah Sekunder (Garu Piring) ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
18 Maret 2015 pukul 08.00 09.40 WIB, di Laboratorium Daya Alat dan Mesin
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Pengenalan Alat Pengolahan Tanah
Sekunder (Garu Piring) yaitu meteran dan alat tulis.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Pengenalan Alat Pengolahan Tanah
Sekunder (Garu Piring) yaitu contoh Garu Piring dan Traktor roda empat.
3.2
Diagram Alir
IV.
4.1
Hasil
Nilai
1.
Panjang
190 cm
2.
Lebar
172 cm
3.
Tinggi
100 cm
4.
Sudut
15-20o
4.2
A.
Pembahasan
Garu piring
B.
Dari hasil praktikum pengolahan tanah sekunder (garu piring) ini, praktikan di
jelaskan tentang tipe-tipe dari bajak yaitu: (1) Bajak satu arah (one way), bajak ini
memiliki mata bajak yang searah, tipe ini dapat digunakan dapat digunakan pada
tanah dengan bidang miring. (2) bajak dua arah ( Two way), bajak ini dalam satu
rangka memiliki dua arah yang saling berlawanan, tipe ini juga dapat digunakan
pada tanah dengan bidang miring. (3) bajak Tandom, bajak ini memiliki 2 arah yang
saling bolak-balik, ada yang ke arah luar dan ke dalam, begitu juga sebaliknya. (4)
Bajak Offside, bajak ini memiliki sudut, jika sudutnya lebar maka area pembajakan
kecil dan jika sudutnya kecil maka area pembajakan lebar. Kelebihan dari bajak ini
pengolahan tanah menjadi lebih bagus dan kelemahan dari bajak ini adalah kurang
efektif apabila digunakan pada tanah dengan bidang miring, serta membutuhkan
biaya yang mahal untuk membeli bajak ini.
C.
Cara pengukuran
Untuk mengukur luas bagian dari garu piring ini menggunakan meteran biasa atau
meteran gulung. Cara pengukurannya yaitu dengan menghitung panjang dari ujung
depan ke ujung belakang bajak singkal. Pengukuran tidak dilakukan mengikuti alur
pisau tetapi lurus sesuai dengan arah garu piring dan didapatkan hasil pengukuran
pada garu piring tipe Scallop (panjang 183cm, lebar 190cm, tinggi 103cm, dan
sudut 15-20o) dan pada garu piring tipe sirkuler (panjang 190cm, lebar172cm, dan
tinggi 100cm).
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat kita ambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Garu piringan (disk harrow) mempunyai ukuran dan kecekungan piringan lebih
kecil dibandingkan dengan bajak serta jumlah piringannya lebih banyak jika
dibandingkan dengan bajak piringan.
2.
Garu Piring Sirkuler berbentuk piringan dan lingkaran, garu ini tidak memiliki
gerigi karena dipakai untuk tanah yang lebih remah.
3.
Garu Piringan Scallop berbentuk piringan dan memiliki gerigi pada setiap
pinggirnya, gerigi itu sudah diatur sesuai dengan besarnya diameter piringan.
4.
Ada empat tipe bajak yaitu: satu arah (One way), dua arah (Two way),
Tandom, dan Offside.
5.
Hasil pengukuran pada garu piring tipe Scallop (panjang 183cm, lebar 190cm,
tinggi 103cm, dan sudut 15-20o) dan pada garu piring tipe sirkuler (panjang 190cm,
lebar172cm, dan tinggi 100cm).
DAFTAR PUSTAKA