Você está na página 1de 10

ASKEP FARINGITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FARINGITIS


(PHARYNGITIS)

OLEH :
KARTINI WULANDARI
LUCKY INDRAYANI
NURUL ASRIYANI DC

S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2013/2014

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FARINGITIS


(PHARYNGITIS)
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai
radang tenggorok. (Wikipedia.com).
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.
Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan
adenoid.
Faringitis adalah penyakit tenggorokan, merupakan respon inflamasi terhadap patogen
yang mengeluarkan toksin. Faringitis juga bisa merupakan gejala dari penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus, seperti penyakit flu.
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring kadang
disebut juga sebagai radang tenggorokan.

B. JENIS FARINGITIS
A. Faringitis Akut
Faringitis Akut Yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir
70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan
faringitis

akut

yang

kemudian

disebut

sebagai

streepthroat

Faringitis

Akut

Adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan
cepat memberat
B. Faringitis Kronik
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan
lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik,
penggunaan habitual alkohol dan tembakau.

C. ETIOLOGI
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh
virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononucleosis atau HIV.
Bakteri yang menyebabkan faritingitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium,dan
arkanobakterium.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh
virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan
sakit kepala ringan. Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan
tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
.
b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa
lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang
menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak,
tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi
hati.
E. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal
terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring.

Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan
yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid.
Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak
lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.

F. KOMPLIKASI
a. titis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
b. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
c.

Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas
bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.

G. MANISFESTASI KLINIS.
1. Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu :
Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan.
Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran.
Nyeri tekan nodus limfa servikal.
Demam
Sakit tenggorok
Serak dan batuk
Sakit kepala

2.

Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu :


Pasien dengan faringitis kronik mengeluh sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok
yang terus-menerus, lendir yang terkumpul dalam tenggorok dan dapat dikeluarkan dengan
membatukkan, kesulitan menelan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b) Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
c)

diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk
yang berharga.

I.

PENCEGAHAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis yaitu:
Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki demam, flu
Mencuci tangan secara teratur
Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok
Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering

J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan
penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan
risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan
ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa
obat yang dapat digunakan yaitu:
1) Amantadine
2) Rimantadine
3) Oseltamivir
4) Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5) Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
K.

PENGOBATAN
: Pemberian suplemen

dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau

mencegahnya, yaitu
Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga
dapat mencegah hidung tersumbat.
Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis
tinggi perlu pengawasan dokter.
.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Data Dasar

Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi).
2) Riwayat Kesehatan, meliputi :
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a) Alasan masuk rumah sakit
b) Keluhan utama: nyeri saat menelan pada leher.

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani
perawatan di RS.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
4) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher
2) Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan
3) TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, RR meningkat.
5) Pengkajian Pola Gordon
Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
klien akan mengalami penurunan berat badan karena tidak cukupnya nutrisi karena nyeri
saat menelan akibat inflamasi penyakit.
Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,

perubahan

bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami gangguan bila
inflamasinya Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan makanan yang terpapar
kuman/virus, makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan
kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar.
Pola Nutrisi Metabolic
Biasanya parah.
Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam
sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat.

Pola persepsi diri dan konsep diri


Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Konsep diri
pasien terutama gambaran diri terhadap perubahan tubuh Apakah klien merasa rendah diri
terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada ganguan.
Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah
Sakit? Dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan
pada klien? Biasanya tidak mengalami gangguan.
Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obatobatan untuk menghilangkan stres?
Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada
pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?

2. Diagnosa Keperawatan
a) Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b)
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menelan
c) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring
d) Hipertermia berhubungan dengan peradangan

3. Rencana Keperawatan

o Dx: Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan pro

duksi

sekret ditandai dengan:


DO
:
adanya sputum yang berlebihan, peningkatan frekuensi pernapasan
:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat

Tujuan

bernapas dengan lancer/efektif.


Kriteria hasil :
a) Klien dapat mengeluarkan sputum
b) Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20 x/menit)
c) Klien mengatakan dapat bernapas dengan lancer
Intervensi:
Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien. Rasional: Untuk mengetahui keadaan

napas pasien.
Anjurkan untuk minum air hangat. Rasional: Untuk mencairkan sputum agar mudah

dikeluarkan.
Ajari pasien untuk batuk efektif . Rasional: agar pasien dapat secara mandiri megeluarkan
sputum.
Lakukan pengisapan sekret, bila perlu. Rasional: untuk mengelurkan sekret.
Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran. Rasional: untuk mengencerkan dahak.

o Dx: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk menelan ditandai dengan:
DO
:
klien tampak lemas; porsi makan tidak dihabiskan.
DS
:
nafsu makan berkurang karena sakit saat menelan.
Tujuan
:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a) Masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
b) Nafsu makan klien meningkat
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien. Rasional: informasi dasar status nutrisi.
2. Kaji kemampuan menelan. Rasional: mengetahui kemampuan menelan. Menetukan
tindakan lebih lanjut.
3. Beriakan makanan yang lunak. Rasional: Memudahkan dalam menelan.
4. Berikan nutrisi melalui IVFD. Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi yang tak bisa
terpunuhi lewat oral.

5. Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien, bila perlu. Rasional: agar keluarga lebih
kooperatif.
6. Kolaborasi berikan diet tinggi protein tinggi kalori. Rasional: Pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
o Dx: Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring ditandai dengan:
DO: klien tampak meringis, suhu tubuh, nadi dan RR meningkat.
DS: klien mengeluh nyeri tenggorokan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang sampai hilang diitandai dengan:
Kriteria Hasil:
a) Klien tidak tampak meringis
b) Klien mengungkapkan nyeri berkurang
c) Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
d) TTV dalam batas normal. nadi: 60-100 x/menit; RR: 16-20 x/menit
Intervensi:
1. Kaji nyeri menggunakan PQRST. Rasional: mengetahui tingkat nyeri dan sebagi data
dasar dalam menentukan tindakan.
2. Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa
sakit.
4. Berikan informsi tentang nyeri, seperti sebab nyeri, berapa lam akan berlangsung.
Raional:menambah pengetahuan keluarga. Keluarga lebih kooperatif.
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik Rasional: analgesik dapat mengurangi
nyeri.
4) Dx: Hipertermia berhubungan dengan peradangan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh
klien dalam batas normal.
Criteria Hasil:
a) Suhu tubuh: 36,5-37,5C
Intervensi:
1.

Monitor

suhu minimal 2 jam sekali, sesuai dengan kebutuhan . Rasional:

mengevaluasi efektivitas intervensi dan menjamin keakuratan data.


2. Sesuaikan suhu lingkungan. Rasional: untuk kenyamanan pasien.
3. Anjurkan asupan cairan oral. Rasional: membantu menurunkan suhu tubuh. Mencegah
dehidrasi.
4. Gunakan tindakan nonfarmakologi seperti: kenakan baju tipis, membuka selimut,
kompres hangat. Jelaskan hal-hal tersebut pada pasien dan keluarga. Rasional: dapat
mengurangi demam dan memberikan rasa nyaman. Pasien dan keluarga akan lebih
kooperatif.

5. Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik. Rasional: Untuk emngurangi


demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus

Daftar Pustaka
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth. Ed 8. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 NANDA
International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media
Aescukpius.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan
Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

Você também pode gostar