Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
KARTINI WULANDARI
LUCKY INDRAYANI
NURUL ASRIYANI DC
S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2013/2014
B. JENIS FARINGITIS
A. Faringitis Akut
Faringitis Akut Yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir
70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan
faringitis
akut
yang
kemudian
disebut
sebagai
streepthroat
Faringitis
Akut
Adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang sifatnya akut (mendadak dan
cepat memberat
B. Faringitis Kronik
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan
lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik,
penggunaan habitual alkohol dan tembakau.
C. ETIOLOGI
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh
virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononucleosis atau HIV.
Bakteri yang menyebabkan faritingitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium,dan
arkanobakterium.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh
virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan
sakit kepala ringan. Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan
tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
.
b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa
lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang
menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak,
tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi
hati.
E. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal
terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring.
Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan
yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid.
Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak
lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.
F. KOMPLIKASI
a. titis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
b. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
c.
Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas
bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi.
G. MANISFESTASI KLINIS.
1. Manifestasi klinis faringitis akut, yaitu :
Membran mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan.
Folikel limfoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat dan pembesaran.
Nyeri tekan nodus limfa servikal.
Demam
Sakit tenggorok
Serak dan batuk
Sakit kepala
2.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
b) Pemeriksaan Biopsi. Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran
pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
c)
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
Pemeriksaan Sputum. Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik
penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk
yang berharga.
I.
PENCEGAHAN
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah faringitis yaitu:
Hindari penggunaan alat makan bersama pasien yang terkena faringitis, memiliki demam, flu
Mencuci tangan secara teratur
Tidak merokok, atau mengurangi pajanan terhadap asap rokok
Menggunakan pelembab ruangan jika ruangan kering
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan
penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan
risiko demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan
ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa
obat yang dapat digunakan yaitu:
1) Amantadine
2) Rimantadine
3) Oseltamivir
4) Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5) Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
K.
PENGOBATAN
: Pemberian suplemen
mencegahnya, yaitu
Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga
dapat mencegah hidung tersumbat.
Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis
tinggi perlu pengawasan dokter.
.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Data Dasar
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi).
2) Riwayat Kesehatan, meliputi :
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a) Alasan masuk rumah sakit
b) Keluhan utama: nyeri saat menelan pada leher.
perubahan
bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.
Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Dapat mengalami gangguan bila
inflamasinya Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan makan makanan yang terpapar
kuman/virus, makanan yang mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan
kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah, asap kayu bakar.
Pola Nutrisi Metabolic
Biasanya parah.
Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam
sehari? Biasanya klien tidak mengalami perubahan pada pola istirahat.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Keditakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b)
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menelan
c) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring
d) Hipertermia berhubungan dengan peradangan
3. Rencana Keperawatan
duksi
Tujuan
napas pasien.
Anjurkan untuk minum air hangat. Rasional: Untuk mencairkan sputum agar mudah
dikeluarkan.
Ajari pasien untuk batuk efektif . Rasional: agar pasien dapat secara mandiri megeluarkan
sputum.
Lakukan pengisapan sekret, bila perlu. Rasional: untuk mengelurkan sekret.
Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran. Rasional: untuk mengencerkan dahak.
5. Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien, bila perlu. Rasional: agar keluarga lebih
kooperatif.
6. Kolaborasi berikan diet tinggi protein tinggi kalori. Rasional: Pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
o Dx: Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada faring ditandai dengan:
DO: klien tampak meringis, suhu tubuh, nadi dan RR meningkat.
DS: klien mengeluh nyeri tenggorokan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang sampai hilang diitandai dengan:
Kriteria Hasil:
a) Klien tidak tampak meringis
b) Klien mengungkapkan nyeri berkurang
c) Pasien mampu menggunakan metode non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
d) TTV dalam batas normal. nadi: 60-100 x/menit; RR: 16-20 x/menit
Intervensi:
1. Kaji nyeri menggunakan PQRST. Rasional: mengetahui tingkat nyeri dan sebagi data
dasar dalam menentukan tindakan.
2. Observasi tanda vital. Rasional: mengetahui keadaan umum pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi. Rasional: memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa
sakit.
4. Berikan informsi tentang nyeri, seperti sebab nyeri, berapa lam akan berlangsung.
Raional:menambah pengetahuan keluarga. Keluarga lebih kooperatif.
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik Rasional: analgesik dapat mengurangi
nyeri.
4) Dx: Hipertermia berhubungan dengan peradangan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh
klien dalam batas normal.
Criteria Hasil:
a) Suhu tubuh: 36,5-37,5C
Intervensi:
1.
Monitor
Daftar Pustaka
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner &
Suddarth. Ed 8. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 NANDA
International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media
Aescukpius.
Potter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan
Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta