Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
lemak
dari
bahanbahan
lain
yang
dapat
mencemari
yang
berbau. Destruksi uap / zat berbau dengan menggunakan gas ozon yang
berfungsi untuk membersihkan udara ruangan yang telah dicemari oleh bau
dari suatu bahan. Sedangkan pada penyimpanan telur, berfungsi untuk
menetralisir bau dan menghambat pertumbuhan mikrobia. Namun perlu
berhati-hati, kontak ozon dengan bahan pangan berlemak tinggi akan
menimbulkan bau tidak enak jika kontak langsung dengan senyawa ozon.
2. Aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak
-
3. Aksi mikroba
Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung mikroba berjumlah
maksimum 10 organisme setiap 1 gram lemak, dapat dikatakan steril. Mikroba
yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk tipe mikroba non
pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa
tidak enak, di samping menimbulkan perubahan warna (discoloration).
-
58
Produksi keton
Dari pengamatan pada deodorisasi minyak kelapa berbau tengik, ditemukan
beberapa persenyawaan yang menyebabkan bau tidak enak, antara lain
senyawa metil heptil keton, metil nonil keton dan sejumlah kecil metil undesil
keton. Senyawa ini terbentuk selama proses pengeringan kopra dan
penyimpanan minyak. Mentega dan bahan pangan lainnya yang mengandung
lemak susu, air dan bahan gizi dapat menimbulkan ketengikan oleh senyawa
keton (ketonic rancidity). Senyawa keton yang dominan menyebabkan bau
tengik adalah senyawa metil amil, metil heptil dan metil nonil keton. Jamur
yang dapat menghasilkan keton, terdiri dari 9 macam Penicillia sp., 5 macam
spesies Aspergilli, Cladosporium herbarium, Cladosporium butyri.
Mekanisme Pembentukan Keton. Organisme yang menyerang lemak, pada
tahap pertama menguraikan molekul gliserida menjadi asam lemak bebas dan
gliserol, selanjutnya asam lemak bebas ini dioksidasi. Berdasarkan penelitian
terhadap dekomposisi asam lemak, ternyata sejumlah metil keton terbentuk
pada proses beta oksidasi dalam suasana hidrogen peroksida (H2O2).
4. Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih dari penyebab
kerusakan tersebut sebelumnya.
-
Oksidasi lemak
Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan oleh
aksi oksigen udara terhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya
dapat terjadi jika terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan
oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang
mengandung lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan
proses
oksidasinya
tergantung
dari
tipe
lemak
dan
kondisi
Ketengikan Minyak
Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap terbentuk
sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponenkomponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tidak dinginkan dalam lemak dan
minyak dan produk-produk yang mengandung lemak dan minyak itu.. Hal ini
disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi
dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau
60
hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam pofirin seperti
hematin, hemoglobin, mioklobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase.
Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh
mengalami oksidsi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut
disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida.
Menurut teori yang sampai kini masih dianut orang, sebuah atom hydrogen yang
terikat pada suatu atom karbon yang letaknya disebelah atom karbon lain yang
mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga
membentuk radikal bebas.
Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk
membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi
senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi
panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini
adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton yang besifat volatile dan
menimbulakan bau tengik pada lemak. Perubahan-perubahan selama oksidasi ini dapat
diikuti dengan spektrofotometer ultraviolet dengan absorpsi pada 232mm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan oksidasi lemak (Akselerator) ada
4 kelas yaitu :
a. Radiasi , misalnya oleh panas dan cahaya,
b. Bahan pengoksidasi (Oxidizing Agent) misalnya peroksida, perasid, ozone,
asam nitrat serta beberapa senyawa organik nitro dan aldehida aromatik,
c. Katalis metal khususnya garam dari beberapa macam logam berat,
d. Sistem oksidasi, misalnya adanya katalis organik yang labil terhadap panas.
Faktor faktor yang mempercepat dan menghambat oksidasi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Akselerator
Suhu tinggi
Sinar (UV dan Biru) dan ionisasi
radiasi (, , dan )
Peroksida (termasuk lemak yang
dioksidasi)
Enzim lipoksidasi
Katalis Fe-organik (misalnya
hemoglobin dst)
Katalis logam (Cu, Fe dsb)
Dihambat/dicegah dengan
Suhu rendah (refrigrasi)
Wadah berwarna atau opak, bahan
pembungkus
Menghindarkan oksigen
Merebus (blanching)
Anti oksidan Metal deactivator
Metal deactivator EOTA, as-sitrat
61
62
63
2. Uji issoglio
Prinsipnya sama dengan penentuan bilangan Reischert_meissl, bertujuan untuk
menguji senyawa keton dan aldehida yang dapat menguap secara kuantitatif. Senyawa
keton dan aldehida dihasilkan dari oksidasi lemak merupakan slah satu penyebab bau
tengik dalam lemak. Prosedur: lemak dikock dalam air sulingan selama 2 jam dan
saring dengan kertas saring. Filtrate diasamkan, + larutan permanganate 0,01 N dengan
volume tertentu kemuidan didihkan selam 5 menit, campur dengan 0,01 N asam
oksalat dalam asam sulfat pada volume yang sama, titrasi dengan larutan
permanganate. Jumlah ml titran yang digunakan untuk mengoksidasi aldehida yang
dapat menguap disebut oxidizability value. Nilai ini dignakan untuk mengukur
Kerusakan minyak, karena semakin besar nilainya berarti semakin tengik.
3. Uji Schiff
Bertujuan untuk menentukkan jumlah aldehida yang dihasilkan dan
dekomposisi ikatan tidak jenuh dalam asam lemak. Menggunakan larutan fuchsin yang
berikatan dengan SO2. Warna ungu larutan ini akan hilang apabila breaksi dengan SO2,
bereaksi dengan aldehid maka akan diikat dan membuat larutan berwarna ungu
kembali.
4. Uji lea
Dapat ditentukkan secara langsung kadar aldehia dalam lemak. Aldehida
direaksikan dengan Na bisulfit, bisulfit dibebaskan dengan Na nikabornat, lalu titrasi
dengan iodium. Prosedurnya : lemak dilarutkan dengan benzene kemudian kocok
dengan larutan Na bisulfit selama 1 jam ditempat gelap pada suhu 200C. emulsi
terbentuk disentrifusi lapisan larutan yang mengandung air dipisahkan dari fraksi
benzene. Tritasi dengan larutan iodium 0,002 N tujuan untuk mengikat Na Bisulfit
yang tersisa, kemudian + larutan Na bikarbonat dan titrasi dengan larutan iod 0,002 N.
5. Uji TBA
Uji ini berdasarkan atas terbentuknya pigmen warna merah sebagai hasil rekasi
kondensasi antara 2 molekul TBA dengan 1 molekul malonat dialdehida. Monoldehida
didapatkan hdari hasil pembentukkan di-peroksida pada gugus pentadiena yang disusul
dengan pemutusan rantai molekul atau dengan oksidasi lebih lanjut dari 2-enol yang
dihasilkandai penguraian monohidro peroksida.
65
peroksida
O
moloksida
R CH + CH - R1
O
O
Proses pembentukan peroksida
Hasil Degradasi Sekunder
Produk primer adalah persenyawaan hidroperoksida yang terbentuk dari hasil
reaksi antara lemak tidak jenuh dengan oksigen, sedangkan produk sekunder
dihasilkan dari proses degradasi peroksida (produk primer). Hasilnya ini terdiri dari
persenyawaan alkohol, aldehida dan asam, serta persenyawaan tidak jenuh dengan
berat molekul lebih rendah. Tipe degradasi peroksida terdiri dari 3 macam reaksi kimia
yaitu :
66
Mereka dapat
menyumbangkan atom hidrogen dengan mudah karena energi aktivasi yang rendah.
Radikal antioksidan tidak akan memulai siklus oksidasi radikal yang lain
karena stabilisasi resonansi dari struktur cincinnya. Radikal antioksidan bereaksi
dengan radikal bebas lemak untuk menghentikan oksidasi dengan membentuk senyawa
non radikal stabil (Choe dan Min, 2006).
67
substituennya.
Sebenarnya molekul fenol tidak bersifat sebagai antioksidan tetapi terdapatnya
gugus alkil pada posisi 2,4,6 dapat meningkatkan densitas elektron pada gugus
hidroksil melalui efek induktif. Oleh karena itu, aktivitas senyawa fenolik terhadap
radikal lipid akan meningkat. Selannjutnya dikatkan bahwa gugus etil atau n-butil akan
lebih meningkatkan aktivitas antioksidan dibandingkan dengan gugus metil.
Reaksi antara antioksidan fenolik hindered (terintangi) dan radikal lipid
menghasilkan pembentukan radikal fenoksil.
delokalisasi elektron dalam cincin aromatik serta oleh gugus alkil pada posisi orto.
Stabilitas radikal fenoksil juga dapat mereduksi laju propagasi reaksi berantai karena
tahap propagasi dari radikal antioksidan berlangsung sangat lambat dibandingkan
dengan radikal lipid.
68
penggunaan kembali tokoferol dan pencegahan oksidasi tokoferol (Kim et al., 2007).
71