Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nim : 0412140178
Daftar pustaka :
1. Gunawan, sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen Farmakologi
Dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I, Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
3. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
4. Jalal, E. A. 1998. Mast cell konsep baru tentang ciri morfologik dan fungsinya. Jurnal
Kedokteran Yarsi. 6 ( 3 ): 28 40.
5. Koury SI, Herfel LU . (2000) Anaphylaxis and acute allergic reactions. In :International
edition Emergency Medicine.Eds :Tintinalli,Kellen,Stapczynski 5th ed McGrraw-Hill
New York-Toronto.pp 242-6
SKENARIO
Seorang wanita, 30 tahun, karyawan swasta, dating ke UGD karena sesak nafas sejak 6 jam
yang lalu. Tiga hari yang lalu pasien mengeluh demam, pada hari ke dua demam pasien
berobat ke dokter dan mendapat obat amoksisilin dan parasetamol. Dua belas jam setelah
makan obat muncul bentol disertai gatal pada kedua lengan dan badan. Pasien juga
mengeluhkan diare tanpa darah atau lendir, timbulbatukdisertaisesaknapas.Pasien pernah
makan obat amoksisilin dan parasetamol tetapi tidak adakeluhansepertisaatini.Riwayat asma
dimiliki oleh adik pasien dan ibu mempunyai penyakit dermatitis atopi. Riwayat asma pada
paisen disangkal.
Kesadaran kompos mentis; TD 120/80 mmHg, regular; frekuensi napas 28x/min; suhu 37,8oC.
Thoraks: jantung/paru: wheezing pada kedua paru.
Abdomen: datar, lemas, turgor bak, hepar/ lien tidak teraba, bising usus meningkat, turgor
baik.
Ekstremitas: kulit: gambaran urtikaria
Pemeriksaan penunjang:
Hb 12,2 gr/dl, leukosit 8400/mm3, hitung jenis basophil 2/6/4/52/30/6, ureum 18 mg/dl,
kreatinin 0,46 mg/dl, Na 144 mEq/L, kalium 4,2 mEq/L
ANALISIS MASALAH
a. Kalimat 2
Indikasi pemberian parasetamol :
Indikasi pemberian parasetamol adalah sebagai analgetik dan antipiretik.
Sebagai analgetik parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena
dapat menimbulkan nefropati analgetik. Jika dosis terapi tidak bermanfaat
biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi
lambung, parasetamol biasanya sering dikombinasikan dengan AINS untuk
efek analgetik.
b. Kalimat 3, 4
i. Apa makna pernah minum obat saat ini dengan keluhan yang timbul pada
pasien
1. Diare
Obat yang diberikan pada pasien yaitu amoksisilin dan parasetamol pada
pasien dianggap sebgai antigen oleh tubuh setelah terkena pajanan obat
yang sama sebelumnya. Mekanisme lebih lanjut adalah :
Reaksi ini terjadi dalam tiga fase, fase sensitisasi yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat oleh reseptor spesifik
(Fc-R) pada permukaan sel mast/ basofil, fase aktivasi yaitu, waktu yang
diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen spesifik dan sel
mast/basofil melepas isinya yang berisi granul yang menimbulkan reaksi.
Hal ini terjadi ikatan silang antaara antigen dan IgE, kemudian dan yang
terakhir adalah fase efektor, yaitu terjadinya respons kompleks
(anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan
aktivitas farmakologik.
c. Pemeriksaan fisik
i. Interpretasi dan mekanisme
1. Vital sign
Pemeriksaan
Kesadaran
Suhu
Normal
compos mentis
36.5C 37.2C
Tekanan darah
RR
120 / 80 mmHg
18x/mnt 24x/mnt
Hasil
Compos mentis
37,8C
120/80
28 x/mnt
Interpretasi
Demam
ringan
normal
Takipnea
Mekanisme abnormal :
Takipneu
: Histamin , Prostaglandin, Leukotrien bronkontriksi
menyempitkan aliran udara masuk kadar oksigen
menurun saturasi oksigen menurun perfusi oksigen
menurun ke otak dan jaringan mekanisme tubuh untuk
mengatasi hipoksia peningkatan frekuensi napas
takipneu.
Histamin + prostaglandin+leukotrien+kemokin:nitrit
oxide meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
resistensipembuluhdarahmenurun+cairanintravaskuler
yang keluar keruang interstitiel terjadi hipovolume
relatifhipotensi perfusi oksigen menurun ke otak dan
jaringan mekanisme tubuh untuk mengatasi hipoksia
peningkatan frekuensi napas takipneu.
HIPOTESIS
Seorang wanita, 30 tahun, diduga mengalami reaksi anafilaktif akibat obat yang
dikonsumsinya.
1. TEMPLATE
a. How to diagnose
Anamnesis: Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat,
disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit), timbul biduran mendadak,
gatal dikulit, suara parau sesak ,sukar nafas, lemas, pusing, mual, muntah, sakit perut
setelah terpapar sesuatu.
Diagnostik fisik:
-
intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit paling
sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita
termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih ideal. Pemeriksaan lain
sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal,
feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain.
Gejala dan tanda anafilaksis berdasarkan organ sasaran
Sistem
Umum
Prodormal
gatal
di
hidung
dan
gatal,
bersin
dan
palatum
Pernafasan
Hidung
Hidung
Laring
tersumbat
Rasa tercekik, suara serak,
sesak nafas, stridor, edema,
Lidah
Bronkus
Kardiovaskul
spasme
Edema
Batuk, sesak, mengi, spasme
Pingsan,
sinkop,
palpitasi,
ar
takikardia,
hipotensi
sampai
tanda
tanda
infark
Gastro
miokard.
Disfagia, mual, muntah, kolik,
intestinal
Kulit
meninggi
Urtika, angioedema, di bibir,
Mata
Susunan
Gelisah, kejang
saraf pusat
1. Reaksi lokal : biasanya hanya urtikaria dan edema setempat, tidak fatal.
2. Reaksi sitemik : biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, sistem
kardiovaskular, gastrointestinal, dan kulit. Reaksi tersebut timbul segera atau 30
menit setelah terpapar antigen.
a. Ringan : mata bengkak, hidung tersumbat, gatal gatal di kulit dan
mukosa, bersin bersin, biasanya timbul 2 jam setelah terpapar alergen
b. Sedang : gejalanya lebih berat selain gejala diatas didapatkan
bronkospasme, edema laring, mual, muntah, biasanya terjadi dalam 2 jam
setelah terpapar antigen.
c. Berat : terjadi langsung setelah terpapar dengan alergen, gejala seperti
reaksi tersebut diatas hanya lebih berat yaitu bronkospasme, edema laring,
stridor, sesak nafas, sianosis, henti jantung, disfagia, nyeri perut, diare,
muntah muntah, kejang, hipotensi, aritmia jantung, syok dan koma.
Kematian disebabkan oleh edema laring dan aritmia jantung.
Pada pasien dengan reaksi anafilaksis biasanya dijumpai keluhan 2
organ atau lebih setelah terpapar dengan alergen tertentu. Untuk
membantu menegakkan diagnosis maka American Academy of Allergy,
Asthma and Immunology telah membuat suatu kriteria.
1. Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit
hingga beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau
kedua-duanya (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh,
pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu
dari respiratory compromise (misalnya sesak nafas, bronkospasme,
stridor, wheezing, penurunan PEF, hipoksemia) dan penurunan tekanan
darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran (misalnya
hipotonia, sinkop, inkontinensia).
2. Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak
setelah terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa
menit hingga beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit
(misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus,
kemerahan, pembengkakan bibir-lidah-uvula); Respiratory compromise
(misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheezing, penurunan PEF,
hipoksemia); penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan
(misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia); dan gejala gastrointestinal
yang persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah).
3. Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada
allergen yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok
anafilaktik). Pada bayi dan anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah
(spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih dari 30%. Sementara
pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau
penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari tekanan darah awal.
b. Patofisiologi
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien ini saling berhubungan,
semuanya diperantarai oleh adanya ikatan antara antigen yang masuk ke
dalam sirkulasi dengan Ig E. Ikatan ini nantinya akan melepaskan berbagai
mediator yang menyebabkan berbagai efek di dalam tubuh, terjadi pelepasan
vasoaktif antara lain histamin, bradikinin, serotonin, dan beberapa bahan
vasoaktif lain dari granula yang disebut performed mediators.
Ikatan antigen antibodi akan merangsang degradasi asam arakidonat dari
membran sel yang nantinya akan menghasilkan leukotrien dan prostaglandin
yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi, disebut newly performed
mediators. Histamin akan memberikan efek bronkokontriksi, peningkatan
permeabilitas kapiler yang nantinya akan menyebabkan edema, sekresi mucus,
dan vasodilatasi. Serotonin menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular
dan bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor
(PAF) menyebabkan bronkospasme dan meningkatan permeabilitas vascular,
aggregasi, dan aktivasi trombosit.