Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Infeksi pada kuku dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun jamur.
Berbagai macam infeksi kuku memiliki etiologi yang berbeda. Virus Herpes
simpleks menyebabkan paronychia akut, onycholysis, dan periungual vesikel.
Virus warts menyebabkan periungual warts. Bakteri, baik S.aureus maupun
S.pyogenes, juga dapat menyebabkan paronychia akut. Jamur, terutama Candida,
menyebabkan paronychia kronis dan dapat disertai onychomicosis total. Jamur
golongan dermatofita sering menyebabkan distolateral subungual onychomycosis
(DLSO), proximal subungual onychomycosis (PSO), dan white superficial
onychomycosis (WSO). Sementara non dermatofita menyebabkan PSO disertai
inflamasi periungual, dan deep WSO.1,2
Infeksi kuku yang paling sering terjadi adalah onychomicosis dengan
prevalensi kisaran 50% dari semua penyebab onychodystrophy. Dermatofita
menjadi penyebab lebih dari 90% kasus, sementara 10% kasus disebabkan oleh
jamur non dermatofita dan yeast.1,3 Paronychia akut yang disebabkan oleh bakteri
mencapai kisaran 30% dari kasus infeksi tangan dan jari. Bakteri penyebab
terbanyak adalah Staphylococcus aureus.3,4,5 Subungual atau periungual papul
termasuk dalam common warts (verruca vulgaris) yang sering terjadi, terutama
pada anak-anak dengan usia dibawah 5 tahun, dan dapat sembuh dengan
sendirinya.2
Sebagai dokter umum penting untuk mengetahui infeksi pada kuku,
terutama onychomicosis dan paronychia. Referat ini dibuat untuk menambah
informasi dan wawasan mengenai infeksi pada kuku agar dapat menegakkan
diagnosis secara tepat dan memberikan terapi yang tepat.
ANATOMI KUKU
Kuku merupakan bagian terminal dari lapisan tanduk yang menebal. Kuku
terdiri dari nail plate dan empat epitel khusus: (1) proksimal nail fold, (2) matriks
kuku, (3) nail bed, dan (4) hyponychium. Keseluruhan nail plate mengandung
struktur keratin yang terus diproduksi sepanjang hidup. Bagian proksimal dan
lateral dari nail plate dikelilingi oleh nail fold, yang menutupi seperempat
proksimal dan margin lateral.1,6
Pada ujung jari, nail plate
hyponychium. Lapisan tanduk dari proksimal nail fold membentuk kutikula, yang
melekat erat pada superfisial nail plate dan mencegah nail plate terpisah dari nail
fold. Matriks kuku adalah struktur epitel khusus yang terletak di atas bagian
tengah falang distal. Setelah elevasi proksimal nail fold, matriks tampak dengan
bentuk sabit yang cembung pada bagian distal dengan bagian tanduk lateral
meluas ke proksimal dan lateral. Epitel nail bed melekat erat dengan nail plate
yang tetap melekat pada permukaan bawah kuku saat setelah avulsi.
Hyponychium merupakan daerah anatomi antara kuku dan alur distal, di mana
nail plate terlepas dari digiti dorsal 1,6
Nail plate akan tumbuh terus menerus dari proksimal sampai distal,
sepanjang hidup. Nail plate "didorong" oleh dua faktor: (1) proliferasi dan
diferensiasi matriks keratinosit yang membentuk plate baru, (2) nail bed yang
bergerak perlahan-lahan, sejajar dengan arah pertumbuhan kuku, menuju batas
inferior dari nail plate.1,6
Manifestasi Klinis
Terdapat tiga tipe dari onychomicosis yaitu: distolateral subungual
onychomycosis (DLSO), proximal subungual onychomycosis (PSO), white
superficial onychomycosis (WSO).1,2
DLSO adalah bentuk yang paling umum dari onychomicosis. Hal ini
dimulai dengan invasi stratum korneum dari hyponychium dan distal nail bed,
membentuk opasifikasi keputihan hingga kuning-kecoklatan di tepi distal kuku.
Infeksi kemudian menyebar ke arah proksimal dari nail bed sampai nail plate
ventral. Pada hiperkeratosis subungual terjadi hiperproliferasi dari nail bed akibat
infeksi, sementara invasi progresif pada nail plate menyebabkan kuku semakin
distrofik.1,2,3
Gambar 2. Tipe Distal subungual. Discolorisasi, penebalan, dan debris subungual pada aspek distal dari kuku kaki.1
PSO merupakan akibat dari infeksi pada proksimal nail fold, yang
disebabkan oleh T. rubrum dan T. megninii. Terjadi opasifikasi warna putih hingga
krem pada proksimal nail plate. Opasitas ini secara bertahap dapat meluas,
mempengaruhi seluruh kuku dan berakhir menjadi hiperkeratosis subungual,
leukonikia, onycholysis proksimal, dan/ atau kerusakan seluruh kuku. Pasien
dengan PSO harus diskrining untuk HIV, karena PSO telah dianggap sebagai salah
satu penanda untuk penyakit HIV.1,2
Gambar 3. Tipe proximal subungual onychomicosis. Discolorisasi dan penebalan pada kuku bagian proximal pada pa
WSO terjadi karena adanya invasi langsung pada nail plate bagian dorsal.
Hal ini mengakibatkan perubahan warna menjadi putih hingga kuning kusam,
berbatas tegas, lesi patch terdapat di mana saja pada permukaan kuku. WSO
biasanya disebabkan oleh T. interdigitale, selain itu, jamur non dermatofita seperti
Aspergillus, Scopulariopsis, dan Fusarium juga dapat menjadi patogen. Spesies
Candida dapat menginvasi epitel hyponychial, yang pada akhirnya mempengaruhi
seluruh ketebalan nail plate.1,2
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan onychomicosis tergantung pada beberapa faktor termasuk
keparahan keterlibatan kuku, adanya tinea pedis, serta memperhatikan efek
sampig dari setiap regimen. Keterlibatan kuku yang minimal tidak perlu diobati.
Onychomicosis dengan tinea pedis harus selalu diobati, terutama pada penderita
diabetes mellitus, untuk mencegah selulitis.1,2
Pada pasien dengan keterlibatan kuku bagian distal dan/ atau
kontraindikasi terhadap terapi sistemik, dapat dipertimbangkan terapi topikal.
Ciclopirox 8% digunakan setiap hari selama 48 pekan. Secara mikologis dicapai
bersifat
fungistatic
terhadap
jamur
dermatofita,
non
dermatofita dan yeast. Dosis 400mg sekali setiap hari selama 1 pekan per bulan
masih aman dan efektif. Itrakonazol pada anak disesuaikan dengan berat badan
dengan dosis 5mg/kgBB/hari. Peningkatan liver enzim terjadi pada 0,3% -5%
pasien selama terapi dan kembali normal dalam waktu 12 pekan setelah
penghentian obat.1,2
PARONYCHIA
Definisi
Paronychia adalah reaksi inflamasi melibatkan lipatan kulit di sekitar
kuku. Hal ini ditandai dengan purulen akut atau kronis, nyeri tekan, dan edema
disertai nyeri pada jaringan di sekitar kuku, disebabkan oleh abses di dalam nail
fold tersebut. Paronychia akut paling sering disebabkan oleh Staphylococcus
aureus,
namun
dapat
pula
disebabkan
oleh
Candida,
Pseudomonas,
Infeksi pada ruang yang terbentuk akibat terpisahnya proksimal dorsal nail plate
dan permukaan bawah proksimal nail fold. Candidal paronychia memberikan
manifestasi berupa peradangan nail fold eritem, edema, dan nyeri tekan nailfolds
proksimal, serta penebalan bertahap dan perubahan warna kecoklatan pada nail
plates. Pasien umumnya memiliki riwayat atopik. 1,2
Penatalaksanaan
Gambar 7. Onycholysis pada penderita tiroid (kiri), dan idiopatik onychlysis yang disertai kolonisasi pseudomonas, m
Penatalaksanaan
Pasien dengan onycholysis harus menjaga agar kuku tetap kering,
memotong bagian onycholytic pada nail plate, dan memakai sarung tangan katun
disebelum memakai sarung tangan karet. Topikal timol 4% dalam larutan
kloroform pada nail bed yang terkena dapat mempercepat penyembuhan. Pada
onycholysis sekunder, atasi penyakit yang mendasari.1
PERIUNGUAL WARTS
Definisi
Periungual papul atau subungual papul, atau periungual warts, sering juga
disebut common warts, diakibatkan oleh HPV. Periungual warts terjadi sebagian
besar pada usia 5-20 tahun, dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun. Faktor
risiko umum nya karena perendaman tangan di air.1,2
Manifestasi klinis
Periungual warts lebih sering terjadi pada kuku yang tergigit, dan
melibatkan proksimal dan lateral nail folds. Ukuran lesi bervariasi dari pinpoint
hingga lebih dari 1 cm, rata-rata paling banyak sekitar 5 mm. Periungual warts
bertambah besar dalam beberapa minggu hingga bulan. Bentuk dapat berupa
peninggian, papul bulat, dengan permukaan kelabu dan kasar. Gambaran khas ini
disebut verrucous, digunakan untuk menggambarkan lesi dengan karakter
permukaan yang sama (contoh: seborrheic keratosis). Dalam beberapa kasus, kutil
tunggal muncul dan tumbuh perlahan dalam waktu yang lama, dan kemudian tibatiba banyak kutil baru yang muncul.1,2
10
Penatalaksanaan
Umumnya warts dapat sembuh sendiri. Pengobatan untuk warts secara
umum melibatkan dua pendekatan dasar: destruksi warts dan Imunoterapi.
Metode destruktif yang paling umum digunakan sebagai terapi awal. Cryotherapy
adalah terapi lini pertama yang paling umum.1,2
DIAGNOSIS INFEKSI KUKU
Kultur untuk mengetahui penyebab apakah bakteri atau virus. Diagnosis
paronychia herpetic dapat ditegakkan dengan ditemukannya virus pada lepuh
yang dilihat dengan pemeriksaan sitology.1,7 Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis onychomicosis berupa
pemeriksaan KOH dengan sampel debris subungual. Berbagai pewarnaan seperti
chlorazol
black-E
dapat
ditambahkan
untuk
meningkatkan
sensitivitas.
11
KESIMPULAN
Infeksi pada kuku dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri.
Prevalensi paling banyak adalah onychomicosis, paronychia, periungual warts
dan onycholysis. Baik onychomicosis, maupun paronychia dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, maupun jamur. DLSO merupakan bentuk yang paling umum dari
onychomicosis, sedangkan PSO merupakan salah satu penanda untuk kecurigaan
pasien tersebut menderita HIV. Paronychia akut yang berulang dapat dicuragai
disebabkan HSV. sementara paronychia kronis umumnya disebabkan oleh
Candida. Periungual warts disebabkan oleh HPV, sering terjadi pada anak-anak,
umumnya sembuh sendiri. Onycholysis umumnya idiopatik, tetapi dapat juga
disebabkan oleh virus. Onycholysis sering disertai dengan paronychia kronis, dan
mempermudah kolonisasi bakteri. Untuk mengetahui agen penyebab infeksi kuku,
dapat dilakukan pemeriksaan kultur, KOH, dan pewarnaan PAS. Keterlibatan
kuku yang minimal pada tidak perlu diobati. Setelah mengetahui kemungkinan
penyebab, tatalaksana yang tepat dapat diberikan sesuai agen penyebabnya.
REFERENSI
1. Goldsmith L, Stephen K, Gilchrest B, Paller A, Leffel D, Wolff K. Fitzpatricks;
Dermatology in General Medicine, 8th ed. United States: the McGraw-Hill
Companies, Inc; 2012. P. 1009-29; 1824-6; 2303-6
2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the Skin; Clinical
Dermatology. 10th ed. Philadelphia; Elsevier Inc. 2011. P. 249-99
12
7. Rockwell
PG,
Acute
and
Chronic
Paronychia.
American
Family
Physician.2001
8. Signal A, Nail as a Window of Systemic Disease. Indian Dermatology Online
Jurnal.2015
13