Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Farmasi
merupakan
ilmu
yang
mempelajari
cara
membuat,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori
model atau gabungan dari beberapa model antara lain (Underwood dan
Day, 1981):
1.
komponen
kecepatan
negatif
dengan
arah
yang
ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liquid film.
Model Barrier Antar Muka (Interfacial Barrier Model)
Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan
padat dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan.
Sebagai hasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan
larutan, dan hal ini harus dijadikan pegangan dalam membahas model
ini. Proses pada antar muka padat cair sekarang menjadi pembatas
kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang relatif cepat
3.
1.
Metoda Suspensi
Serbuk zat padat
ditambahkan
ke
dalan
pelarut
tanpa
Suhu
Suhu akan mempengaruhi kecepatan melarut zat. Perbedaan
sejauh lima persen akan disebabkan oleh adanya perbedaan suhu satu
2.
derajat.
Medium
Medium yang paling aman adalah air, buffer dan 0,1 N HCl.
Dalam beberapa hal zat tidak larut dalam larutan air, maka zat organik
yang dapat merubah sifat ini atau surfaktan digunakan untuk
menambah kelarutan zat di dalam medium bukan merupakan faktor
penentu dalam poses disolusi. Untuk mencapai keadaan sink maka
perbandingan zat aktif dalam volume medium harus dijaga tetap pada
kadar 3-10 kali lebih besar daripada jumlah yang diperlukan bagi
satuan larutan jenuh. Masalah yang mungkin mengganggu adalah
adanya gas dari medium sebelum digunakan gelembung udara yang
terjadi dalam medium karena suhu naik dapat mengganggu zat,
3.
atas 100 rpm tidak menghasilkan data yang dapat dipakai untuk
membeda- bedakan hasil kecepatan melarut. Bilamana ternyata bahwa
kecepatan pengadukan perlu lebih dari 100 rpm maka lebih baik untuk
mengubah medium daripada menaikkan rpm. Walaupun 4%
4.
5.
6.
7.
3)
4)
5)
6)
profil
proses
pelarutan
persatuan
waktu.
Hukum
yang
mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes dan Whitney sejak tahun 1897
dan diformulasikan secara matematik sebagai berikut (Shargel, 1988) :
dc / dt = kecepatan pelarutan ( perubahan konsentrasi per satuan waktu )
Cs
Ct
Uraian Bahan
: AETHANOLUM
Nama lain
RM/BM
: C2H5OH / 46,07
Rumus Struktur
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
Penyimpanan
10
: AQUA DESTILATA
Nama lain
: Air suling
RM / BM
: H2O / 18,02
Rumus Struktur
Pemerian
H-O-H
: Sebagai pelarut.
Penyimpanan
: ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain
: Asam Salisilat
RM / BM
: C7H6O3 / 138,12
Rumus Struktur
Pemerian
Kelarutan
11
Kegunaan
Penyimpanan
: FENOLFTALEIN
Nama lain
: Fenolftalein, Indikator PP
RM / BM
: C20H14O4 / 318,33
Rumus Struktur
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
Penyimpanan
: NATRII HYDROXYDUM
Nama lain
: Natrium Hidroksida
RM / BM
: NaOH / 40,00
Rumus Struktur
: Na-OH
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
: Zat tambahan.
Penyimpanan
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1
12
13
Buret
Corong
Gelas kimia
Gelas ukur
Labu erlenmeyer
Motor penggerak
Neraca analitik
Pipet tetes
Sendok tanduk
III.2.2 Bahan
13
14
Alkohol 70%
Aquadest
Asam salisilat
Indikator pp
Kertas perkamen
NaOH
Tissue
III.3
Cara Kerja
15
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
15
16
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV. 1 Tabel Hasil Pengamatan
IV.2
Waktu
(menit)
Pengadukan 50 rpm
4,7 mL
0,6 mL
10
4,5 mL
1,4 mL
15
4,5 mL
1,8 mL
20
5 mL
3 mL
5,4 mL
3,1 mL
25
Perhitungan
= Ma1 x
= 32, 4582 x 0,011
= 0,3606
16
17
Mt1
= M b1 = 0,3606
Mb2
= Ma2 x
= 31,077 x 0,011
= 0,3452
Mt2
= Mb2 + (
= 0,3452 + 0,004
= 0,3492
Pada menit kelima belas :
Ma3
Mb3
= Ma3 x
= 31,077 x 0,011
= 0,3452
Mt3
= Mb3 + (
= 0,3452 + 0,0038
= 0,3490
Pada menit kedua puluh :
Ma4
17
18
Mb4
= Ma4 x
= 34,53 x 0,011
= 0,3836
Mt4
= Mb4 + (
= 0,3836 + 0,0038
= 0,3874
Pada menit kedua puluh lima :
Ma5
Mb5
= Ma5 x
= 37,2924 x 0,011
= 0,4143
Mt5
= Mb5 + (
= 0,4143 + 0,0042
= 0,4185
b) Penentuan kecepatan disolusi pada pengadukan 100 rpm :
Pada menit kelima :
Ma1
Mb1
= Ma1 x
= 4,1436 x 0,011
= 0,0460
Mt1
= Mb1 = 0,0460
18
19
Mb2
= Ma2 x
= 9,6684 x 0,011
= 0,1074
Mt2
= Mb2 + (
= 0,1074 + 0,0005
= 0,1079
Pada menit kelima belas :
Ma3
Mb3
= Ma3 x
= 12,4308 x 0,011
= 0,1381
Mt3
= Mb3 + (
= 0,1381 + 0,0011
= 0,1392
Pada menit kedua puluh :
Ma4
Mb4
= Ma4 x
19
20
= 20,718 x 0,011
= 0,2301
Mt4
= Mb4 + (
= 0,2301 + 0,0015
= 0,0025
Pada menit kedua puluh lima :
Ma5
Mb5
= Ma5 x
= 21,4086 x 0,011
= 0,2378
Mt5
= Mb5 + (
= 0,2378 + 0,0025
= 0,2403
Volume
titran (mL)
Ma
Mb
Mt
4,7
32,4582
0,3606
0,3606
10
4,5
31,077
0,3452
0,3492
20
21
15
4,5
31,077
0,3452
0,3490
20
34,53
0,3836
0,3874
25
5,4
37,2924
0,4143
0,4185
b) Penentuan kecepatan disolusi pada pengadukan 100 rpm
Waktu
(menit)
Volume
titran (mL)
Ma
Mb
Mt
0,6
4,1436
0,0460
0,0460
10
1,4
9,6684
0,1074
0,1079
15
1,8
12,4308
0,1381
0,1392
20
20,718
0,2301
0,0025
21,4086
0,2378
0,2403
25
3,1
IV.2.3 Tabel Laju Disolusi
a) Pengadukan 50 rpm
Waktu
(menit)
Mt
5
10
15
20
25
0,3606
0,3492
0,3490
0,3874
0,4185
Rata-rata
dm / dt
0,07212
0,03492
0,0698
0,01937
0,01674
0,04259
Mt
5
10
15
20
25
0,0460
0,1079
0,1392
0,0025
0,2403
Rata-rata
IV.3
dm / dt
0,0092
0,01079
0,00928
0,000125
0,009612
0,0078014
Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat
21
22
23
saring pada dispo yang akan digunakan saat sampling larutan. Penjenuhan
kertas saring dilakukan karena ketika fase gerak mulai naik ke fase diam
diusahakan tidak ada penghalang atau gangguan, bila kertas tidak jenuh
maka di dalam kertas saring masih terdapat udara dengan tekanan yang
berbeda, maka daerah eluen akan tertahan dan mengakibatkan pemisahan
tidak berjalan dengan baik (Iskandar, 2007).
Untuk penentuan kecepatan disolusi kali ini diggunakan metode
suspensi. Metode suspensi adalah serbuk zat pada yang ditambahan ke
dalam pelarut tanpa pengontrolan terhadap luas permukaan partikelnya.
Sampel diambil pada waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut
ditentukan dengan cara yang sesuai (Martin,1993). Dan dalam pengujian
ini kami melakukan titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N dan
fenoftalein sebagai indikator.
Setelah semua siap, air suling 900 mL dimasukkan ke dalam labu
disolusi. Lalu labu tersebut diletakkan di dalam water bath. Dan
tambahkan asam salisilat yang telah ditimbang sebelumnya. Asam salisilat
termasuk zat yang sukar larut dalam air, menurut literatur yang ada rumus
molekul asam salisilat C7H6O3 yang artinya asam salisilat sukar larut pada
air yang merupakan pelarut polar dan benzena yang merupakan pelarut
nonpolar, tetapi mudah larut pada etanol dan eter yang merupakan pelarut
semi polar (Dirjen POM, 1995). Kemudian dilanjutkan dengan mengatur
suhu pada water bath dan mengatur kecepatan pengadukan (rpm) pada
digital stirer sesuai yang dibutuhkan. Pada percobaan ini, Dilakukan
dengan kecepatan pengadukan yang berbeda untuk mengetahui pengaruh
kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi Kecepatan pengadukan
yang dilakukan adalah 50 rpm dan 100 rpm dengan suhu 37 oC hal ini
disesuaikan dengan suhu tubuh manusia.
Pertama, dilakukan untuk 50 rpm dengan suhu 37 oC. Larutan di
sampling sebanyak 10 mL menggunakan dispo dalam jangka waktu 5, 10,
15, 20 dan 25 menit. Namun, harus juga diimbangi dengan menambahkan
kembali 10 mL air suling. Tujuannya untuk mengembalikan jumlah pelarut
23
24
25
25
26
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:
1.
2.
disolusi meningkat.
Pada percobaan ini, alat yang digunakan untuk menentukan kecepatan
3.
viskositas,
pH
pelarut,
pengadukan,
ukuran
partikel,
Saran
1.
Jurusan
Diharapkan agar jurusan untuk lebih meningkatkan lagi praktikumpraktikum selanjutnya, agar para mahasiswa dapat mengetahui lebih
2.
zat
pengkompleks
lainnya,
sehingga
dapat
melihat
yang ada.
Asisten
26
27
27