Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Kronologis Kasus
Pasha Ungu kembali membuat ulah. Tak tanggung-tanggung, meski sudah bercerai
dengan Okie Agustina, Pasha masih berani memukul wajah serta menendang bokong
ibu ketiga anaknya itu. Setelah mendapat perlakuan kasar dari sang mantan suami, Okie
pun langsung melakukan visum di Rumah Sakit Azra Bogor serta melaporkan Pasha ke
Polresta Bogor untuk membuat BAP (berita acara pemeriksaan), Rabu (29/07). Dengan
nada kecewa, Okie mengaku wajahnya memar di bagian kening akibat di pukul Pasha.
Tak hanya itu, Okie juga mendapat tendangan di bagian pantat. Di tangan kanan Okie
juga terdapat benjolan. Kabarnya, aksi penaniayaan itu buntut dari pertengkaran mulut
antara Pasha dan Okie. Namun, apa yang membuat keduanya bertengkar hebat belum
bisa diketahui. Usai melakukan BAP, Okie berjanji akan menceritakan peristiwa yang ia
alami kepada wartawan. Okie Agustina akhirnya bicara banyak kepada media usai
melaporkan Pasha Ungu ke Polresta Bogor, Rabu (29/07). Salah satu yang
diungkapkan Okie adalah prihal kebiasaan buruk Pasha yang kerap berlaku kasar pada
dirinya. Bahkan, Okie juga menuding Pasha pernah memukuli anaknya, bila sedang
emosi. Sambil berurai air mata, Okie mengaku sudah tak tahan lagi dengan sikap kasar
Pasha, makanya ia melaporkan ayah ketiga anaknya itu ke Polisi.
Tamparan dan tendangan yang di lakukan Pasha terhadap mantan istrinya, Okie
Agustina menurut penuturan ayah Pasha, Syamsudin Said karena keduanya berdebat
mengenai tempat sekolah anak-anak mereka. Ini semua katanya masalah anak.
Mungkin Okie minta anak sekolah di Singapura dan Amerika. Tapi mungkin kata Pasha
itu berat sekali, papar Syamsudin Said, saat di temui di Galeri Cafe, Taman Ismail
Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/).Saat kejadian, diakui Syamsudin, Pasha
memang dalam kondisi letih usai bernyanyi di luar kota . Ayah Pasha ini juga
menganggap wajar perlakuan kasar yang emosional tersebut. Apalagi niat Pasha
bertemu ketiga anaknya di halangi Okie. Berbeda dengan keterangan mantan
mertuanya, Okie mengaku dirinya tak hanya di tampar Pasha, tetapi tendangan juga
diarahkan pasha terhadap Okie[1].
C. Analisis Kasus
Kasus Pasha ungu yang diduga menganiaya mantan istrinya Okie Agustina, bisa
dikatakan sebagai perbuatan yang melawan hukum, kasus ini bisa dianalisis dari
berbagai aspek hukum, baik hukum secara tertulis maupun hukum secara tidak tertulis,
adapaun analisis kasusnya sebagai berikut :
1. Aspek Kesusilaan
Sangatlah lumrah ketika seorang mempunyai sifat yang sangat emosional, namun
ada hal-hal tertentu yang sifat emosionalnya harus dikontrol olehnya, seperti
kejadian pemukulan Okie yang dilakukan Pasha adalah suatu tindakan yang
sangat tidak senonoh apalagi dilakukan pemukulan oleh seorang pria terhadap
wanita. Secara norma kesusilaan pasha ungu bisa dikategorikan bertindak Asusila
terhadap mantan istrinya, karena tidak layak bagi seorang laki-laki memukul
seorang wanita tanpa alasan yang jelas.
2. Aspek Kewajiban Hukum Pasha
Pengadilan Agama sudah memutuskan bahwa hak asuh anak berada sepenuhnya
ditangan Okie, dan pasha harus memenuhi kewajiban memenuhi kebutuhan
anaknya dan memberikan nafkah iddahnya, tidak hanya itu pasha seharusnya juga
melindungi mereka meskipun statusnya sudah berbeda, namun yang terjadi pasha
malah memukul dan menganiaya sang mantan istri bukannya memberikan apa
yang menjadi hak mantan istri serta anak-anaknya.
3. Aspek Undang-Undang
Perbuatan yang dilakukan oleh pasha ungu adalah tergolong kedalam perbuatan
penganiayaan, adapapun terkait kasus ini pasha bisa dikenakan pasal 351 ayat (1)
dan (2) K.U.H.P dan Jo pasal 353 ayat (1) dan (2) yang intinya sama-sama
menerangkan tentang penganiayaan.
D. Kesimpulan
Akibat ulah pasha yang sangat emosional dan bahkan memukul mantan istrinya itu, ia
bisa terjerat hukum pidana tentang penganiayaan, tidak hanya itu masyarakat juga akan
menilai negatif terhadap pasha, karena tindakannya yang tidak mencerminkan dirinya
sebagai seorang musisi yang agamis. Secara arti sifat melawan hukum pasha termasuk
kedalam sifat nelawan hukum yang formal maupun materiil, namun jika diteliti ulang,
penganiayaan yang dilakukannya lebih cenderung kepada sifat melawan hukum
materiil, dimana tidak hanya melanggar ketentuan hukum tertulis akan tetapi juga
ketentuan hukum tidak tertulis.
DAFTAR RUJUKAN
http//terpopuler.wordpress.com (diakses pada tanggal 25 oktober 2009 di First
Net, pukul 10.00)
Munir Fuady, 2005,Perbuatan Melawan Hukum,Bandung : Citra Aditya Bakti.
Saifullah, 2004, Buku ajar Konsep Hukum Pidana,.
KASUS 2
Analisis Kasus Nenek Minah dikaitkan dengan Rule of Law
a. Konsep Rule Of Law
Sebelum menganilis kasus Nenek Minah terlebih dahulu perlu dijelaskan mngenai
konsep Rule of Law. Rule of Law adalah pemerintahan oleh hukum atau government of
judiciary. Sistem awalnya dianut oleh Negara-negara Anglo Saxon. Namun dalam
perkembangannya, Negara-negara di Asia Tenggarapun mengambil sisi positif dari
konsep ini, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia juga mengambil konsep rechstaat
dari Negara eropa continental
Menurut A.V.Dicey, Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok :
Supremacy Of Law
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi,
kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada
kekuasaan.
Equality Before The Law
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah
sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon
adalah keduanya mengakui adanya Supremasi Hukum.
b. Analisi Kasus Nenek Minah Dikaitkan dengan Rule of Law
Kasus yang terjadi pada nenk Minah tentu melukai rasa keadilan yang ada di
Masyarakat. Walaupun tindakan yang dilakuka Nenenk MInah adalah salah, yatitu
memetik 3 buak Kakou yang bukan milkinya serta telah memenuhi pasal 362 KUHP
tentang pencurian. Namun, jika dilhat latar belakang nenek Minah melakukan tersebut
tentu kita pun akan merasa Iba. Nenek Minah hanya seorang petani penggarap lahan
berukuran 250 meter persegi milik PT. RSA 4 yang penghasilan perbulannya hanya
250.000 ribi rupah. Oleh karena itulah, nenek Minah memetik 3 buah Kakao milik PT.
RSA yang mau dijadikin bibit dengan nilai harga hanya Rp 2.000,00
Disampin itu, nenek minah tidak mengerti aksara (buta huruf). Ia tidak mengerti jika
peerbuatan yang dilakukannya tersebut akan berbuntut panjang ke pengadilan. Nenek
Minah tidak mengerti jika dii depan lahan PT. RSA 4 tercantum pasal petikan pasal 21
dan pasal 47 Undang-Undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan. Kedua pasal
itu antara lain menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak kebun maupun
menggunakan lahan kebun hingga menggangu produksi usaha perkebunen.
Hal yang lain yang telah melukai rasa keadilan, persamaan dalam hukum (konsep Rule
of Law) adalah:
1. pemintaan biaya kepada nenek minah oleh oknum aoparat yang tidak
berperikemanusiaan. Nenek Mnah dimintai biaya sebesar Ro 50.000 dengan dalih
ongkos perkara (padahal sebenarnya hal itu tiidak ada). Tentu nenek minah yang
tidak mengerti istilah hukum mengiyakannya. Padahal untuk datang ke pangadilan
saja nenek Minah harus meminjam uang tetangga sebsar Rp 30.000, karena jarak
rumah-pengadilan yang cukup jauh yaitu 40 km.
2. Nenek Minah adalm menjalani sidangnya tidak pernah didampingi pengacara.
Padahal, setiap terdakwa berhak untuk mendapatkan pengacara untuk melakukan
pembelaan atas dirinya. Minah mengaku, tak pernah didampingi pengacara. "Saya
tidak tahu pengacara itu apa," ucapnya Nenek Minah ketika menjalani sidang.
Tentu hal ini tidaklah adil. Mencoreng konsep persamaan dalam hukum seperti
cirri-ciri dari Rule of Law. Konsep persamaan hukum dalam UUD NRI 1945
tercantum dalam pasal 28 D ayat 1 yang berbunyi, setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlndungan dan kepastian hukum yang sama di hadapan
hukum.
3. Perbedaan penanganan kasus yang menimpa nenek Minah dengan kasus-kasus
besar lainnya, misal: Kasus Bank Century. Penanganan Kasus nenek Minah
tergolong sigap dan cepat tanpa membedakan apakah orang tersebut orang kaya
atau bukan. Di persidanganpun nenek Minah selalu hadir tepat waktu dalm siding.
Namun, berbada halnya pada penanganan kasus Bank Century selalu tersendatsendat. Bagi orang besar(berduit,penguasa) bias dibeli artinya kekuasaan
memegang penuh atas hukum. Serta persidangan selalu ditunda-tunda sebab
terdakwa berdalih tidak dapat datang. Tentu hal ini mencoreng rasa keadilan,