Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keberadaan laboratorium berperan sangat penting terutama dalam

bidang pendidikan. Laboratorium dalam pendidikan berfungsi untuk


meningkatkan serta mendukung proses belajar mengajar yang lebih efektif
dan efisien. Laboratorium menjadi ruang bagi para siswa untuk
berinteraksi secara langsung dengan berbagai alat dan bahan dalam
mengobservasi dan membuktikan sendiri teori yang telah dipelajarinya.
Sedangkan bagi para guru, laboratorium dapat menjadi sumber belajar
dalam menyampaikan materinya agar lebih dimengerti dan dipahami oleh
para peserta didik.
Laboratorium berkaitan hubungannya dengan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), contohnya adalah ilmu Fisika. Ilmu Fisika merupakan dasar
dari disiplin ilmu eksakta yang didasarkan atas eksperimen sehingga
hubungannya antara praktek dan teori sangat erat. Tujuan pembelajaran
Fisika yang dengan banyak variasi dapat digali dan dikembangkan di
Laboratorium

sekaligus

sebagai

tempat

berlangsungnya

kegiatan

pembelajaran Fisika secara praktek yang memerlukan peralatan dan bahan


khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas agar dapat berlangsung
dengan baik.
Kegiatan di laboratorium idealnya berpatokan pada Standar
Operasional Prosedur (SOP) laboratorium. Standar Operasional Prosedur
laboratorium memuat aturan yang meliputi kegiatan sebelum praktik, saat
praktik, setelah praktik dan peraturan umum lainnya. Standar Operasional
Prosedur

laboratorium

diharapkan

dapat

meminimalisir

terjadinya

kecelakaan dan penyalahgunaan lainnya.


Belakangan ini sering dijumpai kesalahan-kesalahan dalam
melaksanakan kegiatan praktikum dan bahkan urusan peminjaman dan
pengembalian alat laboratorium, contohnya yaitu saat melakukan praktikum
para laboran umumnya kurang hati-hati atau kurang konsentrasi, sehingga
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Apabila para pengguna labor

memahami dan menerapkan peraturan penggunaan dan pengelolaan


laboratorium yang tercantum dalam Standar Operasional. Prosedur (SOP)
tentunya segala kegiatan yang berhubungan dengan laboratorium akan
berjalan dengan baik
Standar Operasional Prosedur adalah suatu set instruksi yang
memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Standar Operasional
Prosedur fungsinya begitu penting dalam mendorong efektivitas serta
optimalisasi pembelajaran. Standar Operasional Prosedur diperlukan sebagai
standar kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium. Fisika dalam
praktiknya tidak terdapat banyak bahaya yang potensial bagi keselamatan
praktikan. Bahaya yang mungkin terjadi adalah bahaya dari instrumen
listrik, mekanik dan optik, namun dalam hal ini Standar Operasional
Prosedur tetap harus diterapkan agar terhindar dari kecelakaan kerja yang
mungkin dapat terjadi saat di laboratorium. Oleh karena itu aturan yang ada
dalam Standar Operasional Prosedur semestinya dapat menjadi patokan dan
acuan dalam bekerja di laboratorium.
1.2
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
Apa pengertian Standar Operasional Prosedur laboratorium?
Bagaimana fungsi Standar Operasional Prosedur laboratorium?
Apa tujuan adanya Standar Operasional Prosedur laboratorium?
Apa saja Standar Operasional Prosedur saat bekerja di laboratorium?
Bagaimana panduan menjaga keselamatan dalam penggunaan peralatan

laboratorium?
6. Bagaimana standar operasional prosedur peminjaman alat/barang/sarana
dan prasarana laboratorium?
1.3

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah pengelolaan laboratorium fisika. Selain itu makalah ini bertujuan


agar pembaca dapat memahami pengertian Standar Operasional Prosedur
laboratorium,

memahami

fungsi

Standar

Operasional

Prosedur

laboratorium, mengetahui tujuan adanya Standar Operasional Prosedur

laboratorium, menerapkan Standar Operasional Prosedur saat bekerja di


laboratorium.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Standar Operasional Prosedur


Standar operasional prosedur laboratorium adalah aturan, tata cara

atau pedoman yang mencakup perihal bagaimana setiap pengguna


laboratorium

harus

bersikap

selama

menjalankan

kegiatan

di

laboratorium, dan juga digunakan sebagai suatu sarana untuk menciptakan


kondisi dan sistem kerja yang efektif.

Pengertian standar operasional prosedur menurut Dirmania (2006),


yaitu:
1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi;
2. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu
2.2 Fungsi Standar Operasional Prosedur Bekerja di
Laboratorium
Standar operasional prosedur memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium. Salah satu peran SOP adalah
mengatur segala sesuatu yang harus dilakukan selama jalannya praktik.
Terdapat peran atau fungsi lain SOP lain, seperti menurut Mustafa
(2011), yaitu:
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim atau unit kerja;
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam
bekerja;
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Standar operasional kerja di laboratorium sangat berperan penting dalam
memperlancar tugas, karena dengan standar kerja yang ada pekerjaanpekerjaan yang di laboratorium menjadi lebih teratur dan baik, jika
pekerjaan sudah teratur tentunya semua tugas menjadi lebih mudah untuk
dijalankan.
6. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
Dasar hukum di laboratorium menjadi hal yang sangat penting karena saat
bekerja di laboratorium tidak jarang terjadi penyimpangan. Penyimpangan
yang terjadi dapat bersifat ringan atau berat, dengan adanya dasar hukum
tentu penyimpangan dapat di minimalisir. Dasar hukum dalam laboratorium
dapat mengacu pada standar kerja di laboratorium.
7. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak
Menjalankan kegiatan di laboratorium tentunya para laboran akan
menemukan berbagai macam hambatan. Hambatan akan mudah dilacak,
diketahui dan diatasi jika ada standar operasional kerja di laboratorium,
sehingga para laboran dapat mengatasi hambatan-hambatan pada saat
bekerja.

8.

Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam

bekerja
Permasalahan kedisiplinan tentu menjadi hal yang sangat sulit diterapkan
apalagi dalam laboratorium, bukan hanya para laboran yang harus memiliki
kedisiplinan dalam bekerja tetapi petugas dan pegawai labor pun juga harus
disiplin. Oleh karena itu adanya standar operasional kerja dapat membantu
menciptakan kedisiplinan yang lebih baik.
9. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Semua peraturan atau petunjuk yang dilakukan di laboratorium terdapat
dalam standar operasional kerja. Begitu juga dengan pekerjaan rutin yang
dilaksanakan di laboratorium. Pekerjaan rutin berupa pekerjaan yang sering
dilakukan. Praktikum merupakan salah satu contoh pekerjaan yang sering
dan rutin dilakukan dalam laboratorium. Semua kegiatan praktikum harus
berpedoman pada standar operasional kerja.
2.3
Tujuan Standar Operasional Prosedur Saat Bekerja di
Laboratorium
Dirmania (2006) menyatakan bahwa tujuan adanya Standar
Operasinal Prosedur saat bekerja di laboratorium antara lain :
1.

Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja

petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja


Standar operasional kerja dapat membantu petugas dan pegawai atau tim
dalam organisasi atau unit kerja dalam menjalankan tugasnya di
laboratorium dengan baik. Pekerjaan yang baik dapat pula mewujudkan
konsistensi. Oleh karena itu secara tidak langsung SOP dapat menjaga
konsistensi dan tingkat kinerja para pegawai.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
Struktur organisasi telah diatur dalam standar operasional kerja, dengan
adanya aturan tersebut lebih jelas siapa dan bagaiman perannya dalam
laboratorium. Hal tersebut dimaksudakan agar peran yang sudah diberikan
dapat dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya oleh tiap pegawai
dan tiap tingkatan organisasi.

3.

Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait
Tugas dan wewenang para pegawai terkadang tidak dijalankan secara
maksimal, dengan adanya aturan-aturan dalam SOP diharapkan para
pegawai akan lebih paham dan juga lebih menyadari apa tugasnya. Jika para
pegawai tetap saja belum melakukannya dengan baik tentu ada pula dasar
hukum yang juga tertulis di SOP yang akan bertindak seperti yang telah
dijelaskan dalam fungsi SOP.
4.
Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya
Saat ini sering muncul kasus yang berkaitan dengan human error. Inti dari
kasus ini adalah kesalahan bersumber dari praktikan yang tidak mematuhi
standar operasional kerja. Orang yang berkaitan termasuk didalamnya
adalah pegawai. Pegawai berpotensi melakukan kesalahan yang cukup
berarti. Maka dari itu SOP memiliki peranan yang sangat penting dalam
melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lainnya.
5. Menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
Standar operasional kerja memuat hal-hal yang cukup berpengaruh dalam
menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi. Salah
satu contoh terkait inefisiensi bahan yang digunakan, contoh nyatanya
adalah penggunaan klorin yang telah diatur berapa takaran penggunaan
setiap kali kegiatan praktikum dalam laboratorium.
2.4
Standar Operasional Prosedur Laboratorium
Halide (2008: 7-12) mengatakan bahwa Standar Operasional
Prosedur bekerja di laboratorium berpedoman pada UU Nomor:20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,UU RI Nomor:14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen,PP Nomor:19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dan Kepmendiknas Nomor 132/D/0/2008.

Standar Operasional Prosedur saat bekerja di laboratorium


meliputi:
a.

Sebelum praktik
Halide (2008: 6-7) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu

diperhatikan sebelum melakukan praktik di laboratorium antara lain:


1.

Ketua Program Studi bersama dengan Kepala laboratorium, teknisi

dan analis/laboran mengadakan rapat membahas kesiapan kegiatan praktik


dua pekan sebelum kegiatan tersebut mahasiswa dilakukan;
2. Kepala Laboratorium bersama dengan teknisi/laboran mengecek
kesiapan dan kelayakan alat yang akan digunakan satu pekan sebelum
kegiatan praktikum dimulai;
3. Kepala dan penanggungjawab laboratorium mengecek kesiapan jobsheet masing- masing laboratorium;
4. Laboran menyerahkan daftar catatan alat kepada mahasiswa/dosen
untuk di isi alat apa saja yang akan dipinjam;
5. Laboran menyerahkan alat kepada ketua dan anggota kelompok
mahasiswa/dosen;
6. Mahasiswa (ketua kelompok)/dosen bersama dengan teknisi/
analis/laboran bersama-sama mengecek kelayakan alat yang dipinjam;
7.
Jika terjadi ketidaklayakan, alat akan dikembalikan kepada
laboran/teknisi dan dicatat dalam buku kerusakan alat;
8. Dosen penanggung jawab diwajibkan mengisi Berita Acara Praktikum
yang diketahui oleh penanggung jawab laboratorium sebelum melakukan
praktikum.
b.

Selama praktik
Menurut Halide (2008: 7) selama melakukan praktikum terdapat

hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :


1.

Sebelum masuk praktik mahasiswa harus menggunakan jas praktik

sesuai dengan ketentuan dan tidak membawa tas masuk ke laboratorium;


2. Mahasiswa harus mengisi buku daftar hadir yang telah disiapkan
mulai jam praktik sampai dengan selesainya praktik;

3.

Dosen menjelaskan cara penggunaan alat kepada mahasiswa

praktikan baik yang standar maupun yang dipinjam sesuai dengan


fungsinya;
4. Mahasiswa menggunakan alat sesuai dengan fungsi dan petunjuk
praktik dan diamati oleh dosen pembimbing (jobsheet).
c. Selesai praktik
Halide (2008: 7) menyatakan setelah selesai melakukan praktik
terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.

Mahasiswa membersihkan alat yang telah digunakan dan

mengembalikannya kepada teknisi/laboran;


2. Teknisi/Laboran memeriksa kelayakan alat jika rusak/hilang maka
teknisi/laboran mencatat sebagai alat yang ditinggalkan dan harus diganti
oleh peminjam.
d. Peraturan-peraturan lain
Halide (2008: 7-8) menyatakan bahwa peraturan-peraturan lain
yang perlu diperhatikan saat berada di laboratorium adalah:
1.

Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, mahasiswa harus

memahami petunjuk penggunaan alat itu, sesuai dengan petunjuk


penggunaan yang diberikan atau disampaikan oleh penanggung jawab
praktikum;
2. Mahasiswa harus memperhatikan dan mematuhi peringatan (warning)
yang biasa tertera pada badan alat;
3. Mahasiswa harus memahami fungsi atau peruntukan alat-alat
praktikum dan menggunakan alat-alat tersebut hanya untuk aktivitas yang
sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum diluar
fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut
dan bahaya keselamatan praktikan;
4. Mahasiswa harus memahami rating dan jangkauan kerja alat-alat
praktikum serta menggunakan alat-alat tersebut sesuai rating dan jangkauan
kerjanya;

5.

Menggunakan alat praktikum diluar rating dan jangkauan kerjanya

dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan


praktikan;
6. Seluruh peralatan praktikum yang digunakan harus dipastikan aman
dari benda/logam tajam, api/panas berlebih atau lainnya yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut;
7. Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan,
goresan atau sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.
2.5
Panduan Umum Keselamatan Penggunaan Peralatan
Laboratorium
Halide (2008: 9-10) menjelaskan tentang panduan umum
keselamatan dalam menggunakan alat di laboratorium, yang meliputi:
a. Keselamatan
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman
diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan penanggung jawab praktikum
yang bersangkutan.Dengan demikian, kepatuhan setiap praktikan terhadap
uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan
praktikum yang aman.
b. Bahaya listrik
Panduan umum keselamatan dari bahaya listrik di peralatan
yang ada laboratorium diantaranya adalah:
1. Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan
circuit breaker) dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan
yang

berpotensi

menimbulkan

bahaya,

laporkan

pada

asisten/penanggungjawab praktikum;
2. Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik
(sengatan listrik) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang
terkelupas dll;
3. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada
diri sendiri atau orang lain;
4. Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya keringat atau sisa
air wudhu;

5. Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.


Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah
tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan
jika hal itu terjadi:
a. Jangan panik;
b. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masingmasing dan di meja praktikan yang tersengat arus listrik;
c. Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari
sumber listrik;
d. Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang yang
ada di sekitar anda tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.
c. Bahaya api atau panas berlebih
Berikut adalah panduan umum agar terhindar dari bahaya api atau
panas berlebih di laboratorium
1. Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.)
kedalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum;
2. Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api
atau panas yang berlebihan;
3. Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau
panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain;
4. Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap
aktivitas praktikum;
5. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi
bahaya api atau panas berlebih, yaitu :
a. Jangan panik;
b. Beritahukan dan minta bantuan asisten/penanggungjawab praktikum,
praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau
panas berlebih;
c. Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja
praktikum masing-masing;
d. Menjauh dari ruang praktikum.
d. Bahaya Benda Tajam dan Logam
Bahaya benda tajam di laboratorium memang sangat fatal. Berikut
adalah panduannya agar terhindar dari bahaya tersebut, antara lain :
1. Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang
praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan;

2. Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang,


dll;
3. Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat
melukai;
4. Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri
atau orang lain.
e. Panduan umum lain
Berikut adalah panduan umum lain yang ada di laboratorium, yaitu :
1. Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum dan
sekitar area ruang praktikum;
2. Dilarang merokok di dalam ruang praktikum.
2.6
Standar Operasional Prosedur Peminjaman Alat/Barang/Sarana
dan Prasarana Laboratorium
Halide (2008: 11-12) menyatakan bahwa terdapat Standar
Operasional Prosedur mengenai tata cara peminjaman alat/barang/sarana
dan prasarana di laboratorium.
1. Tujuan
Standar

Operasiional

Prosedur

peminjaman

alat/barang/sarana

dan

prasarana yang dimiliki oleh Laboratorium dalam hal pertanggung


jawabannya dipegang oleh Kepala Laboratorium dan dibantu oleh masingmasing Penanggungjawab Laboratorium. Standar Operasional Prosedur ini
ditujukan untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dipersiapkan dalam meminjam inventaris alat/barang/sarana dan prasarana
di bawah pertanggungjawaban Kepala Laboratorium dan Penanggungjawab
Laboratorium yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan.
2. Prosedur
Prosedur peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana ini meliputi
kegiatan-kegiatan:
a.

Pengajuan surat permohonan peminjaman


Alat/barang/sarana dan prasarana yang dimiliki dan menjadi
tanggungjawab Kepala laboratorium dan Penanggungjawab laboratorium,
pada dasarnya dapat dipergunakan oleh semua sivitas akademika. Oleh

karena itu semua sivitas akademika yang ingin mempergunakan


alat/barang/sarana dan prasarana yang menjadi tanggung jawab Kepala
laboratorium dan Penanggungjawab laboratorium tersebut, haruslah
mengajukan permohonan peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana
tersebut yang ditujukan kepada Kepala laboratorium.
Surat permohonan pinjaman berisi nama peminjam, jabatan
peminjam, bagian peminjam, alamat peminjam (alamat kampus, ruang),
keperluan pinjaman (acara, waktu dan tempat), lama peminjaman, serta
nama barang yang akan dipinjam dan jumlahnya.
b. Pengesahan permohonan pinjaman
Beberapa tahap pengesahan permohonan pinjaman di laboratorium
a.

diantaranya adalah:
Alat/barang/sarana dan prasarana milik laboratorium yang akan dipinjam
tersebut, setelah melalui tahap pertama yaitu pengajuan surat permohonan
pinjaman yang ditujukan kepada Penanggungjawab laboratorium akan

b.

segera ditindak lanjuti;


Penanggungjawab laboratorium akan memeriksa kebenaran surat
permohonan pinjaman tersebut dan Penanggungjawab laboratorium
mempunyai hak kuasa penuh untuk menerima dan menolak setiap surat
permohonan

pinjaman

yang

masuk

terutama

melihat

kepentingan

peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana, dan diketahui oleh Kepala


laboratorium. Namun selama permohonan peminjaman tersebut untuk
keperluan kegiatan bukan untuk kepentingan pribadi, maka permohonan
c.

peminjaman tersebut akan diterima;


Pemohon yang tertulis dalam surat permohonan peminjaman menjadi
penanggungjawab

terhadap

alat/barang/sarana

dan

prasarana

yang

dipinjamnya;
c. Pengisian surat pinjaman
Tahapan ketiga adalah pengisian surat pinjaman bagi yang surat
permohonan pinjaman telah diperiksa dan disetujui oleh penanggungjawab
laboratorium dan diketahui oleh Kepala laboratorium.
d. Penyerahan pinjaman dan pengecekan awal

Setelah pemohon/peminjam mengisi surat bukti peminjaman maka


langkah selanjutnya adalah menerima alat/barang/sarana dan prasarana
yang dipinjam tersebut dan melakukan pengecekan awal terhadap semua
barang yang dipinjam. Pemohon kemudian dapat mempergunakan
alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman tersebut untuk keperluan yang
dimaksud dan bertanggungjawab penuh terhadap alat/barang/sarana dan
e.

prasarana pinjaman tersebut.


Pengembalian pinjaman dan pengecekan akhir
Berikut adalah beberapa tahap pengembalian pinjaman dan pengecekan

akhir dilaboratorium:
1. Tahapan kelima adalah setelah selesai mempergunakan alat/barang/sarana
dan prasarana pinjaman tersebut, maka pemohon pinjaman harus segera
mengembalikan alat barang/sarana dan prasarana tersebut dan melakukan
pengecekan akhir terhadap semua barang pinjaman tersebut harus sesuai
2.

dengan kondisi awal pada saat barang tersebut dipinjam;


Jika ternyata pada saat pengembalian, alat/barang/sarana dan prasarana
pinjaman tersebut dinyatakan rusak, maka pemohon pinjaman harus
bertanggungjawab terhadap alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman

f.

tersebut dan harus menggantinya.


Pengisian surat pengembalian
Tahapan pengisian surat pengembalian di laboratorium adalah sebagai

berikut:
1. Tahapan keenam yang merupakan tahapan terakhir adalah pemohon harus
mengisi tanggal pengembalian alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman
tersebut;
2. Setelah pemohon mengisi tanggal pengembalian, maka proses peminjaman
ini dinyatakan selesai.
g. Ketentuan peminjaman bagi pihak luar
Peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana bagi pihak di luar sivitas
akademika juga mengikuti prosedur yang sama yang disebutkan pada
poin-poin di atas. Selain ketentuan-ketentuan tersebut, ada ketentuan
tambahan yang harus dipenuhi yaitu:
1. Peminjam harus menitipkan kartu tanda pengenal atau sejenisnya;

2. Peminjam dikenakan biaya sewa, yang harganya sesuai dengan jenis barang
yang dipinjam. Adapun harganya akan ditentukan sesuai dengan
kesepakatan pengelola laboratorium.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Standar Operasional Prosedur adalah merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu. Standar Operasional Prosedur berfungsi untuk memperlancar tugas
petugas/pegawai atau tim atau unit kerja, sebagai dasar hukum bila terjadi
penyimpangan,

mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan yang

diperoleh dan mudah dilacak, mengarahkan petugas/pegawai untuk samasama disiplin dalam bekerja, dan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan rutin.
Tujuan Standar Operasional Prosedur adalah agar petugas/pegawai menjaga
konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi
atau unit kerja, mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi
dalam organisasi, memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
dari petugas/pegawai terkait, melindungi organisasi/unit kerja dan
petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya, serta
menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.

3.2
Saran
Berdasarkan uraian pada makalah ini, kami selaku tim penyusun menyarankan
kepada pembaca agar memahami dan menerapkan peraturan atau Standar
Operasional Prosedur saat bekerja di laboratorium. Setelah mengetahui
fungsi, tujuan Standar Operasional Kerja di Laboratorim, pembaca
hendaknya menyadari pentingnya Standar Operasional Prosedur untuk
dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar menjamin keselamatan dan
menghindarkan para laboran dari kecelakaan kerja saat melakukan
praktikum. Hal ini juga harus dilakukan agar terciptanya kondisi
kedisiplinan yang ideal di laboratorium dan penggunanya.

Você também pode gostar