Você está na página 1de 6

DESTILASI BAHAN AKTIF REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

Rempah-rempah umumnya dibuat sebagai bumbu dapur, minuman, makanan,


parfum, kosmetik dan obat-obatan. Selain olahan tersebut, yang terpenting dalam
rangka industri yaitu minyak atsiri dan oleoresin. Minyak atsiri, atau dikenal juga
sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang
(volatileoil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Sifat sifat tersebut disebabkan kandungan
zat aktif aromatis di dalamnya yang apabila diekstrak dengan pelarut tertentu atau
dengan penyulingan akan menghasilkan oleoresin. Oleoresin merupakan bentuk
ekstraktif rempah yang didalamnya terkandung komponen komponen utama
pembentuk perisa yang berupa zat-zat volatil (minyak atsiri) dan non-volatil (resin
dan gum) yang masing-masing berperan dalam menentukan aroma dan rasa (Uhl,
2000). Minyak atsiri dalam oleoresin mempunyai aroma dan bau yang lebih lemah,
tetapi lebih tahan lama dan menyebar. Proses ekstraksi merupakan tahapan yang
penting dalam pembuatan oleoresin. Kesempurnaan proses tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain ukuran bahan baku, pemilihan pelarut, waktu proses
ekstraksi, suhu ekstraksi, dan lainlain (Sundari, 2001).
Minyak atsiri atau yang sering disebut essential oils, etherial oils atau volatile
oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga,
kayu dan biji-bijian bahkan putik bunga. Ada banyak produksi minyak atsiri dari
jenis-jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar internasional maupun
nasional. Setidaknya ada 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Minyak
atsiri memiliki karakteristik yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih
yang berbeda-beda. Setiap subtansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan
tekanan uap tertentu yang dipengaruhi oleh suhu (Guenther, 2006). Minyak atsiri
lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatile oils). Minyak atsiri umumnya
berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit batang, daun, buah, biji atau
bunga dengan cara destilasi uap, ekstraksi atau dipres (ditekan). Minyak sereh,

minyak daun cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak kenanga, minyak
kayu cendana merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak
atsiri awalnya digunakan sebagai bahan pewangi, parfum, obat-obatan, dan bahan
aroma makanan. Dalam perkembangan sekarang hasil sintesis senyawa turunanan
minyak atsiri dapat digunakan sebagai feromon, aditif biodisel, antioksidan, polimer,
aromaterapi, penjerap logam, sun screen block dan banyak lagi kegunaan lainnya.
Minyak atsiri merupakan produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian
suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan
campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan campuran yang tidak menguap
(non-volatile) yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya (Tavish dan
Haris 2002).
Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses distilasi.
Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan
menguap dari jaringan bersama uap air yang terbentuk atau bersamaan uap air yang
dilewatkan pada bahan. Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada
suatu saluran yang suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan
minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena kadua bahan tidak dapat saling
dilarutkan.
Distilasi adalah proses pemisahan yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Distilasi sangat baik untuk memisahkan bahan-bahan alam
yang berupa zat cair atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor
(Wonorahardjo, 2013). Pemisahan secara distilasi pada prinsipnya adalah metode
pemisahan yang didasarkan karena adanya perbedaan titik didih antara komponenkomponen yang akan di pisahkan secara teoritis bila perbedaan titik didih antar
komponen makin besar maka pemisahan dengan cara distilasi akan berlangsung
makin baik yaitu hasil yang diperoleh makin murni. Distilasi digunakan untuk
menarik senyawa organik yang titik didihnya di bawah 250 C. Pedistilasian senyawa
dengan titik didih terlalu tinggi dikhawatirkan akan merusak senyawa yang akan
didistilasi

diakibatkan

terjadinya

oksidasi

dan

dekomposisi

(Ibrahim

dan

Marham,2013). Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan,


yaitu;
1. Penyulingan dengan air
2. Penyulingan dengan air dan uap
3. Penyulingan dengan uap langsung
Penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling berkontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan
metode pemanasan yang biasanya dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel
uap, pipa uap melingkar tertutup, terbuka dan atau berlubang. Ciri khas dari metode
ini adalah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan
harus disuling dengan metode ini karena bahan harus tercelup dan dapat bergerak
bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung, bahan ini akan
merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat
berpenetrasi ke dalam bahan.
Penyulingan dengan air dan uap. Pada metode ini bahan olah diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada
tidak jauh di bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu
dengan uap jenuh yang basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Bahan yang disuling
hanya berhubungan dengan uap air, tidak dengan air panas.
Penyulingan dengan uap dapat dilakukan untuk memisahkan campuran pada
temperature lebih rendah dari titik didih normal komponen-komponennya. Dengan
cara ini pemisahan dapat berlangsung tanpa merusak komponen-komponennya yang
hendak dipisahkan. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas
pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang
berpori yang terletak di bawah bahan dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang
terletak di atas saringan (Guenther, 2006). Ada dua cara melakukan destilasi uap.Yang
pertama adalah dengan menghembuskan uap secara kontinu diatas campuran yang
sedang di uapkan. Cara kedua dengan mendidihkan senyawa yang dipisah bersama

dengan pelarut yang diuapkan. Komponen dipisahkan dididihkan bersama dengan


pelarutnya. Tekanan parsial dari komponen ini secara bertahap akan mencapai
kesetimbangan tekanan total sistem (Wonoraharjo, 2013).
Cara lain untuk pengambilan minyak atsiri bisa dilakukan dengan ekstraksi.
Ektraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik atau bisa juga untuk mengambil minyak dari suatu bahan, seperti minyak
atsiri.Pada proses pengambilan minyak atsiri dengan ekstraksi, bahan-bahan minyak
atsiri yang akan diambil minyaknya di tambahkan dengan bahan atau zat pelarut
(solvent) yang dapat mengikat minyak yang terdapat dalam bahan atsiri. Zat solven
yang bercampur dengan minyak atsiri tersebut selanjutnya akan dipisahkan untuk
diambil minyak atsirinya. Ekstraksi pelarut untuk memungut minyak atsiri, tidak
hanya memakai chemical solvent seperti hexan, tetapi juga dengan solven padat
misalnya fat/ solid oil. Selain itu bisa juga dengan CO2. Ekstraksi pelarut terutama
cocok untuk bahan-bahan dengan kandungan minyak atsiri yang sangat rendah, juga
untuk bahan yang bersifat thermolabile. Dengan tipe proses seperti ini senyawa non
volatil misalnya waxe dan pigmen ikut terekstraksi. Jenis-jenis ektraksi adalah
sebagai berikut;
a. Maserasi (Ekstraksi dengan lemak panas)
Bahan terutama bunga direndam dalam minyak panas untuk memecah sel-sel
yang mengandung minyak atsiri kemudian minyak panas akan menyerap minyak
atsiri. Minyak yang mengandung minyak atsiri dipisahkan dari bahan dengan
penyaringan atau dekanter.
b. Enfleurasi (Ekstraksi dengan lemak dingin)
Kaca dalam frame (disebut chassis) dilapisi dengan lemak binatang/ tumbuhan
yang tidak berbau dan murni. Kemudian bunga segar yang baru dipetik
ditempelkan pada lemak lalu ditutup. Minyak atsiri akan terserap oleh lemak,
bunga diganti dengan yang segar lagi sampai lemak menjadi jenuh dengan
minyak atsiri. Setelah jenuh bunga diambil (defleurage). Campuran lemak dan

minyak atsiri ini disebut Pomade. Pamade dicuci dengan alkohol hingga minyak
atsiri larut dalam alkohol. Dengan cara distilasi akan diperoleh minyak atsiri.
Cara ini sangat mahal dan memerlukan tenaga yang cukup banyak. Bahan yang
diproses dengan cara ini contohnya tuberose dan jasmine.
c. Solvent Extraction (Pelarut mudah menguap)
Minyak atsiri dapat diekstraksi memakai hexan, metanol, etanol, petrloleum eter,
atau benzen. Benzen sekarang tidak dipakai lagi karena bersifat carcinogenic
(bisa menyebabkan kanker). Minyak atsiri yang diambil dengan cara ini
mempunyai aroma hampir sama denga aslinya. Minyak atsiri banyak yang
dipungut dengan cara ini, akan tetapi banyak yang tidak mau memakainya untuk
aroma terapi?? Karena ada sisa solvent pada produk akhir minyak atsiri. Solven
yang tertinggal 6 20%. Dengan memakai hexan, solven yang tersisa hanya 10
ppm. Hasil akhir cara ini disebut concrete. Concrete dapat dilarutkan dalam
alkohol untuk memisahkan solvennya. Bila alkohol diuapkan akan dihasilkan
absolute. Absolute atau concrete dapat dipakai untuk perfume tapi tidak untuk
skin care. Contoh tanaman yang diproses dengan cara ini adalah jasmine,
hyacinth, narcissus, tuberose.
d. Ekstraksi Hiperkritikal CO2

Cara ini relatif baru dan mahal, tetapi menghasilkan minyak atsiri dengan
kualitas yang baik. CO2 menjadi hypercritical pada 33oC dan tekanan 200 atm,
pada kondisi ini tidak benar-benar gas atau cair. CO2 pada kondisi ini merupakan
solven terbaik karena suhunya rendah dan waktunya sangat singkat/ instan. CO2
bersifat inert dan dengan menurunkan tekanan akan segera dapat memisahkan
minyak atsiri dari solvennya. Perlu alat yang mahal, biaya investasi mahal.

DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri. Jakarta: UI-Press.

Ibrahim, S., dan Marham, S., 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Mac Tavish, Hazel and Harris, David. 2002. An Economic Study of Essential Oil
Production in The UK : A Case Study Comparing Non-UK Lavender/Lavandin
Production and Peppermint/Spearmint Production With UK Production
Techniques and Cost. London: Report to Government-Industry Forum on Non
Food Uses of Crops DEFRA.
Sundari, E. 2001.Pengambilan Minyak Atsiri dan Oleoresin dari Kulit Kayu Manis.
Bandung: Ganesha.
Uhl, S. R. 2000. Handbook of Spices Seasonings and Flavoring Technomic
Publishing. USA:Co. Inc. Lancaster.
Wonorahardjo, Surjani. 2013.Metode-Metode Pemisahan Kimia.Jakarta: Akademia
Permata.

Você também pode gostar