Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Urin
(Sutrisno,2010).
Pasien
stroke
yang
mengalami
bermanfaat
yang
Boyolali
Mengidentifikasi kejadian inkontinensia pada pasien stroke di RSUD
3.
4.
Arang Boyolali
Menganalisis hubungan antara inkontinensia dan kualitas hidup pada
pasien stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali.
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperkaya
khasanah
ilmu
pada
stroke
hemoragik
terdapat
timbunan
darah
di
50%
pasien
sudah
terkena
infark
(Vitahealh,2006).
b. Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang
lebih 24 jam, biasanya RIND akan membaik dalam
waktu 24-48 jam(Wiwit, 2010).
c.
dimana
terlihat
semakin
berat
dan
Stroke hemoragik
Menurut Bustan (2007) Stroke hemoragik terjadi pada
otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh
darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau
menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan meyababkan
kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan
fungsi kontrol otak.
Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh
darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak
(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat
luas dan fatal bahkan samapai pada kematian. Stroke
hemoragik pada umunya terjadi pada lanjut usia, karena
penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang
sudah rapuh (aneurima). Pembuluh darah yang sudah rapuh
ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi
bisa juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik).
Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuham karena
10
11
d. Hemoragi intraserebral
Perdarahan di substannsi dalam otak yang paling
umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral karena perubahan degeneratif
karena penyakit ini biasanya menyebabkaan ruptur
pembuluh darah (Junaidi, 2011).
2.1.1.3. Etiologi Stroke
Stroke menurut Smelzer & Bare (2006), biasanya diakibatkan
dari salah satu dari empat kejadian, yaitu :
1. Trombosit (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau
leher)
2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang
dibawah ke otak dari bagiaan tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral
dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar
otak). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak,
yang meyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berpikir memori, bicara, atau sensasi
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit
jantung iskemik menurut Aru (2009) :
12
1. Usia
2. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi
pada wanita post monophous sama resiko dengan pria
3. Hipertensi
4. DM
5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain
7. Hiperfibrinogenia
8. Keturunan
9. Hipovolemia dan syok
2.1.1.4. Patofisiologi Stroke
Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi
susunan syaraf pusat yang terjadi ketika suplai darah nornal ke
otak terhenti. Patologi ini melibatkan arteri, vena, atau
keduanya. Sirkulasi serebral mengalami kerusakan sebagai
akibat sumbatan partial atau komplek pada pembuluh darah
atau hemoragi yang diakibatkan oleh robekan dinding
pembuluh (Bustan,2007).
Penyakit vaskuler susunan syaraf pusat dapat diakibatkan
oleh arteriosklerosis (paling umum) perubahan hipertensif,
malformasi, arterivena, vasospasme, inflamasi arteritis atau
embolisme. Sebagai akibat penyakit vaskuler pembuluh darah
kehilangan elastisitasnya menjadi keras mengalami deposit
13
sehingga
akan
berpengaruh
pada
sistem
14
N.VII
(hipoglasus)
hal
ini
menyebabkan
15
16
b.
Labilitas emosional
c.
d.
Depresi
e.
Manarik diri
f.
g.
Isolasi
2.1.1.6. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer & Bare (2006) meliputi :
1. Hipoksia
serebral
diminimalkan
dengan
memberi
oksigen
yang
dikirimkan
Pemberian
oksigen
suplemen
dan
ke
jaringan.
mempertahankan
17
18
Serta
berangsur-angsur
diturunkan
untuk
untuk
mencegah
terjadinya
atau
19
mengakibatkan
20
yang
mengakibatkan
(hiperglikemia,
hiperkalsemia)
poliuria
ataupun
kondisi
pengosongan
kandung
kemih
akibat
overflow,
fungsional).
Berikut
ini
2. Hubungan
adalah psikologis
3. Hubungan
sosial
4. Hubungan
denggan
lingkungan
21
peningkatan
tekanan
di
dalam
perut,
otot
Inkontinensia
ini
bereaksi
urin
ini
secara
ditandai
berlebihan.
dengan
22
23
lahir,
sehingga
menimbulkan
resiko
terjadinya
tua
seseorang
semakin
besar
kemungkinan
24
25
a. Frekuensi berkemih
b. Frekuensi nokturia
c. Faktor yang memperberat
d. Nyeri
e. Kehilang urin yang terus menerus
f. Susah atau berusaha keras dalam mengosongkan
kandung kemih
g. Aliran kemih yang terhambat, indikasi obstruksi
kandung kemih
h. Kencing yang menetes, indikas obstruksi kandung
kemih
i. Pengosongan kandung kemih yang inkomplit
2. Pengkajian tentang fungsi kognitif
Pasien dengan gangguan kognitif biasanya kurang
kooperatif
ketika
dilakukan
intervensi
terhadap
26
beberapa
intervensi
praktik
perwatan
(menolak/menghambat
desakan
training
27
untuk
memperkuat
oto
panggul
dan
pulbocoxigeal)
f. biofeedback (metode untuk memberikan informasi
tentang tubuh pasien dengan menggunakan sadapan
elektromiogram (EMG) yang nantinya memberinya
umpan balik tentang kondisi normal dan abnormal
neuromuskular dan aktivitas otonom dalam bentuk
analog, binary, signal auditory, maupun visual
2. Terapi farmakologis dengan menggunakan propantelin,
oxybutinin, Ca
channel
blokers, terodilin,
tricylic
28
29
kesehatan
fisik,
status
psikologis,
tingkat
30
suatu ide yang abstrak yang tidak terkait oleh tempat dan
waktu, bersidat situasional dan meliputi berbagai konsep yang
saling tumpang tindih. Kualitas hidup merupakan suatu model
konseptual yang bertujuan untuk menggambarkan perspektif
klien dengan berbagai macam istilah. Dengan demikian
kualitas hidup akan berbeda bagi orang sakit dan orang sehat
(Farida, 2010). Terdapat dua komponen dari kualitas hidup
yaitu
subyektifitas
dan
multidimensi.
Subyektifitas
31
dalam
rangka
mempertahankan
fungsi
kehidupannya
3.
Depresi
Pasien stroke mengakibatkan perubahan peran, kehilangan
pekerjaan, dan pendapatan yang menimbulkan depresi pada
pasien stroke. Depresi berpengaruh secara bermakna
terhadap kualitas hidup, dan semakin tinggi derajat depresi
maka semakin buruk kualitas hidup pasien stroke (Lubis,
2009).
4.
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga mempengaruhi kesehatan secara fisik
dan psikologis. Dukungan keluarga pada pasien stroke
terdiri dari dukungan instrumental, dukungan informasional,
dukungan
emosional,
dukungan
pengharapan,
dan
32
33
Nama Penelitian
Devrisa (2010)
Judul penelitian
Hubungan antara
inkontinensia urin
dengan derajat
depresi pada pasien
stroke
Metode
Penelitian
berbentuk
observasional
analitik dengan
pendekatan
cross sectional.
Sampel 73
orang dengan
teknik purpose
sampling ,
pengumpulan
data dilakukan
dengan
menggunakan
kuisoner yang
berpedoman
alat ukur SSI
3IQ, LMMPI
dan HRDS
Hasil
Hasil penelitian
ada hubungan
yang signifikan
anatara tingkat
inkontinensia
urin dengan
derajat depresi
34
2.
Amra Zalihic
(2010)
Penelitian
menggunakan
study case
control. Sampel
berjumlah 222
responden.
Pengumpulan
data
menggunakan
kuisioner
HRDS and
WHO-Bref
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa tidak ada
perbedaan yang
signifikan antara
kualitas hidup
pasien pasca
stroke laki-laki
dengan
perempuan
3.
Perbedaan skor
kualiatas hidup
terkait kesehatan
anatara pasien stroke
iskemik serangan
pertama dan berulang
Hasil pennelitian
menunjukan
adanya
perbedaan skor
kualitas hidup
terkait kesehatan
pasien stroke
iskemik
serangan
pertama degan
pasien stroke
iskemik
serangan
berulang
Desi ismayanti
2015
Hubungan kualitas
hidup pasien stroke
dengan perawatan
diri i poliklinik saraff
rumah sakit umum
daerah DR. Zainoel
A bidin Banda Aceh
Penelitian
menggunakan
metode
analytic dengan
pendekatan
cross sectional.
Sampel 30
responden .
pengumpulan
data
menggunakan
kuisoner
Medical
Outcame Study
SF-36 (SF-36)
Penelitain
menggunakan
deskriptif
korelatif
melalui
pendekatan
cross sectional
study dengan
teknik
pengambilan
sampel
consecutive
sampling
terhadap 63
responden. Alat
pengumpulan
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa ada
hubungan
kualitas hidup
dengan
perawatan diri
pada pasien
stroke.
35
data berupa
kuesioner yang
terdiri dari dua
bagian, yaitu
kuesioner
kualitas hidup
yang diadaptasi
dari kuesioner
WHOQoL
BREF dan
kuesioner
perawatan diri
(self care).
Faktor resiko
1.
2.
Faktor lainnya
STROKE
Stroke iskemik
Stroke hemoragik
Manifestasi klinis
Biologis
Psikologi
s
Inkontinensia Urin
Kualitas hidup
1. Masalah Kesehatan
Fisik
2. Masalah Psikologis
3. Masalah Hubungan sosila
4. Masalah Hubungan lingkungan
36
Variabel terikat
Inkontinensia Urin
Kualitas hidup
2.5. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Menurut Arikunto (2010) hipotesis nol (H0) sering disebut hipotesis statistik,
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistic, yaitu diuji
dengan perhitungan statistic. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya hubungan variabel X dengan
Y.
Menurut Arikunto (2010) hipotesis kerja (H a) sering disebut sebagai
hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X
dengan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Ho : Tidak ada hubungan antara Inkontinensia Urin dengan Kualitas Hidup
pada pasien Stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dalam penelitian
kuantitatif lebih menekankan analisisnya pada data-data numerikal
(angka) yang diolah dengan metode statistika. Pendekatan korelasional
dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak
dari suatu kelompok subjek. Desain penelitian ini adalah case control
dengan pendekatan retrospektif. Penelitian case control atau kasus
kontrol merupakan suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut
bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospektis.
Pada studi kasus-kontrol, observasi atau pengukuran terhadap
variabel bebas dan tergantung tidak dilakukan dalam satu waktu,
melainkan variabel tergatung (efek) dilakukan pengukuran terlebih
dahulu, baru meruntut kebelakang untuk mengukur variabel bebas (faktor
risiko). Studi kasus-kontrol sering disebut studi retrospektif karena faktor
risiko diukur dengan melihat kejadian masa lampau untuk mengetahui
ada tidaknya faktor risiko yang dialami (Saryono,2010,p.85). Desain ini
digunakan karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana inkontinensia
38
urin dan kualitas hidup pada pasien stroke di RSUD Pandan Arang
Boyolali. Dengan melakukan penilaian langsung terhadap objek yang
diteliti dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner
3.2. Populasi dan Sample
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam penelitian, maka
penelitiannya
merupakan
penelitian
populasi
(Arikunto,2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang berada RSUD
Pandan Arang Boyolali berjumlah 44 responden.
3.2.2. Sample
Sample terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah
poses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2011). Ini adalah semua pasien stroke yang berada
di RS Pandan Arang Boyolali. Pengambilan Sampel dalam penelitiam
ini menggunakan teknik purpose sampling
39
N
n = 1+ N ( d 2)
0,05
1+44 ( 2)
44
44
1,11
= 39,6
Keterangan
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2= presisi yang ditetapkan
sampel yang didapat sebanyak 40 responden. Agar karakteristik
sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum
dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,
maupun eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang
perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sample. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri
anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sample
(Notoatmodjo, 2012).
1.
2.
40
Variabel
dependen
Kualitas Hidup
Definisi
Opersional
Suatu kondisi
pengeluaran
atau
kebocoran
urin tanpa
disadari, tidak
terkendali,
terjadi diluar
keinginan,
dalam jumlah
dan frekuensi
yang cukup
sering.
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Kuisioner
1.
Ordinal
Kualitas hidup
adalah kondisi
fungsional
yang meliputi
kesehatan
fisik,
kesehatan
psikologis,
hubungan
sosial dan
kondisi
lingkungan
Kuisoner
1.
Pertanyaan sebanyak
26
item
dengan
pilihan
jawaban 2.
menggunakan skala
likert
3.
Incontinence
Severity Index (ISI)
Pertanyaan terdiri 2
item,
jawaban 2.
pertama
dikalikan
jawaban kedua
3.
4.
5.
Skor 0 : tidak
mengalami
inkontinensia
urin
Skor 1-2 :
inkontinensia
urin ringan
Skor 3-6 :
inkontinensia
urin sedang
Skor 8-9 :
inkontinensia
urin parah
Skor 12 :
inkontinensia
urin
sangat
parah
Skor < 56 % :
kualitas hidup
kurang
Skor 56 -75 % :
kualitas hidup
cukup
Skor
75100%
:
kua.itas hidup
baik
Ordinal
41
42
domain hubungan social yaitu (Q20, Q2, dan Q22), dan domain
lingkungan yaitu (Q8, Q9, Q12, Q13, Q14, Q23, Q24, dan Q25).
Adapun metode pengisian angket yang akan digunakan adalah
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat buruk/sangat tidak memuaskan/tidak sama
sekali/sangat buruk/selalu diberi skor
1
b. Buruk/tidak memuaskan/sangat sering/sedikit/jarang diberi
skor
2
c. Biasa-biasa saja/dalam jumlah sedang/sedang/cukup sering
diberi skor
3
d. Baik/memuaskan/sedikit/sering kali/baik/memuaskan/jarang
diberi skor
e. Sangat
baik/sangat
4
memuaskan/dalam
jumlah
43
KESBANGPOL
Surat diberikan kepada Kepala RSUD Pandan Arang Kabupaten
Boyolali agar mendapatkan persetujuan untuk memperoleh data di
3.
44
4.
5.
responden
Melakukan pengambilan data dengan penyebaran kuesioner kepada
6.
7.
responden.
Data dari pengisian kuesioner sudah terkumpul.
Tahap terakhir peneliti membuat laporan hasil penelitian dengan
melalui pengolahan data
45
responden
memilih
jawaban-jawaban
uji
reliabilitas
46
menurut
47
distribusi
dari
masing-masing
variabel
(Notoatmojo,2010)
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk
mnegtahui keterkaitan dua variable (Wiratna, 2014). Untuk
mengetahui hubungan inkontinensia dengan kualitas hidup
pada pasien stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali uji
korelasi Kendall Tau. Uji korelasi Dalam penelitian ini
ditentukan tingkat kepercayaan 95% atau
= 5% dengan
ketentuan :
a. Jika hitung>
48
49
contoh
dalam
prosedur
penelitian,
peneliti
BAB IV
HASIL PENELITIAN
50
Min
46
Maks
70
Rata-rata
55,87
Median
54,50
Tabel 4.1 umur respondenn paling tinggi adalah 70 tahun, dan umur
paling rendah adalah 46 tahun.
b. Jenis kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ditampilkan dalam
tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada
penelitian di RSUD Pandan Arang Boyolali periode Juni - Juli
2016 (n = 40)
Jenis kelamin
Laki -laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
23
17
40
%
57,5
42,5
100,0
Jumlah
11
11
16
2
40
%
27,5
27,5
40,0
5,0
100,0
51
Jumlah
0
13
26
1
0
40
%
0
32,5
65,0
2,5
0
100,0
Jumlah
0
23
17
40
%
0
57,5
42,5
100,0
52
Table 4.6
Hubungan Inkontinensia Urin dengan Kualitas Hidup pada Pasien
Stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali Periode Juni Juli 2016
(n4=40)
Inkontensia
Urin
Sangat parah
Parah
Sedang
Ringan
Tidak
inkontensia
Total
Kualitas hidup
F
0
0
0
0
0
0
Baik
%
0
0
0
0
0
0
Total
Cukup
%
0
0
0
0
11
27,5
12
30
0
0
Kurang
%
0
0
1
2.5
15
37.5
1
2,5
0
0
F
0
1
26
13
0
%
0
2.5
65
32,5
0
23
17
40
100
57,5
42.5
P- Value
0,001
-0,411
53
BAB V
PEMBAHASAN
5. 1 Karakteristik Responden
5.1.1 Umur
Berdasarkan hasil penelitian umur responden diketahui, rata-rata
umur adalah 55,8 tahun menunjukkan bahwa responden yang
mengalami stroke sudah termasuk dalam kategori lansia awal,
sedangkan manula pada usia diatas 60 tahun dengan umur tengah dari
40 responden adalah 54.5 tahun. Penelitian Stoddart (2006) ditemukan
bahwa responden yang mengalami inkontinensia urin berumur sekitar
50-65 tahun, tetapi yang paling banyak adalah pada umur -54 tauhun.
Menurut Lase (2011) kualitas hidup dipengaruhi faktor umur, semakin
tua akan mengalami kelemahan dan ketidakmampuan sehingga
mempengaruhi kualitas hidup. Menurut Morton, (2011) umur
dikategorikan sebagai faktor risiko terjadinya stroke dan masuk dalam
kelompok faktor yang tidak dapat diubah. Semakin tua umur
seseorang akan semakin mudah terkena stroke. Insiden stroke
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian Sofyan
(2012) yang meneliti mengenai hubungan umur, jenis kelamin, dan
hipertensi dengan kejadian stroke di rawat inap di Ruang Teratai RSU
Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui dari 77 responden, 67,5%
5.1.2
54
55
Tidak tidak
mengalami
inkontensia urin dan lebih dari 60% belum dapat menahan berkemih
di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan
Bantul.
Berdasarkan penelitian ini bahwa masih banyak responden yang
masih mengalami inkontensia urin karena kelemahan, keterbatasan
fungsional, ketidakmampuan, keterhambatan yang dialami bersama
kemunduran akibat proses menua dan responden mengalami kelainan
neurologis
seperti
kerusakan
pada pusat
56
inkontensia urin
mengakibatkan
57
responden.
support
58
seperti permasalahan lain yang mungkin muncul dapat berasal dari aspek
sosial dan aspek psikologis atau emosional.
mengganti
pada
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar pasien stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali berumur
55.87 tahun, berjenis
kelamin
berpendidikan menengah.
2. Sebagian besar responden mengalami Inkontinensia urin kategori sedang
sebesar 65%
3. Sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup kategori cukup
4. Ada hubungan antara inkontinensia urin dan kualitas hidup pada pasien
stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali dengan nilai p = 0,001
1.
6.2 Saran
Bagi Rumah Sakit
Diperlukan peningkatan pelayanan yang lebih baik lagi terutama
dalam hal pemberian informasi dan komunikasi, pendidikan kesehatan,
dengan pasien. Hal ini menjadi sangat penting mengingat dalam
penelitian ini terbukti bahwa penurunan kualitas hidup pasien lebih
terjadi sebagai akibat dari gangguan inkontensia urin. Untuk menjaga
kualitas hidup pasien peran pendidikan kesehatan menjadi sangat
penting. Pendidikan dan latihan bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman proses penyakit, penanganan dan perubahan-perubahan
pola hidup yang sesuai seperti memberikan paelatihan senam kegel
untuk mengurangi inkontensia urin.
59
60