Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
HIV
dari
ibu-ke-bayi
(prevention
of
mother-to-child
keterbelakangan mental yang tidak dapat disembuhkan oleh ARV. Oleh karena itu
penting untuk mendiagnosis bayi yang terpajan HIV sedini mungkin untuk
mencegah kematian, penyakit dan penundaan pertumbuhan dan pengembangan
mental.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus RNA dari
subfamili retrovirus. Infeksi HIV dapat menimbulkan defisiensi kekebalan
tubuh sehingga menimbulkan gejala berat yang disebut dengan AIDS
(acquired immunodeficiency syndrome).1
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit
yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini
menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya
sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh
membuat penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit
termasuk penyakit ringan sekalipun.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS
pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember
1989 di Amerika telah dilaporkan 1995 anak yang berumur kurang dari 13
tahun yang menderita AIDS dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4.480 kasus.
Jumlah ini merupakan l,5 % dari seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS.
Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun anak-anak tertinggi
di dunia adalah di Afrika terutama negara-negara Afrika Sub-Sahara.1
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987
pada seorang WNA di Bali. Sejak itu HIV/AIDS di Indonesia telah
dilaporkan hampir di semua provinsi kecuali Sulawesi Tenggara. Setelah
selama 13 tahun sejak dilaporkannya kasus pertama2
2.3 ETIOLOGI
Virus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub famili
Lentivirinae. Virus famili ini mempunyai enzim yang disebut reverse
transcriptase. Enzim ini menyebabkan retrovirus mampu mengubah informasi
genetiknya kedalam bentuk yang terintegrasi di dalam informasi genetik dari
sel yang diserangnya. Jadi setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah
diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan. Virus HIV akan menyerang
Limfosit T yang mempunyai marker permukaan seperti sel CD4+, yaitu sel
yang membantu mengaktivasi sel B, killer cell, dan makrofag saat terdapat
antigen target khusus. Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi
target utama HIV. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan
menghambat fungsi sel T. secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV
yang disebut sampul gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang
kemudian akan menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen 2
2.4 PENULARAN
Transmisi HIV secara umum dapat terjadi melalui empat jalur, yaitu :
1. Kontak seksual:
HIV terdapat pada cairan mani dan sekret vagina yang akan ditularkan
virus ke sel, baik pada pasangan homoseksual atau heteroseksual.
2. Tranfusi:
HIV ditularkan melalui tranfusi darah balk itu tranfusi whole
blood, plasma, trombosit, atau fraksi sel darah Iainnya.
3. Jarum yang terkontaminasi:
Transmisi dapat terjadi karena tusukan jarum yang terinfeksi atau bertukar
pakai jarum di antara sesama pengguna obat-obatan psikotropika.
4. Transmisi vertikal (perinatal):
Yaitu sekitar 50-80% baik intrauterine, melalui plasenta, selama
persalinan melalui pemaparan dengan darah atau secret jalan lahir,
maupun yang terjadi setelah lahir (pasca natal) yaitu melalui air susu ibu
(ASI).2
2.5 PATOFISIOLOGI
Infeksi HIV terutama berpengaruh pada sel CD4+ dan sel monosit
atau sel makrofag. Setelah sel terkena infeksi, maka RNA virus sampul
terlepas, dan membentuk DNA transkrip rangkap dua, yang ditransfer ke sel
DNA host, dan terjadilah perusakan system imunologi baik humoral ataupun
selular. Kemudian bersama dengan cytokin yang dipengaruhi akan
mempengaruhi fungsi makrofag, B limfosit dan T Limfosit. Sedangkan
hipergamaglobulinemia yang terdeteksi pada saat kehamilan, disebabkan
karena aktivasi poliklonal B sel akibat pengaruh HIV. Perusakan sel B,
mengakibatkan pembentukan antibodi sekunder lemah, dan respons terhadap
vaksinasi buruk. Defek sel mediated juga terjadi, sehingga mudah terjadi
infeksi oportunis seperti jamur, Pneumonia Carinii Pneumositis (PCP), dan
diare kronik.3
Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung
glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Molekul ini merupakan
reseptor dengan afinitas paling tinggi terhadap protein selubung virus.
Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 kemudian masuk ke dalam
sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes
dengan bantuan gp 41 yang terdapat pada permukaan membran virus3
antara DNA virus dengan DNA genom dari sel hospes. Bentuk DNA integrasi
dari HIV disebut provirus, yang mampu bertahan dalam bentuk inaktif selama
beberapa bulan atau beberapa tahun tanpa memproduksi virion baru 4.
Partikel virus yang infeksius akan terbentuk pada saat sel limfosit T
teraktivasi. Aktivasi sel T CD4+ yang telah terinfeksi HIV akan
mengakibatkan aktivasi provirus juga. Aktivasi ini diawali dengan transkripsi
gen struktural menjadi mRNA kemudian ditranslasikan menjadi protein virus.
Karena protein virus dibentuk dalam sel hospes, maka membran plasma sel
hospes akan disisipi oleh glikoprotein virus yaitu gp 41 dan gp 120. RNA
virus dan protein core kemudian akan membentuk membran dan
menggunakan membran plasma sel hospes yang telah dimodifikasi dengan
glikoprotein virus, membentuk selubung virus dalam proses yang dikenal
sebagai budding. Pada beberapa kasus aktivasi provirus HIV dan
pembentukan partikel virus baru dapat menyebabkan lisisnya sel yang
terinfeksi 4.
Pada saat limfosit yang terinfeksi HIV menjadi aktif, misalnya infeksi
yang berulang, maka terjadilah apoptosis dan lisis dari sel-sel host. Karena
CD4+ limfosit merupakan respon imun yang penting terhadap keadaan zatzat patogen, maka apabila jumlah CD4+ dibawah 200/mm3 rentan terhadap
infeksi oportunis ataupun keganasan. Pada permulaan infeksi, virus
menyerang sel dendritik, dan terjadi viremia, kemudian sel limfosit terseeded.
Imun respons dari host terangsang, viremia menghilang, dan 80% penderita
mengalami infeksi asimtomatik, dan 20% mengalami penyakit yang
progresif. Pada penderita yang asimtomatik, proses berkisar 10 tahun,
kemudian dengan adanya infeksi oportunis, kematian terjadi dalam 5 tahun4.
2.6 Menentukan Status HIV Bayi.
Kelainan atau gejala yang muncul biasanya tampak pada umur 1 tahun
(23 %) sampai dengan 4 tahun (40 %). Beberapa gejala klinik yang muncul
seperti BBLR, infeksi saluran nafas berulang, PCP (Pneumocystis carinii
Pneumonia), sinusitis, sepsis, moniliasis berulang, hepatosplenomegali, febris
yang tidak diketahui penyebabnya, encefalopati (50%-90%) gejala ini terjadi
sebelum obat anti Retrovirus dipergunakan5.
Jika pada tes konfirmasi antibodi HIV positif, maka pemeriksaan HIV
PCR DNA pada bayi harus dilakukan. Jika HIV PCR DNA pada bayi positif,
profilaksis ARV harus dihentikan dan bayi segera dirujuk ke spesialis HIV
pediatrik untuk konfirmasi diagnosis dan pengobatan infeksi HIV dengan
terapi kombinasi standar antiretroviral. Bayi yang terinfeksi HIV juga harus
menerima
kemoprofilaksis
terhadap
PCP
dengan
trimetoprim-
Infeksi berulang: tiga atau lebih episode infeksi bakteri yang lebih berat (seperti pneumonia, meningitis,
sepsis, selulitis) pada 12 bulan terakhir.
Thrush: Eritema pseudomembran putih di langit-langit mulut, gusi dan mukosa pipi. Pasca masa neonatal,
ditemukannya thrush tanpa pengobatan antibiotik, atau berlangsung lebih dari 30 hari walaupun telah diobati,
atau kambuh, atau meluas melebihi bagian lidah, kemungkinan besar merupakan infeksi HIV. Juga khas
apabila meluas sampai di bagian belakang kerongkongan yang menunjukkan kandidiasis esofagus
Parotitis kronik: pembengkakan parotid uni atau bilateral selama 14 hari, dengan atau tanpa diikuti rasa
nyeri atau demam.
Limfadenopati generalisata: terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada dua atau lebih daerah ekstra
inguinal tanpa penyebab jelas yang mendasarinya.
Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas: tanpa adanya infeksi virus yang bersamaan seperti sitomegalovirus.
Demam yang menetap dan/atau berulang: demam (> 38 C) berlangsung 7 hari, atau terjadi lebih dari sekali
dalam waktu 7 hari.
Disfungsi neurologis: kerusakan neurologis yang progresif, mikrosefal, perkembangan terlambat, hipertonia
atau bingung (confusion).
Herpes zoster.
Dermatitis HIV: Ruam yang eritematus dan papular. Ruam kulit yang khas meliputi infeksi jamur yang
ekstensif pada kulit, kuku dan kulit kepala, dan molluscum contagiosum yang ekstensif.
Penyakit paru supuratif yang kronik (chronic suppurative lung disease). 4
Gejala yang umum ditemukan pada anak dengan infeksi HIV, tetapi juga lazim ditemukan pada anak sakit
yang bukan infeksi HIV adalah :
Otitis media kronik: keluar cairan/nanah dari telinga dan berlangsung 14 hari
Gizi kurang atau gizi buruk: berkurangnya berat badan atau menurunnya pertambahan berat badan secara
perlahan tetapi pasti dibandingkan dengan pertumbuhan yang seharusnya, sebagaimana tercantum dalam
KMS. Tersangka HIV terutama pada bayi berumur <6 bulan yang disusui dan gagal tumbuh. 4
Gejala atau kondisi yang sangat spesifik untuk anak dengan infeksi HIV positif :
pneumocystis pneumonia (PCP), kandidiasis esofagus, lymphoid interstitial pneumonia (LIP) atau sarkoma kaposi.
Keadaan ini sangat spesifik untuk anak dengaan infeksi HIV. Fistula rekto-vaginal yang didapat pada anak perempuan
juga sangat spesifik tetapi jarang.
Stadium Klinis 3
Malanutrisi sedang tanpa alasan jelas tidak
membaik dengan terapi baku
Diare terus-menerus tanpa alasan (14 hari atau
lebih)
Demam terus-menerus tanpa alasan (di atas
37,5C, sementara atau terus-menerus, lebih
dari 1 bulan)
Kandidiasis oral terus-menerus (setelah usia 68 minggu)
Oral hairy leukoplakia (OHL)
Gingivitis atau periodonitis nekrotising
berulkus yang akut
Tuberkulosis pada kelenjar getah bening
Tuberkulosis paru
Pneumonia bakteri yang parah dan berulang
Pneumonitis limfoid interstitialis bergejala
Penyakit paru kronis terkait HIV termasuk
brokiektasis
Anemia (<8g/dl),>
Stadium Klinis 2
Hepatosplenomegaly persisten tanpa alasani
Erupsi papular pruritis
Infeksi virus kutil yang luas
Moluskum kontagiosum yang luas
Infeksi jamur di kuku
Ulkus mulut yang berulang
Pembesaran parotid persisten tanpa alasan
Eritema lineal gingival (LGE)
Herpes zoster
Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis
(ototis media, otore, sinusitis, atau tonsilitis)
Stadium Klinis 4ii
Wasting yang parah, tidak bertumbuh atau malanutrisi yang
parah tanpa alasan dan tidak menanggapi terapi yang baku
Pneumonia Pneumosistis (PCP)
Infeksi bakteri yang parah dan berulang (mis. empiema,
piomisotis, infeksi tulang atau sendi, atau meningitis, tetapi
tidak termasuk pneumonia)
Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial atau kutaneous
lebih dari 1 bulan atau viskeral pada tempat apa pun)
Tuberkulosis di luar paru
Sarkoma Kaposi
Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis pada trakea, bronkus
atau paru)
Toksoplasmosis sistem saraf pusat (setelah usia 1 bulan)
Ensefalopati HIV
Infeksi sitomegalovirus: retinitis atau infeksi CMV yang
mempengaruhi organ lain, yang mulai pada usia lebih dari 1
bulan)
Kriptokokosis di luar paru (termasuk meningitis)
Mikosis diseminata endemis (histoplasmosis luar paru,
kokidiomikosis)
Kriptosporidiosis kronis
Isosporiasis kronis
Infeksi mikobakteri non-TB diseminata
Limfoma serebral atau non-Hodgkin sel-B
Progressive multifocal leucoencephalopathy (PML)
Nefropati bergejala
bergejala terkait HIV
terkait
HIV
atau
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes antibodi (Ab) HIV (ELISA atau rapid tests)
Uji antibodi HIV mendeteksi adanya antibodi HIV yang diproduksi
sebagai bagian respons imun terhadap infeksi HIV. Pada anak usia >18
bulan, uji antibodi HIV dilakukan dengan cara yang sama seperti
dewasa Uji antibodi HIV dilakukan usia >18 bulan karena antibodi
maternal yang ditransfer secara pasif selama kehamilan, dapat
terdeteksi sampai umur anak 18 bulan.4
Tes virologis
Tes virologis untuk RNA atau DNA yang spesifik HIV merupakan
metode yang paling dipercaya untuk memastikan diagnosis HIV pada
anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan uji virologi HIV yang dapat
memeriksa virus atau komponennya. Jika bayi muda masih mendapat
ASI dan tes virologis RNA negatif, perlu diulang 6 minggu setelah
anak benar-benar disapih untuk memastikan bahwa anak tidak
terinfeksi HIV.4.
CD4+
Adalah parameter terbaik untuk mengukur imunodefisiensi yang
digunakan bersamaan dengan penilaian klinis. CD4+ dapat menjadi
petunjuk dini progresivitas penyakit karena, nilai CD4+ menurun
lebih dahulu dibandingkan kondisi klinis. Pemantauan CD4+ dapat
digunakan untuk memulai pemberian ARV atau penggantian obat.
10
kardiomiopati
Makin muda umur, makin tinggi nilai CD4+. Untuk anak <5 tahun
digunakan persentase CD4+. Bila >5 tahun, persentase CD4+ dan nilai
CD4+ absolut dapat digunakan. Ambang batas kadar CD4+ untuk
imunodefisiensi berat pada anak > 1 tahun sesuai dengan risiko
mortalitas dalam 12 bulan (5%).
2.7.2
11
12
melalui ASI. Saat ini penelitian membuktikan bahwa pemberian satu kali
Nevirapin pada saat persalinan kepada ibu dan kemudian dilanjutkan
dengan pemberian satu kali pada bayi pada usia 48-72 jam setelah lahir
dapat menurunkan transmisi vertikal sebanyak 50% bila dibandingkan
dengan pemberian zidovudin oral waktu intrapartum pada bayi selama 1
minggu. Kombinasi dua obat antiretroviral atau lebih ternyata sangat
mengurangi transmisi vertikal apalagi bila dikombinasi dengan persalinan
melalui section caesarea serta tidak memberikan ASI. Efek samping
penggunaan antiretroviral ini masih dalam penelitian.
B. Pertolongan persalinan oleh petugas terampil
Pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang terampil
dengan meminimalkan prosedur yang invansif dan menetapkan universal
precaution untuk mencegah transmisi HIV.
C. Pembersihan jalan lahir
Pembersihan jalan lahir dengan menggunakan chlorhexidine dengan
konsentrasi cukup pada saat intrapartum diusulkan sebagai salah satu cara
yang dpat menurunkan insiden transmisi HIV intrapartum antara ibu ke
anak. Selain menurunkan transmisi vertikal HIV tindakan membersihkan
jalan lahir ini dapat menurunkan morbiditas ibu dan bayi serta mortalitas
bayi.
D. Persalinan dengan SC
Suatu metaanalisis pada limabelas buah penelitian yang melibatkan 7800
pasangan ibu-anak membuktikan bahwa bati yang dilahirkan secara SC
13
Manajemen Umum
1. Bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV positif maka :
a.
b.
c.
d.
14
15
menilai
masalah
pemberian
minum
dan
Pemberian Minum
16
: mudah diterima
F : FEASIBLE
: mudah dilakukan
A : AFFORDABLE
: terjangkau
S : SUSTAINABLE
: berkelanjutan
S : SAFE
: aman penggunaannya
Mudah diterima berarti, tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu
untuk memberikan susu formula pada bayinya. Mudah dilakukan Ibu
dan keluarga, mereka mempunyai cukup waktu, pengetahuan, dan
ketrampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu
formula kepada bayi . Harganya terjangkau Ibu dan keluarga sehingga
mereka mampu membeli susu formula. Susu formula harus diberikan
setiap hari dan malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk
17
a.
18
1.)
2.)
Pengobatan profilaksis
(a.)
(b.)
Bila
ibu
mendapat
pengobatan
ARV
intrapartum saja, atau tidak mendapat ARV, selain AZT untuk bayi
diberi juga nevirapin (NVP) dosis tunggal dalam masa usia 48-72
jam.
(c.)
(d.)
19
2.)
2.10 Prognosis
Tujuh puluh puluh delapan persen (78%) bayi yang terinfeksi HIV sudah
akan menunjukkan gejala klinis menjelang umur 2 tahun dan biasanya 3-4
tahun kemudian meninggal7
20
BAB III
KESIMPULAN
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Artinya bahwa HIV berbeda
dengan AIDS tetapi HIV memungkinkan untuk menjadi pencetus
terjadinya AIDS.
2. Pada ibu HIV atau daerah dimana Prevalensi HIV tinggi, maka proses
kelahiran disarankan dengan operasi sesar, dengan tujuan membiarkan
lapisan amnion tetap intak selama mungkin agar penularan HIV perinatal
terhindar.
3. Tidak ada tanda-tanda spesifik HIV yang dapat ditemukan pada saat lahir.
4. Bila terinfeksi pada saat peripartum,tanda klinis dapat ditemukan pada
umur 2-6 minggu setelah lahir. Tetapi tes antibodi baru dapat dideteksi
pada umur 18 bulan atau HIV PCR DNA sejak umur 1 hari sampai 6 bulan
untuk menentukan status HIV bayi.
5. Manajemennya meliputi perawatan bayi seperti bayi yang lain, dengan
perhatian pada pencegahan infeksi dan cara pemberian minum; bayi tetap
diberi imunisasi rutin, kecuali terdapat tanda klinis defisiensi imun yang
berat, jangan diberi vaksin hidup.
6. Pada waktu pulang diberikan Antiretrovirus profilaksis (tergantung status
pemberian antiretrovirus ibu), dan dilakukan pemeriksaan darah PCR
DNA/RNA pada umur 1, 2, 4, 6 dan 18 bulan. Bila pemeriksaan PCR
DNA/RNA HIV positif dua kali berturut selang satu bulan mulai diberikan
pengobatan Anti Retrovirus
21
DAFTAR PUSTAKA
22