Você está na página 1de 7

PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah:
Pendekatan pembelajaran
Strategi pembelajaran
Metode pembelajaran
Teknik pembelajaran
Taktik pembelajaran
Model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
1.

Pendekatan pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student


centered approach)

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan
empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.

Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak


titik awal sampai dengan sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil


perilaku dan pribadi peserta didik.

Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang


paling efektif.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan


teknik pembelajaran.

Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
2.

Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina
Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:

Exposition-discovery learning

Group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).


Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

strategi pembelajaran induktif

strategi pembelajaran deduktif.


Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan
a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving
something (Wina Senjaya (2008).
3.

Metode Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya:

Ceramah

Demonstrasi

Diskusi

Simulasi

Laboratorium

Pengalaman lapangan

Brainstorming

Debat

Simposium
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
4.

Teknik Pembelajaran
Teknik Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
5.

Taktik Pembelajaran
Taktik Pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang
memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekalkigus juga seni (kiat).
6.

Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce
Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4
(empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial, model pengolahan

informasi, model personal-humanistik, model modifikasi tingkah laku.Di luar istilah-istilah


tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi
pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran,
sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.Jika dianalogikan
dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau
jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik.
Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun
kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan
tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya
reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru
saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk
kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit
menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep
dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun
dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang
khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya
akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada
.
B. FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH MODEL PEMBELAJARAN
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran
anatara lain:
1.
Kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran: Kemampuan guru sangat
mempengaruhi penggunaan model pembelajaran karena setiap model pembelajaran
mempunyai karakter yang berbeda dan menuntut kemampuan yang berbeda pula, sehingga
jika seorang guru tidak mampu menggunakan metode tertentu maka harus memilih metode
yang sesuai dengan kemampuannya. Namun jika guru tersebut memaksakan menggunakan
model pembelajaran yang kurang dikuasai maka dalam penyampaian materi sulit diterima
audiens.
2.
Tujuan pengajaran yang akan dicapai: Tujuan apa yang akan dicapai juga
mempengaruhi penggunaan model pembelajaran karena tiap model pembelajaran
mempunyai spesialisasi yang berbeda dalam kaitan pencapaian tujuan pembelajaran.
Misalnya: tujuan pembelajaran adalan menjalin kerjasama antar siswa maka model yang
digunakan adalah Kolaboratif atau Cooperative Learning.
3.
Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa: Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, model pembelajaran mempunyai kriteria yang berbeda. Sehingga bahan
pengajaran yang perlu dipelajari siswa juga mempengaruhi pemilihan model pembelajaran
4.
Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya: Jelas sekali bahwa Perbedaan
individual dalam memanfaatkan inderanya berpengaruh dalam pemilihan model
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan dengan perbedaan individu tersebut materi harus
bisa diterima seluruh individu yang ada, sehingga berpengaruh pada pemilihan model
5.
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah: Sarana dan prasarana adalah segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Contoh
sarana dan prasarana pembelajaran adalah: Listrik, LCD, OHP, dsb.
6.
Materi yang disampaikan:Materi apa yang akan disampaikan juga berpengaruh dalam
menentukan model pembelajaran. Misalnya materi yang disampaikan adala organ-organ
katak, maka lebih baik dengan praktek secara langsung atau dengan memberikan gambargambarnya, bukan hanya dengan membayangkan

7.

Alokasi waktu/waktu tatap muka: Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan
dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam
menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai
dengan target yang ingin dicapai. Sehingga model yang dipakaipun harus sesuai.

C.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik
dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang
telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa Model Pembelajaran:
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasisosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5 orang, siswa heterogen
(kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok
heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily
life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya,
yaitu modeling(pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahanpetunjuk,
rambu-rambu,
contoh),questioning (eksplorasi,
membimbing,
menuntun,
mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),learning community (seluruh
siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi,
hipotesis,
konjektur,
generalisasi,
menemukan), constructivisme(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsepaturan,
analisis-sintesis),
reflection
(reviu,
rangkuman,
tindak
lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek
dengan berbagai cara).
3. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
4. Ekspositoris
Menekankan pada proses bertutur, materi pelajaran diberikan secara langsung dan
peran siswa adalah menyimak.
Ciri:

Bertutur secara lisan (verbal)

Materi pelajaran yang sudah jadi (data atau fakta/konsep tertentu yang harus dihafal
sehingga tidak menuntut siswa berfikir ulang)

Menguasai materi pelajaran, dapat mengungkapkan kembali materi yang telah


diuraikan.
Kelemahan:

Karena sifatnya bertutur, strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan pada
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, jika tidak maka
perlu digunakan strategi yang lain.

Karena sifatnya bertutur secara universal di kelas, maka strategi ini tidak dapat melayani
perbedaan setiap individu baik dalam kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta gaya
belajar. Jadi tingkat keberhasilannya kemungkinan tidak sampai 100 % setiap anak.

Karena lewat ceramah, maka sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis. Mungkin hanya akan
ada satu atau dua orang anak saja. Tapi tidak bisa memacu anak yang lainnya. Karena
mereka hanya di posisikan pasif mendengarkan.

Keberhasilan strategi ini terletak pada guru, yang meliputi persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, kemampuan bertutur, dan mengelola kelas.
Sehingga guru memegang peranan yang dominan terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.

Karena sifatnya ceramah satu arah yaitu apa yang disampaikan guru saja maka akan
sulit untuk mengetahui sudah sejauh apa pemahaman siswa terhadap bahan ajar, juga dapat
membatasi pengetahuan siswa hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru di depan
kelas.
Oleh karena itu, maka sebaiknya guru mempersiapkan dengan matang materi pelajaran
yang akan disampaikan, maupun hal-hal lain yang ikut menunjang presentasi. Karena guru
memegang peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran pada strategi ekspositori ini.
5. Quantum Learning
Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai
teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh
sebelumnya sudah ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi dan
temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter ketika mengembangkan konstruk awal
pembelajaran kuantum.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan
teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari
berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:

Teori otak kanan/kiri

Teori otak triune (3 in 1)

Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)

Teori kecerdasan ganda

Pendidikan holistik (menyeluruh)

Belajar berdasarkan pengalaman

Belajar dengan simbol

Simulasi/permainan
6. Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang
memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta

maju bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang
berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih dapat
diharapkan untuk menjadi warga negara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan
bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan
orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam
skala nasional bahkan mondial. Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan
bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Berbeda dengan pembelajaran
konvensional, tekanan utama pembelajaran kolaboratif maupun kooperatif adalah belajar
bersama. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil. Antar anggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai
tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula
sebaliknya.
Pembelajaran Kolaboratif
Siswa belajar secara berkelompok
Antarsiswa berkolaborasi (bekerjasama)
Keberhasilan individu siswa bergantung pula pada keberhasilan teman, terutama dalam
kelompoknya
Filsafat yang mendasari pengetahuan
pancaindranya
dengan lingkungan kelompoknya

diperoleh

siswa

melalui

interaksi

antara

Macam-macam pembelajaran kolaboratif :

Learning Together. Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan


siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan
mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.

Teams-Games-Tournament (TGT). Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para


anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh
kelompok.

Group Investigation (GI). Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu
penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan
apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut
bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada
proses dan hasil kerja kelompok.

Academic-Constructive Controversy (AC). Setiap anggota kelompok dituntut


kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun
dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan
pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan
antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan
setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

Jigsaw Proscedure (JP). Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi
tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat
memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh.
Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.

Student Team Achievement Divisions (STAD). Para siswa dalam suatu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar
dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan
berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian
hasil belajar individual maupun kelompok.

Complex Instruction (CI). Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu


proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan
pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota
kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran
yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat
heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
Team Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi
antara pembelajaran kooperatif / kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri
terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal
tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap
berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama
dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal
disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar
individual maupun kelompok.
Cooperative Learning Stuctures (CLS). Dalam pembelajaran ini setiap kelompok
dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak
sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab
oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang
saling berpasangan itu berganti peran.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran ini mirip
dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran
membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai
kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.

BAB III
PENUTUP
A.
1.
2.
3.
4.

KESIMPULAN
Dari uraian diatas kami dapat menyimpulkan:
Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dalam menentukan model pembelajaran dipengaruhi oleh:
Kemampuan guru dalam menggunakan metode.
Tujuan pengajaran yang akan dicapai.
Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa.
Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
Materi yang disampaikan, dan
Alokasi waktu/waktu tatap muka

B.

SARAN
Dalam prosese pembelajaran, hendaknya seorang guru dapat menentukan Model
pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangkan Kemampuan guru dalam menggunakan
metode, Tujuan pengajaran yang akan dicapai, Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa,
Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya, Sarana dan prasarana yang ada di
sekolah, Materi yang disampaikan, dan Alokasi waktu/waktu tatap muka. Sehingga apa yang
disampaikan guru akan dapat diterima siswa dan proses pembelajaranpun berjalan dengan
baik.

Você também pode gostar