Você está na página 1de 35

PENYAJIAN dan INTERPRETASI DATA IKLIM / CUACA

A. Tujuan
1. Menganalisis data unsur iklim / cuaca.
2. menyajikan dan menafsirkan data unsur iklim / cuaca.
B. Dasar Teori
Suatu ketika seseorang akan mengumpulkan data, terlebih dahulu harus
diketahui untuk apa data-data itu dikumpulkan ? Apakah data tersebut hanya sekedar
mengetahui

(memperoleh

gambaran)

mengenai

suatu

keadaan

atau

untuk

memecahkan suatu persoalan. Tujuan mengumpulkan data selain untuk mengetahui


jumlah dan banyaknya unsur, juga ingin mengetahui karakteristik daripada unsur
tersebut.
Pada umumnya data seseorang pengamat masih merupakan angka-angka yang
belum berbentuk data cuaca / iklim yang baik, hasil pencatatan tersebut masih harus
diolah lebih lanjut menjadi data cuaca yang siap pakai. Pengamatan di lapangan masih
berupa lembar catatan-catatan sementara. Lembaran itu nantinya akan disalin dalam
buku data cuaca.
Bila data cuaca akan digunakan untuk mendapatkan kriteria rencana dan
rancangan, maka data cuaca pertama kali harus dicek untuk melihat apakah data
tersebut dapat dipercaya dan apakah data tersebut cukup mewakili daerahnya atau
tidak ?
1. Curah hujan
Curah hujan yang terukur oleh alat penakar biasa atau ombrometer
observatorium hanya menampung / mengukur jumlah curah hujan dalam sehari
(24jam), lain halnya dengan alat penakar hujan otomatis (recorder), yang disamping
mencatat jumlah hujan juga mencatat lama terjadi hujan.
a. Sebaran curah hujan
Curah hujan merupakan unsur iklim yang mempunyai variasi besar, baik
variasi sebaran tempat maupun variasi sebaran waktu. Variasi sebaran tempat dari
tempat / daerah satu ke daerah yang lain mempunyai perbedaan (variasi) yang besar.
Hal itu merupakan masalah dalam pengambilan data curah hujan yang benar dan
mewakili dari suatu daerah. Untuk itu dalam penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan dan rancangan pengendalian banjir diperlukan data curah hujan rerata di

daerah yang bersangkutan, bukan data curah hujan di suatu titik / tempat tertentu.
Curah hujan itu disebut curah hujan daerah / wilayah dan dinyatakan dalam mm.
Sumber utama bagi kelembaban untuk terjadinya hujan adalah penguapan dari
lautan, karena itu hujan cenderung lebih lebat di dekat garis pantai. Ketidakberaturan
dari isohiet merupakan refleksi pengaruh-pengaruh orografis (pegunungan), (isohiet
adalah garis khayal yang menghubungkan dari tempat-tempat yang mempunyai curah
hujan yang sama).
Variasi sebaran waktu merupakan hal yang penting dalam pembuatan rancang
an dan rencana pemanfaatan air hujan. Sebaran curah hujan adalah berbeda-beda
sesuai dengan / jangka waktu yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah hujan
dalam setahun), curah hujan bulanan (jumlah hujan sebulan), curah hujan harian
(jumlah hujan selama 24 jam), curah hujan per jam. Harga-harga yang diperoleh itu
dapat dipergunakan untuk prospek di kemudian hari dan akhirnya untuk perancangan
sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
Curah hujan jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang di sebut
curah hujan (mm/jam). Intensitas curah hujan rerata dalam jam (It) dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
It = Rt/t
Dimana :
Rt : Curah hujan selama jam.
t : Lama waktu (1/2 jam).
Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda yang disebabkan oleh
lamanya curah hujan atau frekuensi kejadiannya. Variasi sebaran waktu dari suatu
catatan curah hujan dapat memberikan kesan adanya suatu kecenderungan
penambahan atau pengurangan, tapi pada akhirnya cenderung untuk kembali ke nilai
rata-ratanya. Untuk curah hujan bulanan terdapat keberaturan dari frekuensi itu
berulang-ulang dalam setahun, sehingga membentuk suatu sebaran musiman yaitu
musim penghujan dan musim kemarau.
b. Melengkapi data curah hujan yang hilang
Hasil pengukuran yang diterima biasanya / terkadang ada data curah hujan
yang tidak terungkap. Tidak tercatatnya data curah hujan oleh petugas di tempat
pengamatan mungkin karena alat penakarnya rusak atau petugas lupa untuk mencatat
atau sebab lain. Untuk melengkapi data yang hilang dapat dengan perkiraan. Sebagai
dasar untuk perkiraan ini digunakan data curah hujan dari tiga stasiun / tempat

pengamatan yang berdekatan dan mengelilingi tempat pengamatan yang datanya tidak
lengkap. Bila selisih antara hujanhujan tahunan normal dari tempat penamatan yang
datanya tidak lengkap itu kurang dari 10%, maka pengamatan yang mengelilingi tadi.
Bila selisih itu melebihi 10% diambil cara menurut perbandingan biasa (metode
rasional) seperti berikut :
P = 1/3 ( R/RA X PA + R/RB X PB + R/RC X PC )
Dimana :
P : Besar hujan yang diperkirakan.
R : Curah hujan rata-rata setahun dari stasiun pengamatan yang datanya
Dilengkapi.
RA, RB, RC : Curah hujan rata-rata setahun di stasiun pengamatan A, B dan C.
PA, PB, PC : Curah hujan di tempat pengamatan A, B dan C pada tahun yang
sama hujan diperkirakan.
2. Kelembaban
Kelembaban suatu saat disuatu tempat dapat dilihat dari tabel dengan data
pencatatan suhu bola basah dan bola kering. Penyajian data kelembaban harian
berasal dari rerata pengamatan seperti ditujukan dalam persamaan berikut :
2 RH 07.00 RH 13.00 RH 18.00
4
RH harian =
Dimana :
RH 07.00 = RH pada pengamatan jam 07.00
RH 13.00 = RH pada pengamatan jam 13.00
RH 18.00 = RH pada pengamatan jam 18.00
Untuk kertas pias higrugraf rambut, pembacaan langsung untuk RH maximum
dapat dihitung untuk kelembaban normal.
RH max RH min
2
RH =
3. Temperatur
Temperatur harian dapat disajikan dari perhitungan persamaan sebagai berikut
T max T min
2
T (harian) =
T (bulanan) =
Dimana :

T max T min
n
n

= Temperatur rata-rata harian.

T max

= Temperatur maximum.

T min

= temperatur minimum.

= Jumlah hari dalam sebulan.


Untuk data dari kertas pias thermograf, temperatur pada jam 06.00, 09.00,

12.00, 15.00, 18.00 dijumlah dan dibagi lima sebagai temperatur siang, hal yang sama
pada jam 18.00, 21.00, 24.00, 03.00, 06.00 dijumlah dan dibagi lima sebagai
temperatur malam. Yemperatur rata-rata harian diperoleh dengan menjumlah 2 (dua)
hasil tersebut dibagi 2 (dua).
4. Radiasi matahari
a. Lama penyinaran / Panjang penyinaran
Panjang penyinaran selama sehari dapat siketahui dari panjang noda yang
terbentuk pada kertas pias. Dalam penyajian panjang penyinaran dinyatakan dalam
persentase terhadap panjang penyinaran sesungguhnya yang terjadi. Adapun cara yang
umum untuk perhitungan yakni dengan persamaan seperti berikut :
n jam

x100%
N jam
%P =
Dimana :
% P = Persentase lama penyinaran.
n = Lama penyinaran yang tercatatat pada kertas pias.
N = Lama penyinaran maximum yang dapat terjadi (jam) atau lama siang hari
Yang tergantung letak lintang.
Cara lain untuk menentukan persentase lama penyinaran yaitu dengan berdasar
pada ukuran keteduhan. Dalam hal itu kadang-kadang dijumpai ukuran keteduhan
yang tidak teliti, tanpa mengetahui dengan pasti lama jam penyinaran yang
sesungguhnya. Dengan pengukuran yang kurang teliti tersebut disarankan
menggunakan tabel berikut yang berdasarkan ukuran keteduhan awan. Adapun untuk
ukuran keteduhan oleh awan ditentukan dengan dua cara pembagian skala keteduhan
yaitu skala oktaf dan perpuluhan.

Keteduhan

Skala
Oktaf

n/N

0,95

0,85

0,75

0,65

0,55

0,45

0,35

0,25

0,15

10

Skala
puluhan

n/N

0,95 0,85 0,80 0,75 0,65 0,55 0,50 0,40 0,30 0,15 0,0

b. Intensitas penyinaran
Hasil pengukuran intensitas penyinaran yang menggunakan alat solarimeter
dapat dilihat dari pembacaan amperimeter. Sedangkan bila alat pengukur yang
digunakan adalah Aktinograf, maka intensitas penyinaran dapat diketahui dengan
menghitung luas grafik yang terbentuk oleh pena pencatat pada aktinograf dengan
bantuan planimeter atau menghitung kisi-kisi luasan yang kemudian dikendalikan
dengan suatu konstanta. Penyajian data intensitas penyinaran dinyatakan dalam satuan
kalori per cm2 per hari atau langley per hari.
5. kecepatan angin
unsur iklim / cuaca angin yang diamati dalam stasiun iklim / cuaca adalah arah
dan kecepatan angin. Arah angin diamati berdasarkan pada ukuran delapan arah mata
angin (Timur, Tenggara, Selatan, Barat daya, Barat, Barat laut, Utara, Timur laut) atau
derajat dari arah utara.
Data kecepatan angin disajikan dalam satuan mile per jam , km per jam, meter
per detik atau knot.
1 knot = 8/7 mile/jam = 1 m/detik = 2,2 mile/jam
1 m/detik = 1,9 knot = 2,2 mile/jam = 3,2 ft/detik
Pengukuran kecepatan angin pada stasiun cuaca / iklim ada beberapa
penempatan tinggi pengukur kecepatan angin, adapun yang sering dijumpai ada dua
macam ketinggian pengukuran, yaitu ketinggian m dan 2m serta untuk keperluan
tertentu ada yang 10m. Perbedaan ketinggian pengukuran tersebut dimaksudkan untuk
keperluan yang berlainan.

Kecepatan angin umumnya berbeda pada setiap ketinggian. Pada lapisan yang
terdekat dengan tanah, nilai kekasaran dan variasi permukaan bumi dan stabilitas
udara menimbulkan rintangan-rintangan fisik dan panas terhadap kebebasan gerak
udara, yang kemudian mengubah arah jalan angin. Adapun secara umum pengaruh
ketinggian terhadap kecepatan angin dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
VI/V2 = (ZI/Z2)k
Dimana :
VI = Kecepatan angin ditempat ketinggian ZI.
V2 = Kecepatan angin dietmpat ketinggian Z2.
k

= Konstanta (1/7).
Nilai k telah ditentukan 1/7 untuk rangkaian keadaan yang luas, terutama pada

lapisan antara 0-10 m, tetapi ada tanda-tanda variasi harian dan musim.
Cara lain yang sering digunakan untuk mengrtahui kecepatan angin pada
pengukuran dengan ketinggian yang berbeda pada pengukuran lapangan adalah
dengan menggunakan angka atau faktor koreksi. Angka atau faktor koreksi kecepatan
angin terhadap perbedaan ketinggian dengan standar baku pengukuran pada
ketinggian 2m adalah sebagai berikut :
Ketinggian pengamatan
0,5
(M)
1,3
Faktor koreksi
5

1,0

1,5

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

10,0

1,1
5

1,0
6

1,0
0

0,9
3

0,88

0,8
5

0,8
3

0,77

6. Evaporasi
Banyaknya air yang menguap dari suatu permukaan bisa mencapai jumlah air
yang cukup besar dan jumlah air yang diuapkan di permukaan bumi dapat di
perkirakan dengan :
a. Pengukuran melalui tanki / panci penguapan kelas A atau Class a evaporation.
b. Pengukuran dengan evaporimeter lain, seperti benda-benda porselin dan
poros, permukaan kertas basah, panci Jepang, panci Colorado.
c. Dapat pula dengan korelasi empiris dari unsur iklim / cuaca yang lain seperti
kelembaban, angin, suhu dan radiasi matahari.
Perkiraan penguapan dari suatu danau atau luasan air, tidak dapat dilakukan
secara langsung dari alat ukur tanki penguapan, karena evaporasi dari suatu satuan
permukaan tanki penguapan biasanya lebih besar dari pada evaporasi dari suatu satuan
permukaan danau atau genangan air yang luas. Besarnya nilai penguapan suatu

permukaan perlu dikoreksi, bila pengukuran menggunakan alat ukur tanki penguapan.
Angka koreksi atau koofisien rerata 0,7 sering digunakan dalam menentukan nilai
penguapan permukaan secara umum, bila yang digunakan pengukur penguapan
adalah Evaporimeter klas A (panci klas A).
Ketinggian dan sekeliling serta penempatan Piche atmometer akan sangat
berpengaruh terhadap pengukuran. Juga cara membersihkan pengukur dapat
menyebabkan cukup besar perbedaan dalam pengukuran penguapan. Beberapa
gambaran sebagai teladan atau petunjuk pada perbandingan atmometer dan panci klas
A diberikan seperti berikut :
Republik Uni Arabia, penguapan bulanan (dat 5 tahun)
Pan klas A = 0,7 s/d 1,26 Piche atmometer (ditempatkan dalam shelter Stevenson)
Norwegia, penguapan tahunan (data 3 tahun rerata)
Pan klas A = 0,87 Piche (ditempatkan dalam shelter)
Jerman Barat, penguapan harian
Pan klas A = 0,947 Piche 0,096 ; R = 0,977
C. Cara Kerja
1.

Diambil data iklim/cuaca dari tabel lampiran pada bagian akhir


buku diktat

2.

Lalu dihitung masing-masing data unsur iklim/cuaca dari tabel


tersebut, jika perlu menggunakan kalkulator.

3.

Catatlah hasil perhitungan pada sebuah/selembar kertas.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Kelembaban Harian.
Senin, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 95 + 66 + 87 ) = 343 = 85,75 %.
4
4
Selasa, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 96 + 65 + 87 ) = 344 = 86 %.
4
4
Rabu, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4

= ( 2 x 99 + 67 + 89 ) = 354 = 88,5 %.
4
4
Kamis, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 97 + 62 + 85 ) = 341 = 85,25 %.
4
4
Jumat, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 95 + 64 + 86 ) = 340 = 85 %.
4
4
Sabtu, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 96 + 68 + 87 ) = 347 = 86,75 %.
4
4
Minggu, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 93 + 60 + 85 ) = 331 = 82,75 %.
4
4
Senin, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 94 + 64 + 86 ) = 338 = 84,5 %
4
4
Selasa, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 92 + 60 + 88 ) = 332 = 83 %
4
4
Rabu, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 95 + 66 + 90 ) = 346 = 86,5 %
4
4
Kamis, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 92 + 71 + 92 ) = 347 = 86,75 %
4
4
Jumat, RH = ( 2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00 )
4
= ( 2 x 92 + 69 + 91 ) = 344 = 86 %
4
4

2. Temperatur.
a. T Harian.
Hari ke-1, T = Tmaks + Tmin ,
2
= 30,83 + 22,5
2

= 30,83 + 22,58
2

= 26,67C

= 26,705C

Hari ke-3, T = Tmaks + Tmin,


2

Hari ke-9,

= 31,33 + 22,99
2

= 26,705C

= 27,16C
Hari ke-6,

T = Tmaks + Tmin
2

= 31,28 + 22,92
2

= 31,28 + 22,53
2

= 27,1C

= 26,905C

T = Tmaks + Tmin,
2

Hari ke-8,

T = Tmaks + Tmin
2

= 31,03 + 21,36
2

= 31,15 + 21,27
2

= 26,195C

= 26,21C

T = Tmaks + Tmin,
2

Hari ke-10,

T = Tmaks + Tmin
2

= 30,20 + 21,92
2

= 31,23 + 22,33
2

= 26,56C

= 26,78C

Hari ke-11, T = Tmaks + Tmin,


2

Hari ke-13,

Hari ke-4, T = Tmaks + Tmin


2

= 30,88 + 22,53
2

Hari ke-5, T = Tmaks + Tmin,


2

Hari ke-7,

Hari ke-2, T = Tmaks + Tmin


2

Hari ke-12,

T = Tmaks + Tmin
2

= 31,71 + 22,41
2

= 30,59 + 22,44
2

= 27,06C

= 26,515C

T=Tmaks+Tmin,
2

Hari ke-14,

T=Tmaks+Tmin
2

=30,69+21,57

=30,59+21,60

=26,13C
Hari ke-15,

T=Tmaks+Tmin,

=26,095C
Hari ke-16,

T=Tmaks+Tmin

= 30,70+21,71

=30,71+22,01

=26,205C
Hari ke-17,

T=Tmaks+Tmin,

=26,36C
Hari ke-18,

T=Tmaks+Tmin

=29,72+20,03

=29,59+20,41

=24,875C
Hari ke-19,

T=Tmaks+Tmin,

=25C
Hari ke-20,

=29,69+20,25

=29,30+20,21

=24,97C
Hari ke-21,

T=Tmaks+Tmin,

=24,755C
Hari ke-22,

=29,31+20,29

=24,815C
T=Tmaks+Tmin,
2
=29,49+20,4
2
=24,945C

T=Tmaks+Tmin
2

=29,32+20,31

Hari ke-23,

T=Tmaks+Tmin

=24,8C
Hari ke-24,

T=Tmaks+Tmin
2
=29,21+20,59
2
=24,9C

Hari ke-25,

T=Tmaks+Tmin,

Hari ke-26,

T=Tmaks+Tmin

=30,22+21,71

=30,23+21,59

=25.965C
Hari ke-27,

=25,91C

T=Tmaks+Tmin,

Hari ke-28,

T=Tmaks+Tmin

=32,24+22,49

Hari ke-29,

=32,15+22,92

T=27,365C

T=27,535C

T=Tmaks+Tmin,

Hari ke-30,

T=Tmaks+Tmin

=32,1+22,83

=32,05+22,73

=24,83C

=27,39C

b. T Bulanan.
T (bulanan) = ( Tmaks/n + Tmin/n)
Tmaks = (920,65)
n
30
= 30,688 C
Tmin = (651,44)
n
30
= 21,714 C
T ( bulanan) = ( Tmaks/n + Tmin/n)
= (30,688 + 21,714)
= 26,201 C
3. Radiasi Matahari :
Lama penyinaran /panjang penyinaran
%P = n/N x 100 %
Januari, 34 % = n/12 x 100 %
34 = 100 n

Februari, 46 % = n/12 x 100 %


46 = 100n

12

12

n = 4,08 jam
Maret, 36 % = n/12 x 100 %

n = 5,52 jam
April,

36 = 100 n
12

50 = 100n
12

n = 4,32 jam
Mei,

41 % = n/12 x 100 %
41 = 100 n
12
n = 4,92 jam

Juli,

40 % = n/12 x 100 %
40 = 100 n
12
n = 4,80 jam

Septmeber, 42 % = n/12 x 100 %


42 = 100 n
12
n = 5,04 jam
November, 30 % = n/12 x 100 %
30 = 100 n
12
n = 3,60 jam

50 % = n/12 x 100 %

n = 6,00 jam
Juni,

50 % = n/12 x 100 %
50 = 100n
12
n = 6,00 jam

Agustus, 33 % = n/12 x 100 %


33 = 100n
12
n = 3,96 jam
Oktober, 35 % = n/12 x 100 %
35 = 100n
12
n = 4,20 jam
Desember, 39 % = n/12 x 100 %
39 = 100n
12
n = 4,68 jam

4. Kecepatan Angin
Jan, V1 = (Z1/Z2)k
V2

Feb, V1 = (Z1/Z2)k
V2

V = (2/10)1/7
0,7

V = (2/10)1/7
1,7

V = 0,795
0,7

V = 0,795
1,7

V = 0,5565 Km/jam
Mar, V1 = (Z1/Z2)k
V2

V= 1,3515 Km/jam
Aprl, V1 = (Z1/Z2)k
V2

V = (2/10)1/7
2,6

V = (2/10)1/7
2,9

V = 0,795
2.6

V
2,9

V = 2,067 Km/jam
Mei, V1 = (Z1/Z2)k
V2

V
Jun, V1
V2

= 0,795
= 2,3055 Km/jam
= (Z1/Z2)k

V = (2/10)1/7
2,9

V = (2/10)1/7
2,6

V = 0,795
2,9

V = 0,795
2,6

V = 2,3055 Km/jam

V = 2,067 Km/jam

Jul, V1 = (Z1/Z2)k
V2

Agus, V1 = (Z1/Z2)k
V2

V = (2/10)1/7
2,5

V = (2/10)1/7
3,2

V = 0,795
2,5

V = 0,795
3,2

V = 1,875 Km/jam

V = 2,544 Km/jam

Sep, V1 = (Z1/Z2)k
V2

Okt, V1
V2

V = (2/10)1/7
3,6

V
3,7

= (2/10)1/7

V = 0,795
3,6

V
3,7

= 0,795

V = 2,862 Km/jam

= 2,9415 Km/jam

Nov, V1 = (Z1/Z2)k
V2

= (Z1/Z2)k

Des, V1 = (Z1/Z2)k
V2

V = (2/10)1/7
3,1

V
3

= (2/10)1/7

V = 0,795
3,1

V
3

= 0,795

V = 2,4645 Km/jam

= 2,385 Km/jam

Pembahasan
1. Curah hujan.
Curah hujan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam klimatologi,
curah hujan atau yang biasa disebut presipitasi, yang sebenarnya mempunyai arti yang
sangat luas karena meliputi endapan air, salju keras, butiran es, sampai batu es bahkan
juga endapan kabut dan embun. Untuk daerah Indonesia dengan presipitasi yang
umumnya ditafsirkan curah hujan. Adapun yang disebut hujan bulanan rata-rata
adalah rata-rata jumlah yang tercatat selama panjang bulan yang bersangkutan. Akan
tetapi diambil waktu yang lama sekitar 30 tahun. (Daldjoeni : 1986)

2. Kelembaban.
Pada praktikum kali ini telah disediakan data kelembaban selama 12 hari,
masing-masing hari telah diketahui kelembaban pada pukul 07.00; 13.00 dan 18.00.
Dengan demikian bisa kita hitung kelembaban relatif harian, yaitu dengan
menggunakan rumus:
RH(harian) = (2 x RH 07.00 + RH 13.00 + RH 18.00)
4

Kelembaban udara di tentukan oleh jumlah uap air yang terkandung didalam
udara. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah
kelembaban relatif (relative humidity, disingkat RH). Kelembaban relatif adalah

perbandingan antara tekanan uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air
pada kondisi jenuh. Umumnya dinyatakan dalam persen.
Beberapa pendekatan dapat dilakukan untuk mengukur kelembaban udara.
Masing-masing pendekatan tentu memiliki keunggulan dan kelemahan. Ada 3
pendekatan pengukuran kelembaban udara, yaitu: pendekatan grafimetri, termometer
bola basah dan bola kering, hygrometer titik embun.
3. Temperatur.
Pada praktikum kali ini dilakukan penghitungan T(harian ) dan T(bulanan).
Pada praktikum kali ini didapatkan suhu harian yang paling tinggi pada hari ke-28
yaitu sebesar 27,535C dan yang terendah terjadi pada hari ke-20 yaitu sebesar 24,755
C. Suhu harian bisa didapat dengan persamaan :
T(harian) = Tmaks + Tmin
2
Sedangkan suhu Bulanan Maksimum rata-rata adalah 30,688C dan suhu Bulanan
Minimum rata-rata adalah 21,714C. Angka tersebut dapat diperoleh dengan
persamaan :
T(bulanan) = ( Tmaks / n + Tmin / n)

Didapatkan T(bulanan) sebesar 26,2260C. Suhu udara merupakan karakteristik


inherent, dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika
panas dialirkan pada suatu benda, maka suhu benda tersebut akan meningkat,
sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan
panas. Akan tetapi hubungan antara suatu panas (energi) dengan satuan suhu tidak
merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat penerimaan

panas dalam jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tampung panas (beat
capacity) yang dimiliki oleh benda penerima tersebut.
Pengukuran suhu suatu benda pada dasarnya merupakan pengukuran yang
tidak langsung. Pada proses pengukuran, umumnya terjadi perpindahan panas dari
benda yang akan diukur suhunya ke alat pengukur suhu atau terjadi sebaliknya. Suhu
yang terbaca pada alat pengukur suhu adalah suhu setelah terjadi kesetaraan
(equilibrium) suhu antara benda yang diukur dengan alat pengukur suhu. Jadi bukan
suhu benda pada saat sebelum terjadi kontak antara benda yang diukur tersebut
dengan alat pengukur.
Satuan yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah derajat celcius ( 0C),
derajat Kelvin (0K), derajat Fahrenheit (0F), dan derajat Reamur(0R). Satuan derajat
reamur merupakan satuan yang paling umum digunakan untuk berbagai pengukuran
suhu. Satuan suhu ini didasarkan atas titik beku dan titik didih air.
4. Radiasi Matahari.
Radiasi adalah transfer energi dalam bentuk gelombang elektromagnet.
Radiasi Matahari juga dapat disebut gelombang elektromagnet. Oleh karena itu
Matahari merupakan sumberenergi terbesar dalam sistem tata surya kita. Berdasarkan
panjang gelombangnya spektrum radiasi Matahari dapat dibedakan atas sinar infra
merah, sinar-sinar yang dapat dilihat (sinar cahaya) dan sinar ultra violet. Cahaya
Matahari sampai ke bumi secara radiasi,sehingga bagian dari radiasi Matahari yang
sampai ke bumi disebut Insolasi.
Intensitas Insolasi yang diterima oleh berbagai tempat serta setiap saat tidak
sama besarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah :
1) Konstante Matahari.
2) Sudut datang Matahari.
3) Lamanya siang hari.
4) Keadaan Atmosfer.

Dalam praktikum ini, Radiasi matahari terbesar terjadi pada bulan April dan
Juni yaitu sebesar 6,00 jam dan radiasi terendah pada bulan November yaitu sebesar
3,6 jam. Jumlah radiasi matahari dapat dihitung dengan persamaan :
% P = n / N x 100 %

5. Kecepatan angin.
Kecepatan angin dalam data klimatologi adalah adalah kecepatan angin horizontal
pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput. Jadi
jelas merupakn angin permukaan yang kecepatannya dapat dipengaruhi oleh
karakteristik permukaan yang dilaluinya.

6. Pengelompokan Iklim.
Klasifikasi iklim menurut F.H. Schmidtdan J.H.A. Ferguson pada tahun 1951
didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering dengan jumlah bulan basah dalam
setahun. Nisbah ini diberi simbol Q.
Berdasarkan nilai Q ini, maka wilayanh Indonesia mungkin untuk dibedakan
menjadi 8 zona iklim.
Tabel Zona iklim berdasarkan Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Zona

Bulan kering

Nilai Q

Kondisi iklim

<1,5

<0,14

Sangat basah

1,5-3,0

0,14-0,33

Basah

3,0-4,5

0,33-0,60

Agak basah

4,5-6,0

0,60-1,00

Sedang

6,0-7,5

1,00-1,67

Agak kering

7,5-9,0

1,67-3,00

Kering

9,0-10,5

3,00-7,00

Sangat kering

>10,5

>7,00

Luar biasa kering

Nilai Q yang didapat dari perhitungan adalah sebesar 10%, berdasarkan tabel
diatas maka iklim tersebut termasuk iklim A yaitu sangat basah dengan vegetasi hutan
hujan tropis.

VI. Kesimpulan
Di dalam melakukan penyajian dan intrepetasi data terdapat beberapa faktor
yang yang sangat berpengaruh terhadap iklim/cuaca, yaitu :
1. Curah hujan.
2. Kelembaban.
3. Temperatur.
4. Radiasi matahari.
5. Kecepatan angin.
6. Evaporasi.
VII. Daftar Pustaka
Byers, Robert Horace, Scd, General Meteorologi, Mc. Graw Hill Book
Company, Inc, New York Toronto London, 1959.
Cole, Franklin W, Introduction to Meteorologi, John Wiley & Sons,
Innero New York, london, Sydney, Toronto, 1975.
Daldjoeni N. Drs., Pokok-pokok Klimatologi, Penerbit Alumni,
Bandung, 1983.
Wisnebroto, Sukardi Ir. dkk., Azas-azas Meteorologi Pertanian, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1983.

RUMUS EMPIRIS DALAM PERKIRAAN UNSUR IKLIM/CUACA


A. Tujuan :
1. Melatih mahasiswa mengetahui beberapa rumus rumus empiris hubungan
beberapa unsur iklim/cuaca
2. Melatih mahasiswa memperkirakan data unsur iklim/cuaca berdasarkan data
iklim/cuaca tersendiri.

B. Teori Dasar
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan cuaca, baik dalam
skala kecil maupun besar. Faktor-faktor itu semakin banyak dan komplek
hubungan kait-mengkaitnya jika memperhitungkan pengaruh kegiatan manusia.
Perubahan iklim tersebut berpengaruh terhadap sktor pertanian bahkan
sistem produksi pangan dunia akan berubah dengan berubahnya pola iklim/cuaca,
hal tersebut harus diperhitungkan dalam perencanaan pangan, tidak hanya dalam
skala global tetapi lebih dari itu harus ada tindakan lokal yang sepesifik untuk
menganisipasi itu.
Salah satu hal yang pentinguntuk memperkirakan unsur cuaca dari suatu
wilayah dan yang mempunyai data terbatas adalah menggunakan rumus empiris,
data meteorologinya sangat kurang atau belum ada. Oleh semua hubungan antara

unsur cuaca yang satu dengan yang lainnya adalah penting untuk memperkirakan
salah satu data meteorologi apabila data tersebutbelum diamati.
Beberapa unsur cuaca satu dengan yang lain saling mempengaruhi,
hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain merupakan hubungan dari dua
atau lebih peubah/variable, yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi.

. Beberapa rumus empiris sebagai berikut :


1.

Rumus empiris persentase lama penyinaran bulanan berdasarkan


jumlah hari hujan bulanan.
S = (- 2,25 x hari hujan + 90 %)
Dimana : S = persentase lama penyinaran bulanan

2.

Rumus empiris untuk menentukan tekanan uap dari udara


berdasarkan temperatur bola basah (wet bulb) dan bola kering (dry bulb)
Ed = ea a.p (Tidak - Tw) mbar
Dimana :
ed = tekanan uap di udara (mbar)
Ea = tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah dapat dilihat
dalam

tabel (mbar)

a = konstanta piskromatrik yang tergantung dari tipe ventilasi udara


dari temperatur bola basah.
= 0,000662 untuk piskromatrik ventilasi tipe Asmann,
dengan kecepatan + 5 m/dtk
= 0,000800 untuk piskromatrik ventilasi alam seperti halnya
termometer dalam shelter, kecepatan udara + 1 m/det

= 0,000120 untuk piskromatrik non ventilasi, tidak ada


gerakan udara.
P = tekanan barometer (mbar) dilihat dalam tabel
Kemudian untuk pengukuran yang umum untuk tingkat kejenuhan udara suhu
tertentu atau kelembaban relatif (RH). RH adalah perbandingan jumlah uapa air
yang ada dengan uap air yang diperlukan untuk menjenuhkan pada suhu tersebut.

RH = ed/ea X 100 %

3.

Rumus empiris untuk menentukan evaporasi (penguapan) dari


Penman

E = 0,35 (ea ed ) (1 + V/100 )


Dimana :
E = evaporasi (mm/hari)
Ea = tekanan uap jenuh pada suhu rerata harian (mm Hg)
Ed = tekanan uap sebenarnya (mm Hg)
V = kecepatan angin pada ketinggian 2 m (mile/jam)
Catatan : 1 mbar = 0,7501 mm Hg = 0,001 bar.

4.

Hubungan antara intensitas penyinaran dengan lama penyinaran


matahari
Penyinaran matahari yang diterima oleh bumi hanya sebagaian yang secara
langsung, sisanya dipantulkan, diserap atau dipancar oleh atmosfer dan muka

bumi. Bagian radiasi yang dipantulkan, dari permukaan pada hari yang cerah
adalah 0,21 ; pada waktu ber-awan 0,75 ; dan rerata adalah 0,42 ; Ada atau
tidaknya awan, jelas ditentukan oleh albedo bumi pada hari tertentu. Radiasi yang
dipantulkan dari bermacam-macam bagian muka bumi mempunyai albedo seperti
barikut :
Hutan yang gelap

0,05

Tanah berpohon

0,18

Hutan pinus

0,14

Rumput

0,26

Tanah terbuka

0,10 0,2

Air

0,04 0,39 tergantung pada sudut jatuhnya.

Untuk menghitung radiasi netto ada korelasi empiris yang disarankan, seperti
berikut :
Rn = ( 1 - ) Rs Rnl
Dimana :
Rn = radiasi netto dalam evaporasi ekuivalen (mm/hari)
= refleksi atau sifat dapat memantulkan (albedo)
Rs = radiasi matahari dalam evaporasi ekuivalen (mm/hari)
= (0,25 + 0,50 x n/N) x Ra
dimana : n/N = persentase lama penyinaran

Ra = radiasi pada bagaian atas atmosfer bumi (lihat table),


dapat dicari harga Ra dalam evaporasi ekuivalen (mm/hari) berdasar
letak lintang dan bulan diketahui.
Rnl = radiasi gelombang panjang netto, dapat dilihat dengan
menggunakan tabel yang tersedia.
= f(T) x f(ed) x f(n/N)
dimana : f(T), f(ed), f(n/N) dilihat dalam tabel
5.

Hubungan antara evaporasi dan radiasi matahari dari IRRI, De


Datta dkk. (1974)
E = 0,7546 + 0,0096 Rs (mm/t)
Dimana :
Ep = evaporasi panci terbuka
Rs = radiasi matahari yang datang (kal/cm2)
T= tergantung dari waktu Rs yang dimaksudkan

Cara Kerja
1. Diambil data iklim/cuaca dari tabel lampiran pada bagian akhir buku diktat
2. Lalu dihitung masing-masing data unsur iklim/cuaca dari tabel tersebut, jika
perlu menggunakan kalkulator.
3. Catatlah hasil perhitungan pada sebuah/selembar kertas.
D. Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengamatan
1. Rumus empiris persentase lama penyinaran bulanan berdasarkan jumlah hari
hujan.

Jan, S = (-2,25 hari hujan + 90 %) , Feb, S = (-2,25 hari hujan + 90 %)


= (-2,25 x 5 + 90 %)

= (-2,25 x 15 + 90 %)

= 78,75 %

= 56,25 %

Mar, S = (-2,25 hari hujan + 90 %) , Aprl, S = (-2,25 hari hujan + 90 %)


= (-2,25 x 23 + 90 %)

= (-2,25 x 10 + 90 %)

= 38,25 %

= 67,5 %

Mei, S = (-2,25 hari hujan + 90 %) , Jun, S = (-2,25 hari hujan + 90 %)


= (-2,25 x 19 + 90 %)

= (-2,25 x 15 + 90 %)

= 47,25 %

= 56,25 %

Jul, S = (-2,25 hari hujan + 90 %) , Agus, S = (-2,25 hari hujan + 90 %)


= (-2,25 x 2 + 90 %)

= (-2,25 x 7 + 90 %)

= 85,5 %

= 74,25 %

Sep, S = (-2,25 hari hujan + 90 %) , Okt, S = (-2,25 hari hujan + 90 %)


= (-2,25 x 14 + 90 %)

= (-2,25 x 19 + 90 %)

= 58,5 %

= 47,25 %

Nov, S = (-2,25 hari hujan + 90 %) , Des, S = (-2,25 hari hujan + 90 %)


= (-2,25 x 21 + 90 %)

= (-2,25 x 19 + 90 %)

= 42,75 %

= 47,25 %

2.

Rumus empiris untuk menentukan tekanan uap dari udara


berdasarkan temperatur bola basah dan bola kering.
ed = ea a . p (Td Tw) mbar
Td = 24C
Tw = 20C
ea = 23,4 mbar
a = 0,000800
p = ? Ketinggian 64 meter
p = 1013 1001 = 12 = 912 x 68 = 8,16

100
p = 1013 8,16 = 1004,84 mbar
ed = ea a . p (Td Tw) mbar
ed = 23,4 0,000800. 1004,84 (24 20) mbar
= 23,4 0,803872 (4) mbar
= 23,4 3,215488 mbar
= 20,18 mbar
Perbandingan jumlah air yang ada dengan jumlah uap air yang
diperlukan untuk menjenuhkan suhu :
RH = ed x 100%
ea
Perhitungan :
RH = 20,18 x 100%
23,4

= 86,24%
3. Rumus empiris untuk menentukan evaporasi (penguapan) dari Penman.
E = 0,35 (ea ed ) (1 + V/100)
Satuan ea dan ed dikonversikan dari mbar ke mmHg
1 mbar = 0,7501 mmHg.
Satuan Kecepatan angin (V) dikonversikan dari Km/jam ke mile/jam
1 Km/jam = 0,611 mile/jam
ea = 23,4 x 0,7501 = 7,552 mmHg.
ed = 20,18 x 0,7501 = 5,152 mmHg.
V = 0,5565 x 0,611 = 0,34 mile/jam
E = 0,35 (ea ed ) (1 + V/100)
= 0,35 (7,552 5,152) (1 + 0,34/100)
= 0,35 (2,4) (1 + 0,0034)
= 0,35 (2,4) (1,0034)
= 0,842856
= 0,8428 mm/hari

4. Hubungan antara intensitas penyinaran dengan lama penyinaran matahari


Perhitungan Januari :
Rn = ( 1 )Rs - Rnl
Rs = (0,25 + 0,5 x n/N) x Ra
n/N = 34%
Ra = 13,9 13,6 = 0,3 = 0,15
2
Ra = 13,9 0,15 = 13,75. (berdasarkan koordinat 7 pada tabel)
Rs = (0,25 + 0,5. 0,34). 13,75
= (0,25 + 0,17). 13,75
= 5,775 mm/hari
Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)

f(T) = 16,3 15,9 = 0,4 = 0,02 x 3 = 0,06


20
f(T) = 15,9 + 0,06 = 15,96 C
f(ed) = 0,14 0,13 = 0,01 = 0,0005 x 2 = 0,001
20
f(ed) = 0,14 0,001 = 0,139 mbar
f(n/N) = 0,42 0,37 = 0,05 = 0,01 x 4 = 0,04
5
f(n/N) = 0,37 + 0,04 = 0,41
Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 15,96. 0,139. 0,41
= 0,90956
Rn = (1 - ) Rs Rnl
= (1 0,42). 5,775 0,90956
= (0,58). 5,775 0,90956
= 3,3495 0,90956
= 2,43 mm/hari
Perhitungan Februari :
Rn = (1 - ) Rs Rnl
Rs = (0,25 + 0,5 x n/N) x Ra

n/N = 46%
Ra = 13,9 13,6 = 0,3 = 0,15
2
Ra = 13,9 0,15 = 13,75. (berdasarkan koordinat 7 pada tabel)
Rs = (0,25 + 0,5. 0,46). 13,75
= (0,25 + 0,23). 13,75
= 6,6 mm/hari
Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)
f(T) = 16,3 15,9 = 0,4 = 0,02 x 3 = 0,06
20
f(T) = 15,9 + 0,06 = 15,96 C
f(ed) = 0,14 0,13 = 0,01 = 0,0005 x 2 = 0,001
20
f(ed) = 0,14 0,001 = 0,139 mbar
f(n/N) = 0,55 0,51 = 0,04 = 0,008
5
f(n/N) = 0,51 + 0,008 = 0,518
Rnl = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 15,96. 0,139. 0,518
= 1,1491519
Rn = (1 - ) Rs Rnl
= (1 0,42). 6,6 1,1491519
= (0,58). 6,6 1,1491519
= 3,828 1,1491519
= 2,6788481 mm/hari
= 2,7 mm/hari
Kelembaban udara adalah banyak sedikitnya uap air di udara. Kelembaban
sangat berpengaruh terhadap semua jenis dari data iklim/cuaca. Kelembaban udara
dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
1.

Kelembaban absolut.

2.

Kelembaban spesifik.

3.

Tekanan Uap.

4.

Kelembaban relatif.
Faktor utama yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu daerah adalah
luas perairan laut dan angin yang berhembus di daerah itu. Mengingat Indonesia
adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut-laut yang sangat luas, maka
kelembaban udaranya rata-rata tinggi. Kelembaban udara yang tinggi memudahkan
terjadinya kondensasi dan presipitasi. Proses kondensasi dan presipitasi terjadi apabila
udara yang lembab itu mengalami penaikan sampai melewati tingkatan kondensasi.
Temperatur merupakan suatu konsep yang tidak mudah untuk membuat
batasan. Dalam kamus Webster temperatur diartikan sebagai ukuran relatif tentang
panas dan dinginnya suatu benda atau tempat. Kata relatif menunjukkan kebutuhan
akan skala yang diperlukan untuk menyatakan temperatur. Kata panas dan dinginya
suatu benda/tempat mengandung konsep panas. Pada dasarnya suhu dibedakan
menjadi suhu harian dan suhu tahunan. Ketidakteraturan suhu dalam siklus suhu
harian itu terutama dipengaruhi oleh :
1). Perubahan banyaknya uap air dan awan di atmosfer yang dapat
mempengaruhi keseimbangan antar insolasi dan radiasi bumi.
2). Adanya angin dan arus laut yang dapat mentransfer panas dan mempengaruhi
suhu daerah yang dilaluinya.
Curah hujan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
klimatologi, curah hujan atau yang biasa disebut presipitasi, yang sebenarnya
mempunyai arti yang sangat luas karena meliputi endapan air, salju keras, butiran es,
sampai batu es bahkan juga endapan kabut dan embun. Untuk daerah Indonesia
dengan presipitasi yang umumnya ditafsirkan curah hujan. Adapun yang disebut hujan
bulanan rata-rata adalah rata-rata jumlah yang tercatat selama panjang bulan yang
bersangkutan. Akan tetapi diambil waktu yang lama sekitar 30 tahun. (Daldjoeni :
1986)
Radiasi adalah transfer energi dalam bentuk gelombang elektromagnet. Radiasi
Matahari juga dapat disebut gelombang elektromagnet. Oleh karena itu Matahari
merupakan sumberenergi terbesar dalam sistem tata surya kita. Berdasarkan panjang
gelombangnya spektrum radiasi Matahari dapat dibedakan atas sinar infra merah,
sinar-sinar yang dapat dilihat (sinar cahaya) dan sinar ultra violet. Cahaya Matahari
sampai ke bumi secara radiasi,sehingga bagian dari radiasi Matahari yang sampai ke
bumi disebut Insolasi.

Intensitas Insolasi yang diterima oleh berbagai tempat serta setiap saat tidak
sama besarnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah :
1) Konstante Matahari.
2) Sudut datang Matahari.
3) Lamanya siang hari.
4 ) Keadaan Atmosfer.
Faktor utama yang menyebabkan berhembusnya angin adalah adanya
perbedaan tekanan udara. Sedangkan kecepatan angin bertiup terutama ditentukan
oleh besarnya gradient barometrik. Angin selalu bertiup dari tempat yang bertekanan
tinggi ke tempat yang bertekanan rendah.
Penguapan merupakan proses perubahan air/es menjadi gas (uap air). semua
uap air yang ada di atmosfer merupakan hasil evaporasi. Evaporasi sangat erat
hubungannya dengan suhu.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya

evaporasi, yaitu :
Kecepatan Angin.
Temperatur.
Kelembaban Relatif.

V. Kesimpulan
Di dalam melakukan penyajian dan interpretasi data terdapat beberapa faktor
yang yang sangat berpengaruh terhadap iklim/cuaca, yaitu :
1) Curah hujan.
2) Kelembaban.
3) Temperatur.
4) Radiasi matahari.
5) Kecepatan angin.
6) Evaporasi.

VI. Daftar Pustaka


Byers, Robert Horace, Scd, General Meteorologi, Mc. Graw Hill Book
Company, Inc, New York Toronto London, 1959.
Cole, Franklin W, Introduction to Meteorologi, John Wiley & Sons,
Innero New York, london, Sydney, Toronto, 1975.

Daldjoeni N. Drs., Pokok-pokok Klimatologi, Penerbit Alumni,


Bandung, 1983.
Wisnebroto, Sukardi Ir. dkk., Azas-azas Meteorologi Pertanian, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1983.

HOMOGENITAS DATA IKLIM/CUACA

A.

Tujuan
Melatih mahasiwa agar dapat menentukan homogenitas data temperatur
dan hujan

B.

Teori Dasar
Data iklim/cuaca (temperatur dan hujan) sebelum digunakan dalam
analisis lebih lanjut, harus lebih dahulu diuji terlebih dahulu homogenitasnya
atau konsistensinya. Pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan dan
kesalahan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal :
1. kerusakan alat : kerusakan alat pencatat data iklim merupakan
kerusakan atau perubahan beberapa fungsi alat karen perubahan alami,
seperti karatan atau karena umur pakai dsb. Kerusakan-kerusakan itu
sering tidak terdeteksi sehingga data yang dihasilkan mengalami
penyimpangan.

2. Kesalahan karena perubahan letak peralatan. Perubahan letak itu


menyebabkan perubahan fungsi ruang terhadap data pengamatan
3. Kesalahan karena keteledoran/kelelahan pengamat. Kesalahan itu
sering terjadi karena pengamatan mengalami kesulitan untuk
melakukan pencatatan data seperti karena hujan lebat gempa bumi
dsb.
4. Data rusak atau data hialang dan
5. Perubahan

keadaan

lingkungan

yang

mendadakmemungkinkan

menjadi penyebab perubahan data pengukuran.


Pengujian data temperatur/suhu yang homogen dilakukan dengan uji Run
Test Rerata temperatur tahunan dihitung kemudian dibandingkan dengan rerata
temperatur secarakeseluruhan selama tahun pengamatan. Apabila rerata tahunan
lebih besar dari pada rerata keseluruhan maka diberi tanda (+) dan sebaliknya
diberi tanda (-). Jumlah pasangan tanda (+) dan (-) dihitung dan diberi tanda (U).
data temperatur sudah homogen bila nilai (U) masih dalam batas seperti dalam
tabel 1.

Tabel 1/Nilai U untuk data homogen

Jumlah data

Range

Jumlah data

Range

12

5 -8

28

11 18

14

5- 10

30

12 19

16

6 11

32

13 20

18

7 12

34

14 21

20

8 13

36

15 22

22

9 14

38

16 23

24

9 17

40

16 - 25

26

10 17

50

22 30

Homogenitas data hujan dapat dilakukan dengan metode Buishand (Sri


harto, 1998). Metode itu dinamakan RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums).

Sk ** = Sk * /Dy : K = 0,1,2,3,..n
Sk * = (Yi - Y)2 : K = 1,2,3,.n
Dy 2 = (Yi - Y)2/n
Nilai statistik Q => Q = maks Sk **
0Kn

Nilai statistik Q dan R diberikan pada tebel 2


Tabel 2. Nilai Q/n dan R/n

Q/n

R/n

90 %

95 %

99 %

90 %

95 %

99 %

10

1,05

1,14

1,29

1,21

1,28

1,38

20

1,10

1,22

1,42

1,34

1,43

1,60

30

1,12

1,24

1,46

1,40

1,50

1,70

40

1,13

1,26

1,50

1,42

1,53

1,74

50

1,14

1,27

1,52

1,44

1,55

1,75

100

1,17

1,29

1,55

1,50

1,62

1,86

Apabila nilai Q/n atau R/n hitung lebih kecil dari pada nilai Q/n atau R/n
table maka datanya homogen.

C. Cara Kerja
1. Diambil data homogenitas temperatur dan hujan dari tabel lampiran pada buku
diktat (data Evaporasi Potensial Hujan).
2. Lalu dicari homogenitas data Evaporasi Potensial Hujan tersebut.
3. Catatlah hasil perhitungan pada sebuah/selembar kertas.
D. Hasil dan Pembahasan

22,4

22,2

22,4

22,2

23,1

21,4

20,2

19,2

19,6

21,2

20,2

21,2

19,6

21,2

20,2

21,2

23,21

255,3
X = 12 =21,275
+
22,4

+
22,2

+
+
22,4 22,2
X =22,283

+
23,1

+
21,4

20,2

19,2

X =20,27
X =22,28-20,27=2,01
22,4

22,2

22,4

22,2

23,1

21,4

22,2

21,2

1
1
267,36
X = 12 =22,28
+

21,6

23,2

22,2

Dari sejumlah data yang sudah di tulis, kita cari rata-ratanya, kemudian masingmasing data dibandingkan dengan X . Jika minus tulis (-) dan jika positif tulis
(+). Setelah itu bisa kita lihat deretan data yang plus dan yang minus, kemudian
deretan data yang minus dan deretan data yang plus dipisahkan dengan garis dan
masing-masing dicari rata-ratanya. Kemudian dicari X = X 2 - X 1. Dan

tersebut ditambahkan kesemua komponen yang rata-ratanya lebih kecil. Data


tersebut ditulis kembali dan dicari rata-rata nya kembali. Kemudian bandingkan
semua data dengan rata-rata tersebut. Jika plus tulis (+), jika minus tulis (-),
dengan demikian bisa kita dapatkan pasangan (+ dan -), pasangan tersebut
dilingkari. Dari perhitungan diatas telah kita dapatkan 8 pasangan (+ dan -),
dengan demikian terjadi homogenitas karena terdapat lebih > 5 pasangan (+ dan
- ).
E. Kesimpulan
1. Laju evaporasi pada suatu wilayah berkaitan erat dengan intensitas radia
si matahari yang diterima pada wilayah tersebut. Secara umum, semakin
tinggi radiasi matahari yang diterima akan semakin tinggi pula laju evaporasi
yang berlangsung dengan asumsi bahwa tersedia cukup air untuk diuapkan.
2. Radiasi actual yang diterima di permukaan bumi dipengaruhi oleh keadaan
sebaran dan ketebalan awan.

Di Indonesia, radiasi actual yang diterima

permukaan lebih kecil selama musim hujan dibandingkan dengan musim


kemarau. Hal ini disebabakan karena penutupan awan lebih intensif selama
musim hujan.
3. Selain pengaruh musim, laju evaporasi juga berbeda antara daratan rendah
dengan daratan tinggi. Laju evaporasi di daratan rendah umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan laju evaporasi di daratan tinggi atau pegunungan.
Rendahnya laju evaporasi di daerah pegunungan disebabkan karena penutupan
awan yang relative lebih intensif.

VI. Daftar Pustaka


Byers, Robert Horace, Scd, General Meteorologi, Mc. Graw Hill Book
Company, Inc, New York Toronto London, 1959.
Cole, Franklin W, Introduction to Meteorologi, John Wiley & Sons,
Innero New York, London, Sydney, Toronto, 1975.
Daldjoeni N. Drs., Pokok-pokok Klimatologi, Penerbit Alumni,
Bandung, 1983.

Wisnebroto, Sukardi Ir. dkk., Azas-azas Meteorologi Pertanian, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1983.

Você também pode gostar