Você está na página 1de 77

ASKEP CAD ( CORONARY ARTERY DISEASE )

KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,
arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung
tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri
dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama
sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktorfaktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis
ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.
4.

Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level
gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.

5.
1
Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel)
pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya
terjadi sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya
lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.
9.

Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang

tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.


C. ANATOMI FISIOLOGI
2
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut
aterosklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam
aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.
Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung
(miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri
koroner.
Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi
(berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung
(infark miokardial).
D. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient
oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
3
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah

terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung
terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan
komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah
diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang
mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan
lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan
terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak
yang

pecah.

Struktur

anatomi

arteri

koroner

membuatnya

rentan

terhadap

mekanisme

aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,


menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
E. GAMBARAN KLINIS
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:
1. Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang
berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan
sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot
jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau
ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang
mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
2. Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di
paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
3. Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran
darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan
penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk
mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap
atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar).

5. Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama
jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan.
F.
4
PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1. ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai
puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi
jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
5. Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis atau akut.
6. Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu
stress/ aktivitas.
G. PENGOBATAN
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala
yang dialami pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buahbuahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak,
khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang
merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan
arteri jantung.
5
Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu
kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita
menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden

hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang
dapat merusak arteri jantung.
2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah
empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi.
Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup
dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan
menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3. Terapi Medis.
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum
diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah
terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan
jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga
menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran
darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau
semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
d.

Angiotensin-Converting

Enzyme

Inhibitors

(e.g.

Enalapril,

Perindopril)

and

Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).


Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu
menurunkan tekanan darah.
e.

Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,


Rosuvastatin).

6
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang
merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut.
Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
4. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit.
Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon
diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan
untuk membuka penyempitan.

Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri
terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina
dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau
double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau
keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung
sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.
5. Operasi.
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki
untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai
membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien
tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko
dapat serendah 1 persen.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk
melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang dapat
menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b. Operasi Robotik.

7
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotic.
Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan
sayatan kecil keyhole di dinding dada.
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi
luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.
c. Revaskularisasi Transmiokardia.
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG,
prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS.
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot
jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu
mengurangi angina.

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan Istirahat.
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan dan
dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2. Sirkulasi.
Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung
tambahan

mungkin

mencerminkan

terjadinya

kegagalan

jantung/

ventrikel

kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi


katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat
atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension,
odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit
mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

3.

Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

4.

Nutrisi.
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah
dan perubahan berat badan.

5. Neuro Sensori.
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
6.
9
Kenyamanan.
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan
sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut
mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis,
penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi
dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
7.
Respirasi.
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
8. Interaksi sosial.
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
9.

Pengetahuan.
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.

100
B. PENYIMPANGAN KDM
Usia, Jenis Kelamin, DM, Merokok, Diet Tinggi Lemak
Sirkulasi Terganggu
Arteriosklerosis

Risiko Infeksi

11
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Rencana Pembedahan
Post Op
Sirkulasi Perifer Terganggu
Nyeri Akut/Kronik
Denyut Nadi Terganggu
Nyeri/Kram Otot
Penumpukan Metabolik & Asam Laktat
Suplai O2 & Nutrisi Terganggu
Ekstremitas/Perifer
Nyeri Akut
Luka Operasi
Ansietas
Prosedur Tindakan Yang Kompleks
Pre Op
Kurang Pengetahuan
Kurang Informasi
Modifikasi Gaya Hidup
Risiko Kerusakan Integritas Kulit

C.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.


2. Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan
dan terpotongnya saraf akibat luka operasi.
3. Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks.
4. Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi).
5. Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
6. Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.

12
D. RENCANA KEPERAWATAN
Dx 1

: Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien menunjukan perbaikan


perfusi dengan kriteria hasil: adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu
normal, peningkatan perilaku yang meningkatkan perfusi jaringan.
Intervensi
Rasional
Observasi warna kulit bagian yang Warna kulit khas terjadi pada saat
sakit.

sianosis, kulit dingin. Selama perubahan


warna, bagian yang sakit menjadi dingin
kemudian

berdenyut

dan

sensasi

kesemutan.
Catat penurunan nadi, perubahan Perubahan ini menunjukkan kemajuan
trafik

kulit(tak

berwarna, atau proses kronis.

mengkilat/tegang).
Lihat dan kaji kulit untuk ulserasi, Lesi dapat terjadi dari ukuran jarum
lesi, area gangren.

peniti sampai melibatkan seluruh ujung


jari dan dapat mengakibatkan infeksi
atau

kerusakan/kehilangan

jaringan

serius.
Dorong nutrisi dan vitamin yang Keseimbangan diet yang baik meliputi
tepat.

protein dan hidrasi adekuat, perlu untuk

Pantau

tanda-tanda

penyembuhan.
kecukupan Untuk mengetahui tanda-tanda dini dari

perfusi jaringan.
gangguan perfusi.
Dorong pasien melakukan latihan Untuk melancarkan sirkulasi.
jalan

atau

bertahap.

latihan

ekstremitas

13
Dx 2

: Nyeri b.d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai

oksigen ke jaringan dan terpotongnya saraf akibat luka operasi.


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan
kriteria hasil pasien menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol, pasien tidak
tampak meringis, mendemonstrasikan teknik relaksasi.

Monitor

Intervensi
karakteristik nyeri

respon

verbal

dan

Rasional
melalui Masing-masing pasien mempunyai

hemodinamik respon yang berbeda terhadap nyeri,

(menangis, kesakitan, meringis, tidak perubahan


bisa

istirahat,

irama

respon

pernafasan, hemodinamik

dapat

verbal

dan

mendeteksi

tekanan darah dan perubahan heat adanya perubahan kenyamanan.


rate).
Kaji adanya gambaran nyeri yang Nyeri merupakan perasaan subyektif
dialami

pasien

meliputi:

skala, yang

tempatnya, intensitas, durasi, kualitas sendiri


dan penyebarannya.

dialami

dan

oleh

pasien

digambarkaan
dan

harus

dibandingkan dengan gejala penyakit


lain sehingga didapatkan data yang

akurat.
Ciptakan lingkungan yang nyaman, Membantu mengurangi rangsangan
kurangi aktivitas, batasi pengunjung.

dari luar yang dapat menambah


ketenangan sehingga pasien dapat
beristirahat dengan tenang dan daya

Ajarkan

teknik

relaksasi

menarik nafas panjang.

kerja jantung tidak terlalu keras.


dengan Membantu mengurangi rasa nyeri
yang dialami pasien secara psikologis
dimana dapat mengalihkan perhatian
pasien sehingga tidak terfokus pada

Identifikasi

atau

tingkatkan

nyeri yang dialami.


posisi Bantal atau gulungan selimut berguna

nyaman menggunakan alat bantu bila untuk

menurunkan

tegangan

otot

perlu.
atau meningkatkan kenyamanan.
Observasi tanda-tanda vital sebelum Obat
jenis
narkotik
dapat
dan sesudah pemberian obat narkotik.

menyebabkan

depresi

pernafasan

dan hipotensi.
14
: Ansietas b.d rencana pembedahakan yang kompleks.

Dx 3

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan hilang atau


berkurang dengan kriteria hasil pasien dapat mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, menyatakan cemas
berkurang.
Intervensi
Kaji dan pantau tanda ansietas yang Untuk
terjadi.
nyeri.
Jelaskan prosedur pembedahan secara Untuk

Rasional
mengetahui

intensitas

mengurangi

tingkat

sederhana sesuai tingkat pemahaman ansietas


pasien.
Diskusikan
pasien.
Dorong

ketegangan

keluarga

dan

dan

harapan Untuk mendorong dan menambah

teman

semangat pasien.
untuk Meyakinkan pasien bahwa peran

menganggap pasien seperi sebelumnya.


dan kerja tidak berubah.
Beritahu pasien program medis yang Mendorong
pasien

untuk

telah dibuat untuk menurunkan atau mengontrol

untuk

tes

gejala,

membatasi serangan akan dating dan meningkatkan kepercayaan pada


meningkatkan stabilitas jantung.

program

medis

mengintegrasikan
Kolaborasi

pemberian

tranquilizer, sesuai indikasi.

dan

kemampuan

dalam persepsi diri.


sedative, Mungkin
diperlukan

untuk

membantu pasien rileks sampai


secara

fisik

mampu

untuk

membuat strategi koping adekuat.

15
Dx 4

: Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi).

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi,


dengan kriteria hasil tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesia, dan ttv dalam
batas normal.
Intervensi
Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi.
Jelaskan

hal-hal

yang

Untuk

Rasional
mengetahui
perkembangan

infeksi.
harus Untuk menghindari terjadinya infeksi

dihindari agar luka tidak infeksi .


lebih lanjut.
Rawat luka dengan teknik sepsis Mencegah kontaminasi.
dan asepsis.
Kolaborasi pemberian antibiotik.
Untuk mencegah infeksi.
Tunjukkan atau dorong teknik Efektif untuk menurunkan penyebaran
mencuci tangan yang baik dan infeksi.
benar.

16
Dx 5

: Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas


kulit, dengan kriteri hasil : menunjukkan penyembuhan luka tepat waktu
Intervensi
Rasional
Lihat semua insisi. Evaluasi proses Penyembuhan mulai dengan segera,
penyembuhan. Kaji ulang harapan tetapi
terhadap

penyembuhan

penyembuhan

lengkap

dengan memerlukan waktu.

pasien
Perhatikan atau laporkan pada dokter Tanda atau gejala yang menandakan
:

insisi

yang

tidak

sembuh; kegagalan penyembuhan terjadinya

pembukaan kembali insisi yang telah komplikasi yang memerlukan evaluasi


sembuh, adanya drainase, area lokal atau intervensi lanjut.
yang bengkak dengan kemerahan,
rasa nyeri meningkat dan panas
pada sentuhan.
Tingkatkan nutrisi dan masukkan Membantu
cairan adekuat.

untuk

mempertahankan

volume sirkulasi yang baik untuk


perfusi

jaringan

kebutuhan

dan

energy

memenuhi

seluler

untuk

memudahkan proses regenerasi atau


penyembuhan jaringan

17

Dx 6

: Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.


Setelah diberikan asuhan keperawaan diharapkan pasien menyaakan pemahaman
penyakinya, rencana pengobaan, tujuan pengobatan dan efek samping pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyebutkan gejala yang memerlukan perhatian cepat
mampu mengidentifikasi perubahan pola hidup yang perlu.
Intervensi
Rasional
Tetapkan dan nyatakan tekanan Memberikan dasar untuk pemahaman
darah normal. Jelaskan tentang tentang peningkatan tekanan darah dan
hipertensi dan efek penyakitnya mengklarifikasi istilah medis yang sering
pada pembuluh darah, ginjal dan di
mata ( pada organ tubuh lainnya ).

gunakan.

penyakitnya
untuk

Bantu

Pemahaman

tentang

memungkinkan

pasien

melanjutkan

meskipun ketika masih sehat.


dalam Faktor-faktor
resiko
ini

pasien

mengidentifikasi faktor-faktor resiko menunjukkan


yang

dapat

Obesitas,

di

ubah,

merokok,

pengobatan

misal

pola

hubungan

telah
dalam

: menunjang timbulnya arteriosklorosis.

hidup

monoton.
Atasi masalah dengan pasien untuk Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan
mengidentifikasi

cara

di

mana proses

penyakit

atau

memperburuk

perubahan gaya hidup yang tepat gejala. Dengan mengubah pola prilaku
dapat

dibuat

untuk

mengurangi yang biasa atau memberikan rasa aman

faktor-faktor di atas.

dapat sangat menyusahkan, dukungan,


petunjuk

dan

meningkatkan

empati
keberhasilan

dapat
pasien

dalam menyelesaikan masalah ini.


Anjurkan pasien untuk memantau Keterlibatan pasien dalam memantau
respon fisiologi sendiri terhadap toleransi aktivitasnya sendiri penting
aktivitas,

laporkan

penurunan untuk keamanan dan atau memodifikasi

toleransi terhadap aktivitas.

18

aktivitas kehidupan sehari-hari.

E. EVALUASI
Evaluasi dari diagnosa diatas antara lain :
1. Suplai darah arteri ke akstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak
pucat).
2. Klien mengatakan nyerinya berkurang, pasien tampak rileks, skala nyeri 0.
3. Ansietas pasien berkurang.
4. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi, seperti tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolaesia, ttv dalam batas normal.
5. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
6. Pasien sudah dapat memahami tentang penyakitnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3.
Muttaqin,

Jakarta : EGC.
Arif. 2009. Asuhan

Kardiofaskuler.
www.singhealth.com.sg

Keperawatan

Dengan

Gangguan

Sistem

Jakatra : Salemba Medika

http://akperbhayangkaraaskep.blogspot.com/2012/01/cad-coronary-arterydisease.html

ASUHAN KEPERAWATAN JANTUNG KORONER (CAD)


DEFINISI
CAD adalah penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau sumbatan pada
liang arteri koroner oleh karena proses atherosklerosis. Pada proses artherosklerosis terjadi
perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah terjadi sejak usia muda sampai usia
lanjut. Proses ini umumnya normal pada setiap orang. Terjadinya infark dapat disebabkan
beberapa
faktor
resiko,
hal
ini
tergantung
dari
individu.
SIRKULASI
KORONARIA
Dua arteri koronaria yang melayani miocardium muncul dari sinus katup aorta pada pangkal
aorta. Sirkulasi koroner ini terdiri dari arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri. Arteri
koronaria kiri mempunyai dua cabang besar, arteria desendens anterior kiri dan arteria
sirkumfleksa kiri. Arteria-arteria ini berjalan melingkari jantung dalam dua celah anatomi
eksterna : suklus atrioventrikularis, yang melingkari jantung di antara atrium dan ventrikel,
dan
suklus
interventrikularis
yang
memisahkan
kedua
ventrikel.
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung. Sirkulasi
koroner meliput seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium
melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibatakibat dari penyakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi
arteria koronaria ke otot jantung dan sistem penghantar. Morbiditas dan dan mortalitas pada
infark miokardia tergantung pada derajat gangguan fungsi yang ditimbulkannya, baik
mekanis
maupun
elektris.

PATHOGENESIS
Pada keadaan normal terdapat keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria dengan
kebutuhan miokard. Pada CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran darah arterial
dan
kebutuhan
miokardium.
Keseimbangan
ini
dipengaruhi
oleh
:

Aliran
darah
koroner

Kepekaan
miokardium
terhadap
iskhemik

Kadar
oksigen
dalam
darah
Aliran darah arterial yang berkurang hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria
sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit
maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah
mokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti
perubahaan vaskuler yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.Dengan
demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen genting, mem bahayakan
myokardium distal dan daerah lesi. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat
menyebabkan iskemi dandisfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75 % lumen
pembuluh darah. Langkah akhir prose patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat
terjadi
dengan
cara
berikut
:
1.
Penyempitan
lumen
progresif
akibat
pembesaran
plak.
2.
Perdarahan
pada
plak
ateroma
3.
Pembentukan
trombus
yang
diawali
agregrasi
trombosit
4.
Embolisasi
trombus
/
fragmen
plak
5.
Spsme
arteria
koronaria
Lesi-lesi arteroskleosis biasanya berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria
koronaria yaitu pada temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada
tahap
lebih
lanjut
lesi-lesi
yang
tersebar
difus
menjadi
menonjol.
FAKTOR-FAKTOR
Yang
Mayor:
Peningkatan
Hipertensi
Merokok
Gangguan
Diet
tinggi
Minor:
Gaya
Stress
Type
Yang
Usia
Jenis
Riwayat
Ras

RESIKO
dirubah:

dapat

lemak

hidup

lipid

serum

toleransi
jenuh,

glukosa
kalori

kelesterol

yang

kurang

dan

bergerak
psikologik

kepribadian
tidak

dapat

dirubah:
kelamin
keluarga

GEJALA-GEJALA

Asimtomatik
(tanpa
gejala-gejala):

Simtomatik
(dengan
gejala-gejala)
:

Sakit
dada,
bedebar-debar,
sesak
napas,
pingsan.

Sakit
dada
Angina pektoris (seperti rasa tertekan, berat, diremas, disertai cemas, keringat dingin, sesak
napas)

Angina
pektoris
stabil
(sakit
dada
sesudah
melakukan
kegiatan)
Angina Varian ( terjadi spontan umumnya sewaktu istirahat atau pada waktu aktifitas ringan.
Biasanya
terjadi
akibat
spasme
pembuluh
arteri
koroner).

Angina
Prisemental
(sama
dengan
angina
Varian)
Infark miokard ( nyeri yang hebat, seperti rasa tertekan, berat, diremas, disertai cemas,
keringat
dingin,
sesak
napas,
mual,
muntah)
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

Hb
/
Ht

Hitung
trombosit,
masa
perdarahan,
masa
pembekuan

Elektrolit
Analisa Gas Darah (ABGS) : Identifikasi status oksigen, efektifitas fungsi pernapasan,
keseimbangan
asam-basa

Pulse
olimetri

BUN
/
Kreatinin

Glukosa

Amilase

Enzym

Chest
X
Ray

Elektrokardiografi
(EKG)

Angiografi
PENGOBATAN
Pencegahan
Primer
Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis koroner adalah pencegahan
primer
itu
sendiri.
Pencegahan
dilakukan
karena
:
1. Penyakit ini secra klinis baru terlihat nyata setelah ada suatu masa laten yang lama dengan
perkembangan penyakit yang tidak bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang dianggap
sebagai prekursor penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koroner pada anakanak
dan
dewasa
muda.
2. Tidak ada terapi kuratif untuk penyakit arterosklerosis koroner. Begitu penyakit ini
diketahui secara klinis, maka terapi hanya pal;iatif untuk mengurangi akibat dan konsekuensi
klinis
untuk
memperlambat
perkembangan.
3. Konsekuensi penyakit arterosklerosis koroner, dapat sangat berbahaya. Infark miokard
dapat terjadi tanpa atau dengan sedikit peringatan lebih dahulu, insiden kematian mendadak
terjadi sangat tinggi, lebih dari separuh kemtian yang berkaitan dengan infark miokard terjadi
pada jam-jam pertama infark, sebelum pasien dirawat di rumah sakit.
Arteosklerosis koroner merupakan salah satu penyebab utama kematian di Amerika serikat.
Menurut American Heart Association, sekitar 524.000 kematian disebabkan karena infarka
miokard
pada
tahun
1986.
Pengobatan
Tujuan pengobatan iskemia miokardium adalah memperbaiki ketidakseimbangan antara

kebutuhan
miokardium
akan
oksigen
dan
suplai
oksigen.

Pengurangan
kebutuhan
oksigen
a.
Pengurangan
kerja
jantung
secara
farmakologik:

Nitrogliserin

Pengahambat
beta
adrenergik

Digitalis

Diuretika

Vasodilator

Sedativa

Antagonis
kalsium
b.

Pengurangan

kerja

jantung

secara

Tirah
Lingkungan

yang

Peningkatan

suplai
Pemberian

Antikoagulasiadan
Antagonis

fisik

:
baring
tenang

oksigen:
Nitrogliserin
oksigen
Vasopresor
Antiaritmia
agenfibrinotik
kalsium

Revascularisasi
koroner
Aliran darah ke miokardium setelah suatu lesi arterosklerotis pada arteri koroner dapat
diperbaiki dengan operasi untuk mengalihkan aliran dan bagian yang tersumbat dengan suatu
cangkok pintas, atau dengan meningkatkan aliran di dalam pembuluh yang sakit melalui
pemisahan mekanik serta kompresi atau pemakaian obat yang dapat melisiskan lesi.
Revascularisasi
bedah
(cangkok
pintas
=
CABG)
Pembuluh standar yang dipakai dalam melakukan CABG adalah vena savena magna tungkai
dan
arteria
mamae
interna
kiri
dari
rongga
dada.
Pada pencangkokan pintas dengan vena savena magna, satu ujung dari vena ini disambung ke
aporta asendens dan ujung lain ditempelkan pada bagian pembuluh darah sebelah distal dari
sumbatan. Saluran baru ini dibuat untuk menghindari pembuluh darah yang mengalami
penyempitan, sehingga darah dapat dialirkan ke miokardium yang bersangkutan.
PENGKAJIAN
Aktifitas
Dilaporkan
:

Kelemahan
umum

Tidak
mampu
melakukan
aktifitas
hidup
Ditandai
dengan:

Tekanan
darah
berkisar
antara
124/91
mmhg137/97
mmhg

Denyut
nadi
berkisar
antara
100
112
x/menit

Pernapasan
sekitar
16-20
x/menit
Terjadi perubahan sesuai dengan aktifitasnya dan rasa nyeri yang timbul sekali-sekali waktu
batuk.
Sirkulasi

Dilaporkan
:
Riwayat adanya Infark Miokard Akut, tiga atau lebih penyakit arteri koronaria, kelainan
katub
jantung,
hipertensi
Ditandai
dengan
:

Tekanan
darah
yang
tidak
stabil,
irama
jantung
teratur

Disritmia
/
perubahan
EKG

Bunyi
jantung
abnormal
:
S3
/
S4
murmur

Sianosis
pada
membran
mukosa/kulit

Dingin
dan
kulit
lembab

Edema
/
JVD

Penurunan
denyut
nadi
perifer

Perubahan
status
mental
Status
Ego
Dilaporkan
:

Merasa
tak
berdaya
/
pasrah

Marah
/
ketakutan
Ketakuatan akan kematian, menjalami operasi, dan komplikasi yang timbul

Takut
akan
perubahan
gaya
hidup
atau
fungsi
peran
Ditadai
dengan
:

Kelemahan
yang
sangat

Imsomania

Ketegangan

Menghindari
kontak
mata

Menangis

Perubahan
tekanan
darah
dan
pola
napas
Makan/minum
Dilaporkan

Perubahan
berat

Hilangnya
nafsu

Nyeri
abdomen,

Perubahan
frekwensi
Ditandai
dengan

Menurunnya

Kulit
kering,
turgor

Hipotensi

Bising
usus

Edem
(umum,
Sensoris
Dilaporkan

Ditandai

Perubahan
orientasi

Mudah
Nyeri
Dilaporkan

kulit

:
badan
makan
nausea/muntah
miksi/meningkat
:
BB
menurun
postural
menurun
lokal)

Sering
atau
marah,
/

dengan
kadang

berbicara
tersinggung,

tidak

:
pusing
Vertigo
:
relefan
apatis.
kenyamanan
:


Nyeri
dada/

Nyeri
post

Ketidaknyamanan
karena
adanya
Ditandai
dengan

Post

Wajah
tapak

Perilakau
tidak

Membatasi

Perubahan
tekanan
darah,
nadi,
Pernapasan
Dilaporkan

Napas
cepat

Post

Ketidakmampuan
untuk
batuk
Ditandai
dengan

Post

Penurunan
pengembangan

Sesak
napas
(normal

Tanpa
suara

Perubahan
pada
ABGs

luka

dan

angina
operasi
oprasi
:
operatif
kesakitan
tenang
gerakan
Gelisah
Kelemahan
pernapasan

:
dan
pendek
operatif
dan
napas
dalam
:
operatif
rongga
dada
karena
torakotomi)
napas
(atelektasis)
Kecemasan
/
pulse
axymetri

Rasa
Aman
Dilaporkan
:

Periode
infeksi
perbaikan
katub

Ditandai
dengan
:
Post operati : peradarahan dari daerah dada atau berasal dari insisi daerah donor.
Penyuluhan
Dilaporkan
Faktor resiko seperti diabetes militus, penyakit

Penggunaan
obat-obat
kardivaskuler

Memperbaiki

:
jantung, hipertensi, stroke
ya
ng
bervariasi
kegagalan/kekurangan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko
tinggi
penurunan
kardiak
output
:
Faktor
resiko
:
Penurunan kontraktilitas miokardium sekunder akibat pembedahan dinding ventrikel, MI,
respon
pengobatan.

Penurunan
preload
(hipovolemia)

Penurunan
dalan
konduksi
elektrikal
(dysritmia)

Gangguan
rasa
nyaman:
nyeri
(akut)
sehubungan
dengan
sternotomi (insisi mediastinum ) dan atau insisi pada daerah donor.

Miokardial
iskemia
(MI
akut
angina)

Peradangan
pada
jaringa
atau
edem

Trauma
saraf
pada
intraoperatif

kecemasan,
gelisahm,
mudah
tersinggung

Peningkatan

denyut

Gangguanprilaku
nadi

Perubahan
peran
sehubungan
dengan
:
Krisis
situasi
/
proses
penyembuhan
Ketidakpastian
akan
masa
depan
Ditandai
dengan
:

Kemunduran/perubahan
kemampuan
fisik
untuk
mengembalikan
peran

Perubahan
peran
yang
sesuai
/
biasanya
atau
tanggung
jawab

Perubahan
dalam
diri
/
persepsi
lain
terhadap
perannya
Resiko
tinggi
tidak
efektifnya
jalan
napas
sehubungan
dengan

Ventilasi
yang
tidak
adekuat
(nyeri/kelemahan
otot)

Penurunan
kapasitas
pengangkutan
oksigen
(kehilangan
darah)
Penurunan pengembangan paru (Atelektasis / pnemotorak / hematotorak).
Aktual kerusakan/integritas kulit sehubungan dengan insisi pembedahan dan lokasi
jahitan
luka.
Ditandai
dengan
:
Luka
/
koyaknya
permukaan
kulit
Kurang pengetahuan tentang keadaan dan pemeliharaan post operasi sehubungan
dengan kurang terbuka, mis interprestasi informasi, kurang daya ingat.
Ditandai
dengan

Bertanya
/
meminta
informasi

Mengungkapkan
tentang
masalahnya

Adanya
kesalahpaham
persepsi

Tidak
adekuat
mengikuti
instruksi
DAFTAR PUSTAKA :
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987.
Donna D, Marilyn. V, Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia 1991.
Marylin Doenges, Nursing Care Plans,F.A Davis Company, Philadelpia, 1984
Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty Wilson, Ph D. R.N, Pathofisiologi
proses-proses penyakit, edisi I, Buku ke empat.

CAD (coronary artery disease)


A. DEFINISI
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penebalan dinding dalam pembuluh
darah jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini, darah yang
mengalir ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran sekitar
sekepalan tangan itu kekurangan darah.
Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu
manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak
jarang pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi
secara permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
(Joanne and Gloria. 1995)
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang
adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan

aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina
preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct).
(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Penyakit jantung yang paling sering di Amerika Serikat adalah penyakit
aterosklerosis koroner. Kondisi patologis arteri koroner ini ditandai dengan
penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan
penurunan aliran darah ke jantung. Penyakit arterosklerosis disebabkan oleh
kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah dan keadaan biofisika serta biokimia
dinding arteri. Meskipun terdapat perbedaan pendapat diantara beberapa ahli
mengenai bagaimana aterosklerosis merupakan penyakit progresif, dapat
dikurangi dan pada beberapa kasus dapat dihilangkan.
Pembuluh darah jantung dikenali sebagai arteri koronari. Kadangkala,
pembentukan bahan berlemak atau plak daripada kolestrol boleh menyempitkan
pembuluh darah jantung. Plak ini mengurangkan jumlah jumlah oksigen ke
jantung, menyebabkan kematian.
Sakit dada yang berkepanjangan berlaku apabila arteri yang sempit
dihalang secara tiba-tiba dan sepenuhnya. Ini adalah karena kekurangan oksigen
di dalam sel-sel jantung, sehingga menyebabkan sel-sel jantung tersebut mati,
yaitu suatu keadaan yang dipanggil infark miokardium atau lebih lazim, serangan
jantung.
Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu
di dunia, dan dianggap 'musuh nomor satu' dalam kehidupan yang paling
ditakuti. Selain itu, juga menduduki tempat teratas, penyakit jantung bukan lagi
menjadi pembunuh misteri. Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,
kegemukan, merokok, kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah
antara faktor penyumbang kepada penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan
penyakit ini lebih banyak berkisar kepada aspek pencegahan yang merangkumi
gaya hidup sehat, makanan yang seimbang, olahraga dan sebagainya. Namun,
statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap mencatatkan peningkatan
yang membimbangkan.
(Noer, Sjaifoellah. 1996)

B. PENYEBAB
Dalam pengobatan telah mengenal pasti beberapa faktor risiko untuk CAD.
Mereka yang mempunyai faktor risiko berikut mempunyai peluang yang lebih
tinggi untuk mendapat CAD:
Faktor risiko utama termasuk:
1.
2.
3.
4.
5.

Merokok
Diet kolesterol yang tinggi
Tekanan darah tinggi
Diabetes
Peningkatan umur
Faktor risiko yang lain termasuk:

1. Kegemukan (Obesitas)
2. Sejarah keluarga, di mana penyakit arteri koronari berlaku pada umur yang
muda
3. Kaum etnik
C. TANDA DAN GEJALA
Pada penyakit arteri koronaria ini, penderita mungkin merasa sakit dada
dan/atau sesak nafas pada saat olah raga atau melakukan aktivitas, sakit dada
atau dikenali sebagai angina pektoris. Sakit ini dialami pada bagian tengah dada
atau sebelah kiri dada. Kesakitan ini dialami dengan:
1. Seolah-olah ada cengkraman yang kuat pada dada.
2. Sesak pada dada.
3. Sukar bernafas
Sakit ini akan merebak ke leher dan bagian lengan kiri. Hal ini terjadi selama
aktivitas fisik atau tekanan emosi. Tekanan emosi atau aktivitas yang lain juga
dapat menyumbangkan masalah ini.
Sakit dada ini terbagi menjadi dua peringkat yaitu:
1. Stabil : mengalami sakit dada apabila melakukan aktivitas.
2. Tidak stabil : mengalami sakit dada yang berulang-ulang dan berkepanjangan.
Sakit ini dialami sekalipun dengan melakukan aktivitas yang ringan atau semasa
sehat.
Kadangkala pada orang tua merasakan sakit pada bagian bahu, lengan,
leher, rahang atau belakang badan. Semasa serangan jantung, penderita akan
mengalami sakit dada secara tiba-tiba dan diiringi dengan berkeringat, berdebar,
rasa lemas badan, dan pusing kepala.
Dalam keadaan seperti diabetes dan usia tua, simptom mungkin ringan
maupun luar biasa (contohnya sakit pada bagian ulu hati). Sekiranya gejalagejala angina tidak stabil dibiarkan tanpa perawatan, penderita akan mendapat
serangan jantung (penginfarkan miokardium)

D. PATOFISIOLOGI
Angina (sakit

dada

apabila

kepenatan)

terjadi

akibat

berlakunya

aterosklerosis yang menyebabkan saluran yang mengalirkan darah ke otot-otot


jantung menyempit dan pengaliran darah terhalang. Serangan sakit jantung
terjadi apabila darah membeku di kawasan aterosklerosis dan menghalang
sepenuhnya pengaliran darah ke otot-otot jantung. Keadaan ini menyebabkan sel
jantung mati akibat tidak mendapat oksigen. Tanda-tanda penyakit jantung
termasuk kesakitan di bagian jantung, berkeringat, lemas, dan kesulitan untuk
bernafas.
Penyakit jantung koroner dan miocardial infark merupakan respons iskemik
dari miokardium yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara
permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial,
untuk metabolisme aerob di mana, Adenosine Triphospate di bebaskan untuk
energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya
oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung disebut sebagai Myocardial Oxygen
Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi
miocardial, dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap
peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan
kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung
yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat
mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal
maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai
glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang
dapat

sebagai

predisposisi

terjadinya

disritmia

dan

kegagalan

jantung.

Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi


menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke

volume,

pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir
diastol dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis, serta tanda-tanda
kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau sementara), lokasi, serta ukurannya. Tiga manifestasi dari
iskemik miocardial adalah angina pektoris, penyempitan arteri koronarius
sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen
pada arteri koronari.
(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
A. KOMPLIKASI

1. Lemah jantung
2. Denyutan jantung yang luar biasa
3. Kematian
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pengambilan contoh darah
Untuk memeriksa fungsi ginjal dan jantung, bagi memastikan darah boleh beku
seperti biasa dan untuk menguji kencing manis. Jangka akan dicucuk jarum
apabila darah diambil.Bilangan contoh darah bergantung kepada keadaan
individu.
2. X-ray dada
Untuk mencari lokasi jantung dan mengukur ukurannya, serta untuk memastikan
tidak ada jangkitan dada atau paru-paru. Jika ada jangkitan, ia perlu dirawati
dahulu. Ini merupakan prosedur yang tidak menyakitkan dan tidak invasif.
3. Elektrokardiogram 12 dedawai (EKG)
Untuk memastikan otot-otot jantung berfungsi seperti biasa. Ini merupakan
prosedur yang tidak menyakitkan dan tidak invasif. Gambaran EKG yang dibuat
pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan arteri koroner sering kali
masih normal. Gambaran EKG terkadang menunjukkan bahwa pasien pernah
mendapat infark miokard akut di masa lampau. Terkadang EKG menunjukkan
pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan arteri koroner. Kadangkadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada saat terjadi arteri koroner, EKG akan menunjukkan adanya depresi
segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
4. Koronari Angiogram
Angiogram adalah satu pemeriksaan yang menggunakan imbasan sinar-x
untuk memperlihatkan salur darah dengan menggunakan bahan kontras.
Angiogram digunakan untuk mendiagnos penyakit arteri koronari. Ia juga boleh
digunakan untuk mengenal pasti lokasi sebenar dan keterukan CAD.
Imej angiografi dapat memperlihatkan dengan tepat tahap penyumbatan
penyakit arteri. Angiogram juga dapat membantu doktor memilih rawatan yang
sesuai bagi pesakit yang mengidapi serangan jantung (myocardial infection) atau
angina. perawatan ini mungkin mengandungi ubat-ubatan, belon angioplasti,
stenting, artherectomy, rotablator atau pembedahan jantung (bypass).
Prosedur Arteri Kononari dan PTCA/stents banyak dilakukan di Pusat
pengobatan HSC (lebih kurang 500 kasus setiap tahun). Kebanyakan penderita
selalunya dirawat sebagai penderita luar dan boleh kembali pada hari yang sama
setelah pemeriksaan. Hanya segelintir kesehatan di mana penderita dirawat
dalam sekiranya bantuan klinikal diperlukan.

penderita diminta berpuasa selama enam hingga delapan jam sebelum


prosedur dijalankan. Pengalaman di pusat perubatan kami menunjukkan kolerasi
yang baik (80-90%) di antara MSCT koronari dan pengkateteran koronari.
A. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian pendidikan kesehatan pada klien maupun keluarga yang mengalami
penyakit arteri koroner.
2. Pemberian obat golongan antiangina, beta blocker, dan antikoagulan.
3. Melakukan pemerikasaan penunjang (diagnostik).
B. PENCEGAHAN
Mengenal pasti dan menangani faktor risiko arteri koronari melalui:
1. Mengetahui faktor risiko melalui pemeriksaan perobatan secara berkala.
2. Amalan cara hidup sehat:
a. Berhenti merokok
b. Makanan seimbang
c. Pengukuran berat badan
d. olahraga berkala
3. Tindakan awal secara optimal:
a. Mengukur tekanan darah tinggi
b. Diet gula untuk penderita diabetes
c. Diet kolesterol
C. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Yaitu dengan cara hidup sehat, misalnya :
a. Berhenti merokok
b. Makanan seimbang
c. Mengukur berat badan
2. Farmakologi
Obat diberi untuk:
a. Mengurangi pembekuan darah / mencairkan darah, contohnya obat-obatan
antikoagulan, seperti heparin dan antikoagulan oral (dikumoral, walfarin, dan
anisindion).
b. Mengurangi kadar denyutan dan tekanan darah supaya mengurangi keperluan
oksigen oleh jantung, contohnya adalah obat-obatan beta blocker, seperti
c.

asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol.


Mengembangkan saluran darah untuk meningkatkan kebutuhan

d.
1)
2)
3)
e.

contohnya adalah antiangina golongan nitrat (contohnya nitroglycerin).


Tindakan awal secara optimal:
Mengukur tekanan darah tinggi.
Diet gula untuk penderita diabetes.
Diet kolesterol.
Semasa serangan jantung akut, pencairan darah beku adalah berkesan jika

oksigen,

perawatan diberi dalam masa 6 jam.


D. REHABILITASI
Rehabilitasi jantung adalah program latihan yang dipantau oleh anggota
kesehatan yang berkelayakan/mahir. Ia boleh membantu penderita pulih dengan
cepat dan meningkatkan tahap fungsi fisikal, mental dan sosial.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ini merupakan program berbagai bidang termasuk:


Konseling mengenai proses penyakit dan kepentingan pengambilan obat .
Program olahraga .
Makanan yang seimbang.
Membantu penderita mengurangi faktor risiko .
Memberi bimbingan kerjanya .
Dorongan emosi.
M. Terapi
Terapi yang dapat diberikan perawat terhadap penderita jantung koroner ini
dapat

berupa

pendidikan

kesehatan

tentang

hidup

sehat,yang

meliputi

pengaturan asupan nutrisi yang rendah lemak,dan pada penderita penyakit


jantung koroner yang juga menderita penyakit lain seperti diabetes militus juga
harus

mengurangi

asupan

makanan-makanan

yang

mengandung

gula

berlebihan,karena ini dapat memicu terjadinya penggumpalan trombosit atau


thrombus

yang

dapat

menyebabkan

obbstruksi

pada

pembuluh

darah

jantung,selain itu perawat juga memberikan penyuluhan tentang bagaimana


gaya hidup yang sehat,yaitu dengan olah raga yang teratur,istirahat yang
teratur dan tidak mengkonsumsi zat-zat kimia yang dapat merusak pembuluh
darah,jantung dan organ-organ tubuh dengan tidak merokok,mengkonsumsi
minum-minuman keras dan narkoba.
1. Pengkajian
a.

Aktivitas dan istirahat


Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi,
diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia.
Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris
yang tidak berfungsi.

Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia).
Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul
dengan gagal jantung.
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c.

Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak,
muntah dan perubahan berat badan.
e.

Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan
aktivitas.

f.

Neuron sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

g. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah
di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
h. Respirasi

Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i.

Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

j.

Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes,
stroke, hipertensi, perokok.

k. Studi diagnostik
ECG menunjukan : adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung : CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit : ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell : leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
Analisa gas darah : Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis ata akut.
Kolesterol atau trigliseid : mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray : mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
Echocardiogram : Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.

Exercise stress test : Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap


suatu stress/ aktivitas.

2. DIAGNOSA
a.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung


atau sumbatan pada arteri koronaria.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
c.

Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan


dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR,
miocardial infark.

d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


tekanan darah, hipovolemia.

3. INTERVENSI
a.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung


atau sumbatan pada arteri koronaria.

Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit, diharapkan nyeri
pada klien dapat berkurang, yaitu dari skala nyeri 8 menjadi 2, yang ditandai
dengan klien tampak rileks, aktifitas klien dapat meningkat, terutama setelah
dilakukan relaksasi.
Rencana Intervensi :
1) Melakukan pengkajian menyeluruh dari dari nyeri, meliputi lokasi, karakteristik,
jumlah, lama, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor presipitasi nyeri..
2) Pastikan pasien mendapatkan obat penghilang rasa nyeri (analgesik).
3) Memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir, dan partisipasi dalam melakukan tindakan.

4) Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
5) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
6) Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
7) Mengkolaborasikan dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya untuk memilih
dan mengimplementasikan obat nonfarmakologik sebagai pertolongan terhadap
nyeri.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Kriteria hasil :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, diharapkan klien
menunjukkan

peningkatan

kemampuan

dalam

melakukan

aktivitas,

yang

ditandai dengan klien tidak lagi tampak sesak nafas.


Rencana Intevensi :
1)

Bantu untuk menggali pengetahuan klien mengenai aktivitas sehari-hari


(misalnya bekerja) dan / atau kegiatan yang biasa dilakukan pada waktu luang.

2) Bantu untuk memilih kegiatan yang cocok dengan keadaan fisik, psikologi, dan
kemampuan sosial.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi secara penuh mengenai aktivitas.
4) Bantu klien / keluarga untuk mengidentifikasi adanya penurunan aktivitas.
5) Fasilitasi kegiatan pengganti saat klien mempunyai sedikit waktu, energi, atau
gerakan.
6) Beri penguatan positif untuk partisipasi dalam kegiatan.
7) Kolaborasikan dengan tengan kesehatan lain untuk perencanaan dan monitoring
dalam program aktivitas.

c.

Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan

dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatan


SVR, miocardial infark
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit, diharapkan klien tidak
terjadi penurunan cardiac output yang ditandai dengan klien tidak tampak lelah
dan tidak mual dan muntah.
Rencana Intervensi :
1) Auskultasi bunyi jantung.
2) Monitor dan catat heart rate, irama, dan bunyi jantung.
3) Monitor intake / output, urin output, dan berat badan pasien.
4) Monitor efek dari pengobatan.
5) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
6) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan
anti disritmia.

d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


tekanan darah, hipovolemia.
Kriteria hasil :
Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit, tidak terjadi
penurunan perfusi jaringan yang ditandai dengan klien tidak mual muntah dan
tidak mengalami nyaeri dada. .
Rencana Intervensi :
1) Monitor status cairan, termasuk pemasukan dan pengeluaran cairan.
2) Monitor adanya kehilangan cairan (contohnya pendarahan, mual muntah, diare,
takipneu).
3)

Mengkombinasikan dengan kristaloid (contohnya normal saline dan linger


laktat).

(NIC NOC, 1995)

jantung koroner
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia.

Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung


menempati

posisi

(Sunaryati;2011,44)

pertama

sebagai

penyebab

kematian

manusia.

Menurut WHO, tahun 1999 sedikitnya 55,9 juta jiwa kematian di seluruh
dunia disebabkan penyakit jantung, dan 60 % diantaranya adalah PJK. pada
tahun 2005 terdapat 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler,
dari kematian ini, 7,6 juta diantaranya terkena penyakit jantung koroner.
(http://eprints. undip.ac.id/6324/)
American Heart Association pada tahun 2004 memperkirakan prevalensi
penyakit jantung koroner di amerika serikat sekitar 13.200.000 jiwa. angka
kematian karena PJK di seluruh dunia tiap tahun didapatkan 50 juta, sedangkan
di negara berkembang terdapat 39 juta. WHO pada tahun 2002 memperkirakan
diseluruh dunia setiap tahunnya 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita meninggal
karena PJK.

(http://www.docstoc. com/docs/71645150/ penyakit - jantung-

koroner-%28Arief-Darmawan%29).
Di Indonesia, berdasarkan data Depkes 2005, penyakit jantung koroner
menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh
rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang.
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2000 Penyakit Jantung
Koroner menempati urutan ketiga dari penyakit tidak menular dengan jumlah
penderita sebanyak 354 orang yang berumur 60 tahun.jumlah kematian
penyakit jantung koroner sebanyak 37 orang dengan CFR (Case Fatality Rate).
Dari penelitian Damanik di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2000-2004
bahwa jumlah penderita penyakit jantung koroner sebanyak 230 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 13 orang CFR.
Berdasarkan data yang peneliti dapat jumlah penderita PJK di RSU
Dr.Pringadi Medan tahun 2003 sebanyak 198 kasus, tahun 2004 sebanyak 274,
tahun

2005

sebanyak

259

kasus,

tahun

2006

sebanyak

283

(http://repository.usu.ac .id/ bitstream/123456789/14656/1/09E01271.pdf )

kasus.

Jika lebih dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya


jantung tidak dapat berfungsi sehingga akan menyebabkan kematian. Bahkan
walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu lagi memompa darah
dengan baik sehingga terjadi gagal jantung atau shock yang artinya jantung
berhenti

berdetak

dan

menyebabkan

kematian

mendadak.(

Susanto,

2010:58:59)
Dari latar belakang uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk
melaksanakan peneliti dengan judul : Gambaran Pengetahuan Pasien tentang
Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012.

1.2.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan Masalah yaitu: Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Pasien


Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang V (Lima) tentang Penyakit Jantung Koroner Di
Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012

1.3.
1.3.1.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan
Ruang V (Lima) Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum
Kabanjahe Tahun 2012.

1.3.2.
a.

Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan
Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Tahun 2012 berdasarkan umur.

b.

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan
Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Tahun 2012 berdasarkan pendidikan.

c.

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan
Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Tahun 2012 berdasarkan pekerjaan.

d.

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan
Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Tahun 2012 berdasarkan sumber informasi.

1.4.
1.

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam penerapan ilmu
pengetahuan yang dapat di peroleh dalam perkuliahan khususnya mengenai
Penyakit Jantung Koroner

2.

Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam proses belajar mengajar dalam
perkuliahan serta menambah wawasan dan sebagai bahan referensi di
perpustakaan Akademi Keperawatan Takasima Kabanjahe.

3.

Bagi Rumah Sakit Umum Kabanjahe


Untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi petugas
rumah sakit umum kabanjahe dalam menerapkan asuhan keperawatan pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner.

4.

Bagi Peneliti Berikutnya


Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya dan tambah
referensi bagi peneliti mengenai Penyakit Jantung Koroner sehingga peneliti
berikutnya menjadi lebih baik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.
2.1.1.

Pengetahuan

Defenisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.
(Notoatmodjo, 2003 : 127-128)
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat satu hal , mengingat
kembali kejadian yang pernah di alami baik secara sengaja maupun tidak

disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak dan pengamatan
terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak, 2007 : 28)
Pengetahuan

(knowledge) adalah hasil tau dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini


terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diproleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007:143).
2.1.2.

Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

1.

Tahu (Know)
Tahu

diartikan

sebagai

mengingat

suatu

materi

yang

telah

dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


kembali (recall) sesuatu yang spesitif dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang

apa

yang

dipelajari

antara

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan


tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2.

Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginter-prestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
makan makanan yang bergizi.

3.

Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving
cyclel) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5.

Sintesis (Syntesis)
Sintesis

menunjuk

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya, dapat menyusun dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dan menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atas rumusan-rumusan yang telah ada.
6.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

telah yang ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak kekurangan gizi, dalam menanggapi terjadinya diare disuatu
tempat, dalam menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikutan dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003 : 128-130).
2.1.3.
1.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan tarjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologis (mentah).perubahan pada fisiksecara garis besar ada empat
katagori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi,
ketiga, hilangnya cirri-ciri lama, keempat, timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpikir sese orang semakin matang dan dewasa.

2.

Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai
yang baru di perkenalkan.

3.

Pekerjaan
Lingkungan pekerkjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4.

Sumber Informasi
Informasi kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

5.

Minat
Sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu .
minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
akhirnya di peroleh pengetahuan yang lebih mendalam.

6.

Pengalaman
Suatu kegiatan yang pernah dialami seseorang dalam berintraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderung pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman yang kurang baik seseorang
akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek
tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

7.

Kebudayaan lingkungan sekitar


Kebudayaan dinama kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai
sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
(Mubarak, 2007 : 30-31)

2.2.

Penyakit Jantung Koroner

2.2.1 Defenisi
Penyakit Jantung Koroner adalah terjadinya penyumbatan sebagian atau
total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner. Akibat adanya penyumbatan
ini, maka dengan sendirinya suplai energy kimiawi dan oksigen ke otot jantung
(miokard) berkurang, sehingga terjadilah gangguan keseimbangan antara suplai
dan kebutuhan. Kondisi dimana otot jantung mengalami kekurangan energi dan
oksigen disebut iskemia miokard. Bila iskemia berlangsung terus maka terjadilah
kerusakan sel otot jantung, kondisi ini disebut infark miokard. (Hananta, 2011:
25)
Pada kondisi normal, aliran darah dalam arterikoronaria sesuai dengan
kebutuhan metabolisme otot jantung. Penyakit jantung iskemik terjadi apabila
pasokan darah tidak mencukupi karena pasokan darah sendiri yang berkurang
atau

miokardium

menjadi

hipertrofi

dan

kebutuhan

pasokan

darahnya

meningkat. (Anderwood, 2000: 352).


Infark miokard (Myocardial infarction, MI) adalah keadaan yang mengancam
kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan nekrosis otot

yang

permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. Infark miokard juga
diketahui sebagai serangan jantung atau serangan koroner. Dapat menjadi fatal
bila terjadi perluasan area jaringan yang rusak. (Wajan Juni, 2010: 77)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri
koroner karena arteroksklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau
thrombosis. (Brunner & Suddarth, 2001:788)

Serangan

jantung

biasa

terjadi

ketika

sumbatan

pada

arteri

koroner

menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari


organ jantung.

Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah tersebut

berlangsung lebih dari beberapa menit maka jaringan jantug akan mati.
Kemampuan memompa jantung setelah mengalami serangan jantung, secara
langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan atau infark.
( susanto, 2010:58)

2.2.2 Anatomi Fisiologi Jantung


atomi Jantung
A. Jantung

Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada


(toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium
yang terdiri atas 2 lapisan: Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang
melekat pada tulang dada dan selaput paru. Perikardium viseralis, yaitu lapisan
permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium. Diantara kedua
lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang berfungsi
mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.

B. Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapis:
1.
Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.

C.

2.

Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.

3.

Lapisan dalam disebut endokardium.

Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut
atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1.
Atrium
a.
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena
kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari
atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
b.
Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri.
Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
2.

Ventrikel
Ventrikel kanan,

menerima

darah

dari

atrium

kanan

yang

kemudian

dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.


Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya ke
seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

D. Katub Jantung
1. Katup Atrioventrikuler

Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel.. katup antara
atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut
katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau
katup mitral.
Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke
ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium
pada saat sistol ventrikel.
2.

Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan.
Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar
terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama
sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole
ventrikel.

E.
1.

Peredaran Darah Dalam Tubuh


Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke
seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya
membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding
arteri banyak mengandung jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan
mengadakan rekoil saat diastol.

2.

Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup
pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai

dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran
normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol
dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol
merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah, perubahan pada
diameternya menyebabkan perubahan besar pada resistensi.
3.

Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang
berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan
vena (membawa darah kembali ke jantung).Kapiler memungkinkan oksigen dan
zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil
metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.

4.

Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venulvenul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.

5. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar
daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang
sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah
tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena
berkontraksi

sehingga

mempunyai

kemampuan

menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.


6

Arteri Koroner

untuk

menyimpan

atau

Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi


koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner
bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang disebut sinus valsava.
7.

Vena Jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri

koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian, vena kardiaka
anterior, sinus koronaria.
F.

Sirkulasi Darah
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi
koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.

a.

b.

Sirkulasi Sistemik
1.
Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2.

Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.

3.

Memerlukan tekanan permulaan yang besar.

4.

Banyak mengalami tahanan.

5.

Kolom hidrostatik panjang.

Sirkulasi Pulmonal
1.
Hanya mengalirkan darah ke paru.
2.

Hanya berfungsi untuk paru-paru.

3.

Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.

4.

Hanya sedikit mengalami tahanan.

5.

Kolom hidrostatiknya pendek.

c.

Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang
cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang
intramiokardial yang kecil-kecil. Aliran darah koroner terjadi terutama pada fase
diastolik.( http://www.kard iologi -ui.com/newsread .php?id=246)
Aliran darah koroner meningkat pada:

Peningkatan aktifitas

Jantung berdenyut

Rangsang

sistem

saraf

simpatis.

(http://perawattegal.word

press.com/2009/09/12/struktur-fungsi-sistem-kardiovaskuler/#more-295)

2. Fisiologi Jantung
A. Struktur Otot Jantung
Otot jantung mirip dengan otot skelet yaitu mempunyai serat otot.
Perbedaannya otot jantung tidak dipengaruhi oleh syaraf somatik, otot jantung
bersifat involunter. Kontraksi otot jantung dipengaruhi oleh adanya pacemaker
pada jantung.
B. Metabolisme Otot Jantung
Metabolisme otot jantung tergantung sepenuhnya pada metabolisme
aerobik. Otot jantung sangat banyak mengandung mioglobin yang dapat
mengikat oksigen. Karena metabolisme sepenuhnya adalah aerob, otot jantung
tidak pernah mengalami kelelahan.

C. Sistem Konduksi Jantung


Jantung mempunyai

system

syaraf

tersendiri

yang

menyebabkan

terjadinya kontraksi otot jantung yang disebut system konduksi jantung. Syaraf
pusat melalui system syaraf autonom hanya mempengaruhi irama kontraksi
jantung. Syaraf simpatis memacu terjadinya kontraksi sedangkan syaraf
parasimpatis menghambat kontraksi. System kontraksi jantung terdiri atas :
1. Nodus Sinoatrialkularis (NSA) terletak pada atrium kanan dan dikenal sebagai
pacemaker

karena

impuls

untuk

kontraksi

dihasilkan

oleh

nodus

ini.

2. Nodus Atrioventrikularis (NAV) terletak antara atrium dan ventrikel kanan


berperan sebagai gerbang impuls ke ventrikel.
3.
Bundle
His
adalah
serabut
syaraf

yang

meninggalkan

NAV.

Serabut Bundle Kanan Dan Kiri adalah serabut syaraf yang menyebar ke
ventrikel terdapat pada septum interventrikularis.
4. Serabut Purkinje adalah serabut syaraf yang terdapat pada otot jantung.
D. Kontraksi Dan Irama Jantung
Kontraksi jantung disebut systole sedangkan relaksasi jantung atau
pengisian darah pada jantung disebut diastole. Irama jantung dimulai dari
pacemaker (NSA) dengan impuls 60-80 kali/menit. Semua bagian jantung dapat
memancarkan impuls tersendiri tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Bagian jantung yang memancarkan impuls diluar NSA disebut focus ektopik yang
menimbulkan perubahan irama jantung yang disebut aritmia. Aritmia dapat
disebabkan oleh hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kafein, nikotin karena
hal tersebut dapat menyebabkan fokus ektopik kontraksi diluar kontraksi dari
nodus NSA. Jika terjadi hambatan aliran impuls dari NSA menuju NAV maka
impuls syaraf akan timbul dari nodus NAV dengan frekuensi yang lebih rendah
yaitu sekitar 40-50 kali/menit. Jika ada hambatan pada bundle his atau serabut
bundle kanan dan kiri maka otot jantung akan kontraksi dengan iramanya sendiri
yaitu

20-30

kali/menit.

Denyut

jantung

20-30

mempertahankan metabolisme otot


E.Suara Jantung
Suara jantung terjadi akibat proses kontraksi jantung.

kali/menit

tidak

dapat

a.
b.
c.
d.
e.

Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup mitral dan trikuspidalis.
Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup semilunaris aorta dan
semilunaris pulmonal.
Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel pada fase diastole.
Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium.
Suara jantung 3 dan 4 terdengar pada jantung anak.
F. Fase Kontraksi Jantung
Pada fase pengisian ventikel dan kontraksi atrium katup mitral dan
trikuspidalis terbuka darah akan mengalir dari atrium menuju ventrikel. Pada
fase kontraksi ventrikel isometric ventrikel mulai kontraksi dan atrium relaksasi,
katup mitral dan trikuspidalis tertutup dan katup semilunar aorta dan pulmonal
belum terbuka. Pada fase ejeksi ventikuler, katup semilunar aorta dan semilunar
aorta dan semilunar pulmonal terbuka sehingga darah mengalir dari ventrikel
menuju aorta dan arteri pulmonalis. Pada fase relaksasi isovolumentrik terjadi
relaksasi ventrikel dan katup semilunar aorta dan pulmonal menutup sedangkan
katup

mitral

dan

katup

trikuspidalis

belum

terbuka.

(http://tulus-

andi.blogspot.com/2009/11/anatomi-dan-fisiologi-sistem . html)
G.Cardiac Output
Stroke volume atau

volume

sekuncup

adalah

jumlah

darah

yang

dipompakan saat ventrikel satu kali berkontraksi (pada orang dewasa normal
70-75 ml) atau bisa juga sebagai perbedaan antara volume darah dalam
ventrikel pada akhir diasyolik dan volume sisa ventrikel pada akhir sistolik (end
diastole volume- end systole volume). Heart rate atau denyut jantung adalah
jumlah kontraksi ventrikel per menit.
Cardiac output atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan
oleh ventrikel kedalam sirkulasi pulmonal dan sistemik selama satu menit (4-8
liter per menit).
Curah Jantung = Denyut Jantung x Volume Sekuncup

(Wajan Juni Udjianti,2010:6)


2.2.3 Etiologi
A. Faktor penyebab
1.
Coronary Arteri Disease : arterosklerosis, arthritis, trouma pada koroner,
penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri
koroner.
2.
Coronary

artery

emboli:

infective

endokarditis,

cardiac

myxoma,

cardiopulmonal bypass surgery, arteriography koroner


3.
Kelainan congenital: anomaly arteri koronaria.
4.
Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard: tirotoksikosis,
hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta.
5.
Gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera, hypercoagulabity,
thrombosis, trombositosis, dan DIC. (Wajan Juni, 2010:78).

B. Faktor predisposisi
1. Faktor resiko yang dapat di ubah:
a. Dislipedemia
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Diabetes Mellitus
e. Diet lemak jenuh dan kolestrol
f. inaktifitas fisik

g. Stres psikososial
h.

Kepribadian

tipe

(ambisius,

agresif,kompetitif,

tidak

sabar,tegang)

(Ronald,2006:18)
2. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah:
a. Usia
usia yang semakin tua akan meningkatkan resiko gangguan
kardiovaskular, hal tersebut secara jelas telah diketahui pada pria maupun
wanita. Hal ini mungkin merupakan pencerminan factor resiko digabung dengan
kecenderungan bertambah beratnya derajat tiap-tiap faktor risiko dengan
bertambah usia. Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,
hal ini berarti perubahan kondisi jantung juga akan terjadi pada semua orang.

b.

Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai risiko penyakit kardiovasekuler lebih rendah


dibanding kaum pria pada semua golongan usia. Penyakit ini jarang terjadi pada
wanita premenopouse, kecuali apabila terdapat faktor resiko yang cukup
kompleks. Dampak faktor risiko pada wanita lebih keci, namun jika ada factor
penyakit lain maka semakin beresiko misalnya pada wanita dengan diabetes dan
obesitas sentral. Pada pasca menopause, besarnya risiko mengidap penyakit
jantung mendekati risiko yang dimiliki kaum pria sehingga sangat penting untuk
mengendalikan factor risiko.

Angka kematian pada kaum pria akibat penyakit jantung cenderung lebih besar
dibanding kaum wanita pada rasio usia yang sama. Dan hormone seks menjadi
salah satu pemicunya. Para peneliti menyimpulkan bahwa hormone seks
berhubungan dengan tiga factor pemicu utama penyakit jantung, yaitu kolestrol,
tekanan darah, dan berat badan. Mereka menemukan estradiol dan estrone yang
biasa disebut hormone estrogen, terkait dengan peningkatan level kolestrol
jahat( LDL-kolestrol) dan menurunkan level kolestrol baik (HDL-kolestrol) pada
pria. Konsentrasi hormone-hormon seks tersebut berkaitan dengan factor resiko
penyakit jantung pada kaum pria, jauh sebelum stroke, dan penyakit sejenisnya
muncul.(Sutanto,2010:70)

c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga


Insiden infark miokard pada kakak beradik berhubungan secara bermakna
walaupun factor lain, seperti hipertensi, dislipidemia, dan merokok telah
disingkirkan ( Ronald,2006:23)
2.2.4 Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada peroses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis
arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli
atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok
atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen jantung.

Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium


mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling disukai adalah infark
miokardium (IM).(Smeltzer, 2002: 788)
Luas dan lokasi kerusakan jaringan miokard tergantung pada hal-hal
berikut ini.
1.
2.
3.
4.
5.

Lokasi dan derajat aterosklerosis


Lokasi,derajat,ada/tidaknya spasme arteri koronaria
Ukuran vaskularisasi yang terganggu
Jauhnya sirkulasi kolateral
Kebutuhan ogsigen miokard yang perfusinya terganggu

Beberapa lokasi infark adalah sebagai berikut.

-endokardial
amural
nsmural
-epikardial (wajan juni udjianti,2010:79)
Mekanisme obstruksi arterikoronaria hingga terjadi infark miokard sebagai
berikut:
Plaques (lesi pada arterosklerosis)

Meningkatkan proses penyempitan pembuluh darah

Oklusi parsial

Aliran sel-sel darah melalui area tersebut mengakibatkan plak pecah


Aggregasi platelet
Meningkatkan pelepasa prostaglandin thromboxane A yang mengakibatkan
pembentukan trombus
Trombus mengikuti aliran darah sampai mencapai area yang sempit pada arteri
koronaria
Oklusi total

Terjadi area iskemik


Bila >45 menit sirkulasi arteri koronaria tersebut tidak pulih akan terjadi infark
Stimulasi pelepasan katekolamin yang merangsang saraf simpatis (respons
adrenergik) pada reseptor alfa)
Vasokontriksi dan peningkatan daya kontraksi

Peningkatan tekanan darah,curah jantung dan frekwensi nadi


Peningkatan serum glukosa dan asam lemak bebas
Peningkatan penggunaan oksigen miokard
Penurunan kecepatan konduksi
Peningkatan kecemasan, loss of control, dan takut mati.

(wajan juni,2010:84)
2.2.5

Manifestasi Klinis
Setiap orang yang mengalami serangan jantung akan mengalami keluhan
yang berbeda-beda. Sebuah serangan mungkin dimulai dengan rasa sakit yang
tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah
dada. Kadang, sebuah serangan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang
ringan sekali sehingga sering disalah artikan sebagai gangguan pencernaan atau
bahkan lepas dari perhatian sama sekali. di pihak lain, serangan jantung
mungkin akan menimbulkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami, rasa
sesak luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga
menguncurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali, dan rasa
ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila
duduk disbanding bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak
bisa santai. Rasa mual dan pusing sampai muntah bahkan yang lebih parah lagi
ialah ketika sampai kolaps dan pingsan. Tanda atau gejala yang demikian ini
tentu saja sudah merupakan kondisi serangan yang sudah akut. Baru pada tahap
yang mengkwatirkan ini kita biasanya sadar terhadap serangan jantung.
Ada beberapa gejala serangan jantung yang lebih spesifik, antara lain:

1.

Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah, maka oksigen yang tidak
memadai dan hasil metabolism yang berlebihan menyebabkan kram atau

2.

kejang;
Sesak nafas. Ini merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-

3.

paru;
Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa maka aliran
darah ke otot selama melakukan aktifitas akan berkurang, menyebabkan
penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini sering kali bersifat ringan. Untuk
mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktifitasnya secara bertahap

4.
5.

atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan;


Palpitasi (jantung berdebar-debar)
Pusing dan pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung
yang

2.2.6

abnormal

atau

karena

kemampuan

memompa

yang

buruk,

biasa

menyebabkan pusing dan pingsan.( Sunaryati:2011,45)


Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan Umum
Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis
berlebihan. Pasien juga tapak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul
setelah 12-24 jam pasca infark
b. Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Sinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan
melambat dengan pemberian analgesic yang adekuat.
Denyut jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok
jantung sebagai komplikasi dari infark.
Peningkatan TD mmoderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin
Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari
aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok
kardiogenik.
c. Pemeriksaan jantung
Terdangar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard
jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6
minggu) sebagai gambatan dari sindrom Dressler.
d. Pemeriksaan paru

Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat


gambaran edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu
2.2.7
a.

1.

merupakan komplikasi infark luas, biasanya anterior.


Pemeriksaan Penunjang
EKG (Electrocardiogram)

Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanysa injury

miokard
2. Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia
miokard.
3. Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard.(wajan juni,
2010:87).

b. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein
tertentu keluar masuk aliran darah.
Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB terdeteksi setelah 68 jam, mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali menjadi normal setelah 24
jam berikutnya.
LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu
setelah 24 jam kemudian mencapai puncak

dalam 3-6 hari. Masih dapat

dideteksi sampai dengan 2 minggu.


Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan
klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.

Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain
ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera otot
jantung, terutama Troponin T (TnT)
TnT sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap tinggi
dalam serum selama 1-3 minggu.
Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama;
peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.

c. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada
jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk
menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menuju
jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian
dari angiografi koroner.
Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada
aliran darah. Zat kontras itu memungkinkan dokter dapat mempelajari aliran
darah

yang

melewati

pembuluh

darah

dan

jantung

(http://nursinglove.

multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=% 2 Fjour nal%2Fitem)


2.2.8

Komplikasi

1.

Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama
jantung (90%). Faktor predisposisi adalah: 1) iskemia jaringan, 2) hipoksemia, 3)
pengaruh system saraf para-simpatis dan simpatis, 4) asidosis laktat, 5) kelainan
hemodinamik, 6) keracunan obat, dan 7) gangguan keseimbangan elektrolit.

2.

Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik


Sepuluh sampai 15 persen pasien IM mengalami syok kardiogenik,
dengan mortalitas antara 80-95%.

3.

Tromboemboli
Study pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya
trombi mural pada 44% kasus pada endokardium. Study outopsi menunjukkan
10% kasus IM akut yang meninggal mempunyai emboli aterial ke otak, ginjal,
limpa, atau mesenterium.

4.

Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan IM yang digambarkan pertama kali oleh
Dressler dan sering disebut sindrom dressler. Biasanya terjadi setelah terjadinya
infark

transmural

tetapi

dapatmenyertai

infark

subepikardial.

Perikarditis

biasanya sementara,yang tampak pada minggu pertama setelah infark. Nyeri


dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan deras serta konstan pada dada
anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan biasanya dihubungkan dengan
takikardi, demam ringan, dan friction rub pericardial yang trifasik dan
sementara.

5.

Ruptural miokardium
Ruptura dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian
sebanyak 10% di rumah sakit karena IM akut. Ruptur ini menyebabkan
tamponade jantung dan kematian. Ruptur septum interventrikular jarang terjadi,
yang terjadi pada kerusakan miokard luas, dan menimbulkan defek septum
ventrikel.
6. Aneurisma ventrikel
Kejadian ini adalah komplikasi lambat dari MI yang meliputi penipisan,
pengembungan, dan hipokenesis dari dinding ventrikel kiri setelah infark
transmural. Aneurisma ini sering menimbulkan gerakan paroksimal pada dinding
ventrikel, dengan pengembungan keluar segmen aneurisma pada kontraksi
ventrikel. Kadang-kadang aneurima ini rupture dan menimbulkan tamponade
jantung,

tetapi

biasanya

masalah

yang

terjadi

disebabkan

penurunan

kontaktilitas ventrikel atau embolisasi.(Tambayong,2000, 92)


2.2.9

Penatalaksanaan
Tujuan

dari

perkembangan

penanganan
serangan

pada infark

jantung,

miokard

menurunkan

adalah
beban

menghentikan
kerja

jantung

(memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih


lanjut.
Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
1.

Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen


yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen
yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.

2.

pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat
terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan.

3.

Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga


mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti
memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri.

4.

Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi


yang

diperlukan.

Pada

awal-awal

serangan

pasien

tidak

diperbolehkan

mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan


tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung.
5.

Pasien

yang

mendapatkan

dicurigai

aspirin

atau

dinyatakan

(antiplatelet)

untuk

mengalami
mencegah

infark

seharusnya

pembekuan

darah.

Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
6.

Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan


memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat
membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak
hilang dengan pemberian nitrogliserin.

7.

Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat


mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien
dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin

8.

Obat-obatan trombolitik
Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh
darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih
lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang
menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam

stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan.
Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75 tahun
Contohnya adalah streptokinase
9.

Beta Blocker
Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan
jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia.
Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan
non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol)

10.

Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors


Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot
jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada
otot jantung.
Misalnya captropil

11.

Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan
darah pada arteri.
Missal: heparin dan enoksaparin.

12.

Obat-obatan Antiplatelet
Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk
membentuk bekuan yang tidak diinginkan.

Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung.,


maka dapat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain
a. Angioplasti
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner
yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon
pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang
tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan
dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan aliran
darah.
Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang
tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka.

Beberapa stent biasanya

dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.


b. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari
bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas
melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk
aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.
Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan


maupn mengikuti program rehabilitasi.

Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk


menurunkan

kemungkinan

kekambuhan,

misalnya

antara

lain:

menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan


aktivitas

fisik.

(http://nursinglove.multiply.

com/journal/item/2?&show_

interstitial =1&u= %2 Fjo urnal %2Fitem).


2.2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan meliputi 4 kategori sebagai berikut.
1.

Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial adalah upaya mencegah adanya factor resiko penyakit
jantung koroner pada daerah/ individu yang belum tampak adanya factor-faktor
risiko penyakit jantung koroner.

2.

Pencegahan
Jangan abaikan serangan jantung kalau tidak ingin memperpanjang korban
akibat serangan jantung. Ada baiknya kita melakukan berbagai langkah untuk
pencegahan. Ini harus kita lakukan sejak dini. Langkah yang bisa dilakukan ialah
menerapkan pola makan yang sehat, pola hidup yang sehat, berhenti merokok,
menghindari stress, menghindari dan mengobati hipertensi, mengobati obesitas,
melakukan olahrahga secara teratur, konsumsi antioksidan, dan mewaspadai
factor genetis.
1. Pola makan sehat
Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung
kolestrol tinggi. Kurangi menyantap makanan yang digoreng dan banyak
mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus,
dikukus,atau dipanggang. Sebisa mungkin, makanan yang kita makan rendah
lemak

atau

tanpa

lemak.

Pilih

susu,keju,

dan

mentega

rendah

lemak.

Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan lemak


yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan.
Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi, jangan terlalu
banyak mengkonsumsi karbohidrat. Sebaliknya, konsumsi gandum yang dapat
membantu menjaga jantung tetap sehat. Jaga pola makan agar terhindar dari
kegemukan karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm
beresiko lebih besar terkena penyakit ini.
2.
Berhenti merokok
Menghisap rokok tidak baik untuk kesehatan jantung, maka segera hentikan
kebiasaan ini agar jantung tetap sehat.
3.
Hindari stress
Stres memang sulit dihindari. Saat seseorang mengalami stress, tubuh akan
mengeluarkan hormone kortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
kaku. Hormone norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stress
yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila kita
menghindari stress baik dikantor atau dirumah.
4.
Menjaga dan Mengobati Hipertensi
Sebagaimana dijelaskan diatas, problem hipertensi atau tekanan darah tinggi
bisa mengakibatkan penyakit jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri
dan memungkinkan kolestrol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan
penimbunan plak. Oleh sebab itu, jagalah diri kita dari kemungkinan serangan
hipertensi dengan pola hidup yang sehat dan lakukan pengobatan jika perlu.
5.
Obesitas
Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidak
normalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau kegemukan adalah
cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat penyakit
jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung.
6.
Olahraga Teratur
Kita dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau
jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu
berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah
ke seluruh tubuh.
7.
Konsumsi Antioksidan

Polusi udara, asap kendaraan bermotor, atau asap rokok menciptakan timbulnya
radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah
yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan
radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan
membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam buah-buahan
dan sayuran.
8.
Keturunan
Seorang yang orang tua atau saudara kandungnya pernah mengalami serangan
jantung sebelum usia 60 memiliki resiko lebih besar menderita penyakit ini.
Karena itu, jika kita memiliki kerabat yang pernah mengalami serangan jantung,
sebaiknya lebih berhati-hati dalam menjaga agar pola makan dan gaya hidup
kita.( Sunaryati:2011,49)

ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG


Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm
seta

tebal

kira-kira

cm.

Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar
dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa
periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter
darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada,
bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus
xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1
cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung
berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi

kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea


medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri antara
lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi
sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium.
Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan
miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir
adalah

lapisan

endocardium.

Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya
adalah ventrikel. Pada orang awan atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel
dikenal dengan bilik.

Diantara atrium kanan dan ventrikel kana nada katup yang memisahkan
keduanya yaitu ktup tricuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga
mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi
sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari
atrium ke ventrikel.
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana
pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain
itu otot jantung juga mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rangsangan listrik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya
tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot
yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari
ventrikel kanan.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu
didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus
SA) yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada
nodus

SA

mengawali

gelombang

depolarisasi

secara

spontan

sehingga

menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium,
nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke
seluruh otot ventrikel. Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk
berkontraksi demi memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih
banyak darah dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh
dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini keluar dari aorta kira-kira

inchi diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan pericardium. Lalu bercabang
menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran
O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena dari ventrikel dibawa melalui vena koroner dan
langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran darah vena dari seluruh tubuh akan
bermuara.
Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis.
Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil,
kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena
pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan
yang rendah kira-kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis. Sirkulasi sistemis dimulai
dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh
lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava superior
akhirnya kembali ke atrium kanan. Sirkulasi sistemik mempunyai fungsi khusus
sebagai sumber tekanan yang tinggi dan membawa oksigen ke jaringan yang
membutuhkan. Pada kapiler terjadin pertukaran O2 dan CO2 dimana pada sirkulasi
sistemis O2 keluar dan CO2 masuk dalam kapiler sedangkan pada sirkulasi paru O2
masuk dan CO2 keluar dari kapiler.
Volume darah pada setiap komponen sirkulasi berbeda-beda. 84% dari volume
darah dalam tubuh terdapat pada sirkulasi sistemik, dimana 64% pada vena, 13%
pada arteri dan 7 % pada arteriol dan kapiler.

Você também pode gostar