Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Prakata
Pedoman Perencanaan Transportasi Jalan untuk Kota Sedang dengan metode empat tahap
ini dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi, melalui Gugus
Kerja Bidang Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam
melakukan perhitungan dalam rangka perencanaan transportasi jalan untuk kota Sedang.
Dengan demikian, Perencanaan Transportasi Perkotaaan Untuk Kota Sedang telah melalui
proses yang sesuai dengan tata perundangan yang berlaku.
Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada pedoman dari Badan Standardisasi
Nasional No. 8 Tahun 2000.
Daftar Isi
Prakata.................................................................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................................... 2
Pendahuluan ........................................................................................................................ 3
1.
Ruang lingkup............................................................................................................... 5
2.
3.
4.
5.
6.
3.1
Bangkitan Perjalanan............................................................................................... 6
3.2
Data Sekunder......................................................................................................... 6
3.3
Jalan........................................................................................................................ 7
3.4
3.5
3.6
Tarikan Perjalanan................................................................................................... 9
3.7
Perkotaan ................................................................................................................ 8
3.8
Kawasan Perkotaan................................................................................................. 7
3.9
3.10
3.11
4.2
4.3
Pendekatan Analisis Perencanaan Lalu lintas .......... Error! Bookmark not defined.
Ketentuan Teknis........................................................................................................ 18
5.1
5.2
6.2
6.3
Prakata
Pedoman perencanaan transportasi jalan untuk kota sedang dengan metode empat tahap ini
dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Rekayasa Jalan dan Jembatan, melalui Gugus
Kerja Bidang Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua
pihak yang terlibat dalam perencanaan transportasi jalan untuk kota sedang. Pedoman ini
telah melalui proses yang sesuai dengan tata perundangan yang berlaku.
Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada Pedoman Standarisasi Nasional (PSN) No.
8 Tahun 2007.
Pendahuluan
angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan
kebijaksanaan
investasi
perencanaan
transportasi.
Sedangkan
tujuan
utama
dari
perencanaan transportasi adalah agar transportasi efektif dan efisien. Adapun tujuan secara
spesifik dari perencanaan transportasi diantaranya :
a) Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa yang
akan datang;
b) Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada;
c) Melayani kebutuhan tranportasi seoptimum mungkin;
d) Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk permasalahan pada masa akan datang;
e) Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (daya guna dan hasil guna yang tinggi).
Adakalanya, keterbatasan data menjadi kendala dalam melakukan perencanaan transportasi
khususnya data primer. Untuk itu dibutuhkan suatu model perencanaan transportasi yang
sederhana, sehingga hanya dengan data sekunder, perencanaan transportasi dapat
dilakukan.
Dengan pedoman ini, perencanaan transportasi dapat dilakukan secara sederhana karena
menjadi salah satu alternatif dengan menggunakan data sekunder dan data primer
seminimal mungkin.
1.
Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan model perencanaan transportasi untuk kota sedang, khususnya
model empat tahap yang meliputi bangkitan dan tarikan perjalanan, sebaran perjalanan,
pemilihan moda, dan pemilihan rute dengan menggunakan data sekunder dan data primer
seminimal mungkin.
2.
Acuan normatif
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Permendagri No. 2 tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota
Permendagri No. 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
3.
3.1
Aksesibilitas
Suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain dan mudah dan sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem
jaringan transportasi
3.2
Angkutan Umum
Setiap kendaraan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
3.3
Banyaknya kendaraan yang melintas pada satu titik pengamatan di suatu ruas jalan dalam
satu satuan waktu.
3.4
Bangkitan Perjalanan
Jumlah perjalanan yang berasal dari suatu tata guna lahan atau zona pada suatu waktu.
3.5
3.6
Daerah Kajian
Suatu daerah geografis yang di dalamnya terletak semua zona asal dan zona tujuan yang
diperhitungkan dalam model kebutuhan akan transportasi.
3.7
Data
3.8
Data Sekunder
Merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
3.9
Suatu nilai yang digunakan untuk menyatakan kualitas kondisi lalu lintas jalan yang dapat
dilihat berdasarkan arus dan fasilitas.
3.10 Jalan
Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
3.16 Mobilitas
Perjalanan dalam berlalu lintas yang biasanya dikaitkan dengan kecepatan dan hambatan.
3.17 Moda
Jenis-jenis sarana yang tersedia untuk melakukan perjalanan.
3.20 Perkotaan
Suatu pemukiman bukan pedesaan yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan
dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa, menurut pengamatan tertentu.
3.21 Perjalanan
Perjalanan seseorang dari satu tempat ke tempat lain
3.26 Transportasi
Proses perpindahan barang, jasa, dan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan moda transportasi darat, laut, dan udara yang bergerak menggunakan
prasarana aman, nyaman, cepat, murah, handal, dan sesuai lingkungan.
hambatan.
3.29 Zona
Sebidang tanah yang memiliki satu kegiatan.
4.
Ketentuan Umum
4.1
Terminologi Umum
Pedoman perencanaan transportasi kota sedang dapat diartikan untuk menentukan dan
melaksanakan proses memodelkan transportasi kota sedang dengan menggunakan data
sekunder. Ditinjau dari karakteristik perjalanan barang, jasa atau orang dari satu wilayah ke
wilayah yang lainnya melalui suatu jaringan transportasi jalan. Berdasarkan pedoman
standar pelayanan perkotaan, 2010 diklasifikasikan bahwa yang dimaksud dengan kota
sedang adalah kota dengan jumlah penduduk 100.000 500.000 jiwa.
Misi yang diemban oleh sektor transportasi yakni terwujudnya Sistem Transportasi Nasional
(SISTRANAS) yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu,
tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien.
Terkait dengan misi dari sektor transportasi dan peranan kota sedang itu sendiri maka
dibutuhkan suatu model perencanaan transportasi kota sedang yang handal, efektif dan
efisien untuk kemudian dapat digunakan di seluruh kota kecil yang ada di Indonesia.
4.2
10
4.3
Konsep perencanaan transportasi yang digunakan pada penetapan model transportasi untuk
kota sedang ini adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap yang terdiri atas
beberapa submodel yang dilakukan secara terpisah namun harus berurutan. Adapun
submodel tersebut adalah :
1. Aksesibiltas;
2. Bangkitan dan tarikan perjalanan;
3. Sebaran perjalanan;
4. Pemilihan moda;
5. Pemilihan rute;
6. Arus lalu lintas dinamis.
11
2. Agregasi zona di dalam wilayah adalah desa, yang selanjutnya disebut sebagai zona
internal;
3. Model jaringan diutamakan untuk jaringan jalan, titik simpul dan titik transfer multimoda,
diintegrasikan melalui simpul stasiun, pelabuhan dan bandara.
Gambar 1
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan,
orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Bangkitan dan
tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan:
12
Jenis tata guna lahan yang berbeda (permukiman, pendidikan, dan komersial) mempunyai
ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda:
lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan sore
hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di sepanjang hari).
Intensitas aktivitas tata guna lahan Bangkitan perjalanan bukan saja beragam dalam jenis
tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan
sebidang tanah, semakin tinggi perjalanan arus lalu lintas yang dihasilkannya. Salah satu
ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.
Pada tahapan bangkitan dan tarikan perjalanan ini menggunakan data berbasis zona yaitu
jumlah penduduk.
dimana dua tujuan perjalanan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan
perjalanan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang
setiap hari, sedangkan tujuan perjalanan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin
dilakukan. Perjalanan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan karena
jumlahnya kecil, hanya sekitar 1520% dari total perjalanan yang terjadi.
13
2. Berdasarkan waktu
Perjalanan dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan pada jam tidak
sibuk
Faktor faktor yang mempengaruhi bangkitan dan tarikan perjalanan diantaranya adalah :
1. Bangkitan perjalanan untuk manusia
a. pendapatan
b. pemilikan kendaraan
c. struktur rumah tangga
d. ukuran rumah tangga
e. nilai lahan
f.
g. aksesibilitas
14
Informasi tersebut di atas diperlukan sebagai acuan dalam menentukan data terkait untuk
melakukan prediksi jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan dengan menggunakan model
bangkitan dan tarikan pada pedoman ini.
4.3.3 Sebaran Perjalanan
Pada tahap sebaran perjalanan ini diperlukan MAT (Matriks asal tujuan) yang memberikan
informasi mengenai besarnya perjalanan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris
menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriks-nya
menyatakan besarnya arus dari zona asal ke zona tujuan. Dalam hal ini, notasi T id
menyatakan besarnya arus perjalanan (kendaraan, penumpang, atau barang) yang bergerak
dari zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.
Setiap sel matriks berisi informasi perjalanan antarzona. Sel dari setiap baris i berisi
informasi mengenai perjalanan yang berasal dari zona i tersebut ke setiap zona tujuan j. Sel
pada diagonal berisi informasi mengenai perjalanan intrazona (i = j).
Tij
Oi
Dj
T11
T12
T13
T21
T22
T23
T31
T32
.
.
.
.
.
.
N
Dj
Oi
T1N
O1
..
T2N
O2
T33
..
T3N
O3
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
TN1
TN2
TN3
..
TNN
ON
D1
D2
D3
..
DN
15
..
..
Alasan pemakai jalan memilih suatu rute dibandingkan dengan rute lainnya;
16
Kemacetan dan ciri fisik ruas jalan membatasi jumlah arus lalu lintas di jalan tersebut.
Beberapa model pemilihan rute sudah dikembangkan dan Tabel 2 memperlihatkan klasifikasi
model sesuai dengan asumsi yang melatarbelakanginya. Rincian dan ciri setiap model
dijelaskan.
Tabel 2 Klasifikasi model pemilihan rute
Kriteria
Tidak
Efek batasan kapasitas
dipertimbangkan?
Ya
Seperti pemilihan moda, pemilihan rute dipengaruhi oleh alternatif terpendek, tercepat, dan
termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup
(tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik.
17
5. Ketentuan Teknis
5.1
Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat tahap ini disajikan pada
Gambar 5-1.
18
Gambar 5-1
5.2
19
c) Data jarak tempuh, waktu tempuh, dan Biaya Perjalanan berdasarkan hasil survei
yang dilakukan untuk perhitungan pemilihan moda transportasi yang digunakan pada
wilayah studi.
d) Data jaringan jalan (zona, data ruas, simpul, centroid connector) dan karakteristik
jaringan (Kapasitas ruas jalan, Kecepatan ruas jalan, Fungsi biaya perjalanan per
ruas/rute).
e) Data demografi daerah kajian (jumlah penduduk dan jumlah anggota keluarga)
Dalam menentukan ukuran sampel yang digunakan dalam survey primer (bila dibutuhkan),
digunakan teori Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) berdasarkan jumlah
populasi pada wilayah kajian seperti yang dijabarkan Tabel 3.
Tabel 3 Ukuran sampel survey primer
Populasi (N)
Sampel (n)
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
10
14
19
24
28
32
36
40
44
48
52
56
59
63
66
70
73
76
80
86
92
97
103
108
113
118
123
127
Populasi
(N)
220
230
240
250
260
270
280
290
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
Sampel (n)
140
144
148
152
155
159
162
165
169
175
181
186
191
196
201
205
210
214
217
226
234
242
248
254
260
265
269
274
20
Populasi
(N)
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3500
4000
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000
Sampel (n)
291
297
302
306
310
313
317
320
322
327
331
335
338
341
346
351
354
357
361
364
367
368
370
375
377
379
380
381
Populasi (N)
Sampel (n)
200
210
132
136
Populasi
(N)
1000
1100
Sampel (n)
278
285
Populasi
(N)
75000
100000
Sampel (n)
382
384
5.3
Bangkitan/Tarikan Perjalanan
Bentuk model bangkitan perjalanan untuk kota Sedang adalah model linier, dimana data
sosio ekonomi (sebagai variabel bebas) dengan bangkitan (sebagai variabel tak bebas),
sehingga model bangkitan berupa model matematis berbentuk persamaan sebagai berikut:
Persamaan 5-1
Dengan :
O
Sedangkan untuk bentuk model Tarikan perjalanan untuk kota Sedang adalah model ln,
dimana data tataguna lahan dan fasilitas umum (sebagai variabel bebas) dengan tarikan
(sebagai variabel tak bebas), sehingga model tarikan berupa model matematis berbentuk
persamaan sebagai berikut:
D = 0.154 P 19.282 .. Persamaan 5-2
Dengan :
D
21
selanjutnya data tersebut untuk keperluan perhitungan sebaran perjalanan antar zona.
5.4
Sebaran Perjalanan
Pada tahap ini, jumlah perjalanan yang dibangkitkan dari suatu zona asal atau yang tertarik
ke suatu zona tujuan akan didistribusikan pada masing-masing zona asal dan zona tujuan
yang ada. Tahapan ini menghasilkan Matriks Asal Tujuan Perjalanan.
Model dasar dari model persamaan distribusi perjalanan adalah Model Gravity yang
menganalogikan bahwa fenomena sebaran perjalanan dengan hukum Gravitasi Newton
yang berasumsi distribusi perjalanan antara zona asal i dan zona tujuan d berbanding lurus
dengan jumlah bangkitan Oi dan tarikan Dd dan berbanding terbalik kuadratis terhadap waktu
tempuh perjalanan(Cid) atau diekspesikan dengan fungsi hambatan f(Cid) antara kedua zona
tersebut, atau dalam fungsi matematika untuk perkotaan motropolitan adalah sebagai
berikut:
Tij = Ai . Oi . Bj . Dj . exp(Cij*-0,1303).. Persamaan 5-3
Dengan :
Bj
1
untuk semua d dan
Ai Oi f id
.Persamaan 5-4
1
untuk semua I
Bd Dd fid
Persamaan 5-5
Aj
Dimana :
Tij
Oi
Dj
Cij
Ai
= Faktor penyeimbang
Bj
= Faktor penyeimbang
22
5.5
Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap
moda. Moda sebagai pilihan dalam perhitungan ini hanya diperuntukan untuk angkutan
pribadi dan angkutan Umum.
Adapun model yang digunakan untuk perhitungan pemilihan moda pada kota Sedang adalah
sebagai berikut :
M = 0.456 - 0.314 d + 0,0023 b
Persamaan 5-6
Dimana :
d = Jarak tempuh (km)
b = Biaya Perjalanan (Rp)
Jika model persamaan M mendekati angka probabilitas 0 (nol), maka hasilnya cenderung
pada pemilihan moda Kendaraan Pribadi, sebaliknya jika hasil model persamaan M
mendekati angka probabilitas 1 (satu), maka hasilnya cenderung pada pemilihan moda
Angkutan umum.
5.6
Pemilihan Rute
model pemilihan rute yang digunakan adalah Stokastik murni (dial, burrel), dimana efek
batasan kapasitas tidak dipertimbangkan begitu pula dengan efek stokastik tidak
dipertimbangkan. Batasan analisis penentuan rute adalah volume dan waktu yang
menggunakan asumsi hukum davidson (persamaan 5-7).
( )
= [
] . Persamaan 5-7
Dengan :
TQ = Waktu tempuh pada kondisi volume = Q (jam);
To = Waktu tempuh pada kondisi Q=0 (jam);
23
Q = Arus (kend/jam);
C = Kapasitas (kend/jam);
a = Indeks tingkat pelayanan (ITP)
a = 0,4 0,6
hubungan antara demand function dengan supply fungsi pada masing masing rute sebagai
berikut :
+ + + + =
, Persamaan 5-8
Dengan :
TQ1, TQ2, TQ3,.., TQx = waktu tempuh pada kondisi volume Q untuk rute 1, 2, 3 hingga rute x
(x=banyaknya rute yang akan dipilih)
5.7
= Tingkat pertumbuhan
24
Pengumpulan Data
6.2
6.3
6.4
6.5
25
Lampiran 1
Contoh Perhitungan Perencanaan Transportasi
Data yang dibutuhkan :