Você está na página 1de 14

manajemen K3 di laboratorium

IKHTISAR
* Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium
*Sri Sugihati Slamet *
/Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional / /Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta / *
*PENDAHULUAN *
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun gelas
yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium
dapat digolongkan dalam : 1. bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah
terbakar atau meledak. 2. bahan beracun, korosif dan kaustik 3. bahaya radiasi 4. luka
bakar 5. syok akibat aliran listrik 6. luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda
tajam 7. bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut
dapat dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan,
peraturan serta penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.
*MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN *
*KERJA DI LABORATORIUM *
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan
mempergunakan bantuan orang lain (G.Terry). Untuk mencapai tujuan tersebut, dia
membagi kegiatan atau fungsi manajemen menjadi :
A. /Planning /(perencanaan)
B. /Organizing/ (organisasi)
C. /Actuating /(pelaksanaan)
D. /Controlling /(pengawasan)
*A. /Planning/ (Perencanaan) *
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang
ditentukan meliputi :
a. apa yang dikerjakan

b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
d. siapa yang mengerjakan
e. kapan harus dikerjakan
f. di mana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda
yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya yang dapat
terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di
laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja
laboratorium.
*B. /Organizing/ (Organisasi) *
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam beberapa
jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau
nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak
langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam
organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah), di samping
memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah (wilayah) dan
tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas
dan wewenangnya dapat berupa :
1. menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2. memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksana- an keamanan kerja
laboratorium
3. memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4. memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin laboratorium 5.
mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu laboratorium
6. dan lain-lain.
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No.
154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin)
ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan
kesehatan kerja laboratorium ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait
dengan kegiatan laboratorium dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah
(wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau
seminat tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai
lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Laboratorium.

*C. /Actuating/ (Pelaksanaan) *


Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja
bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas
bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan
dan keselamatan kerja laboratorium sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat.
Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan
memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja
dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian
mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen
reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul
permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk
mengambil keputusan penyelesaiannya.
*D. /Controlling/ (Pengawasan) *
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk
dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. adanya rencana
b. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium.
Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium perlu
dibentuk pengawasan labora- torium yang tugasnya antara lain :
1. memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek laboratorium yang baik,
benar dan aman
2. memastikan semua petugas laboratorium memahami cara- cara menghindari risiko
bahaya dalam laboratorium
3. melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan. 4.
mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium
5. melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah
meluasnya bahaya tersebut
6. dan lain-lain.
*PENUTUP *
Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium seperti proses
manajemen umumnya adalah penerapan berbagai fungsi manajemen, yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Fungsi perencanaan meliputi perkiraan /


peramalan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai,
menganalisa data, fakta dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program.
Fungsi berikutnya adalah fungsi pelaksanaan yang mencakup pengorganisasian
penempatan staf, pendanaan serta implemen- tasi program. Fungsi terakhir ialah fungsi
pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil kegiatan serta pengendalian.
Walaupun secara teoritis perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dipisah-pisahkan,
tetapi sebenarnya ketiga hal tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan
saling terkait. Keputusan Analisis Dari siklus seperti tampak dalam diagram, kelihatan
suatu proses manajemen merupakan siklus yang berkelanjutan. Bila menemui
permasalahan, maka manajer yang bersangkutan akan menganalisis untuk mencari
penyebab dan mencari cara pemecahan yang tepat. Kemudian dia membuat keputusan
pemecahan permasalahan untuk dilaksanakan. Selanjutnya dilakukan pemantauan dan
evaluasi hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini dibandingkan dengan perencanaan. Kalau
ada penyimpangan, maka dilakukan perbaikan seperlunya. * *
*KEPUSTAKAAN *
1. Dalima DAW. Keselamatan Kerja di Laboratorium dan Lingkungan, Penataran Analis
RS Pertamina, Jakarta, 1-14 Maret 1991.
2. Soemanto Imamkhasani. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, Penerbit PT.
Gramedia, Jakarta, 1990.
3. Juli Soemarsono. Pengamanan Kerja dalam Laboratorium Klinik, Musyawarah
Nasional I, Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia, Jakarta, April 1997.

Manajemen Risiko K3 di Laboratorium


Posted on 22 Januari 2011 by Aria Gusti
by : Desi Asusanti; Erwin Pulman; Novera Zuli Sekartaji; Dewi Hera Setyati; Khairi Yanti
Pendahuluan
Negara-negara pengimpor suatu produk strategis terutama negara maju baik belahan dunia
barat maupun timur telah mensyaratkan penerapan sistem Manajemen Mutu, Sistem
Manajemen Lingkungan, Social Accountabillity ( Social Clause ), Sertifikasi Produk, dan
Sitem menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Persyaratan tersebut dimaksudkan
untuk memenuhi standar baik internasional, regional maupun badan sertifikasi.
Untuk membuktikan bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh suatu perusahaan, maka
harus dibuktikan dengan cara pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang
merupakan bagian dari proses akrediritas maupun sertifikasi. pengukuran kinerja tersebut
merupakan salah satu aspek penting dalam sistem manjemen keselamatan dan kesehatan
kerja. Sejalan dengan konsep menajemen modem, maka aspek pengukuran kinerja tersebut
dilaksanakan dalam berbagai kegiatan perusahaan yang dimulai sejak tahap perencanaan,
konstruksi sampai tahap operasi.
Sesuai dengan ISO 14000 bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan siklus yang berkelanjutan, dimana salah satu tahapan penting yakni melaksanakan
monitoring atau pengukuran kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Pengukuran kinerja tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan, kelemahan atau kekurangan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran kinerja penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan upaya
perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya
kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri merupakan hasil akhir dari
suatu aturan yang ada dan kondisi kerja yang tidak nyaman. Walaupan demikian terjadinya
kecelakaan seharusnya dapat di cegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat
terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnyaditimbulkan oleh beberapa
faktor penyebab, oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor
penyebabnya denga tujuan untuk menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan
keselamatan kerja yang tepat secara efektif dan efisian sehingga terjadinya kecelakaan dapat
dicegah.
Sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya bersumber pada faktor
lingkungan kerja dan faktor manusia, berdasarkan statistik kecelakaan, kejadian kecelakaan

kerja lebih dari 85% disebabkan oleh faktor manusia sehingga perhatian ditekankan kepada
aspek manusia.
Perilaku pekerja yang tidak aman yang dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya,
kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang berfungsinya
manjemen. Permasalahan keselamayan dan kesehatan kerja harus dicari penyebab dasar
masalah hingga ditemukan tugas dan fungsi yang tidak dilaksanakan denganbaik yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Bahaya bahaya yang ada di tempat kerja pada dasarnya berpotensi dapat menimbulakn
terjadinya kecelakaan, maka harus diidentifikasi dan dikelola dengan baik sejak mulai dari
perencanaan, konstruksi, operasi sampai dengan pasca operasi.
Secara umum resiko bahaya kebakaran dan kecelkaan sudah disadari oleh perusahaanperusahaan dilingkungan kegiatan usaha apapun, oleh karena itu setiap perusahaan yang
bergerak melakukan kegiatan usaha pada umumnya telah melakukan upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangannya antara lain telah menyediakan fasilitas keselamatan
kerja perorangan (Personal Protection Equipment) dan sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran baik secara permanen maupun yang portable.
Dalam melakukan kegiatan didalam laboratorium, kita harus menyadari bahwa dalam setiap
kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kebakaran sehingga
penting sekali aspek keselamatan dan kesehatan kerja disini.
Merupakan kebijakan manajemen untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada laboratorium,
melindungi harta milik perusahaan dari kerusakan dan memberikan keamanan kepada
karyawan sehubungan dengan pengoperasian dan penggunaan fasilitas laboratorium di
perusahaan.
Setiap pengguna laboratorium harus mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan
keselamatan dan kesehatan kerja didalam laboratorium. Untuk itu perlu di buat peraturanperaturan dan prosedur-prosedur yang di tetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap
kegiatan yang dilakukan didalam laboratorium. Penyelenggra terhadap peraturan-peraturan
dan prosedur kerja dapat dikenakan sanksi
Manajemen tidak menginginkan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam
laboratorium hanya merupakan fungsi pelengkap, tetapi harus dilaksanakan . setiap orang
yang akan melakukan pekerjaan di dalam laboratorium harus membaca peraturan yang ada
serta memahami buku petunjuk di dalam laboratorium.
Dalam laboratorium diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dan keselamatan
laboratorium harus ditempatkan di tingkatan prioritas yang paling tinggi dan ANDA adalah
bertanggung jawab untuk suatu laboratorium yang aman.
Dalam laboratorium pada tahap awal kita harus mengetahui :
1. Kegiatan yang akan dilakukan
2. Bahan-bahan kimia yang tersedia
3. Fasilitas peralatan proses yang tersedian
4. Peralatan K3 yang tersedia
Untuk melakukan kegiatan di dalam llaboratorium diperluakan aturan tersendiri dalam
melakukan K3
Peraturan dalam Laboratorium

1. Melaksanakan pekerjaan laboratorium hanya ketika ada guru atau pengawas dan tidak
diijinkan mengadakan percobaan laboratorium yang tidak diijinkan
2. Perhatian untuk keselamatan perlu dimulai bahakan sebeleum melakukan aktivitas yang
pertama. Selalu membaca dan memikirkan masing-masing tugas laboratorium sebelum
dimulai
3. Mengetahui letak penempatan dan penggunaan dari semua peralatan keselamatan di dalam
laboratorium ini meliputi keselamatan shower, pencuci mata, kotam PPPK, pemadam api dan
selimut (blanket) dan lihat suatu tata ruang yang menyangkut dan mempertunjukkan
penempatan dari peralatan keselamatan.
4. pakailah celemek atau mantel laboratorium dan kacamata pelindung atau kacamata bersifat
melindungi untuk semua pekerjaan laboratorium memakai sepatu lebih baik dibandingkan
dengan sandal dan gunakan pengikat rambut.
5. Bersihkanlah bangku dari semua material tak perlu seperti pakaian dan buku sebelum
pekerjaan di mulai
6. Periksalah label bahan kimia dua kali untuk meyakinkan mempunyai unsur yang benar.
Beberapa bahan kimia rumusan dan nama berbeda dengan hanya suatu nama dan nomor.
Memperhatikan dan menghiraukan penggolongan resiko yang ada label dan lihatlah suatu
diagram resiko dan maksud angka-angka yang digunakan pada tabek diagram resiko.
7. Jika mungkin diminta untuk memindahakan beberapa bahan kimia laboratorium dari suatu
botol umum ke botol piala besar atau tabung test milik mu. JANGAN KEMBALIKAN
kelebihan materiall apapun kedalam kemasan yang aslinya kecuali jika diberi ijin oleh
guru/pengawas.
8. Hindarilah pergerakan dan pembicaraan yang tak perlu di dalam laboratorium
9. Jangan pernah mencicipi material. Tidak boleh mmbawa makanan atau minuman ke dalam
laboratorium. Jika di perintahkan untuk membaui sesuatu, lakukan dengan penghembusan
sebagian dari uap air ke arah hidung. Tidak menempatkan hidung dekat pembukaan
kontainer/kemasan.
10. Jangan pernah melihat secara langsung ke dalam suatu tabung test, pandang dari sisi
samping. Jangan pernah menunjuk suatu test yang terbuka dari kearah diri anda atau tetangga
11. Apapun kecelakaan dalam lboratorium, bagaimanapun kecilnya, harus dilaporkan dengan
seketika kepada pengawas.
12. Jika membuang bahan kimia setelah digunakan harus mengikuti perintah dan harus secara
hati-hati
13. Kembalikan peralatan kimia, bahan k imia, celemek dan kacamata pelindung kepada
penempatan awal.
14. Sebelum minggalkan laboratorium, pastikan bahwa kran air dan gas sudah tutup.
15. Jika ragu-ragu silahkan bertanya.
Manajemen resiko laboratorium
Menurut G. Terry pelaksanaan manajemen dikelompokkan menjadi
Perencanaan (Planning )
Organisasi ( Organizing )
Pelaksaan ( Actuating )
Pengawasan ( Controlling )
A.Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan

dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
a. apa yang dikerjakan
b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
d. siapa yang mengerjakan
e. kapan harus dikerjakan
f. di mana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup
kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang dipakai
makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan resiko bahaya yang dapat terjadi dalam
laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium
harus ditangani secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium
B.Organisasi (O rganizing )
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam beberapa
jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau
nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak
langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam
organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah),
disamping memberlakukan Undang- Undang Keselamatan Kerja.
C.Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat
kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas
bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium sasarannya ialah tempat
kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium wajib
mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut.
Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen
reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan,
keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil keputusan
penyelesaiannya.
D.Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok,
yaitu :
a. adanya rencana
b. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.

Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang


perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama
dilaboratorium. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya
yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium perlu
dibentuk pengawasan laboratorium yang tugasnya antara lain :
memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium yang baik, benar
dan aman.
memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari risiko bahaya
dalam laboratorium.
melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan.
mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium.
melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya
bahaya tersebut
Dalam mengelola laboratorium yang baik, harus dikenal perangkat-perangkat yang harus
dikelola yaitu :
1 .Tata ruang
Untuk tata ruang, dapat dilakukan sedemikian sehingga dapat berfungsi dengan baik. Tata
ruang yang baik harus mempunyai antara lain :
a. Pintu masuk
b. Pintu keluar
c. Pintu darurat
d. Ruang persiapan
e. Ruang peralatan
f. Ruang penyimpanan
g. Ruang staf/dosen
h. Ruang teknisi/laboran/tenaga administrasi
i. Ruang seminar/diskusi
j. Ruang bekerja (praktikum dan penelitian)
k. Ruang istirahat/ibadah
l. Ruang prasarana alat laboratorium
m. Ruang prasarana kebersihan
n. Ruang keselamatan kerja
o. Lemari praktikan
p. Lemari gelas
q. Lemari alat optik
r. Pintu dan jendela diberi kawat kassa untuk menjaga tidak masuknya hewan
s.F an ( Kipas angin )
t. Ruang AC untuk alat tertentu yang memerlukan persyaratan tertentu.
2.Alat yang baik dan terkalibrasi
Petugas laboratorium wajib mengenal dan mampu mengoprasikan peralatan laboratorium.
Alat-alat yang dioperasikan harus benar-benar dalam kondisi :
a. Siap untuk pakai
b. Bersih
c. Terkalibrasi
d. Beroperasi dengan baik
Peralatan yang ada mestinya disertai dengan buku petunjuk pengoprasian. Hal ini
mengantisipasi agar tidak terjadi kerusakan dan petunjuk tersebut dapat digunakan oleh

teknisi dalam memperbaiki alat yang mengalami kerusakan kecil. Teknisi laboratorium sangat
diharapkan selalu berada aditempat,ketikaberlangsung praktikum/penelitian, yang jika
sewaktu-waktu alat mengalami kerusakan maka dengan cepat dapat diperbaiki.
Peralatan laboratorium sebaiknya disusun secara teratur pada tempat tertentu berupa rak atau
meja menurut kelompok pengguna dan jika alat selesai dipakai segera dibersihkan dan
kembali disususn seperti semula. Pemeliharaaan alat dan bahan yang perlu mendapat
perhatian seperti :
a. Alat gelas
Alat ini harus selalu bersih dan ditempatkan pada tempat yang khusus jika gelas tersebut
harus steril.
b. Bahan bahan kimia
Untuk bahan kimia yang bersifat asam dan alkalis ditempatkan pada ruang yang dapat
mengeluarkan gas, demikian juga bahan kimia yang mudah menguap dan terbakar
ditempatkan ditempat penyimpanan khusus. Penyimpanan bahan kimia sebaiknya
ditempatkan pada tempat tersendiri.
c. Alat alat optik
Alat-alat optik sebaiknya disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab. Kelembapan
yang tinggi akan menyebabkan lensa lensa berjamur dan mengakibatkan kerusakan. Alat
optik seperti mikroskop, lensa, kamera ditempatkan dalam lemari khusus yang
kelembabannya dapat dikendalikan dan biasanya dilakukan dengan menggunakan lampu pijar
15 20 watt.
3.Infra Struktur Laboratorium
Infra struktur laboratorium terdiri dari :
a. Laboratory assessment
Hal ini mencakup tentang lokasi, konstruksi laboratorium dan fasilitas lain
termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja, jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis
pintu, jenis lampu yang dipakai, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan, jenis
lemari bahan kimia, optic, timbangan, instrument lain, kondisi laboratorium, pembuangan
limbah dan sebagainya
b. Fasilitas Umum
Fasilitas ini mencakup bahasan tentang kebutuhan listrik, sumber listrik,
stabilitas tegangan, distribusi arus, jenis panel listrik, jenis soket, sumber air, jenis keran yang
dipakai, jenis pembuangan air, instalasi air, instalasi listrik, keadaan toilet, jenis rung
persiapan, ruang perbaikan/workshop, penyediaan
teknisi, penyediaan dana dan sebagainya.
4.Administrasi Laboratorium
Tujuan administrasi laboratorium adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan
laboratorium denga cepat dan mudah. Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan
administrasi yang ada dilaboratorium antara lain:
a.I nventarisasi peralatan laboratorium yang ada
b. Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat alat yang rusak , alat-alat yang dipinjam
dan alat alat yang dikembalikan.
c. Keluar masuk surat menyurat
d. Daftar pemakaian laboratorium, sesuai jadwal kegiatan praktikum dan penelitian
e. Daftar inventaris bahan bahan kimia dan non kimia, bahan bahan gelas

f. Daftar inventaris alat alat mebel lain


g. Sistem evaluasi dan pelapora
Kegiatan administrasi ini adalah kegiatan rutin dan kesinambungan karena itu perlu
dipersiapkan dan dilaksanakan secara teratur dan baik.
5.Inventarisasi dan Keamanan Laboratorium
Kegiatan inventarisasi dan keamanan laboratorium meliputi
a. Semua kegiatan inventarisasi
b. Keamanan yang dimaksud disini adalah apakah peralatan laboratorium
tersebut tetap ada di laboratorium atau ada yang meminjamnya, apakah ada
yang hilang, pindah tempat namun tidak dilaporkan keadaan sebenarnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam inventarisasi dan keamanan adalah:
1). Mencegah kehilangan dan penyalah gunaan
2). Mengurangi biaya operasiona
3). Meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya
4). Meningkatkan kualitas kerja
5). Mengurangi resiko kehilangan
6). Mencegah pemakaian yang berlebih
7). Meningkatkan kerja sama
6.PengamananL aboratorium
Pengamanan laboratorium meliputi antara lain :
a. Tanggung Jawab
Kepala laboratorium bertanggung jawab penuh terhadap segala kecelakaan yang mungkin
timbul di laboratorium.
b. Kerapian
Letak alat pemadam harus diletakkan sedemikian sehingga bebas dari hambatan, demikian
juga lantai harus bersih dan bebas minyak, air dan material lain yang mungkin menyebabkan
lantai licin.
c. Pertolongan Pertama
Semua kecelakaan bagaimanapun ringannnya harus ditangani ditempat pertolongan pertama.
Sehingga setiap laboratorium harus memiliki kotak P3 K yang isinya selalu dikontrol.
d. Pakaian
Setiap bekerja di laboratorium harus memperhatikan pakain, misalnya jangan memakai baju
ketat, berlengan panjang dan kancing terbuka ketika bekerja dengan mesin mesin yang
bergerak.
e. Pintu pintu laboratorium
Pintu pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
f. Alat alat
Alat alat disimpan sesuai dengan kelompok atau jenis, misalnya peralatan yang
menggunakan listrik seharusnya diletakkan dekat dengan sumber listrik. Alat yang terbuat
dari kaca perlu mendapat perhatian khusus.

g. Tabung gas
Tabung tabung gas harus mendapat perhatian yang khusus.
Penyimpanannya ditempatkan ditempat yang sejuk dan terhindar dari tempayang panas. Kran
gas harus selalu tertutup jika tidak dipakai demikian juga dengan kran pengaturan. Alat alat
yang berhubungan dengan tabung gas harus memakai pengaman terhadap tekanan.
h. Pemadam kebakaran (F ire Extinguiser )
Dalam laboratorium harus tersedia alat pemadam kebakaran yang berguna untuk mencegah
kebakaran yang mungkin terjadi. Secara umum bahan yang mudah terbakar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Bahan bahan yang lain, jika terbakar sulit untuk diklasifikasikan, karena berubah dari padat
menjadi cair atau cair menjadi gas pada temperature yang tinggi. Peralatan pemadam
kebakaran yang sesuai dengan tipe atau kelas kebakaran harus tersedia di laboratorium,
seperti yang disebut berikut ini :
yang panas. Kran gas harus selalu tertutup jika tidak dipakai demikian juga dengan kran
pengaturan. Alat alat yang berhubungan dengan tabung gas harus memakai pengaman
terhadap tekanan.
h. Pemadam kebakaran (F ire Extinguiser )
Dalam laboratorium harus tersedia alat pemadam kebakaran yang berguna untuk mencegah
kebakaran yang mungkin terjadi. Secara umum bahan yang mudah terbakar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Bahan bahan yang lain, jika terbakar sulit untuk diklasifikasikan, karena berubah dari padat
menjadi cair atau cair menjadi gas pada temperature yang tinggi. Peralatan pemadam
kebakaran yang sesuai dengan tipe atau kelas kebakaran harus tersedia di laboratorium,
seperti yang disebut berikut ini :
7.Organisasi Laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, serta susunan
personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab tertinggi organisasi di
laboratorium adalah Kepala Laboratorium. Anggota Laboratorium yang berada di bawah
Kepala Laboratorium harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang
dibebankan kepadanya.
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya
kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri merupakan hasil akhir dari
suatu aturan yang ada kondisi kerja yang tidak aman. Walaupun demikian terjadinya
kecelakaan seharusnya dapat dicegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapt
terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa
faktor penyebab, oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor
penyebabnya denggan tujuan untuk menetukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan
keselatan kerja yang tepat secara efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat di
cegah.
Penutup
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari program keselamatan
dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan
dan keselamatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja.. Upaya tersebut bisa dilakukan
dengan mengelola risiko yang teridentifikasi di lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. What is
COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated Framework. 1992
Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, 2005.
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamentals of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978

Você também pode gostar