Você está na página 1de 8

ALAT PENGUKURAN IMPEDANSI

Impedansi
Sebelum kita mulai ke pembahasan yang lebih jauh ada baiknya kita mengenal
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan impedansi. Impedansi ialah perhitungan
secara total dalam ohn dari seluruh rangkaian elektrikal untuk signal langsung, yang
termasuk diantaranya resistansi, reaktansi, kapasitansi, dan seluruh factor mekanikal
yang menimbulkan hambatan dari transfer energi dalam sebuah sistem.
Impedansi dapat didefinisikan sebagai karakteristik listrik yang menjadi
penghambat suatu daya listrik. Impedansi dipengaruhi oleh frekuensi sehingga sifatnya
berubah-ubah.satuannya adalah ohm.
Impedansi memang bersifat menghamat, akan tetapi ini membuat
amplifier/receiver harus bekerja ekstra untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan.
Sebaiknya, impedansi pada perangkat lebih baik berukuran kecil sehingga akan makin
banyak daya yang dialirkan sehingga suara yang dihasilkan juga semakin bagus. Akan
tetapi, jika impedansi terlalu kecil, maka tegangan yang dihasilkan akan semakin besar
(sesuai hokum Kirchoff) dan hal ini akan dapat membuat perangkat audio menjadi
rusak.

Grafik dari impedansi kompleks

Impedansi listrik, atau lebih sering disebut impedansi, menjelaskan ukuran


penolakan terhadap arus bolak-balik sinusoid. Impedansi listrik memperluas konsep
resistansi listrik ke sirkuit AC, menjelaskan tidak hanya amplitudo relatif dari tegangan
dan arus, tetapi juga fasa relatif. Impedansi adalah kuantitas kompleks dan istilah
impedansi kompleks mungkin dapat dipertukarkan, bentuk kutub secara praktis
menunjukkan baik karakteristik magnitudo
Dan Fasa.

dimana magnitudo Z menunjukkan perbandingan amplitudo perbedaan tegangan


terhadap amplitudo arus, memberikan perbedaan fasa antara tegangan dan arus,
sedangkan j adalah bilangan imajiner.
Dalam koordinat Kartesius,

dimana bagian nyata dari impedansi adalah resistansi R dan bagian imajiner adalah
reaktansi . Secara dimensi, impedansi sama dengan resistansi; dan satuan SI adalah
ohm. Istilah impedansi digunakan pertama kaki oleh Oliver Heaviside pada Juli 1886.[1][2]
Arthur Kennelly adalah yang pertama kali menunjukkan impedansi dengan bilangan
kompleks pada 1893[3]. Kebalikan dari impedansi adalah admitansi.
Dalam hambatan telah terdapat istilahnya sendiri yaitu: Hambatan = Resistensi
(R) sedangkan Impedansi memiliki lambangkan Z. Namun keduanya memiliki satuan
yang sama yaitu OHM.
Impedansi ternyata bukan hanya semata-mata hambatan. Dia adalah gabungan
dari hasil reaksi hambatan (R, resistensi) dan kapasitas elektron (C, capacitance).
Maka, dalam bahasa di literatur elektronika Indonesia lama, impedansi ini pernah coba
di-Indonesianisasi sebagai REAKTANSI. Mungkin hendak menunjukkan impedansi
sebagai hasil reaksi hambatan dan kapasitansi secara bersamaan.

RESISTANSI (R)
Resistansi atau tahanan listrik pada konduktor atau penghantar ditentukan dari:

Panjang penghantar

Jenis material penghantar yang menentukan nilai resistivitas penghantar

Temperatur penghantar

Diameter atau luas penampang penghantar

rumusnya begini :

R=l/A
dimana
R = resistansi (ohm, )
= resistivitas (ohm meter, m)
l = panjang penghantar (m)
A = diameter / luas penampang penghantar (mm2)

Resistivitas pada beberapa jenis Konduktor :


Aluminium: 2.6 x 10-8 m

Tembaga: 1.7 x 10-8 m

Resistivitas pada jenis bahan yang bersifat Isolator :

Kaca: 1 x 1010 m

Mika: 1 x 1013 m

Contoh perhitungan sederhana :


Tahanan pada kabel tembaga sepanjang 10 meter yang berdiameter 0,8 mm2dapat dihitung :
R = (1.7 x 10-8 m) (10 m) / ((0.8 mm2)(10-6 m2/mm2))
= 0.21
http://blogtukanglistrik.blogspot.com/2010/05/resistansi.html
Kapasitansi
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung
muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron.
Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki
kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak
1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV .(1)
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat metal
(A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik.
Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ...(2)
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang disederhanakan.

C. Rangkaian RL, RC, LC dan RLC


Rangkaian RL, RC, LC dan RLC merupakan gabungan antara resistor, induktor dan/atau
kapasitor yang disusun secara seri. sebelum membahas lebih lanjut keempat jenis rangkaian di

atas, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa arus dan tegangan yang digunakan merupakan arus
efektif (Ief) dan tegangan efektif (Vef). sedangkan pada rangkaian resesif, induktif dan kapasitif
murni pada pembahasan sebelumnya menggunakan arus dan tegangan maksimal.

Arus Efektif Sumber

Z = impedansi rangkaian (ohm)


Rumus impedansi rangkaian (Z) akan dibahas pada tiap-tiap jenis rangkaian di atas. Jika
besarnya arus efektif telah diketahui maka besarnya tegangan tiap-tiap komponen dapat dicari
dengan rumus-rumus :

Keterangan :
VR = tegangan pada komponen resistor (V)
VL = tegangan pada komponen induktor (V)
VC = tegangan pada komponen kapasitor (V)
a. Rangkaian Seri R-L

setelah diketahui besarnya impedansi rangkaian (Z) maka dapat kita cari besarnya arus efektif
(Ief) atau tegangan efektif (Vef). hubungan antara tegangan efektif dan tegangan antar komponen
sebagai berikut :

ingat besarnya tegangan (V) yang diperoleh dari rumus di atas = tegangan efektif (Vef)
dan besarnya sudut fase rangkaian :

setelah diketahui besar tan dari sudut fase maka besar sudut fasenya dapat dicari.
b. Rangkaian Seri R-C

besarnya tegangan efektif :

dan besarnya sudut fase rangkaian :

c.Rangkaian Seri L-C


rumus pada rangkaian ini lebih sederhana, yang penting terpenuhi syarat-syaratnya :

dan besarnya impedansi rangkaian (Z) :

d. Rangkaian Seri R-L-C


rangkaian ini merupakan rangkaian yang terlengkap komponenya, yakni terdapat resistor,
induktor dan kapasitor. Sekaligus merupakan bentuk umum dari rumus-rumus dalam rangkaian
yang dibahas sebelumnya. Artinya cukup menghafal  dan memahami rumus-rumus dalam
rangkaian ini maka rumus-rumus pada ketiga jenis rangkaian yang dibahas sebelumnya menjadi
lebih paham dan tidak perlu dihafalkan.
impedansi rangkaian :

tegangan efektif rangkaian :

sudut fase rangkaian :

Cara penggunaan rumus-rumus dalam rangkaian R-L-C untuk jenis rangkaian lainnya :
- dalam rangkaian R-L tidak ada komponen kapasitor (C) maka nilai Xc dan Vc nya = nol (0).
- dalam rangkaian R-C tidak ada komponen induktor (L) maka nilai XL dan VL nya = nol (0).
- dalam rangkaian L-C tidak ada komponen resistor (R) maka nilai R dan VR nya = nol (0).

alat alat ukur

Fungsi & Pengertian Amperemeter, Voltmeter, Ohmmeter Alat Ukur


Seorang teknisi elektronik biasanya memiliki alat pengukur wajib yang mereka gunakan untuk
berbagai keperluan teknis yaitu avometer yang merupakan gabungan dari fungsi alat ukur
amperemeter untuk mengukur ampere (kuat arus listrik), voltmeter untuk mengukur volt (besar
tegangan listrik) dan ohmmeter untuk mengukur ohm (hambatan listrik).

Mari kita lihat arti definisi dan fungsi masing-masing alat :


A. Amperemeter / Ampere Meter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat ini
dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut avometer gabungan
dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.
Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk
deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar ditambhan
dengan hambatan shunt.
Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada
kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat
menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula
simpangannya.
B. Voltmeter / Volt Meter
Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dengan ditambah
alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan pengukuran alat voltmeter berkali-kali
lipat.
Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya magnetic
tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada arus listrik.
Semakin besar arus listrik yang mengelir maka semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi.
C. Ohmmeter / Ohm Meter

Ohm-meter adalah alat pengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk menahan mengalirnya arus
listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan
dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus
listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.
Besarnya hambatan listrik ini ditentukan mengikuti rumusan:

V menyatakan voltase dan I menyatakan besarnya arus listrik yang mengalir.


http://id.wikipedia.org/wiki/Ohm-meter

Hukum Ohm

Sebuah catu AC mengenakan tegangan V membentangi beban Z menggerakkan arus I.


Maksud dari impedansi listrik dapat dimengerti dengan mensubtitusikan ke hukum Ohm[4][5].
Magnitudo impedansi Z berperan seperti resistansi, memberikan penurunan tegangan
membentangi impedansi untuk arus yang diberikan . Faktor fasa menjelaskan bahwa arus
tertinggal dari tegangan dengan fasa (pada domain waktu, isyarat arus digeser
kiri isyarat tegangan)[6].

kesebelah

Karena impedansi memperluas hukum Ohm untuk mencakup sirkuit AC, hasil dari analisis
sirkuit DC seperti pembagian tegangan, pembagian arus, teorema Thevenin dan teorema Norton,
dapat juga diperluas ke sirkuit AC dengan mengganti resistansi dengan impedansi.

Você também pode gostar