Você está na página 1de 8

Peran dan Manajemen Engineer dalam Industri Manufaktur

A. Pendahuluan
Engineering adalah suatu ilmu keteknikan yang dipraktekkan ke dalam
kehidupan kita untuk mempermudah kita dalam melakukan sesuatu. Engineering
mampu mengatasi permasalahan yang ada di sekitar kehidupan sehari-hari dari hal
yang terkecil hingga besar dan membuat peralatan yang bertujuan untuk
memudahkan pekerjaan manusia, itulah konsep dasarnya.
Bahtera nabi Nuh, Bangunan Stonehenge yang dibuat pada tahun 25002000 SM, Pembangunan Pyramida Giza oleh bangsa Mesir kuno sekitar tahun
2560 SM yang berlangsung selama 20 tahun, pembangunan Candi Borobudur
pada Abad 9, Prakitan komputer generasi pertama pada tahun 1941, Peluncuran
wahana antariksa Galileo yang mampu menjelajah atmosfer Jupiter, dan banyak
fakta lainnya, yang membuktikan bahwa engineering

mengiringi sejarah

kehidupan manusia mulai jaman purba.


Sejak penemuan Mesin uap oleh James Watt tahun 1764 dan menjadi
pendorong terjadinya Revolusi Industri pada Abad 18, Engineering menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam perkembangan manufacture dunia. Sejak saat
itu, penggunaan mesin-mesin dalam industri menjadi kebutuhan mutlak dalam
aktivitas produksi dan manufacturing.
B. Engineering dalam Perusahaan Manufaktur
Bisa dipastikan setiap perusahaan manufaktur (perusahaan yang
memproduksi

barang)

memiliki

fungsi

engineering.

Beberapa

Perusahaan menggunakan istilah Maintenance, dalam konteks manufacturing,


istilah-istilah ini memiliki arti yang kurang lebih sama. Jadi dalam artikel ini, saya
akan menggunakan kedua istilah ini.
Engineering dalam Industri manufakture nasional memiliki nasib yang
sedikit berbeda dibanding saudara kandungnya bagian produksi . Beberapa
perusahaan Jepang yang menerapkan Total Produktif Maintenance (TPM)
memiliki

gaya yang berbeda. Mereka biasanya menggabungkan struktur

Maintenance dengan produksi. Imbasnya, ruang maintenance benar-benar di

dalam lingkup area produksi. Kondisi ini seperti tuntutan, dalam TPM, hampir
semua personel produksi memiliki fungsi maintenance, tentunya dengan ruang
lingkup yang kecil dan sudah ditentukan, tidak heran hampir disemua mesin
bertebaran SOP perawatan mesin standard yang biasa dilakukan oleh operator,
tidak perduli dia laki-laki, perempuan, anak muda, sampai dadong-dadong
(Bahasa

Bali,

arti

nenek-nenek),

menjadi

kewajiban

mreka

untuk

menjalankannya.

SOp dalam TPM


Meskipun memiliki Maintenance dalam setiap divisi produksi, tetap saja
perusahaan jenis ini memerlukan Maintenane Central. Struktur

Maintenance

dalam Produksi efektif untuk menunjang ativitas produksi dalam menangani


fungsi-fungsi

maintenance

reguler. Seperti

1)aktivitas

Inspection,

2)

lubrication,3) parts replacement, 4) Overhoul, 5) Regular machine problem


solving,

dan

5)

Technical

Improvement.

Akan tetapi, Jika terkait dengan pembuatan spare parts/machining yang


memerlukan mesin-mesin workshop dan memerlukan lead time pengerjaan yang
relatif lama, sangat tidak efisien jika setiap divisi produksi memilikinya. Untuk itu
maintenance central/factory tetap diperlukan.
Dalam perkembangannya, seiring dengan perkembangan perusahaan,
aktivitas workshop ini dapat berevolusi menjadi sebuah divisi machinery

(perusahaan permesinan), tidak hanya sebagai parts making, tapi menjelma


menjadi machine maker atau pembuat mesin. Machinery, tidak hanya membuat
mesin-mesin standard, namun mampu merancang dan merakit (design &
Assembling) type-type permesinan yang sudah ter-upgrade, dalam memenuhi
kebutuhan divisi produksi, up-grading ini meliputi; 1) kapasitas yang semakin
besar, 2) tingkat presisi produk yang semakin tinggi, 3) kemudahan dalam
perawatan, 4) keamanan dan kemudahan dalam pengoperasian, 5) Ketahanan
mesin / Realibility yang semakin baik, 6) Design yang menarik, modern, bahkan
futuristik, 7) Terintegrasi dengan Sistem Informasi .
Machinery Division biasanya dimiliki oleh perusahaan yang memiliki skala pasar
dan operasi yang besar.
Posisi Bagian Maintenance dalam lay out perusahaan tadi, anggap saja
tidak penting (dan memang tidak penting), posisi ruang di bagian belakang saya
pikir jauh lebih pas, karena bagian ini identik dengan penyimpanan mesin/parts
tidak terpakai, dan "terlihat tidak bersih/clean". Namun gambaran perusahaan
Jepang yang saya ceritakan tadi, mudah-mudahan memberikan sedikit masukan
bagi kita, bahwa ruang maintenance tidak identik dengan ' tidak clean", tetapi bisa
menjadi bagian integral dalam layout produksi, meski untuk kategori food
manufacturing. Bahkan pernah saya jumpai, seorang Teknisi dari luar, melakukan
overhoul besar dengan menggunakan wearpack serba putih, dengan tangan yang
clean.Sekali lagi, tidak ada pembenaran jika seorang teknisi maintenance identik
dengan kerja kotor dan berlumuran oli.
Bisa dipastikan bahwa setiap perusahaan manufacture memiliki fungsi
engineering, meskipun dengan format dan size yang berbeda. Meski berbeda,
engineering/maintenance perusahaan pada umumnya memiliki 6 Lingkup fungsi
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a.

Mechanical
Electrical
Installation
Utility
Instrumentation
Workshop
Mechanical skill, meliputi perawatan dan perbaikan diantaranya ; 1)
sistem mekanis (komponen-komponen yang dengan sinkron melakukan

dua jenis gerakan mekanis, yaitu translasi dan rotasi), 2) sistem hidrolik, 3)
sistem pneumatik, 4) sistem burner/pengapian
b. Eletrical Skill, cenderung mengartikannya kedalam pengertian electric
arus kuat. Basic Skill personelnya meliputi ; Meliputi 1)pemahaman akan
logical electrical control, 2) memahami jenis-jenis parts electric arus
kuat ( komponen input,seperti stabilizer, capacitor bank, Trafo,
Safety/Fuse/MCB, komponen kontrol seperti Push botton, contactor,
Relay, Switch, all kind of sensor, dll, hingga komponen output seperti
motor listrik, robotic cilinder, solenoid valve, dll ), 3) Mengerti electrical
safety standard
c. Installation, Personel yang melakukan fungsi ini, umumnya memiliki
kemampuan dalam 1) menginstall dan melakukan set up mesin. Beberapa
suplier memberikan jasa instalasi komplet dengan biaya pembelian. Tapi
jauh lebih baik, jika interaksi antara personel maintenance dan mesin
sudah ada sejak instalasi awal. Karena dengan menginstall satu persatu,
akan memberikan gambaran teknis yang lebih detail mengenai sistem
operasi mesin. Akan sangat membantu dalam analisa dan problem solving.
Fungsi ini memiliki skill complete dalam mechanical, electrical dan
instrumentasi. Tidak hanya install mesin baru, tapi 2) installasi jalur pipa
angin, pipa air, pipa steam yang masuk dalam Main Pipe, juga masuk
dalam lingkup kerjanya. Semakin banyak divisi-divisi produksi, jika
masing-masing divisi ini memerlukan suplay udara bertekanan, water
suplay, Steam, dll. Maka fungsi installation ini yang memastikan jalur
distribusinya ready. Mustahil jika masing-masing divisi mengelola jalur
piping ini secara independen.
d. Utility, fungsi ini terkait dengan mesin-mesin sumber tenaga, dan mesin
transfer energi. Diantaranya; Diesel Generator Set / Genset, Compressor,
Boiler, Sistem pendingin ( Chiller, Frezzer, Blast Frezeer, Super Frezeer ).
e. Instrumentation, fungsi ini lebih pada sistem electronic arus lemah / DC.
Tentunya personel maintenance harus memahami bahasa pemograman
untuk PLC, seperti omron, mitsubishi, allen bradley, dll. Tidak hanya
memahami beberapa bahasa pemrograman untuk bisa berinteraksi dengan
PLC.

Tingkat

logika

dalam

mendevelope

hingga

menganalisa

permasalahan yang dimiliki personel ini, benar-benar sangat sistematis dan


terstruktur.

f. Workshop, Dari pengalaman, workshop atau biasa disebut Bengkel tidak


terbatas sebagai pensuplai parts secara internal prusahaan. Ini benar-benar
terkait langsung dengan maintenance cost. Terkadang saya berpikir,
Suplier Mesin ini tidak hanya menjual mesin, tapi kontinuitas order spare
parts menjadi pemasukan yang menguntungkan. Jika kita Import Spare
Parts, kita tidak hanya bayar harga spare parts, tapi kita harus keluarkan
lebih dari 20% dari harga jualnya untuk keluarkan makhluk-makhluk ini
dari Custom. Jadi benar-benar sangat meringankan jika beberapa parts
bisa dibuat secara mandiri di workshop. Tidak hanya itu, meskipun parts
ini kita buat di bengkel-bengkel atau machinery di dalam negeri, harga
material dan jasa pembuatannya kadang tidak masuk akal ( dan
menjengkelkan ). Ada perlengkapan dasar yang harus dimiliki di
workshop. Diantaranya Mesin Bubut, Welding, Gerinda, Bor, Miling, Plate
Cutting. Dan tentunya operator multi skill untuk mengoperasikannya. Jika
demand semakin besar, tinggal pertambah saja quantitynya. Jika berada di
level Departemen, Install CNC perlu dipertimbangkan. Intinya, workshop
tidak hanya sangat membantu dalam suplay spare parts tapi memiliki
kontribusi yang sangat besar dalam menekan biaya maintenance.

Setiap perusahaan memiliki strategi yang berbeda yang berpengaruh pada


struktur organisasi maintenance/engineeringnya-nya. Tepat atau tidak nya suatu
format

organisasi

maintenance

tentunya

harus

dilihat

dari

efektivitas

supportingnya terhadap bagian yang menjadi customernya. Saya ambil contoh,


bagian Produksi, sebagai customer dari Bagian Maintenance. Yang termudah yaitu
pencapaian target volume produksi, target quality produksi. Sedang di tingkat
perusahaan, bisa dilihat kontribusi maintenance cost terhadap Harga Pokok
Produksi (HPP). Implementasi Teknik Statistik Dasar (Check List, Pareto,
Histogram, Fish Bone Diagram) akan sangat membantu jika diterapkan dengan
benar.
Berbicara format struktur organisasinya, Industri minyak, gas dan
pertambangan tentu berbeda dengan Industri makanan, obat-obatan. Masingmasing bidang manufacturing memiliki standard yang spsific terkait denan
kendali proses. Disamping memperhitungkan strategi utama perusahaan, adanya
standard proses ini secara tidak langsung juga berkontribusi dalam membentuk
format engineering di setiap perusahaan. SOP Teknisi Pengeboran lepas pantai
( Rig off shore ), memiliki standard yang lebih ketat dari on shore dalam hal
safety. Dan engineering dalam industri farmasi memiliki standard higienis dan
sanitasi yang lebih tinggi dibanding industri otomotif, dan seterusnya. Tidak ada
standard

format

baku

dalam

hal

ini.

C. Problem Turn Over pada Teknisi


Sepintas Bagian Engineering atau Maintenance berisi orang-orang multi
high skill. Untuk pernyataan ini, saya setuju, meski tidak sepenuhnya. Orangorang dibagian ini terbiasa bekerja secara one man show. Begitu pula dengan

bagian engineering, orang-orang dengan keahlian khusus ini terkadang lebih


nyaman jika bekerja sendiri.
Dari sisi mentalitasnya, ada dua type teksnisi. Type Engineer dan Type
Tukangnya

Engineer

Helper.

Type kesatu yaitu Engineer tidak berarti harus insinyur sajana teknik, tapi
memiliki konsep kerja seorang engineer, diantaranya memiliki minat dalam
rekayasa teknik, dan termotivasi untuk menjaga dan meningkatkan performance
mesin. Teknisi yang masuk di type ini, melihat knowledge dan skill sebagai
modal, ada minat yang sangat besar untuk memperdalam spesialisasinya dan
berusaha menguasai bidang keilmuan lain yang dapat menunjang kerja mereka
meski di tingkat basic. Misal seorang Teknisi mekanik, juga menguasai electric,
instrumentasi, drawing design, manajemen perawatan, dll. Jadi benar-benar dasar
ilmunya menunjang untuk melakukan rekayasa teknik dan koordinasi lintas
bidang keilmuan.
Type kedua yaitu Type Tukangnya Engineer/Helper, jangan salah lho,
Sarjana Teknik-pun memiliki karakter seperti ini. Teknisi yang masuk di kategori
ini ; 1)lebih mengutamakan pengalaman dibanding dengan kedalaman proses
berpikir dalam analisa masalah, 2) melihat bidang keilmuan dari sisi yang sangat
sempit Mekanik ya mekanik, electric ya electric, dst. Tidak ada minat untuk
mempelajari bidang lain, sehingga memiliki

banyak keterbatasan dalam

melakukan rekayasa teknik. Meskipun bisa tidak lebih dari menjadi "Helper".
Apa yang kemudian terjadi, perusahaan yang ditinggal harus mencari ahli
pengganti dan mulai dari dari awal untuk proses adaptasi. Dan Perusahaan yang
dituju, was-was jika ditinggal pergi meski dengan resiko new boss, new rule,
strategi lama terputus dan mulai dengan strategi baru. Kenyataannya dunia
Engineering menawarkan kesempatan untuk mengenal berbagai teknologi baru,
berimprovisasi dan mengupgrade skill, dimana dari sudut pandang individu apa
yang didapat (experience, kowledge, skill) akan berdampak langsung pada nilai
jual. industri konvensional sangat tergantung pada individu, namun industri
modern lebih tergantung pada sistem. Sistem yaitu interaksi sinergis antara semua
komponen terkait, ada didalamnya human resources, metode kerja

Ini akan menjadi permasalahan pastinya. Solusinya dengan ;1)


Dokumentasi, 2) Penerapan Sistem Penilaian Performance Berbasis obyektivitas
Kinerja.
Dokumentasi jelas, semua permasalahan permesinan di mapping setelah
itu menetapkan standard perbaikan. Jika semua terdokumentasi, mulai dari
Drawing Parts Mesin, Sistem operasional mesin, Problem, langkah Perbaikan, dan
lain-lain terkait hal teknis lainnya, Budaya One Man Show berangsur akan
hilang, dan bergeser pada model kerja kolektive. Perlu diingat, dokumentasi
maintenance banyak menyangkut hal yang sangat rahasia ( very confidential ),
anda wajib memiliki mekanisme untuk menjamin kerahasiaannya.
Penerapan Sistem Penilaian Performance Berbasis obyektivitas Kinerja.
Dengan adanya sistem ini, Gap atau Selisih antara Skill standard dengan actual
yang dimiliki akan terlihat secara obyektif. Kuncinya pada data, umumnya semua
orang sudah merasa bekerja dengan baik dan benar, jika tidak berbicara data
obyektif, akan banyak sekali misskomunikasi. Sistem TPM menyediakan
formulasinya, tinggal diolah dengan MBO atau Performance Approval system
lainnya. Setelah itu lakukan Trainning rutin untuk pembekalan Basic Skill,
melatih urutan kerja, kemampuan analisa masalah, dll.

Você também pode gostar