Você está na página 1de 6

Model Penghitungan Biaya Operasi Kendaraan

Harun A. LUBIS

Departemen Teknik Sipil ITB


2004

Model Penghitungan Biaya Operasi Kendaraan Hasil Studi


Komponen biaya operasi kendaraan yang diperhitungkan dalam model yang diusulkan
terdiri dari :

Konsumsi bahan bakar


Konsumsi minyak pelumas
Konsumsi ban
Pemeliharaan dan suku cadang
Depresiasi
Asuransi
Nilai waktu

Model konsumsi bahan bakar diperoleh melalui survei primer dengan menggunakan
alat pengukur konsumsi bahan bakar dengan memperhatikan pengaruh dari kelandaian
jalan, kekasaran jalan dan kondisi lalu lintas. Untuk komponen biaya operasi
kendaraan lainnya, model diperoleh melalui desk study dengan memperhatikan
kesederhanaan model sebagai dasar pemilihan.
2.2.1

Konsumsi Bahan Bakar

Dalam studi ini diperkirakan ada hubungan yang mendasar antara konsumsi bahan
bakar dan kecepatan, di luar (lepas) dari pengaruh geometrik jalan, kekasaran
permukaan, dan kondisi lalu lintas. Konsumsi seperti itu disebut sebagai konsumsi
bahan bakar dasar yang didefinisikan sebagai konsumsi bahan pada kondisi lalu lintas
bebas (free flow), kelandaian yang relatif datar (0%), dan kekasaran permukaan relatif
tidak mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Konsumsi tersebut selanjutnya disebut
sebagai basic fuel. Dengan demikian spesifikasi model konsumsi bahan bakar dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Konsumsi bahan bakar = basic fuel (1 (kk + kl + kr )) ................... (1)
dimana:
basic fuel dalam liter/1000km
kk = koreksi akibat kelandaian
kl = koreksi akibat kondisi lalu lintas
kr = koreksi akibat kekasaran jalan (roughness)
Dari data hasil pengamatan empiris diperoleh hubungan basic fuel dengan kecepatan
(v) sebagai berikut.
Basic fuel = 0,0284 v2 - 3,0644 v + 141,68 (2)
Gambar 2.1 menunjukkan kurva hubungan antara konsumsi bahan bakar dasar
dengan kecepatan.

Konsumsi Bahan Bakar (l/1000km)

120

100
y = 0.0284x 2 - 3.0644x + 141.68
R2 = 0.8089

80

60

40

20

0
10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kecepatan (km /jam )

Gambar 2.1 Kurva Hubungan Antara Konsumsi Bahan Bakar Dasar Dengan
Kecepatan
Sedangkan untuk golongan kendaraan lain, nilai perbandingan konsumsi bahan bakar
dasar relatif terhadap konsumsi kendaraan golongan I, diperoleh :

Basic fuel bus = 2.26533 * Basic fuel Kijang, dan


Basic fuel Truk = 2.90805 * Basic fuel Kijang

Sedangkan faktor koreksi diperoleh dengan membandingkan konsumsi bahan bakar


pada ruas jalan ideal (kondisi lalu lintas bebas (free flow), kelandaian yang relatif
datar (0%), dan kekasaran permukaan relatif tidak mempengaruhi konsumsi bahan
bakar) dengan konsumsi bahan bakar pada ruas jalan yang dianggap memiliki kondisi
lalu lintas, kelandaian relatif, dan kekasaran permukaan yang ekstrim. Untuk faktor
koreksi terhadap lalu lintas dipilih ruas jalan Cawang-Tomang, untuk faktor koreksi
terhadap kelandaian relatif dipilih ruas jalan Semarang (Srondol-Krapyak), dan untuk
faktor koreksi terhadap kekasaran permukaan dipilih ruas jalan Padalarang-Cileunyi.
Selanjutnya faktor koreksi dihitung sebagai, faktor koreksi = ((koreksi/ideal)-1),
dimana :
ideal
= konsumsi bahan bakar pada ruas jalan ideal
koreksi = konsumsi bahan bakar pada lokasi yang diamati
Pada Tabel 2.2 ditampilkan faktor-faktor koreksi untuk masing-masing golongan
kendaraan.

Tabel 2.2 Faktor Koreksi Konsumsi Bahan Bakar Dasar Kendaraan Golongan I, IIA, dan
IIB
Koreksi Kelandaian negatif (kk)
Koreksi Kelandaian positif (kk)
Koreksi Lalu Lintas (kl)

Koreksi Kekasaran (kr)

2.2.2

g < -5%

- 0,337

-5% < g < 0%

- 0,158

0% < g < 5%

0,400

g 5%

0,820

0 v/c < 0,6

0,050

0,6 v/c < 0,8

0,185

v/c 0,8

0,253

< 3 m/km

0,035

3 m/km

0,085

Konsumsi Minyak Pelumas

Berdasarkan survei literatur, dengan kriteria kemudahan dalam mengimplementasikan


model, maka dipilih spesifikasi model yang dikembangkan dalam GENMERRI .
Pada Tabel 2.3 dapat dilihat konsumsi dasar minyak pelumas (liter/km) yang
dimodifikasi dari model ini. Konsumsi dasar ini kemudian dikoreksi lagi menurut
tingkatan roughness seperti yang terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.3 Konsumsi Dasar Minyak Pelumas (liter/km)
Kecepatan
Jenis Kendaraan
(km/jam)
Golongan I
Golongan II a Golongan II b
0.0060
0.0049
10 - 20
0.0032
0.0057
0.0046
20 - 30
0.0030
0.0028
0.0055
0.0044
30 - 40
0.0027
0.0054
0.0043
40 - 50
50 - 60
0.0027
0.0054
0.0043
0.0055
0.0044
60 - 70
0.0029
70 - 80
0.0031
0.0057
0.0046
80 - 90
0.0033
0.0060
0.0049
90 - 100
0.0035
0.0064
0.0053
0.0059
100 - 110
0.0038
0.0070
Tabel 2.4 Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas terhadap
Kondisi Kekasaran Permukaan
Nilai Kekasaran
Faktor Koreksi
< 3 m/km
1.00
1.50
3 m/km

Model yang pernah dipakai oleh BIPRAN-Bina Marga untuk studi kelayakan jalan. Model ini
memperhatikan pengaruh dari kecepatan perjalanan dan roughness terhadap konsumsi minyak pelumas.

2.2.3

Ban

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kondisi atau umur ban. Pertama adalah
rolling frictrion, gesekan antara ban dan permukaan jalan. Kedua adalah gaya
longitudinal dan transversal yang menyebabkan gesekan pada sebagian permukaan
ban. Gaya tersebut terjadi akibat pengereman, akselerasi, dan tikungan. Terakhir
adalah gesekan akibat driving force yang diakibatkan tekanan udara yang terjadi pada
saat kendaraan melakukan tanjakan dan atau pengurangan kecepatan.
Dengan memperhatikan kriteria kesederhanaan dan kemudahan dalam
mengimplementasikan model, maka diusulkan untuk menggunakan model PCI
sebagai berikut :
Golongan I
:
Y = 0.0008848 S - 0.0045333
Golongan II a
:
Y = 0.0012356 S - 0.0064667
Golongan II b
:
Y = 0.0015553 S - 0.0059333
Y = pemakaian ban per 1000 km dan S adalah kecepatan berjalan
(running speed).
2.2.4

Pemeliharaan

Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya suku cadang dan upah montir/tenaga kerja yang
berlaku untuk penghitungan BOK pada jalan tol maupun jalan arteri, sedangkan
menurut model PCI persamaannya dapat dilihat berikut ini :

2.2.5

1.

Suku Cadang
Golongan I
:
Y = 0.0000064 S + 0.0005567
Golongan II a
:
Y = 0.0000332 S + 0.0020891
Golongan II b
:
Y = 0.0000191 S + 0.0015400
Y = pemeliharaan suku cadang per 1000 km

2.

Montir
Golongan I
:
Y = 0.00362 S + 0.36267
Golongan II a
:
Y = 0.02311 S + 1.97733
Golongan II b
:
Y = 0.01511 S + 1.21200
Y = jam montir per 1000 km

Depresiasi

Biaya depresiasi berlaku untuk penghitungan BOK pada jalan tol maupun jalan arteri,
sedangkan menurut model PCI persamaannya dapat dilihat berikut ini :
Persamaan Depresiasi menurut PCI
Golongan I
:
Y = 1/(2,5 S + 125)
Golongan II a
:
Y = 1/(9,0 S + 450)
Golongan II b
:
Y = 1/(6,0 S + 300)
Y = Depresiasi per 1.000 km, sama dengan 1/2 nilai depresiasi dari
kendaraan

2.2.6

Bunga Modal

Menurut model HDM III, biaya bunga modal per kendaraan-km yang dilambangkan
dengan INT dan diekspresikan sebagai fraksi dari harga kendaraan baru diberikan
dalam persamaan berikut ini :
INT = AINT/AKM
dimana :
AINT

AINV
AKM

=
=
=

rata-rata bunga modal tahunan dari kendaraan yang diekspresikan


sebagai fraksi dari harga kendaraan baru
0.01 (AINV/2)
bunga modal tahunan dari harga kendaraan baru (%)
rata-rata jarak tempuh tahunan (kilometer) kendaraan

Pada studi ini bunga modal diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pilihan pemakai tol
atau non tol sehingga tidak terdapat kontribusi penghematan komponen ini terhadap
total BOK.
2.2.7

Asuransi

Menurut model PCI, biaya asuransi adalah sebagai berikut :


Golongan I
:
Y = 38/(500 S)
Golongan II a
:
Y = 6/(2571,42857 S)
Golongan II b
:
Y = 61/(1714,28571 S)
Y = asuransi per 1000 km
2.2.8

Nilai Waktu

Sampai saat ini, belum diturunkan suatu besaran nilai waktu untuk kondisi di
Indonesia. Namun demikian, pada studi ini diambil besaran nilai waktu dari Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (IHCM-Indonesia Highway Capacity Manual), yang
besarnya ditampilkan pada Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5 Nilai Waktu Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk Masing-masing
Golongan
Nilai Waktu
(Rp./jam/kendaraan)
Golongan I
3.281,25
Golongan IIA
18.212,00
Golongan IIB
4.971,20

Você também pode gostar