Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Metode Fitoremediasi
Tati Ruhmawati, Denny Sukandar
Abstrak
Karakteristik air limbah pabrik tahu mengandung bahan organik yang ditandai
dengan tingginya kadar TSS. Tanaman air mempunyai kemampuan menyaring
bahan-bahan yang larut dalam air limbah sehingga potensial untuk dijadikan bagian
dari usaha pengolahan air limbah. Tujuan penelitian ingin mengetahui pengaruh
berbagai lama waktu kontak proses fitoremediasi terhadap penurunan kadar TSS air
limbah pabrik tahu. Hipotesis penelitian semakin lama waktu kontak tanaman air
hydrilla (Hydrilla verticillata) semakin besar penurunan kadar TSS. Populasi adalah
seluruh air limbah yang diambil dari pabrik tahu Cibuntu Kota Bandung, sedangkan
sampel adalah sebagian air limbah pabrik tahu yang diambil dari populasi, dengan
teknik pengambilan sampel sesaat. Jenis penelitian eksperimen semu dengan
rancangan Pretest-Postest dengan kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara pengukuran dan pemeriksaan laboratorium. Data yang telah terkumpul diolah
dan dianalisis menggunakan uji anova. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
penurunan kadar TSS setelah kontak dengan tanaman air hydrilla dengan rata-rata
persentase penurunan untuk waktu kontak 2 hari adalah sebesar 47,43 %, waktu
kontak 4 hari penurunan kadar TSS sebesar 74,85 %, dan waktu kontak 6 hari
penurunan kadar TSS sebesar 80,63 %. Hasil uji Anova diperoleh nilai p (p-value)
sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05 ( 5%). Dengan demikian terdapat pengaruh
yang bermakna antara variasi waktu kontak tanaman air hydrilla terhadap penurunan
kadar TSS air limbah pabrik tahu.
Kata Kunci : Fitoremediasi, Tanaman Air Hydrilla, TSS
ABSTRACT
Characteristics of wastewater containing organic matter to know which is
characterized by high levels of TSS. Water plants have the ability to filter out
dissolved substances in the waste water so that the potential to be used as part of
the wastewater treatment business. The purpose of the study wanted to determine
the effect of various contact time phytoremediation process to decreased levels of
TSS tofu factory waste water. The research hypothesis of contact time the water
plant Hydrilla (Hydrilla verticillata) in the phytoremediation process the greater the
reduction in TSS levels. The population is all the waste water from the plant is taken
out Cibuntu Bandung, while the sample is most wastewater treatment plants are
taken out of the population, with grab sampling technique. This type of research is
quasi-experimental pretest-posttest design with the control. Data collection was done
by means of measurements and laboratory tests. The data have been collected
processed and analyzed using ANOVA test. The results showed decreased levels of
TSS after contact with water Hydrilla plants with an average percentage decline for 2
days contact time amounted to 47.43%, the contact time of 4 days decreased levels
of TSS was 74.85%, and the contact time of 6 days of decline TSS levels 80.63%.
ANOVA test results obtained p value (p-value) of 0.002 is smaller than 0.05 ( 5%).
Thus there is a significant effect of the variation of contact time between the water
plant Hydrilla to decreased levels of TSS tofu factory wastewater.
Keywords: Phytoremediation, Plant AirHydrilla, TSS
Latar Belakang
Industri tahu di Indonesia memiliki peran yang sangat penting. Selain tahu
merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat,
industri yang memproduksi tahu merupakan industri berskala kecil yang menghidupi
banyak sekali warga masyarakat dari kalangan ekonomi mengengah ke bawah.
Sehingga tak heran jika jumlah industri tahu di Indonesia mencapai sekitar 84.000
unit usaha dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun dan dengan
jumlah tenaga kerja yang sangat banyak dari masyarakat sekitar. Seperti dijelaskan
di atas bahwa Industri tahu pada umumnya beroperasi dalam bentuk usaha rumah
tangga, dan limbah yang dihasilkannya pada dasarnya tidak dikelola dan dialirkan
langsung ke dalam perairan terdekat. Limbah cairnya yang dibuang ke lingkungan
sekitar 20 juta meter kubik per tahun. 1
Pabrik tahu menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup banyak.
Limbah cair tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan
pencetakan tahu sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi.
Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan
tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan
biologi.
Tanaman
air
mempunyai
kemampuan
untuk
menetralisir
komponen-
menyaring bahan-bahan yang larut dalam air limbah potensial untuk dijadikan
pengolahan air limbah dalam kolam yang menggunakan tanaman air terjadi proses
penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran
dan penyerapan ion, selain itu tanaman air juga berperan dalam menstabilkan
pengaruh iklim, angin, cahaya matahari, dan suhu.
Atas dasar
pertimbangan tersebut di atas, maka diperlukan sistem pengolahan air limbah yang
sederhana,
mudah
dioperasionalkan
serta
murah
biaya
pembuatan
dan
operasionalnya. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah tersebut adalah
pengolahan dengan menggunakan tanaman air (aquatic plant).
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, perlu dilakukan
penelitian tentang Penurunan Kadar Total Suspended Solid (TSS) Air Limbah Pabrik
Tahu dengan Metode Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Hydrilla verticillata.
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh
berbagai lama waktu kontak proses fitoremediasi menggunakan tanaman air hydrilla
(Hydrilla verticillata) terhadap penurunan kadar TSS air limbah pabrik tahu.
Sedangkan tujuan khususnya adalah diketahui pengaruh variasi lama waktu kontak
proses fitoremediasi, serta persentase penurunan kadar TSS air limbah pabrik tahu
setelah kontak dengan tanaman air hydrilla (Hydrilla verticillata).
Tinjauan Pustaka
Bioremediasi adalah salah satu teknologi alternatif untuk mengatasi masalah
lingkungan dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme. Selain dengan
memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan
tanaman air. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum untuk menetralisir
komponen-komponen tertentu di dalam perairan dan sangat bermanfaat dalam
proses pengolahan limbah cair. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan
istilah fitoremediasi. Jenis-jenis tanaman yang dapat melakukan remediasi disebut
dengan tanaman hiperakumulator.
yang dikemukakan oleh Reed, bahwa proses pengolahan air limbah dalam kolam
yang menggunakan tanaman air terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh
akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion, selain itu
tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh iklim, angin, cahaya
matahari, dan suhu. Bahan organik yang terkandung dalam air limbah dimanfaatkan
tanaman air untuk proses fotosintesis dari hasil penguraian oleh bakteri.
setempat
sangat
berpengaruh
terhadap
metode
itu, apablia pH rendah dapat berdampak secara fisik pada tanaman yaitu
merusak sistem perakaran terutama akar-akar muda, sehingga proses
rizhofiltrasi menjadi terhambat. Untuk pH optimum dalam penggunaan tanaman
pada proses fitoremediasi yaitu antara 6-8.
Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan yang tersuspensi di dalam air
berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas
millipore berpori 0,45 m. TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang
ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron. Material tersuspensi (suspended solid) dapat dibagi menjadi
zat padat dan koloid.10 Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua
zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam
air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton,
bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel
anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang
paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu
perairan. Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam
tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga
fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Materi yang tersuspensi mempunyai
dampak
buruk
terhadap
kualitas
air.
Padatan
tersuspensi
mempengaruhi
ketransparanan dan warna air. Sifat transparan ada hubungan dengan produktivitas
tinggi. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi.
Warna air juga berhubungan dengan kualitas air. Padatan tersuspensi terdiri dari
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen,
misalnya bahan organik dan sel-sel mikroorganisme.11
Beberapa jenis tanaman diketahui mempunyai kemampuan sebagai pengolah
senyawa organik maupun anorganik yang terdapat di dalam
Berdasarkan tempat
hidupnya
jenis
12
air
limbah.
tanaman
Tumbuhan hydrilla merupakan tumbuhan air yang berasal dari daerah Asia
beriklim tropis. Tumbuhan hidrilla adalah tumbuhan yang mempunyai daya
penyebaran yang sangat cepat dan merupakan tumbuhan liar. Daun hydrilla
mempunyai lebar 2-4 mm, dan panjangnya 6-20 mm, dan tumbuhan ini biasanya
tumbuh pada sedimen yang kaya akan bahan organik menyebabkan warna menjadi
merah kecoklatan, dan dapat berubah warna menjadi hijau karena adanya sinar
matahari yang menghasilkan zat hijau daun.
Habitat pertumbuhan hydrilla memungkinkan untuk berkompetensi secara
efektif dengan adanya sinar matahari, hal ini dapat mempercepat petumbuhannya
sampai kira-kira 1 inci perhari dan tumbuh sampai mendekati permukaan air. Pada
permukaan air cabangnya tumbuh sangat banyak dan menghasilkan batang yang
sangat kuat dibanding tumbuhan perairan lainnya. Hydrilla mampu menyerap
cahaya matahari dan mampu bersaing dengan tumbuhan lainnya serta mampu juga
menggunakan nutrisi secara efisien. Jaringan hydrilla terdiri dari 90% air, oleh
karena itu tumbuhan ini dapat berkembang biak sekalipun dengan persediaan nutrisi
esensial yang terbatas seperti karbon, nitrogen, dan fospor. Hydrilla mampu tumbuh
dibawah kondisi range kimia yang sangat lebar. Hal ini pada umumnya di temukan
pada danau yang rendah nutrisi hingga yang tinggi nutrisi. Tumbuhan ini juga dapat
bertahan hidup pada salinitas 7% pada air laut dan dapat juga bertahan pada range
pH yang lebar. Hidrilla dapat beradaptasi dengan level sinar matahari yang sangat
rendah untuk fotosintesis, hal ini berarti hydrilla dapat melakukan fotosintesis lebih
awal pada pagi hari sehingga berhasil bersaing dengan tumbuhan yang lainnya.
12
Kerangka Berpikir
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu, fitoekstraksi,
fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi
mikroorganisme pendegradasi polutan.
dan interaksi
dengan
Secara skema kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini :
Fitoekstraksi
Fitovolatilisasi
Pengolahan
Limbah Cair
Menggunakan
tanaman Air
Fitodegradasi
(FITOREMEDIASI)
Fitostabilisasi
Rhizofiltrasi
interaksi dengan
mikroorganisme
Rhizofiltrasi
Jenis tanaman
Suhu
pH
Tingkat kepadatan/kerapatan tanaman air
Waktu kontak
Gambar 1 : Kerangka Teori
Metode
Jenis penelitian termasuk penelitian eksperimen dengan rancangan pretestpostest dengan kontrol. Rancangan penelitian ini pengelompokan anggota kontrol
dan kelompok perlakuan dilakukan secara acak, adanya penelitian pendahuluan
(pretest)
pada
kelompok
kontrol
dan
kelompok
perlakuan
diikuti
dengan
Temperatur
pH
Kualitas air
Tingkat kepadatan/kerapatan
tanaman air
TSS setelah dicampur dengan air hasil aklimatisasi 73,55 mg/L, sehingga diperoleh
konsentrasi pengenceran ((73,55 : 291) x 100% = 25%). Setelah Air limbah tahu
yang sudah diencerkan selanjutnya disimpan dalam kontainer untuk dikontakkan
dengan tanaman hydrilla (masing-masing kontainer ditanami hydrilla dengan
biomassa 50 gram) dengan variasi waktu 2 hari, 4 hari, dan 6 hari. Selanjutnya
dilakukan pengukuran kadar TSS pada air baku (sebelum kontak dengan tanaman
hydrilla), pada kontrol, dan air yang sudah dikontakkan dengan tanaman hydrilla.
Penelitian dilakukan di laboratorium bengkel kerja Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Bandung. Pemeriksaan sampel air hasil penelitian dilakukan
di Laboratorium Pengendalian Kualitas Lingkungan PDAM Tirta Wening Kota
Bandung. Populasi adalah seluruh air limbah yang diambil dari pabrik tahu Cibuntu
Kota Bandung, sedangkan sampel adalah sebagian air limbah pabrik tahu yang
diambil dari populasi, dengan teknik pengambilan sampel sesaat.
Banyaknya
14
t (r-1) 15
Dimana :
t
r
= banyaknya perlakuan
= banyaknya pengulangan
18
6
perlakuan membutuhkan air limbah pabrik tahu sebanyak 3 liter sehingga jumlah
sampel yang dibutuhkan adalah :
(6 pengulangan x 3 (perlakuan) x 3 lt )+(3 kontrol x 3 lt) + baku 3 lt = 66 lt
Tanaman air hydrilla yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang
memiliki karakteristik jumlah daun, rumpun akar, umur, serta tinggi tanaman yang
relatif sama, dengan biomassa sebesar 50 gram. Berat bimassa ini diambil
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fachrurozi, dkk.
15
16
Uji Anova dilakukan untuk melihat variasi penurunan kadar TSS setelah dikontakkan
dengan tanaman hydrilla dengan tiga waktu kontak yang berbeda (2 hari, 4 hari, dan
6 hari). Untuk menghitung persentase penurunan kadar TSS menggunakan rumus
sebagai berikut :
Kadar TSS sebelum kontak - Kadar TSS setelah kontak
% penurunan TSS = ---------------------------------------------------------------------------- x 100%
Kadar TSS sebelum kontak
Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data kadar TSS pada kontrol,
sebelum dan sesudah kontak dengan tanaman hydrilla dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.1
Kadar TSS pada Kontrol, Sebelum dan Sesudah Kontak dengan Tanaman Hydrilla
dalam Air Limbah Tahu
Pengulangan
ke
1
2
3
4
5
6
Waktu
kontak
6 hari
(mg/L)
10,00
18,50
21,00
16,00
9,00
11,00
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kadar TSS pada air sebelum
perlakuan (air baku) adalah 73,55 mglL, pada kontrol sebesar 60,25 mg/L, waktu
kontak 2 hari berkisar antara 25,50 mg/L 59,75 mg/L, waktu kontak 4 hari berkisar
antara 6,00 mg/L 32,00 mg/L, dan waktu kontak 6 hari berkisar antara 9,00 mg/L
21,00 mg/L.
Hasil pengukuran nilai suhu pada kontrol, sebelum dan sesudah kontak
dengan tanaman hydrilla dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Nilai Suhu pada Kontrol, Sebelum dan Sesudah Kontak dengan Tanaman Hydrilla
dalam Air Limbah Tahu
Pengulangan
ke
1
2
3
4
5
6
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai suhu pada air sebelum
perlakuan (air baku) adalah 26,9 0C, pada kontrol sebesar 26,8 0C, waktu kontak 2
hari berkisar antara 28,6 0C 28,9 0C, waktu kontak 4 hari berkisar antara 26,2 0C
26,5 0C, dan waktu kontak 6 hari berkisar antara 25,4 0C 25,7 0C.
Hasil pengukuran nilai derajat keasaman (pH) pada kontrol, sebelum dan
sesudah kontak dengan tanaman hydrilla dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Nilai pH pada Kontrol, Sebelum dan Sesudah Kontak dengan Tanaman
Hydrilla dalam Air Limbah Tahu
Pengulangan
ke
1
2
3
4
5
6
6,30
6,30
6,30
6,30
6,30
6,30
7,38
7,29
7,30
7,24
7,57
7,74
7,97
7,95
7,96
7,94
7,96
8,02
8,09
8,11
8,22
8,07
8,21
8,32
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai pH pada air sebelum
perlakuan (air baku) adalah 5,95, pada kontrol sebesar 6,30, waktu kontak 2 hari
berkisar antara 7,24 7,74, waktu kontak 4 hari berkisar
Between
Groups
Within Groups
Total
Sum of Squares
2041,861
1608,583
3650,444
df
2
Mean Square
1020,931
15
17
F
9,520
Sig.
,002
107,239
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari hasil uji Anova diperoleh nilai p
(p-value) sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05 ( 5%). Dengan demikian terdapat
pengaruh yang bermakna antara variasi waktu kontak tanaman air hydrilla terhadap
penurunan kadar TSS air limbah pabrik tahu.
Persentase Penurunan Kadar TSS Setelah Kontak Tanaman Hydrilla dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Persentase Penurunan Kadar TSS Sesudah Kontak dengan Tanaman Hydrilla dalam
Air Limbah Tahu
Pengulangan
ke
1
2
3
4
5
6
Jumlah
Rata-rata
49,69
65,33
53,09
284,56
47,43
56,49
75,53
90,48
449,08
74,85
78,25
87,76
85,04
483,75
80,63
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat rata-rata persentase penurunan kadar TSS
setelah kontak dengan tanaman hydrilla selama 2 hari adalah sebesar 47,43 %,
waktu kontak 4 hari penurunan kadar TSS sebesar 74,85 %, dan waktu kontak 6 hari
penurunan kadar TSS sebesar 80,63 %.
Bahasan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin lama waktu kontak tanaman air
hydrilla (Hydrilla verticillata) dalam proses fitoremediasi semakin besar penurunan
kadar TSS air limbah pabrik tahu. Berdasarkan hasil penelitian, seperti dapat dilihat
pada tabel 4.1, terjadi penurunan kadar TSS setelah air limbah pabrik tahu
dikontakkan dengan tanaman air hydrilla, baik pada waktu kontak 2 hari, 4 hari,
maupun 6 hari. Melihat data hasil penelitian semakin lama waktu kontak penurunan
kadar TSS semakin besar. Dengan rata-rata persentase penurunan waktu kontak 2
hari adalah sebesar 47,43 %, waktu kontak 4 hari penurunan kadar TSS sebesar
74,85 %, dan waktu kontak 6 hari penurunan kadar TSS sebesar 80,63 %. Dari hasil
analisis statistik menggunakan uji analisis varians (Anova) diperoleh nilai p (p-value)
sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05 ( 5%). Dengan demikian terdapat pengaruh
yang bermakna antara variasi waktu kontak tanaman air hydrilla terhadap penurunan
kadar TSS air limbah pabrik tahu, dengan kata lain hipotesis penelitian diterima. Hal
ini membuktikan bahwa tanaman air hydrilla mempunyai kemampuan untuk
menurunkan kadar TSS dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan air limbah
khususnya air limbah pabrik tahu.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa bioremediasi adalah satu satu
teknologi alternatif untuk mengatasi masalah lingkungan dengan memanfaatkan
bantuan
mikroorganisme.
Selain
dengan
memanfaatkan
mikroorganisme,
bioremediasi juga dapat pula memanfaatkan tanaman air. Penggunaan tanaman air
dalam proses bioremediasi ini biasa dikenal dengan istilah fitoremediasi.
17
18
19
yang mampu
dalam air limbah pabrik tahu dimanfaatkan tanaman air hydrilla untuk proses
fotosintesis dari hasil penguraian oleh bakteri.
Kadar TSS pada kontrol mengalami penurunan tetapi relatif kecil, hal ini
terjadi semata-mata hanya disebabkan adanya gaya gravitasi pada saat
pengendapan. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai suhu relatif sama baik pada air
sebelum perlakuan (air baku), kontrol, maupun setelah perlakuan. Adanya
peningkatan nilai suhu, semata-mata karena dipengaruhi oleh suhu udara pada saat
penelitian. Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung
maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena
suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting yaitu laju transpirasi, bukaan
stomata, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis dan respirasi. Adapun suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman pada proses fitoremediasi yaitu antara 27 0C300C. 3
18
12
Simpulan
Ada pengaruh variasi lama waktu kontak proses fitoremediasi menggunakan
tanaman air hydrilla terhadap penurunan kadar TSS air limbah pabrik tahu. Rata-rata
persentase penurunan kadar TSS setelah kontak dengan tanaman hydrilla selama 2
hari adalah sebesar 47,43 %, waktu kontak 4 hari penurunan kadar TSS sebesar
74,85 %, dan waktu kontak 6 hari penurunan kadar TSS sebesar 80,63 %.
Saran
Perlu dilakukan penelitian dalam skala lapangan sehingga hasil penelitian
diharapkan bisa menjadi suatu model pengolahan air limbah yang bisa digunakan
oleh masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Darsono. 2007. Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob dan
Aerob.Jurnal Teknologi Industri,Vol.XI No.1.
2. Artiyani, Anis. 2011. Penurunan Kadar N-Total dan P-Total pada Limbah Cair
Tahu dengan Metode Fitoremediasi Aliran Batch dan Kontinyu Menggunakan
Tanaman Hydrilla Verticillata. Spectra, Nomor 18 Volume IX Juli 2011, hal 9-14.
3. Youngman (1999) dalam Siregar, Ulfah J., dan Chairil Anwar. 2010.
Fitoremediasi Prinsip dan Prakteknya dalam Restorasi lahan Paska Tambang
Indonesia. Jakarta : Southest Asian Regional Center for Tropical Biology.
4. Suriawiria, U., 2003, Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan
secara Biologis, Alumni, Bandung.
5. Stowell, R.R., J.C. Ludwig and G. Thobanoglous. 2000. Towad the Rational
Design of Aquatic Treatment of Wastewater, Departement of Civil Enginnering
and Land, Air and Wastewater Resources, University of California, California.
6. Reed, S.C., E.J. Midlebrooks and R.W. Crites. 2005. Natural System of Waste
Management and Treatment, Mc. Graw Hill Book Company, New York.
7. Guntur, Y. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Simulasi
Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari, Volume 8 Nomor 2 Agustus 2008, hal 136144.
8. Mc. Cutcheon & Schnoor (2003) dalam Sunanisari. Kemampuan Teratai
(Nymphaea Sp) dan Ganggeng (Hydrilla verticillata) dalam Menurunkan Kadar
Nitrogen dan Phosphor Air Limbah Pencucian Laboratorium Analisis Kimia.
Jurnal Limnotek, Volume XV Nomor 1 2008, hal 1-9.
9. Chaney, 1995 dalam Hidayati, Nuril. Ulasan Fitoremediasi dan Potensi
Tumbuhan Hiperakumulator. Jurnal Hayati, Volume 12 Nomor 1 tahun 2005, hal
35-40.
10. Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu, Yogyakarta.
11. Sastrawijaya, Tresna. 2009. Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Rineka
Cipta, Jakarta.
12. Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air dengan Teknologi Rawa
Buatan, Gadjah Mada University Pers, Yogyakarta.
13. Sastroasmoro, S., 2008, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung
Seto, Jakarta.
14. Gomez, Kwanchai A. Dan Arturo A. Gomez, 2007, Prosedur Statistik untuk
Penelitian. UI Press, Jakarta.
15. Fachrurozi, M., dkk. Pengaruh Variasi Biomassa Pistia stratiotes L. terhadap
Penurunan Kadar BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu di dusun Klero
Sleman Yogyakarta. Jurnal KES MAS, Volume 4, Nomor 1 Januari 2010, hal 175.
16. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. 2002.
17. Puspita D. Penurunan Konsentrasi TSS pada Limbah Laundry Menggunakan
Reaktor Biosand Filter. FTSP. UII Yogyakarta. 2008
18. Mangkoedihardjo S., Ganjar S. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
2010.
19. Unus Suriawiria dalam Lutfiana sari Indah, dkk. Kemampuan Eceng Gondok ,
Kangkung Air, dan Kayu Apu dalam Menurunkan Bahan Organik Limbah Industri
Tahu. Diponegoro Journal of Maquares. Volume 3, Nomor 1, ahun 2014, hal 1-6.
Dokumentasi
Riwayat Penulis :
Tati Ruhmawati, SKM., M.Kes.
adalah Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung,
menjabat sebagai Lektor, Pendidikan S2 Kesehatan Lingkungan
Drs. Denny Sukandar, M.Kes.
adalah Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung,
menjabat sebagai Lektor Kepala, Pendidikan S2 Kesehatan Lingkungan