Você está na página 1de 8

POTENSI FLORA DAN FAUNA DI EKOSISTEM ESTUARI

Estuari merupakan daerah pantai semi tertutup yang penting bagi


kehidupan ikan. Berbagai fungsinya bagi kehidupan ikan seperti sebagai
daerah pemijahan, daerah pengasuhan, dan lumbung makanan serta jalur
migrasi menjadikan estuari kaya dengan keanekaragaman hayati ikan
pada berbagai tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa) (B
laber,1997; Costa et al.,2002). Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai
area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan
dua ekosistem berbeda (tawar dan laut) yang memberikan karakteristik
khusus pada habitat yang terbentuk.
Estuari merupakan ekosistem yang khas dan kompleks dengan
keberadaan berbagai tipe habitat. Heterogenitas habitat menyebabkan
area ini kaya sumber daya perairan dengan komponen terbesarnya adalah fauna
ikan.
Komunitas

estuari

membentuk

komposisi yang unik berupa

percampuran jenis endemik (Jenis yang hidup terbatas di lingkungan


estuari), jenis yang berasal dari ekosistem laut dan sebagian kecil jenis
biota yang dapat masuk/keluar dari lingkungan air tawar, yaitu biota yang
memiliki kemampuan osmoregulator yang baik
Sumber protein dari laut (seafood) merupakan contoh populasi
yang baik dari percampuran jenis endemik dan jenis perairan laut. Contoh dari
jenis-jenis tersebut adalah kerapu dari jenis Cynoscion nubulosus,
sedangkan ikan dari jenis Brevootia sp di jumpai hidup di perairan estuari
hanya pada stadium awal. Demikian juga dengan kebanyakan jenis-jenis
komersial seperti tiram dan kepiting yang merupakan jenis utama
lingkungan ini. beberapa jenis komersial penting dari berbagai jenis
udang hidup di laut lepas pada stadium dewasa, dan melewati stadium awal
hidupnya di lingkungan estuari. Daur hidup seperti ini sangat umum dijumpai
pada biota nekton di daerah pesisir, dimana estuari digunakan sebagai
lahan asuhan. kecenderungan tersebut diduga karena pada stadium larva,

biota-biota memerlukan perlindungan dan persediaan makanan yang baik.


Ketergantungan dari sejumlah besar ikan yang memiliki nilai komersial
tinggi di lingkungan estuari, merupakan salah satu sebab

ekonomis

yang

utama dalam pelaksanaan preservasi habitat ini.


Beberapa fauna yang bernilai ekonomis penting seperti kerapu, tiram,
udang penaid udang penaeid, kepiting bakau, ikan belanak, ikan bandeng, kerapu
dan kerang-kerangan, dan tiram. Yang sering dimanfaatkan untuk ekspor maupun
untuk kebutuhan pangan yang bernilai ekonomis penting. Tetapi yang paling
sering adalah dengan menangakap organisme yang masih stadia larva yang akan
dijual kembali untuk kegiatan budidaya ditambak.
Beberapa flora yang mempunyai ekosistem penting yang dapat
dimanfaatkan antara lain adalah padang lamun , alga makro seperti rumput laut
dan alga mikro seperti bluee green algae , algae hijau seperti chlorella , spirulina
dan lainnya.
PERMASALAHAN YANG TERJADI DI EKOSISTEM ESTUARI
Estuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan
terhadap perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi
(ekosistem) dari dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan
sumberdaya perairan laut secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang
dimungkinkan menjadi sumber kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah
estuaria antara lain:

Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan


di darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Laju
sedimentasi di wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan
sebagai salah satu indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah
lahan atas, sehingga dapat menggambarkan kondisi pada wilayah lahan
atas. Sedimen yang tersuspensi masuk perairan pantai dapat
membahayakan biota laut, karena dapat menutupi tubuh biota laut
terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut, terumbu

karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan


menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk
pemapasan atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya
terhenti atau terendapkan di muara sungai dapat mengubah luas wilayah
pesisir secara keseluruhan, seperti terjadinya perubahan garis pantai,
berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya delta baru atau tanah
timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di muara sungai

Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya


dukung produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya
perikanan, sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat
tekanan dan menyebabkan menurunnya produktifitasnya

Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan


Industri, pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersamasama dengan aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria.
Lebih dan 80% bahan pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir dan
laut berasal dari kegiatan manusia di darat UNEP (1990).

Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian,


seperti pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan
mengganggu pola aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi
aspek kualitas, volume, dan debit air. Pengurangan debit air yang di
alirkan bagi irigasi, dapat mengubah salinitas dan pola sirkulasi air di
daerah estuaria danmenyebabkan jangkauan intrusi garam semakin jauh ke
hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pada sebagian
ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di
sekitar perairan tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah.
Peningkatan jumlah penduduk beserta kualitas hidupnya, telah

meningkatkan kebutuhan manusia akan sumberdaya dan jasa-jasa dari


lingkungan estuari ini. DAHURI (1992) menyebutkan bahwa peningkatan
permintaan akan sumberdaya beserta jasa-jasa dari lingkungan estuari ini
telah menimbulkan tekanan terhadap sebagian perairan estuari di
Indonesia, khususnya di daerah industri dan padat penduduk. Hal ini

merupakan ancaman terhadap kapasitas berkelanjutan dari perairan


estuari dalam memenuhi permintaan manusia dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan. Dengan curah hujan yang tinggi dan banyaknya
jumlah sungai yang bermuara di laut, Indonesia memiliki daerah estuari
yang sangat luas dan produktif (DAHURI 1992). Sudah selayaknyalah
kekayaan alam yang kita miliki ini dimanfaatkan dengan baik dan
bijaksana, yakni dengan mempertimbangkan keutamaan fungsi lingkungan
ini secara alamiah. Perencanaan pemanfaatan yang holostik, yakni dengan
mempertimbangkan faktor ekologis dan kelangsungan setiap elemen
ekosistem ini, tidak hanya menghasilkan keuntungan sesaat pada manusia
sebagai pengguna utama, tapi juga akan mendatangkan keuntungan
berganda bagi pengguna itu sendiri. Keuntungan ganda yang dimaksud
adalah keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara alamiah dan
keuntungan yang didapat dengan modifikasi pengolahan
yang bijaksana. ODUM (1976) berpendapat bahwa perencanaan penggunaan
kawasan pantai harus dikaitkan dengan perencanaan penyeluruh
secara ekologis dalam bentuk zonasi lingkungan. Perencanaan zonasi
lingkungan dikelompokkan

dalam tiga

kategori

penggunaan sebagai

berikut :
1.Zona untuk pengembangan intensif.
2.Zona untuk kohservasi.
3.Zona untuk preservasi.
KASRY (1992) berpendapat bahwa perencanaan lingkungan dengan
sistem zonasi ini cukup kompleks, namun dengan dukungan berbagai pihak
yang berwenang terutama pihak pengambil keputusan, maka hasil yang
diharapkan lebih mungkin untuk dapat tercapai. Keberhasilan penerapan
sistem penzonaan ini memerlukan dua prasarana pendukung utama yakni :
1.Harus ada peraturan perundangan dan organisasi administratif yang kuat
dalam pemerintahan, untuk dapat menciptakan, memelihara dan memiliki
kekuatan dalam pengaturan penzonaan ini, sehingga integritas zona-zona tersebut
dapat dipertahankan.

2.Harus ada metoda yang mendasari keputusan

penentuan

penzonaan

ini. Keputusan ini jangan semata-mata didasari pada kemauan politis, tapi juga
didasarkan pada pertimbangan nyata dan akurat terhadap faktor ekonomis,
ekologis dan estetika.
Upaya Perlindungan Ekosistem Estuari
Banyak elemen masyarakat yang sekarang masih kurang peka akan kelestarian
dan keberlanjutan sumberdaya ekosistem pesisir, hal ini apabila tidak di tanggapi
secara serius akan menimbulkan dampak yang cukup berbahaya ke depannya.
Kita tidak mungkin juga hanya bisa menikmati keindahan suatu tempat tanpa
memikirkan dampak jangka panjangnya bagi generasi penerus. Berikut
merupakan tahapan yang dapat digunakan untuk perlindungan maupun pelestarian
ekosistem pesisir, diantaranya adalah :

Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan


pesisir sekaligus melakukan aktivitas penghijuan. Untuk melakukan
restorasi perlu memperhatikan pemahaman pola hidrologi, perubahan arus
laut, tipe tanah.

Reorientasi, dimaksudkan sebagai sebuah perencanaan pembangunan


yang berparadigma berkelanjutan sekaligus berwawasan lingkungan.
Sehingga motif ekonomi yang cenderung merusak akan mampu
diminimalisasi.

Responsivitas, dimaksudkan sebagai sebuah upaya dari pemerintah yang


peka dan tanggap terhadap problematika kerusakan ekosistem pesisir. Hal
ini dapat ditempuh melalui gerakan kesadaran pendidikan dini, maupun
advokasi dan riset dengan berbagai lintas disiplin keilmuan.

Rehabilitasi, gerakan rehabilitasi dimaksudkan sebagai upaya untuk


mengembalikan peran ekosistem pesisir sebagai penyangga kehidupan
biota laut. Salah satu wujud kongkrit pelaksanaan rehabilitasi yaitu dengan
menjadikan kawasan pesisir sebagai area konservasi yang berbasis pada
pendidikan (riset) dan ekowisata.

Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran


bersama sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat.

Regulasi, dalam hal ini setiap daerah pasti mempunyai Perda yang telah
diatur secara jelas dan gambling. Maka dari itu, perlu kesadaran dan
kewajiban untuk memenuhi perda yang telah ada dan telah dibuat. Ini bisa
dijadikan sebuah punishment apabila tidak dijalankan secara serius.
Punishment harus dijalankan guna membentuk sikap yang sadar akan
Perda yang telah diatur demi keberlangsungan ekosistem pesisir di masa
depan.

Foto foto kerusakan ekosistem estuari

KEGIATAN PENAGKARAN DI
DAERAH ESTUARI
Upaya
dalam
kerusakan

yang

dapat

dilakukan

mengurangi

dampak

pada ekosistem perairan wilayah


estuaria

yaitu

dengan

menata

kembali sistem pengelolaan daerah atas. Khususnya penggunaan lahan pada


wilayah daratan yang memiliki sungai. Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah
dapat dipastikan akan merusak ekosistem yang ada di perairan pantai. Oleh karena
itu, pembangunan lahan atas harus memperhitungkan dan mempertimbangkan
penggunaan lahan yang ada di wilayah pesisir.

Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal

Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk
berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh
karenanya di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah
estuaria

diperlukan

pemanfaatan

secara

tindakan-tindakan
optimal

dan

yang

lestari.

bijaksana
Pola

yang

pemanfatan

berorientasi
sebaiknya

memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity).

Konsenvasi Hutan Mangrove

Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain
mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove
adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan
(nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan
(spawning ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter
sedimen yang berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu
meredam terpaan angin badai.

Você também pode gostar