Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABORTUS INKOMPLETUS
Pembimbing
Disusun oleh :
Antom Sugiarto
01.206.5133
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
ABORTUS INCOMPLETUS
A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman/terhentinya proses kehamilan yang sedang
berlangsung sebelum mencapai umur kehamilan < 20 minggu atau berat janin
<500 gram.
Sedangkan abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian buah
kehamilan pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang
tertinggal dalam uterus.
B. ETIOLOGI
Secara umum, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan abortus yaitu:
1. Faktor janin
a. Berdasarkan hasil studi sekitar 50-60% dari abortus spontan
mempunyai masalah pada kromosom, seperti autosomal trisomy,
monosomy X dan polyploidy.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c. Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan.
2. Faktor maternal
a. Usia ibu
b. Penyakit- penyakit ibu:
(1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan
sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin
dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
(2) Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
(3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis,
penyakit paru berat, anemi gravis.
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau
estrogen, endometritis, dan mioma submukosa.
d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).
e. Gangguan sirkulasi plasenta dijumpai pada ibu yang menderita
penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali
plasenta, dan endarteritis.
f. Antagonis rhesus
C. KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit
pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam desidua, pada saat implantasi
ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti,
dan tidak disertai mules-mules.
2. Abortus incipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah.
3. Abortus incompletus (keguguran tidak lengkap)
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
4. Abortus complet (keguguran lengkap)
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di
keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
5. Missed abortion (retensi janin mati)
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati
tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar
lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi 12 negatif. Dengan
ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya
sesuai dengan usia kehamilan.
6. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut - turut tiga kali
atau lebih.
D. PATOGENESIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya,
karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak dalam, karena plasenta tidak
dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka disusul dengan
pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka
ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan mola
kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap
sehingga semuanya tampak seperti daging. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi
agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam
tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus
papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak
dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak
menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted ovum,
mungkin pula janin telah mati lama disebut missed abortion.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis,
dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan infeksi berat (syok endoseptik).
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Bagian Kebidanan dan Kandungan.
Jakarta : balai penerbit FK UI
2. Obstetri Williams, Edisi 20. Jakarta: EGC. Cunningham G.F et.al. 2005
FAKULTAS KEDOKTERAN
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. S
2. Umur
: 27 tahun
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. No. RM :120.54.84
5. Agama : Islam
6. Pendidikan
: SMA
7. Pekerjaan
8. Status
: Menikah
: 22.00 WIB
HPHT : 20-01-2015
Pasien tidak menstruasi sejak bulan Januari 2015 dan sudah melakukan tes kehamilan
dengan tes pack kehamilan dan hasilnya positif.
4. Riwayat ANC
ANC dilakukan 2 kali di bidan, tidak ada pesan-pesan khusus.
5. Riwayat Obstetri
G2P1A0 gravida 12 minggu
G1
: laki-laki, 4 tahun, 2600 gr, spontan, bidan
G2
: hamil sekarang
6. Riwayat Menstruasi
-
Menarche
: umur 13 tahun
Siklus haid
: 26 hari, teratur
Lama haid
: 6 hari
Dismenore
: (-)
7. Riwayat KB
KB suntik 3 bulan selama 2 tahun
8. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang.
Usia pernikahan 5 tahun.
9. Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja karyawan swasta.
Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
TB
: 152 cm
RR
: 22 x/menit
BB
: 58 Kg
Suhu : 36,5 0C
b. Status Internus
- Mata
- Mulut
- Kulit
- Mamae
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
- PF Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan.
Auskultasi
PF Abdomen
Inspeksi
:
: Datar, pembesaran uterus tidak terlihat, striae gravidarum
VT
Inspikulo
- Extremitas
: tidak dilakukan
:
Superior
Inferior
Oedem
-/-
-/-
Varises
-/-
-/-
Reflek fisiologis
+/+
+/+
Reflek patologis
-/-
-/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium Darah (tanggal 18 April 2015)
1. Hb
: 12,4 g/dL
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hematokrit
: 40.0%
Leukosit
: 9.150 /uL
Trombosit
: 225.000 /uL
Waktu Perdarahan/BT 2:00
Waktu Pembekuan/CT 4:10
GDS
: 98
HbsAg
: (-)
B. Pemeriksaan USG
Tampak GS (+) , Janin (+) tidak ada tanda-tanda kehidupan
E. RESUME
Pasien G2P1A0 hamil 12 minggu, datang dengan keluhan keluar darah merah segar (+) dari
jalan lahir pada tanggal 18 April 2015. Pasien merasa keluar flek-flek, sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat Kehamilan
HPHT
: 20-01-2015
HPL
: 27-10-2015
Umur Kehamilan
: 12 minggu
Terdapat perdarahan darah merah segar disekitar vulva, sedikit dan sudah
tidak keluar, pemeriksaan dalam portio pembukaan 1 jari longgar , teraba
jaringan.
F. DIAGNOSA AWAL
Pasien usia 27 tahun G2P1A0 , hamil 12 minggu dengan abortus incompletus
G. SIKAP
1. Pasien di rawat inap
2. Pengawasan: KU, Vital Sign, PPV
3. Lengkapi Laborat dan konsul radiologi USG
4. Keluarkan sisa hasil konsepsi dengan curettage.
5. Terapi medicamentosa
Infuse RL+D5+Oksitosin
Ciprofloxacin 3x1
Metil ergometrin 3x1
Ferofort 1x1
As Mefenamat 3x1
H. PROGNOSA
Kehamilan
: ad malam
I. EDUKASI PULANG
1. Memberi tahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari RS.
2. Diharapkan untuk tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai
kontrasepsi.
J. DIAGNOSA AKHIR
P1A1 post curettage dengan abortus incompletus
K. FOLLOW UP
18 April 2015
Jam 22.30
perut bawah
Hb: 12,4
USG:
N: 80 x/menit
incompletus
Pro curretage
susp. Abortus
RR: 22 x/menit
19 April 2015
S: 36,5 C
Kel: PPV (+)
Jam 18.00
KU: pucat
Transfusi WB 3 kolf
Hb: 7,6
20 April 2015
Jam 08.00
Hb: 8,4
Feroford 3x1
Transfusi PRC 2 kolf
curretage
As mefenamat 3x1
Ceproflocacin 3x1
21 April 2015
Hb: 9,9
Feroford 3x1
ATS