Você está na página 1de 22

2.

1 Pengertian Analisis Profitabilitas


Analisis Profitabilitas atau sering diterjemakan kedalam bahasa Indonesia Rentabilitas
Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini
kemudian diproyeksikan kemasa depan untuk melihat kemampuan perusahaan mengasilkan laba
pada masa datang (Mahmud m. Hanafi & Abdul Halim, 2005 : 165).
Maenurut Van Horne (2009 : 235) analisis profitabilitas yaitu mengukur profitabilitas
yang berkaian dengan penjualan yang dihasilkan, penghasilan dari penjualan dan mengukur
efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia juga daya untuk
menghasilkan modal yang diinvestasikan. Salah satu jenis dari Analisis Profitabilitas yaitu
Return On Asset (ROA)
2.2 Return On Asset (ROA)
Analisis Return On asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu.
Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampan perusahaan
menghasilkan laba pada masa-masa mendatang.
Return on assets (ROA, laba atas asset) mengukur tingkat laba terhadap asset yang digunakan
dalam menghasilkan laba tersebut. Rumus ini banyak variasinya. ROA dapat diartikan dengan
dua cara yaitu :

Mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan asset untuk memperoleh laba


Mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana, yaitu kreditor dan investor

Menurut Dwi Prastowo & Rifka Juliaty (2005 :91) Return On Asset (ROA) atau bisa disebut juga
tingkat kembalian atas investasi (ROI) yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian
investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang
dimilikinya.
ROA bisa diintepretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi)
dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan. Analisis ini difokuskan pada profiabilitas aset, dan
tidak memperhitungkan cara-cara untuk mendanai aset tersebut.

Menurut James C. Van. Horne (2009 : 235) ROA berguna untuk mengukur efektivitas
keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, dan daya untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan.
Daya untuk menghasilkan laba = Profitabilitas Penjualan x Efisiensi Aktiva

2.3 Perhitungan ROA


Formula dalam perhitungan ROA :
Laba Bersih
ROA

=
Total Aset

Disamping perhitungan diatas, variasi dalam ROA adalah dengan memasukkan biaya pendanaan.
Biaya pendanaan yang dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya pendanaan dengan hutang.
Biaya bunga ditambahkan ke laba yang diperoleh perusahaan. Dividen yang merupakan biaya
pendanaan dengan saham, tidak diperhitungkan. Analisis difokuskan pada profitabilitas aset.
Formula lain dalam perhitungan ROA :
Laba Bersih +
Bunga
ROA =
Total Aset rata-

Karena bunga tidak masuk dalam analisis ROA, maka bunga ditambahkan kembali ke laba
bersih. Sebenarnya ada penghematan pajak yang muncul dari penggunaan bunga, karena bunga
bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Dendan demikian, setelah adanya penyesuaian pajak,
formula ROA dihitung sebagai berikut :
Laba Bersih + Bunga (1 Tarif
Pajak)
ROA =
Total Aset rata-rata

Dalam formula diatas, bunga ditambahkan kembali ke laba bersih. Sedangkan penghematan
pajak karena bunga dikurangkan dari laba bersih. Pada formula ini digunakan total aset rata-rata,
bukan total aset pada akhir periode. Ini lebih konsisten dengan penggunaan ROA sebagai
pengukur prestasi pada satu periode tertentu. Aset rata-rata dihitung dengan menjumlahkan aset
pada awal periode dengan aset pada akhir periode lalu dibagi dua.
Laba bersih suatu perusahaan kadang dipengaruhi oleh dua faktor luar biasa yang tidak selalu
muncul dalam kegiatan bisnis yang normal, yaitu :
1. Laba karena perubahan prinsip akuntansi.
Dalam kaitannya dengan perubahan prinsip akuntansi, ada argument yang bisa dikemukakan,
yaitu laba karena perubahan akuntansi tidak sering muncul (non-recurring) dan relative bukan
bagian dari kegiatan bisnis yang normal. Oleh karena itu, laba akibat perubahan akuntansi
seharusnya tidak diperhitungkan karena tidak mencerminkan kemampuan perusahaan yang
sebenarnya dalam menghasilkan laba.
2. Biaya restrukturisasi
Dalam kaitannya dengan biaya restrukturisasi perusahaan ada beberapa argument yang bisa
dikemukakan, yaitu :
a. Faktor tersebut muncul relatif tidak sering, dan bisa dikatakan sebagai non-recurring
b. Item tersebut bisa dikatakan merupakan bagian normal dari kegiatan bisnis.
c. Jumlah tersebut cukup material.
2.4 Komponen-komponen ROA
ROA dapat dipecah lagi dalam dua komponen, yaitu : profit margin dan perputaran total aktiva
(aset). Pemecahan ini dapat menghasilkan analisis yang lebih tajam lagi.
Laba Bersih + Bunga (1 Tarif
Pajak)
ROA =
Total Aset rata-rata
ROA

= Profit Margin x Perputaran total aset


Laba Bersih + Bunga (1 Tarif Pajak)

Penjualan
ROA =

x
Penjualan

Total aset

Profit margin melaporkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari tingkat
penjualan tertentu. Profit margin bisa diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan,
yakni sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya yang ada diperusahaan.
Perputaran total aset mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari total
investasi tertentu.
Contoh 1 :
Berikut tabel ROA, Profit Margin, Perputaran Aktiva untuk dua perusahaan hipotesis Sadana dan
Sumber Terang dalam 3 tahun berturut-turut
Perusahaan Sadana
Tahun 3
12,16%
7,6%
1,6

Tahun 2
11,9%
7,9%
1,5

Tahun 1
12,5%
8,3%
1,5

Perusahaan Sumber Terang


Tahun 3
ROA
10%
Profit Margin
5,9%
Perputaran Aktiva
1,7

Tahun 2
9,3%
6,2%
1,5

Tahun 1
8,7%
5,8%
1,5

ROA
Profit Margin
Perputaran Aktiva

Dari data diatas, nampak bahwa Sadana mempunyai tingkat ROA yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Sumber Terang selama tiga tahun terakhir. Dengan pemecahan ROA ke dalam profit
margin dan perputaran aktiva, tampak bahwa profit margin PT. Sadana lebih tinggi dibandingkan
dengan PT. Sumber Terang. Keduanya mempunyai perputaran aktiva yang sama.
Contoh 2 :
Contoh berikut dapat memberikan gambaran perbandingan ROA.
Perbandingan ROA
Charlie
Delta
Sales
200,000
400,000
Net income
40,000
40,000

Echo
400,000
40,000

Total asset
Profit margin
Asset Tunover
ROA

200,000
20.0 %
1.00
20.0 %

200,000
10.0 %
2.00
20.0 %

400,000
10.0 %
1.00
10.0 %

Pada ilustrasi di atas antara Charlie dan Delta mmepunyai ROA yang sama. Charlie
mengutamakan profit margin, sementara Delta mengutamakan perputaran asset. Delta dan Echo
mempunyai profit margin yang sama tetapi perputaran asset Echo lebih rendah sehingga ROAnya lebih rendah.
ROA Industri Farmasi 2004
E
B
T

0.30

SQBI

0.25

To

0.20

S
A
L
E
S

0.15

MERK

KLBF
TSPC
DVLA

ROA

30%

ROA

20%

ROA

10%

0.10
0.05

PYFI

KAEF

INAV

0.05

1,00

1,50

SCPI

2,00

2.50

Gambar ROA Farmasi 2004


Dalam gambar 9.2 , terlihat (ROA) industrI farmasi tahun 2004. Akan ditampilkan data
profitabilitas dari perusahaan yang ada. Dengan ROA yang bersumber dari data BEJ tahun 2004.
BEJ menggunakan EBT sebagai ukuran laba. ROA terendah diperoleh PYFA sebesar 2,99%.
Sedangkan ROA tertinggi diperoleh MERK dengan 41,12%. Jarak tersebut sangat timpang.
Tabel Perbandingan ROA Farmasi 2004
KAEF KLBF MERK PYFA SCPI

SQBI

TSPC

Ratarata

1.32

1.64

1.13

1.86

0.48

1.91

1.16

1.11

1.29

0.04

0.06

0.19

0.22

0.06

0.01

0.27

0.18

0.14

4.88

10.53

21.62

41.12

2.99

2.74

30.90

20.35

16.97

DVLA INAF
Sales/Total
0.99
aset
EBT
To
0.18
sales
ROA
17.57

Apabila dilihat pada gambar di atas, akan makin kelihatan bagaimana penyebaran dari
ROA para pemain dalam industri farmasi ini. MERK sebagai perkasa dengan ROA-nya, jauh
meninggalkan para pemain lain. Apabila ROA digambarkan dari tahun ke tahun akan muncul
gambaran dinamika perubahan ROA industri.
Kembali pada pemecahan rumus ROA, maka apabila bagian daari rumus ROA dipecah
lagi dengan melibatkan pajak akan menjadi seperti di bawah ini.

Dengan demikian net income to sales merupakan fungsi dari :


Tingkat pajak yang ditanggung perusahaan
Tingkat bunga yang ditanggung perusahaan
Kemampuan menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak (EBT/Sales)

2.5 Interpretasi ROA


Faktor yang mempengaruhi perbedaan ROA antar industri dan yang mempengaruhi perbedaan
proporsi profit marginal perputaran aktiva antar industri :
1. Operating Leverage
Operating Leverage menunjukkan sejauh mana pemakaian beban tetap dalam suatu perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan beban tetap yang tinggi berarti mempunyai operating leverage
yang tinggi. Beban tetap operasional datangnya dari beban depresiasi yang tinggi.
Perusahaan explorasi dan pengolahan minyak, perusahaan baja mempunyai proporsi aktiva yang
besar. Perusahaan semacam itu merupakan perusahaan padat modal. Sedangkan industry
supermarket, grosir dan lain-lain merupakan industri atau perusahaan yang mempunyai proporsi
aktiva yang lebih kecil, jadi komponen untuk biaya variable perusahaan ini relative besar.
Apabila konsidi perekonomian membaik, penjualan meningkat, perusahaan dengan operating
leverage yang tinggi akan mengalami kenaikan keuntungan (pendapatan yang tinggi, dan apabila
konsidi perekonomian menurun, penjualan menurun, perusahaan tersebut akan mengalami
penurunan keuntungan yang relatif besar.
Industri

Aset Pabrik/Total Aset

Standar Deviasi

Explorasi minyak

0,700

0,104

Gelas

0,550

0,063

Baja

0,460

0,066

Toko Grosir

0,443

0,047

Penerbitan

0,354

0,039

Departemen Store

0,352

0,033

Rasio Aset pabrik digunakan sebagai pengukur Operating Leverage. Standar Deviasi dipakai
sebagai pengukur fluktuasi ROA. Dari data tersebut tampak bahwa semakin tinggi operating
leverage, maka semakin tinggi variabilitas ROA
Penjualan dan biaya total :
Rp

Penjualan A & B
Biaya Total A

Biaya Total B

Pendapatan Operasional
Rp

Pend. Operasional B
Pend. Operasional A

Penjualan

Biaya Tetap
Titik Impas =
Harga/Unit B. Variabel/Unit

Semakin tinggi Biaya tetap, maka titik impas akan lebih tinggi.
Konsep lainnya adalah margin kontribusi. Pada persamaan titik impas diatas, margin kontribusi
adalah harga/unit biaya variable/unit. Karena biaya tetap tidak akan berubah dengan kenaikna
penjualan. Laba operasional akan naik dengan naikknya margin kontribusi. Kenaikan total laba
operasional adalah kontribusi margin/unit dikalikan dengan kenaikan penjualan dalam unit. Atau
bisa dihitung dengan margin kontribusi dibagi penjualan dikalikan 100%.
Formula fungsi laba operasional :
Titik Impas =Kuantitas x (Harga/Unit B. Variabel/Unit) B. Tetap
Margin kontribusi ini merupakan slope dari persamaan diatas. Semakin besar margin kontribusi
maka semakin besar slope fungsi laba operasional. Otomatis laba operasional semakin sensitive
terhadap perubahan penjualan dengan semakin tingginya operating leverage.

2. Siklus Kehidupan Produk


Siklus Kehidupan Produk mempunyai pengaruh terhadap ROA atau perbedaan-perbedaan ROA.
Tahapan produk dari mulai muncul sampai hilang :
a. Tahap Perkenalan (Introduction)
Pada tahap ini, perusahaan memfokuskan pada pengembangan produk (melalui riset dan
pengembangan), pengembangan pasar (melalui iklan dan promosi), Pengembangan kapasitas
(melalui pengeluaran investasi pada pengembangan pabrik baru). Tujuannya

untuk

memperkenalkan produk baru dan memperoleh market share. Pada tahap ini memerlukan biaya
yang besar sementara penjualannya masih sedikit karena produk belum dikenal luas. Akibatnya
aliran kas bersih menjadi negative.

b. Tahap Pertumbuhan
Pada tahap ini penjualan mulai meningkat tajam. Pengeluaran mulai berkurang. Jadi pada tahap
ini aliran kas masuk bisa positif bisa negatif.
c. Tahap Kedewasaan
Pada

tahap

ini,

produk

relati

sudah

mapan

dan

tidak

memerlukan

upaya

pengembangan/penyiapan infrastruktur. Pengeluaran investasi pada tahap ini tidak signifikan,


kompetisi semakin keras. Pengelolaan biaya menjadi penting. Pada tahap ini perusahaan bisa
memperoleh laba (ROA) yang cukup tinggi disbanding pada tahap lainnya. Dengan kata lain,
perusahaan bisa memperoleh aliran kas positif yang cukup besar.
d. Tahap Penurunan (decline)
Pada tahap ini permintaan produk mulai melemah, karena kompetisi semakin tajam. Pengeluaran
ditujukan untuk mempertahankan posisi produk dipasar. Pada tahap ini aliran masuk kas bersih
masih bisa positi, namun mulai mengecil kadang pula bisa terjadi aliran kas yang negative.

2.6 Perbedaan Dalam Komposisi Profit Margin dan Perputaran Aset


Hal lain yang perlu diperhatikan dalam analisis ROA adalah proporsi porfit margin dan
perputaran aktiva. Seperti disebutkan dimuka, beberapa industri mempunyai komposisi profit
margin dalam perputaran aktiva yang berbeda-beda. Industri toko grosir dan supermarket
mempunyai kecenderungan memiliki perputaran aktiva yang tinggi dan profit margin yang
rendah. Sedangkan sebaliknya, industri eksplorasi minyak mempunyai profit margin yang tinggi
dengan perputaran aktiva yang rendah. Berikut ini beberapa teori yang mencoba menjelaskan
mengapa hal semacam itu bisa terjadi.
a. Pembatasan Kapasitas dan Pembatasan Kompetisi
Perusahaan atau industri yang ditandai dengan biaya tetap yang besar dan membutuhkan periode
yang lama untuk membangun atau menambah kapasitas prouksi akan mempunyai pembatasan

kapasitas. Ada batasan atas yang membatasi jumlah atau besarnya perputaran aset perusahaan.
Bagi industri atau perusahaan semacam ini, diperlukan cara lain agar diperoleh ROA yang
mampu menarik modal ke usaha tersebut. Cara tersebut adalah dengan menaikkan profit
marginnya. Dengan demikian meskipun perputaran aktiva perusahaan/ industri tersebut terbatas,
perusahaan bisa memperoleh ROA yang tinggi dengan menaikkan profit marginnya. Situasi
semacam itu bisa dilihat pada gambar berikut ini :

Perusahaan atau industri pada umumnya menyukai beroperasi di wilayah A. Biasanya tingginya
profit margin semacam ini bisa diperoleh melalui hambatan masuk ke industri (barrier to entry).
Hambatan masuk ke industri bisa diperoleh melalui beberapa cara : biaya investasi yang sangat
besar. Risiko yang sangat tinggi, atau peraturan. Faktor-faktor yang disebutkan dimuka bisa
menjelaskan mengapa industri eksplorasi minyak dan industri baja akan cenderung mempunyai
profit margin yang tinggi dan perputaran aktiva yang rendah. Apabila ada faktor-faktor yang
mempengaruhi profit margin (dalam hal ini menurunkan profit margin), seperti tidak adanya atau
berkurangnya hambatan masuk ke industri, maka ROA industri atau perusahaan-perusahaan
dalam industri juga akan terpengaruh (dalam hal ini akan mengalami penurunan).
Pada situasi lain, perusahaan akan mengalami pembatasan karena adanya kompetisi. Pada
industri-industri dimana produk yang dijual massal seperti komoditi, kompetisi yang terjadi
menyerupai kompetisi sempurna (perfect competition). Kompetisi yang ketat akan membatasi
profit margin yang bisa dicapai. Untuk industri atau perusahaan semacam itu yang terjadi adalah
pembatasan kompetisi seperti yang ditunjukkan oleh garis mendatar pada gambar diatas.
Perusahaan atau industri akan beroperasi pada wilayah C. Untuk memperoleh ROA yang tinggi,

sehingga mampu menarik modal masuk ke industri tersebut, industri atau perusahaan tersebut
harus menaikkan perputaran aktivanya. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan menurunkan
biaya investasinya (menurunkan biaya tetap overhead, sehingga perusahaan bisa lebih fleksibel
menghadapi naik turunnya penjualan, melakukan integrasi vertikal atau horisontal untuk
memperoleh penghematan biaya), dan melakukan pengendalian biaya. Dengan melakukan
pengendalian biaya perusahaan bisa menekan biaya produksi dan sekaligus bisa melakukan
persaingan harga. Faktor-faktor tersebut bisa menjelaskan mengapa kebanyakan retailer dan toko
grosir beroperasi pada wilayah C.
Perusahaan yang beroperasi di wilayah B mempunyai lebih banyak fleksibilitas. Perusahaan
tersebut tidak dibatasi oleh pembatasan kapasitas, tidak juga dibatasi oleh pembatasan kompetisi.
Untuk menaikkan ROA-nya perusahaan atau industri bisa menggunakan strategi menaikkan
profit margin, atau menaikkan perputaran aktivanya, atau kedua-duanya.
Pengertian fleksibilitas berkaitan dengan tingkat subtitusi strategi (marginal rate of substitution).
Perusahaan atau industri pada posisi A harus melepaskan sejumlah profit margin yang cukup
berarti (signifikan) apabila perusahaan tersebut ingin memperoleh tambahan perputaran aktiva.
Dengan demikian untuk perusahaan atau industri tipe ini, alternatif paling baik adalah dengan
memfokuskan pada profit margin. Sebaliknya, perusahaan atau industri yang berada pada
wilayah C harus melepaskan jumlah perputaran aktiva yang cukup besar (signifikan) apabila
perusahaan tersebut ingin memperoleh tambahan profit margin. Hasil keseluruhan tentunya akan
menurunkan ROA. Dengan demikian untuk perusahaan atau industri semacam ini, alternatif
yang paling baik adalah dengan memfokuskan pada perputaran aktiva (menaikkan perputaran
aktiva).
Perusahaan yang berada pada wilayah B mempunyai fleksibilitas yang besar. Apabila ingin
berganti strategi, misal ingin menaikkan profit margin, perusahaan atau industri ini bisa
melakukkannya tanpa harus mengorbankan perputaran aktiva secara signifikan. Demiian juga
sebaliknya, apabila perusahaan atau industri tersebut ingin menaikkan perputaran aktiva,
perusahaan tersebut tidak perlu mengorbankan profit margin secara signifikan. Dengan demikian
perusahaan atau industri ini mempunyai keleluasaan untuk menentukan strateginya.
Berikut ini ringkasan pengaruh pembatasan kapasitas dan pembatasan kompetisi.

Strategi Bisnis
Menurut strategi generik yang dirumuskan oleh Michael Porter, ada tiga jenis strategi generik
yaitu :
1. Diferensiasi
2. Biaya Rendah (Low Cost Strategy)
3. Fokus
Strategi diferensiasi dilakukan dengan jalan mendeferensiasikan produk (membedakan produk)
relatif terhadap pesaing-pesaing lainnya. Dengan diferensiasi , persaingan harga bisa dihindari,
dan perusahaan bisa mengenakan harga yang lebih tinggi (premium price) dibanding kalau
perusahaan menggunakan strategi persaingan harga. Diferensiasi bisa dicapai melalui penekanan
pada kualitas yang lebih baik, pelayanan yang lebih baik, atau faktor-faktor lainnya.
Strategi biaya rendah (low cost) dilakukan dengan jalan menekan biaya biaya perusahaan agar
perusahaan bisa memperoleh daya saing harga. Pada beberapa industri dengan produk yang
menyerupai komoditi tertentu (seperti baja, minyak tanah), usaha diferensiasi biasanya sulit
dilakukan. Persaingan untuk industri atau perusahaan semacam ini lebih ditandai dengan
persaingan harga. Suapaya bisa memperoleh daya saing harga, perusahaan harus menekan biayabiaya di perusahaan. Penekanan biaya ini bisa dilakukan dengan pemanfaatan skala ekonomi,
efisiensi produksi, dan pengendalian-pengendalian biaya lainnya.
Dengan mengacu padagambar diatas, maka pergerakan ke arah posisi A sepanjang kurva ROA
menunjukkan kecenderungan ke strategi diferensiasi. Sebaliknya pergerakan ke arah posisi C
sepanjang kurva ROA menunjukkan kecenderungan perubahan ke strategi biaya rendah.
Perhitungan ROA dapat menggunakan basis setelah pajak.
Net Income + After Tax Interest
Expense
ROA =
AverageTotal Assets

ROA versi ini mengukur seluruh hasil. Hasil disini diartikan sebagai :
Laba bersih setelah pajak (net income) yang merupakan jatah investor
Bunga setelah pajak (after tax interest expense)
Dalam rumus tersebut basis perhitungannya adalah setelah pajak. Jadi bunga juga harus dihitung
setelah pajak apabila akan dijumlahkan dengan net income. Net income dengan sendirinya
setelah pajak. Jadi kedudukan antara net income dengan bunga setelah pajak sudah setara pada
waktu dijumlahkan, keduanya setelah pajak.
NOPAT (net operating profit after tax)
EBIT (1-t)
Berikut adalah ilustrasi perhitungan untuk penjelasan konsep diatas.

Laba rugi dan Profitabilitas


Ebit
Bunga
EBT
Pajak
EAT
After tax income
EAT + After tax income
EBIT (1-t)

30%

Delta
10,000,000
1,200,000
8,800,000
2,640,000
6,160,000
840,000
7,000,000
7,000,000

Echo
10,000,000
10,000,000
3,000,000
7,000,000
7,000,000
7,000,000

Ilustrasi Perhitungan Return


NOPAT belum memperhitungkan adanya beban bunga tetapi sudah memperhitungkan
adanya pajak. Dari ilustrasi di atas nampak bahwa kedua perusahaan mempunyai NOPAT yang
sama, walaupun yang satu dibebani bunga. Hanya saja konsep NOPAT biasanya mengkaitkan
NOPAT dengan NOA, yaitu net operating assets.

Versi lain dari ROA adalah perhitungan yang berbasis pada EBIT. Perhitungan ini
berbasis sebelum pajak. Kedua rumus di atas menggunakan filosofi return untuk seluruh pemberi
dana, baik investor maupun kreditor. Perbedaannya hanya pada jenis laba yang digunakan antara
sebelum bunga dan pajak atau setelah pajak. Walaupun demikian rumus tersebut tidak selalu
disukai dalam penggunaan.
EBIT
ROA =
Average Total Assets
Versi paling mudah dan sering ditemui adalah menggunakan laba bersih (net income,
earning after tax). Pengertian net income bisa dipersempit menjadi net income from continuing
operation. Perbedaannya terletak pada :

Pos luar biasa


Laba dari usaha yang diberhentikan (income from discontinued operation)
Efek komulatif perubahan akuntansi

2.7 Analisis Sumber Risiko


2.8 Risiko Likwiditas Jangka Pendek
2.9 Risiko Likwiditas Jangka Panjang
.
Perhitungan ROA dapat menggunakan basis setelah pajak.
Net Income + After Tax Interest
Expense
ROA =
AverageTotal Assets

ROA versi ini mengukur seluruh hasil. Hasil disini diartikan sebagai :

Laba bersih setelah pajak (net income) yang merupakan jatah investor
Bunga setelah pajak (after tax interest expense)

Dalam rumus tersebut basis perhitungannya adalah setelah pajak. Jadi bunga juga harus
dihitung setelah pajak apabila akan dijumlahkan dengan net income. Net income dengan

sendirinya setelah pajak. Jadi kedudukan antara net income dengan bunga setelah pajak sudah
setara pada waktu dijumlahkan, keduanya setelah pajak. EAT ditambah dengan after-tax
interest expense mempunyai istilah lain, yaitu :

NOPAT (net operating profit after tax)


EBIT (1-t)
Berikut adalah ilustrasi perhitungan untuk penjelasan konsep diatas.

Laba rugi dan Profitabilitas


Ebit
Bunga
EBT
Pajak
EAT
After tax income
EAT + After tax income
EBIT (1-t)

30%

Delta
10,000,000
1,200,000
8,800,000
2,640,000
6,160,000
840,000
7,000,000
7,000,000

Echo
10,000,000
10,000,000
3,000,000
7,000,000
7,000,000
7,000,000

Ilustrasi Perhitungan Return


NOPAT belum memperhitungkan adanya beban bunga tetapi sudah memperhitungkan
adanya pajak. Dari ilustrasi di atas nampak bahwa kedua perusahaan mempunyai NOPAT
yang sama, walaupun yang satu dibebani bunga. Hanya saja konsep NOPAT biasanya
mengkaitkan NOPAT dengan NOA, yaitu net operating assets.
Versi lain dari ROA adalah perhitungan yang berbasis pada EBIT. Perhitungan ini
berbasis sebelum pajak. Kedua rumus di atas menggunakan filosofi return untuk seluruh
pemberi dana, baik investor maupun kreditor. Perbedaannya hanya pada jenis laba yang
digunakan antara sebelum bunga dan pajak atau setelah pajak. Walaupun demikian rumus
tersebut tidak selalu disukai dalam penggunaan.
EBIT
ROA =
Average Total Assets
Versi paling mudah dan sering ditemui adalah menggunakan laba bersih (net income,
earning after tax). Pengertian net income bisa dipersempit menjadi net income from
continuing operation. Perbedaannya terletak pada :

Pos luar biasa


Laba dari usaha yang diberhentikan (income from discontinued operation)

Efek komulatif perubahan akuntansi

Net Income

Pos

ROA
=

continuing operation tidak


selalu ditemui. Ilustrasi
Conoco Philips di bawah diharapkan bisa memberi gambaran kepada pembaca tentang
perbedaan antara net income dengan net income from continuing operation.
Average Total Assets

Ilustrasi perhitungan
Berikut laporan keuangan neraca dari Kimia Farma . Kimia Farma adalah sebuah persero farmasi
publik.
PT Kimia Farma Tbk.
Neraca 31 Desember

Dinyatakan dalam jutaan Rp


AKTIVA
Aktiva lancar
Aktiva tidak lancar
Piut.usaha-istimewabersih
Penyertaan saham
Aktiva
pajak
tangguhan
Aktiva tetap-bersih
Aktiva
belum
digunakan
Beban ditangguhkan
bersih
Aktiva lain lain
Jumlah aktiva tidak
lancar

2006
747,904

2005
677,862

5,329
737

4,339
737

17,086
403,826

17,247
411,316

9,122

9,122

20,896
56,326

21,548
35,396

513,321

Jumlah aktiva
Kewajiban dan ekuitas
Kewajiban lancar
Utang bank
Utang usaha
Utang pajak
Uang muka pelanggan
Biaya masih harus
dibayar
Pinjaman dari PEM .RI
Kewajiban lancar lain
Jumlah
kewajiban
lancar
Kewajban tidak lancar
Kewajiban
imbalan
kerja
Jumlah kewajiban
Ekuitas
Modal saham
Tambahan
modal
disetor
Selisih
penilaian
kembali at.
Saldo laba
Jumlah ekuitas
Jml
kwajiban
dan
ekuitas

1,261,225
2,006

499,740
1,177,60
3
2,005

74,118
189,617
11,742
39,358

83,871
146,211
17,392
8,552

30,064
7,703

22,696
14,479
7,583

352,671

300,785

37,900
390,571

32,598
333,382

555,400

555,400

43,580

43,580

44,852
226,823
870,654

44,852
200,389
844,220
1.177,60
3

1.261.225

PT Kimia Farma Tbk.


Laba-rugi tahun berakhir 2006
Dinyatakan dalam jutaan Rp
Penjualan bersih
Beban pokok penjalan
Laba kotor
Beban usaha
Laba usaha
Penghasilan(beban) lain
Beban bunga dan provisi
bank
Pend,bunga dan investasi
Keuntugan (kerugian )
kurs
Lain lain bersih

2006
2,189.72
1.595.252
594,463
533,832
60,631

-10,978
2,157
1,313
14,505
6,997

Laba
sebelum
beban
pajak
67,629
Pajak
23,639
Laba setelah pajak
43,990

Ilustrasi 9.11 Laporan Keuangan PT Kimia Farma Tbk


Dalam rangka menghitung rasio yang diperlukan, laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk
direalisasikan menjadi format baru. Proses ini juga disebut dengan recasting ini untuk
memperoleh data :
Operating asset : pengertian asset operasi di sini adalah asset yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi sesuai dengan laporan laba-rugi. Batasan ini bisa berubah
sesuai dengan kebutuhan analisis
Debt. Disini sengaja diperagakan dengan cara memisah utang ke dalam interest bearingdebt (utang berbunga) dan non interest bearing debt (utang tidak berbunga)

PT Kimia Farma Tbk


Rekonsiliasi Neraca
2006
1,261,225

2005
1,177,603

Rata-rata
1,219,414

773
9,122
56,326
66,184
1,195,040

737
9,122
35,396
45,254
1,132,349

55,719
1,163,694

189,617
11,742
39,358
30,064
7,703
278,483

146,211
17,392
8,552
22,696
14,479
7,583
216,914

247,698

Interest bearing short


Utang Bank
Short-term liabilities

74,188
352,671

83,871
300,785

79,029
326,728

Non interest bearing debt-long


Kewajiban imbalan kerja
Interest bearing-long
Long-term liabilities
Total liabilities

37,900
37,900
390,571

32,598
32,598
333,382

35,249
35,249
361,977

870,654
1,261,225

844,220
1,177,603

857,437
1,219,414

Total Aset
Non operating asset
1.Proyek dalam penyelesaian
2.Penyertaan saham
3.Aktiva belum digunakan
4.Aktiva tidak lancar lain-lain
Operating asset
Non interest bearing debt short
1.Utang usaha
2.Utang pajak
3.Uang muka pelanggan
4.Biaya masih harus dibayar
5.Pinjaman dari Pem.RI
6.Kewajiban lancar lain

Modal
Total Liabilities & Equities
Ilustrasi 9.12 Reklasifikasi Neraca

Langkah kedua adalah melakukan recasting pada laba-rugi. Proses ini terutama untuk
mendapatkan nilai EBIT.

PT Kimia Farma Tbk.

Reklasifikasi laba-rugi
Penjualan bersih
Laba usaha
Pend. Bunga dan investasi
Keuntungan (kerugian) kurs
Lain-lain bersih
EBIT
Bunga
EBT
Pajak
EAT
Tingkat pajak
Bunga setelah pajak
Ilustrasi 9.13 Reklasifikasi Laba-rugi

2,189,715
60,631
2,157
1,313
14,505
78,607
10,978
67,629
23,639
43,990
35.0 %
7,141

Dengan diperolehnya neraca dan laba-rugi yang telah direklasifikasi, maka rasio dapat
dihitung, baik dengan basis sebelum reklasifikasi, maupun setelah reklasifikasi.
PT Kimia Farma Tbk.
Financial Ratios
ROA
Return on asset after tax
Return on asset before tax
Return on asset net income on
Return on asset operating
ROTC
Debt total
Return on total capital after tax
Return on total capital before tax
Debt interest bearing only
Return on total capital after tax
Return on total capital before tax
ROE
Return on equity after tax
Return on equity before tax
Ilustrasi 9.14 Perhitunga Rasio

Numerator

Denominator

Ratio

51,131
78,607
43,990
60,631

1,219,414
1,219,414
1,219,414
1,163,694

4.2 %
6.4 %
3.6 %
5.2 %

51,131
78,607

1,219,414
1,219,414

4.2 %
6.4 %

51,131
78,607

936,467
936,467

5.5 %
8.4 %

43,990
67,629

857,437
857,437

5.1 %
7.9 %

Analisis
Berikut adalah contoh analisis kaitan antara ROA dan ROE pada perusahaan yang mempunyai
struktur utang yang berbeda. Apabila ukuran yang digunakan adalah ROE, pilihan sumber dana

dengan utang tidak selalu menghasilkan ROE maksimum. Utang akan meningkatkan ROE hanya
pada saat tingkat bunga setelah pajak lebih rendah dari ROA setelah pajak.

Analisis Albert Vs Robert


Albert dan Robert adalah dua perusahaaan dengan filosofi berbeda soal uang. Albert senang
berutang, sementara Robert selalu mengendalikan modal semua sendiri. Kapan albert
memperoleh ROE yang lebih tinggi dan sebaliknya ?
Albert
1
Liabilities

450,000

Common stock

450,000

Total

0,000

EBIT

60,000

Interest 10 %

45,000

EBT

15,000

Tax 30%

4,500

EAT

10,500

ROA-EBIT
ROA-after tax

6.70%
4.70%

2
450,0
00
450,0
00
90 900,0
00
90,00
0
45,00
0
45,00
0
13,50
0
31,50
0
10.00
%
7.00%

ROE
After
interest

2.30%

7.00%

3
450,0
00
450,0
00
900,0
00
120,0
00
45,00
0
75,00
0
22,50
0
52,50
0
13.30
%
9.30%
11.70
%

7.00%

7.00%

7.00%

Robert
1
-

2
-

3
-

900,000

900,000

900,000

900,000

900,000

900,000

60,000

60,000

120,000

60,000

90,000

120,000

18,000

27,000

36,000

42,000

63,000

84,000

6.70%
4.70%

10.00%
7.00%

13.30%
9.30%

4.70%

7.00%

9.30%

7.00%

7.00%

7.00%

tax

Dari analisis diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Albert memperoleh ROE yang lebih tinggi pada kondisi 3
2. Robert memperoleh ROE yang lebih tinggi pada kondisi ke 1
3. Albert akan memperoleh ROE lebih tinggi apabila ROA-after tax melampaui after-tax
interest
4. ROA-after tax aldo akan selalu sama dengan ROE , karena tidak akan punya utang .
5. Pada saat tax interest sama dengan ROE-after tax , pilihan sumber dana tidak akan
mempengaruhi ROE
( Analisis 9.1 ROE dan Pilihan Sumber Dana )

Dari contoh analisi diatas nampak jelas bahwa penggunaan sumber dana berupa utang
tidak selalu memaksimumkan ROE. Akan tetapi analisi diatas menggunakan asumsi bahwa
berapapun modal sendiri dapat dipenuhi oleh perusahaan. Kenyataannya tidak selalu demikian.
Ketika pilihan atas sumber dana dari modal sendiri mengalami keterbatasan, utang dapat menjadi
alternative, walaupun pilihan tersebut tidak selalu memaksimalkan ROE.
Kesimpulan
Profitabilitas merupakan tolak ukur utama keberhasilan perusahaan. Investor lebih
berkepentingan terhadap rasio profitabilitas. Hal ini tidak berarti kreditor menggunakan ukuran
profitabilitas untuk mengukur penyaluran kreditnya. Pada kredit jangka panjang profitabilitas tetap
menjadi perhatian kreditor, walaupun tidak seintens investor dalam menilai profitabilitas. Tidak
semua rasio profitabilitas harus dihitung. Analisis dapat menghitung rasio profitabilitas sesuai dengan
kebutuhan.
Rasio ROA paling banyak fariasi rumusnya. Yang paling penting dari semuanya adalah
bahwa sebagai analisis harus tahu kapan suatu rumus harus digunakan. Walaupun demikian juga
perlu disadari bahwa setiap analisi punya profersi yang berbeda. Pada waktu seseorang harus
membandingkan perhitungan ROA orang lain dengan perusahaan yang akan dihitung ROA-nya perlu
ada proses sinkronasirumus, sehingga komparasi antar ROA dapat dilakukan dengan cara yang sama.
Investor juga sangat memperhatikan ROE. ROE akan meningkat ketika ROA-after tax
bisa melampaui beban bunga setelah pajak. Pilihan sumber dana utang ada batas maksimum dalam
jumlah. Pilihan dengan utang juga tidak selalu meningkatkan ROE.

Você também pode gostar