Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Limbah cair tahu yang mengandung kadar Chemical Oxygen Demand (COD)
yang cukup tinggi, jika langsung dibuang ke badan air, akan merusak lingkungan. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memanfaatkan
arang aktif tempurung kelapa serta eceng gondok. Tujuan penelitian ini adalah untuk
penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis
eceng gondok serta arang aktif tempurung kelapa. Variasi dosis eceng gondok yang
digunakan adalah 10 tangkai/3L, 15 tangkai/3L, dan 20 tangkai/3L.
Penelitian ini merupakan penelitian ini yaitu eksperimental dengan desain
penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel air limbah dalam
penelitian ini diambil dari industri tahu Rina. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Least Significant
Difference (LSD).
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan nilai parameter COD
berdasarkan variasi dosis eceng gondok serta arang aktif tempurung kelapa (p<0,05).
Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada dosis
20 tangkai eceng gondok sebanyak 794 mg/L. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak dosis eceng gondok yang diberikan, maka semakin besar pula penurunan nilai
parameter COD pada air limbah industri tahu. Oleh karena itu disarankan pemilik
industri tahu menggunakan arang aktif tempurung kelapa serta eceng gondok sebagai
alternatif untuk pengolahan limbah cair industri tahu dalam menurunkan parameter
COD.
Kata Kunci : Limbah Cair, Industri Tahu, COD, Eceng Gondok, Arang Aktif
Tempurung Kelapa.
ABSTRACT
Mentari I.Hadjarati 2014.A Study on the Decrease of COD Content by Utilizing
Shen Activated Charcoal and Water]Hyacinth in lndustrial Waste of Tofu. Skripsi,
Department of Public Hcalth, Faculty of Hcalth and Sport Sciences, Universitas
Negeri Gorontaloo The princlpal supervisor was Dr.
.Rama P.Hlola,Dra,M.Kes
this probleln is to utilize shell activated charcoal and water hyacinth. The research
The resuit showed that there was a decrease in parameter valuc of C()D fitted to
variety in doses(Shell act atedcharcoal and water hyacinth)for p<0,05.Optimum
parameter value of CC)D toward the decrease ofliquid waste obtained 794 1ng/1 in 20
stalks(dosC).TO Sum up,the more dose of water hyacinth to be del
parameter.
PENDAHULUAN
Industri tahu dalam proses
pengolahannya menghasilkan limbah,
baik limbah padat maupun cair. Limbah
padat dihasilkan dari proses penyaringan
dan
penggumpalan.
Limbah
ini
kebanyakan oleh pengrajin dijual dan
diolah menjadi tempe gembus, kerupuk
ampas tahu, pakan ternak, dan diolah
menjadi tepung ampas tahu yang akan
dijadikan bahan dasar pembuatan roti
kering dan cake. Sedangkan limbah
cairnya
dihasilkan
dari
proses
pencucian, perebusan, pengepresan, dan
pencetakan tahu, oleh karena itu limbah
cair yang dihasilkan sangat tinggi.
Limbah cair tahu dengan karakteristik
mengandung bahan organik tinggi dan
kadar Biochemical Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD) yang cukup tinggi pula, jika
langsung dibuang ke badan air, jelas
sekali akan menurunkan daya dukung
lingkungan (Subekti, 2011).
Tahu
merupakan
makanan
tradisional sebagian besar masyarakat di
Indonesia, yang digemari hampir
seluruh lapisan masyarakat. Selain
mengandung gizi yang baik, pembuatan
tahu juga relatif murah dan sederhana.
Rasanya enak serta harganya terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat (Fibria,
2007).
Di Provinsi Gorontalo, terdapat
tiga industri tahu yang saat ini sedang
beroperasi di Desa Hulawa Kecamatan
Telaga
Kabupaten
Gorontalo.
Berdasarkan hasil observasi awal ketiga
industri tahu tersebut belum memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sehingga limbah cair yang dihasilkan
langsung di buang ke sungai Bolango
yang tidak jauh dari lokasi industri.
Sungai Bolango dulunya dijadikan
tempat untuk mencuci pakaian oleh
sebagian warga yang sekitar. Hal ini
sudah tidak terjadi lagi dikarenakan air
sungai yang mulai berubah warna
menjadi kehitaman dan menimbulkan
bau menyengat. Salah satu industri tahu
Teknologi
Informasi
(2008)
mengemukakan bahwa eceng gondok di
Danau Limboto tumbuh meluas. Luas
sebaran eceng gondok mencapai sekitar
30% dari luasan danau. Eceng gondok
terdapat di bagian tengah, barat, utara
dan tenggara. Konsentrasi terbesar
berada di bagian tengah. Penyebaran
eceng dan jenis tanaman mengapung
lainnya sangat dipengaruhi oleh musim.
Hal ini berkaitan dengan hembusan
angin yang berbeda pada tiap musim.
Eceng gondok akan bergerak dari BaratUtara ke Timur dan Selatan. Pergeseran
tersebut sejalan dengan perubahan
musim khususnya arah mata angin di
mana eceng gondok akan terdeposisi di
bagian selatan danau.
Menurut Ratnani (2011) dalam
meneliti mengenai kemampuan eceng
gondok untuk mengolah limbah cair
tahu didapatkan kesimpulan bahwa
eceng gondok dapat digunakan untuk
mengolah limbah cair tahu. Dalam
penelitian tersebut eceng gondok juga
dapat meningkatkan pertumbuhan eceng
gondok. Eceng gondok mempuyai daun
yang berbentuk bulat telur, ujungnya
tumpul dan hampir bulat. Tulang daun
membengkok dengan ukuran 7-25 cm
dan di permukaan sebelah atas daun
banyak dijumpai stomata. Eceng gondok
mempunyai akar serabut. Akar eceng
gondok dapat mengumpulkan lumpur.
Lumpur akan melekat di antara bulubulu akar. Di belakang tudung akar
(kaliptra) akan terbentuk sel-sel baru
untuk jaringan akar baru (meristem).
Berdasarkan
uraian
permasalahan di atas, maka peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian
tentang Analisis Penurunan Kadar
COD dengan Memanfaatkan Arang
Tempurung Kelapa serta Eceng Gondok
Pada Limbah Industri Tahu. Penelitian
ini diarahkan pada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
proses
dari
penyaringan
arang
tempurung dan penyerapan tanaman
eceng gondok. Nilai parameter limbah
I
II
III
Rata-rata
Nilai COD
Kontrol
(mg/L)
2711
2786
2628
2708
10 Tangkai
(mg/L)
826
834
819
826
Prosentase
Prosentase
(%)
69,5
70
68,8
69,5
(%)
70,2
71,6
70,1
71,7
72
71.5
71
70.5
70
69.5
69
68.5
68
67.5
67
71.6
70
69.5
68.8
70.2
70.1
70.1
70.2
69
II
III
71.7
69.9
69.5
10 Tangkai Eceng
Gondok
15 Tangkai Eceng
Gondok
20 Tangkai Eceng
Gondok
pendukung
pada
saat
proses
pengendapan selama 6 hari. Salah satu
faktornya
adalah
karena
terjadi
perubahan konsentrasi kadar nilai COD
yang dihasilkan oleh limbah cair industri
tahu pada setiap pengulangan yang
dapat dilihat pada tabel 4.1. Faktor lain
berasal dari kemampuan tanaman eceng
gondok tersebut, dimana pada proses
pengendapan hari ke 4 tanaman eceng
gondok mengalami perubahan dengan
ditandai daun dan tangkai berubah
menjadi layu dan berwarna kekuningan
dan pada mati pada hari ke 6. Penelitian
ini dilakukan selama 6 hari waktu
penegendapan.Variasi
dosis
eceng
gondok 15 tangkai juga mengalami hal
yang sama dengan dosis 10 tangkai
dimana
penurunan
nilai
COD
mengalami fluktuasi dapat dilihat pada
tabel 4.1 dengan faktor pendukung yang
dialami pada saat pengendapan sama.
Perubahan tanaman eceng gondok yang
menjadi layu dan berwarna kuning ini
dikarenakan konsentrasi nilai COD di
limbah cair sangat tinggi sebesar 2000
mg/L sehingga tanaman eceng gondok
ini menjadi layu bahkan sampai mati.
Variasi dosis 20 tangkai eceng
gondok menunjukan penurunan kadar
COD pada air limbah tahu secara terus
menerus bahkan sampai tiga kali
pengulangan yang dapat dilihat pada
tabel 4.1 dan gambar 4.1. Konsentrasi
kadar COD yang sangat tinggi tidak
merubah tanaman eceng gondok ini
menjadi layu bahkan mati seperti pada
variasi dosis 10 tangkai dan dosis 15
tangkai, namun tanaman eceng gondok
juga tidak berubah menjadi lebih subur.
Hal ini menunjukan bahwa penambahan
dosis tanaman eceng gondok pada setiap
perlakuan ini mampu menurunkan
konsentrasi
kadar
COD.
Proses
penurunan kadar COD pada limbah tahu
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk dosis penggunaan tanaman
eceng gondok serta arang aktif
tempurung kelapa. Penggunaan variasi
dosis tanaman eceng gondok serta arang
Penggunaan
variasi
eceng
gondok dalam penelitian ini masih
kurang mampu untuk menyerap kadar
COD pada limbah cair tahu tersebut.
Konsentrasi limbah cair tahu yang
sangat tinggi membuat tanaman eceng
gondok ini sulit untuk bertahan hidup
sehingga dalam penelitian ini tanaman
eceng gondok berubah menjadi layu dan
bahkan mati. Pada saat konsentrasi
kadar COD yang sangat tinggi pada
limbah cair tahu ini mengakibatkan nilai
pH dari limbah cair tersebut menurun
sampai pH 4 hal ini disebabkan karena
adanya penambahan asam pada saat
proses pembuatan tahu. Kadar pH yang
sangat rendah dapat berpengaruh pada
tanaman eceng gondok. Eceng gondok
tidak dapat hidup pada air dengan kadar
pH dibawah 4. Dalam penelitian ini
peneliti menghitung kadar pH limbah
cair tersebut dan hasilnya 2, hal ini
menjadi pengaruh besar terhadap
pertumbuhan eceng gondok tersebut
sehingga eceng gondok layu bahkan
sampai mati dan tidak mampu menyerap
kadar COD pada limbah cair industri
secara maksimal. Untuk itu disarankan
untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan pengujian awal konsentrasi
kadar COD pada limbah cair tahu yang
dijadikan sampel dalam penelitian. Hal
ini untuk memperkirakan seberapa
banyak penggunaan variasi dosis eceng
gondok dalam menurunkan kadar COD
pada limbah cair industri tahu.
PENUTUP
Simpulan
1. Ada penurunan nilai parameter
COD limbah cair industri tahu
berdasarkan variasi dosis 10
tangkai eceng gondok. Penurunan
optimum nilai parameter COD
limbah cair industri tahu diperoleh
adalah 826 mg/L
2. Ada penurunan nilai parameter
COD limbah cair industri tahu
berdasarkan variasi dosis 15
tangkai eceng gondok. Penurunan
DAFTAR PUSTAKA
Abas, B. 2013. Studi Kandungan Air
Limbah Pada Industri Tahu di
Desa Hulawa Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo Tahun
2012. Skripsi, Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu-Ilmu
Kesehatan
dan
Keolahragaan
Universitas
Negeri Gorontalo.
Alimsyah, A dan Damayanti,A. 2013.
Penggunaan Arang Tempurung
Kelapa dan Eceng Gondok
untuk Pengolahan Air Limbah
Tahu
dengan
Variasi
Konsentrasi. Jurnal, Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS).
(http://www.ejurnal.its.ac.id,
diakses 12 Oktober 2013).
Fibria, Kaswinarni. 2007. Kajian Teknis
Pengolahan Limbah Padat Dan
Cair Industri Tahu. Tesis,
Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan
Universitas
Diponegoro.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 15 Tahun 2008.
Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Pengolahan Kedelai.
R.D. Ratnani. 2011.
Pemanfaatan
Eceng
Gondok
(Eichornia
Crassipes) Untuk Menurunkan
Kandungan COD (Chemical
Oxygen Demond), Ph, Bau, Dan
Warna Pada Limbah Cair Tahu.
Jurnal, Semarang: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim
(http://www.unwahas.ac.id/publ
ikasiilmiah/index, diakses 12
Oktober 2013)