Você está na página 1de 10

ANALISIS PENURUNAN KADAR COD DENGAN MEMANFAATKAN

ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA SERTA ECENG GONDOK


PADA LIMBAH INDUSTRI TAHU
Mentari I. Hadjarati1) , Rama P. Hiola2), Lia Amalia3)
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
email : mentari_ayie@yahoo.co.id
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
email : Hiola.Rama@gmail.com
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
email : Lia.amalia29@gmail.com

Abstrak
Limbah cair tahu yang mengandung kadar Chemical Oxygen Demand (COD)
yang cukup tinggi, jika langsung dibuang ke badan air, akan merusak lingkungan. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memanfaatkan
arang aktif tempurung kelapa serta eceng gondok. Tujuan penelitian ini adalah untuk
penurunan nilai parameter COD limbah cair industri tahu berdasarkan variasi dosis
eceng gondok serta arang aktif tempurung kelapa. Variasi dosis eceng gondok yang
digunakan adalah 10 tangkai/3L, 15 tangkai/3L, dan 20 tangkai/3L.
Penelitian ini merupakan penelitian ini yaitu eksperimental dengan desain
penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel air limbah dalam
penelitian ini diambil dari industri tahu Rina. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Least Significant
Difference (LSD).
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada penurunan nilai parameter COD
berdasarkan variasi dosis eceng gondok serta arang aktif tempurung kelapa (p<0,05).
Penurunan optimum nilai parameter COD limbah cair industri tahu diperoleh pada dosis
20 tangkai eceng gondok sebanyak 794 mg/L. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak dosis eceng gondok yang diberikan, maka semakin besar pula penurunan nilai
parameter COD pada air limbah industri tahu. Oleh karena itu disarankan pemilik
industri tahu menggunakan arang aktif tempurung kelapa serta eceng gondok sebagai
alternatif untuk pengolahan limbah cair industri tahu dalam menurunkan parameter
COD.
Kata Kunci : Limbah Cair, Industri Tahu, COD, Eceng Gondok, Arang Aktif
Tempurung Kelapa.

ABSTRACT
Mentari I.Hadjarati 2014.A Study on the Decrease of COD Content by Utilizing
Shen Activated Charcoal and Water]Hyacinth in lndustrial Waste of Tofu. Skripsi,
Department of Public Hcalth, Faculty of Hcalth and Sport Sciences, Universitas
Negeri Gorontaloo The princlpal supervisor was Dr.

.Rama P.Hlola,Dra,M.Kes

and co supervisor was Lia Amalia,S.KM.,M.Kes.


Liquid waste of to containing of high chcmical oxygcn dcrnand(COD)which iS
directly thro
l to the water can bring damage to the environment. I]ffort to tackle

this probleln is to utilize shell activated charcoal and water hyacinth. The research

aimed at reducing parameter valuc of COD within liquid waste of industry(tofu)


based on variety in dose of shell activatedcharcoal and water hyacinth.The doses of
watcr hyacinth wtte 1 0 stalks/3L,15 stalk

3L,and 20 Stalk 3L.

The research was categorized to experilrlental research through complete random


designo Sample of liquidaste was taken from industrial site of Tofu named Rina
Data analysis used one way anova test and least signiflcant difference test(LSD)

The resuit showed that there was a decrease in parameter valuc of C()D fitted to
variety in doses(Shell act atedcharcoal and water hyacinth)for p<0,05.Optimum

parameter value of CC)D toward the decrease ofliquid waste obtained 794 1ng/1 in 20
stalks(dosC).TO Sum up,the more dose of water hyacinth to be del

ered is the more

decrease of COID parameter valuc in liquid waste of tofu industryo Therefore, it is


recolrlinended to the industry employer of tofu to use shell activated charcoal and
water hyacinth as an altemative liquid waste processing toward the decrease of CC)I

parameter.

Keywords: Liquid Waste, Tofu Industry, Cod, Water Hyacinth, Shell


Charcoal

PENDAHULUAN
Industri tahu dalam proses
pengolahannya menghasilkan limbah,
baik limbah padat maupun cair. Limbah
padat dihasilkan dari proses penyaringan
dan
penggumpalan.
Limbah
ini
kebanyakan oleh pengrajin dijual dan
diolah menjadi tempe gembus, kerupuk
ampas tahu, pakan ternak, dan diolah
menjadi tepung ampas tahu yang akan
dijadikan bahan dasar pembuatan roti
kering dan cake. Sedangkan limbah
cairnya
dihasilkan
dari
proses
pencucian, perebusan, pengepresan, dan
pencetakan tahu, oleh karena itu limbah
cair yang dihasilkan sangat tinggi.
Limbah cair tahu dengan karakteristik
mengandung bahan organik tinggi dan
kadar Biochemical Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD) yang cukup tinggi pula, jika
langsung dibuang ke badan air, jelas
sekali akan menurunkan daya dukung
lingkungan (Subekti, 2011).
Tahu
merupakan
makanan
tradisional sebagian besar masyarakat di
Indonesia, yang digemari hampir
seluruh lapisan masyarakat. Selain
mengandung gizi yang baik, pembuatan
tahu juga relatif murah dan sederhana.
Rasanya enak serta harganya terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat (Fibria,
2007).
Di Provinsi Gorontalo, terdapat
tiga industri tahu yang saat ini sedang
beroperasi di Desa Hulawa Kecamatan
Telaga
Kabupaten
Gorontalo.
Berdasarkan hasil observasi awal ketiga
industri tahu tersebut belum memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sehingga limbah cair yang dihasilkan
langsung di buang ke sungai Bolango
yang tidak jauh dari lokasi industri.
Sungai Bolango dulunya dijadikan
tempat untuk mencuci pakaian oleh
sebagian warga yang sekitar. Hal ini
sudah tidak terjadi lagi dikarenakan air
sungai yang mulai berubah warna
menjadi kehitaman dan menimbulkan
bau menyengat. Salah satu industri tahu

yang berada di Desa Hulawa adalah


industri tahu Rina yang merupakan
industri terbesar dengan luas wilayah 78
m2, Jika dibandingkan dengan dua
industri lain.
Berdasarkan hasil penelitian
Abas (2013) tentang studi kandungan
Air Limbah pada Industri Tahu di desa
Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo, untuk nilai parameter COD
untuk ketiga industri memiliki nilai ratarata COD hari I (pertama) yaitu 7372,21
mg/L, Hari II (kedua) 8796,41 mg/L,
nilai COD ketiga industri tersebut tidak
memenuhi baku mutu air limbah. Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pengolahan Kedelai Menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 15 Tahun 2008 untuk
Industri Tahu nilai parameter COD
maksimum yang diperbolehkan adalah
300 mg/L,
200 mg/L. (Peraturan
Menteri Badan Lingkungan Hidup,
2008).
Ketika limbah cair tahu dibuang
ke sungai, maka akan terjadi perguraian
senyawa komplek menjadi senyawa
yang lebih sederhana. Proses penguraian
bahan organik oleh mikroorganisme
aerob memerlukan oksigen dalam
jumlah besar untuk memperoleh energi.
Hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan konsentrasi oksigen terlarut
di dalam air. Penurunan yang melewati
ambang batas akan mengakibatkan
kematian biota air lain akibat
kekurangan
oksigen.
Lingkungan
perairan sangat perlu untuk dilindungi
karena air berperan sangat besar dalam
kehidupan manusia. Parameter untuk
mengamati
tingkat
pencemaran
lingkungan air adalah kandungan COD,
pH, Bau, dan Warna dalam air. Apabila
COD dalam air tinggi atau lebih dari
300 ppm , maka lingkungan air tersebut
dapat dikatakan tercemar. pH atau
tingkat keasaman dalam suatu media,
jadi apabila bersifat asam atau basa
maka lingkungan air juga dapat
dikatakan tercemar. Bau dan warna juga

merupakan parameter pencemaran,


apabila berbau dan berwarna maka air
dikatakan tercemar, karena air yang
tidak tercemar tidak berbau dan
berwarna (Ratnani, 2011).
Salah satu cara pengolahan
limbah adalah menggunakan arang aktif
dan tanaman air. Arang aktif memiliki
kemampuan untuk mereduksi air limbah
dengan kapasitas dan daya serap yang
besar. Kelemahan dari arang aktif adalah
harga yang cukup mahal yang tidak
sesuai dengan daya beli masyarakat
sehingga masyarakat menggunakan
arang non aktif. Arang non aktif adalah
arang yang tidak mengalami proses
aktifasi. Salah satu bahan pembuat arang
berasal dari tempurung kelapa yang
harganya relatif murah (Alimsyah dan
Damayanti, 2013).
Eceng
gondok
merupakan
gulma di air karena pertumbuhannya
yang begitu cepat. Karena pertumbuhan
yang cepat, maka eceng gondok dapat
menutupi
permukaan
air
dan
menimbulkan masalah pada lingkungan.
Selain merugikan karena cepat menutupi
permukaan air, eceng gondok ternyata
juga
bermanfaat
karena
mampu
menyerap zat organik, anorganik serta
logam berat lain yang merupakan bahan
pencemar (Ratnani, 2011).
Di Gorontalo, eceng gondok
menjadi gulma di Danau Limboto,
pertumbuhan eceng gondok yang sangat
cepat menyebabkan hampir sebagian
besar perairan danau telah tertutupi oleh
eceng gondok tersebut, untuk itu perlu
adanya pemanfaatan terhadap eceng
gondok yang dapat diaplikasikan
terhadap pencemaran lingkungan yang
ada di Gorontalo salah satunya
Pencemaran Limbah industri tahu.
Mengingat industri tahu merupakan
industri dengan skala kecil, maka
membutuhkan instalasi pengolahan
limbah yang alat-alatnya sederhana,
biaya operasionalnya murah, memiliki
nilai ekonomis dan ramah lingkungan.
Badan Lingkungan Hidup, Riset dan

Teknologi
Informasi
(2008)
mengemukakan bahwa eceng gondok di
Danau Limboto tumbuh meluas. Luas
sebaran eceng gondok mencapai sekitar
30% dari luasan danau. Eceng gondok
terdapat di bagian tengah, barat, utara
dan tenggara. Konsentrasi terbesar
berada di bagian tengah. Penyebaran
eceng dan jenis tanaman mengapung
lainnya sangat dipengaruhi oleh musim.
Hal ini berkaitan dengan hembusan
angin yang berbeda pada tiap musim.
Eceng gondok akan bergerak dari BaratUtara ke Timur dan Selatan. Pergeseran
tersebut sejalan dengan perubahan
musim khususnya arah mata angin di
mana eceng gondok akan terdeposisi di
bagian selatan danau.
Menurut Ratnani (2011) dalam
meneliti mengenai kemampuan eceng
gondok untuk mengolah limbah cair
tahu didapatkan kesimpulan bahwa
eceng gondok dapat digunakan untuk
mengolah limbah cair tahu. Dalam
penelitian tersebut eceng gondok juga
dapat meningkatkan pertumbuhan eceng
gondok. Eceng gondok mempuyai daun
yang berbentuk bulat telur, ujungnya
tumpul dan hampir bulat. Tulang daun
membengkok dengan ukuran 7-25 cm
dan di permukaan sebelah atas daun
banyak dijumpai stomata. Eceng gondok
mempunyai akar serabut. Akar eceng
gondok dapat mengumpulkan lumpur.
Lumpur akan melekat di antara bulubulu akar. Di belakang tudung akar
(kaliptra) akan terbentuk sel-sel baru
untuk jaringan akar baru (meristem).
Berdasarkan
uraian
permasalahan di atas, maka peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian
tentang Analisis Penurunan Kadar
COD dengan Memanfaatkan Arang
Tempurung Kelapa serta Eceng Gondok
Pada Limbah Industri Tahu. Penelitian
ini diarahkan pada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
proses
dari
penyaringan
arang
tempurung dan penyerapan tanaman
eceng gondok. Nilai parameter limbah

cair industri tahu yang diamati dalam


Penelitian ini dilaksanakan
penelitian ini adalah nilai parameter
pada beberapa lokasi yakni lokasi
COD. Arang tempurung kelapa dapat
pengambilan sampel, lokasi perlakuan,
dijadikan arang aktif yang mampu
dan lokasi pengujian sampel.Lokasi
menjernihkan dengan melalui proses
pengambilan sampel yaitu sampel
penyerapan zat organik dan anorganik
limbah cair industri tahu industri tahu
yang terkandung dalam limbah cair tahu.
Rina yang berada di Desa Hulawa
Pada umumnya arang aktif tempurung
Kecamatan
Telaga
Kabupaten
kelapa digunakan sebagai bahan
Gorontalo, lokasi perlakuan dilakukan di
penyerap dan penjernih. Dalam jumlah
rumah peneliti, dan lokasi pengujian
kecil digunakan juga sebagai katalisator.
sampel dilakukan di Balai Teknik
Kemampuan eceng gondok dalam
Kesehatan
Lingkungan
dan
penyerapan oleh akarnya telah terbukti,
Pengendalian Penyakit Menular (BTKLakar
eceng
gondok
dapat
PPM) Kelas I Manado.
mengumpulkan lumpur. Lumpur akan
Variabel
dependen
dalam
melekat di antara bulu-bulu akar. Dilihat
penelitian ini adalah nilai parameter
dari kemampuan kedua variabel menjadi
COD cair industri tahu, sedangkan
alasan mengapa peneliti memanfaatkan
variabel independen dalam penelitian ini
kedua komponen tersebut, hal ini juga
adalah arang tempurung dan variasi
diperkuat dengan beberapa penelitian
penambahan eceng gondok.
sebelumnya tentang kemampuan dari
arang aktif tempurung kelapa dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
tanaman eceng gondok. Pengolahan air
Tanaman eceng gondok ini
limbah menggunakan kombinasi arang
mempunyai kemampuan yang besar
tempurung kelapa dan tanaman eceng
sebagai
pembersih air limbah dari
gondok merupakan pengolahan yang
berbagai industri dan rumah tangga.
relatif murah bagi industri tahu yang
Variasi dosis eceng gondok yang
masih termasuk dalam skala industri
digunakan dalam penelitian ini yaitu 10
kecil. Dalam penelitian ini akan
tangkai eceng gondok, 15 tangkai eceng
dilakukan keefektifan pengolahan air
gondok, dan 20 tangkai eceng gondok,
limbah menggunakan arang tempurung
dengan dilakukan 3 kali pengulangan
kelapa dan eceng gondok dengan
dari tiap perlakuan.
parameter COD.
METODE PENELITIAN
Tabel. 1 : Rata-rata Nilai Parameter COD Limbah Cair Industri Tahu Berdasarkan
Variasi Dosis Eceng Gondok serta Arang aktif Tempurung Kelapa
PENGULANGAN

I
II
III
Rata-rata

Nilai COD
Kontrol
(mg/L)
2711
2786
2628
2708

10 Tangkai
(mg/L)
826
834
819
826

VARIASI ECENG GONDOK


Prosentase
15 Tangkai
20 Tangkai
(%)
(mg/L)
(mg/L)
807
70,2
806
831
70,1
791
814
69
786
817
69,9
794

Prosentase

Prosentase

(%)
69,5
70
68,8
69,5

(%)
70,2
71,6
70,1
71,7

Sumber : Data Primer 2014


Dari tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa penurunan nilai COD limbah cair
industri tahu yang tertinggi terdapat
pada rata-rata variasi dosis 20 tangkai
eceng gondok yaitu sebanyak 794 mg/L

dengan prosentase (71,7%), sedangkan


penurunan yang terendah terdapat pada
rata-rata variasi dosis 10 tangkai eceng
gondok yaitu sebanyak 826 mg/L
dengan prosentase (69,5%).

72
71.5
71
70.5
70
69.5
69
68.5
68
67.5
67

71.6
70
69.5
68.8

70.2
70.1

70.1
70.2

69

II
III

10 Tangkai Eceng 15 Tangkai Eceng 20 Tangkai Eceng


Gondok
Gondok
Gondok
Sumber: Data Primer, 2014
Gambar 4.1. Jumlah Nilai Parameter COD Limbah Cair Industri Tahu
Berdasarkan Variasi dosis Eceng gondok serta Arang Aktif
Tempurung Kelapa
Dari gambar 4.1 terlihat adanya
Kelapa. Dimana semakin besar dosis
penurunan nilai parameter COD limbah
eceng gondok maka semakin besar
cair industri tahu seiring dengan
penurunan kadar COD pada limbah cair
penambahan Variasi dosis Eceng
industri tahu.
gondok serta Arang Aktif Tempurung
.
72
71.5
71
70.5
70
69.5
69
68.5
68

71.7

69.9
69.5

10 Tangkai Eceng
Gondok

15 Tangkai Eceng
Gondok

Sumber: Data Primer, 2014


Gambar 4.2. Rata-rata Nilai Parameter
Berdasarkan Variasi dosis
Tempurung Kelapa
Dari gambar 4.2 terlihat adanya
penurunan nilai parameter COD limbah
cair industri tahu seiring dengan
penambahan Variasi dosis Eceng
gondok serta Arang Aktif Tempurung
Variasi dosis 10 tangkai eceng
gondok mengalami fluktuasi untuk nilai
parameter COD yang dapat dilihat pada
tabel 4.1, dimana pada pengulangan

20 Tangkai Eceng
Gondok

COD Limbah Cair Industri Tahu


Eceng gondok serta Arang Aktif
Kelapa. Dimana semakin besar dosis
eceng gondok maka semakin besar
penurunan kadar COD pada limbah cair
industri tahu.
pertama nilai COD menurun dan naik
lagi pada pengulangan kedua dan turun
lagi pada pengulangan ketiga. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

pendukung
pada
saat
proses
pengendapan selama 6 hari. Salah satu
faktornya
adalah
karena
terjadi
perubahan konsentrasi kadar nilai COD
yang dihasilkan oleh limbah cair industri
tahu pada setiap pengulangan yang
dapat dilihat pada tabel 4.1. Faktor lain
berasal dari kemampuan tanaman eceng
gondok tersebut, dimana pada proses
pengendapan hari ke 4 tanaman eceng
gondok mengalami perubahan dengan
ditandai daun dan tangkai berubah
menjadi layu dan berwarna kekuningan
dan pada mati pada hari ke 6. Penelitian
ini dilakukan selama 6 hari waktu
penegendapan.Variasi
dosis
eceng
gondok 15 tangkai juga mengalami hal
yang sama dengan dosis 10 tangkai
dimana
penurunan
nilai
COD
mengalami fluktuasi dapat dilihat pada
tabel 4.1 dengan faktor pendukung yang
dialami pada saat pengendapan sama.
Perubahan tanaman eceng gondok yang
menjadi layu dan berwarna kuning ini
dikarenakan konsentrasi nilai COD di
limbah cair sangat tinggi sebesar 2000
mg/L sehingga tanaman eceng gondok
ini menjadi layu bahkan sampai mati.
Variasi dosis 20 tangkai eceng
gondok menunjukan penurunan kadar
COD pada air limbah tahu secara terus
menerus bahkan sampai tiga kali
pengulangan yang dapat dilihat pada
tabel 4.1 dan gambar 4.1. Konsentrasi
kadar COD yang sangat tinggi tidak
merubah tanaman eceng gondok ini
menjadi layu bahkan mati seperti pada
variasi dosis 10 tangkai dan dosis 15
tangkai, namun tanaman eceng gondok
juga tidak berubah menjadi lebih subur.
Hal ini menunjukan bahwa penambahan
dosis tanaman eceng gondok pada setiap
perlakuan ini mampu menurunkan
konsentrasi
kadar
COD.
Proses
penurunan kadar COD pada limbah tahu
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk dosis penggunaan tanaman
eceng gondok serta arang aktif
tempurung kelapa. Penggunaan variasi
dosis tanaman eceng gondok serta arang

aktif tempurung kelapa pada proses


penyerapannya tergantung pada jenis
kadar COD pada limbah tahu tersebut.
Limbah cair tahu yang mempunyai
kadar COD yang sangat tinggi
membutuhkan dosis tanaman eceng
gondok serta arang aktif yang tepat
sehingga dalam proses penyerapan kadar
COD pada limbah cair tahu akan efektif
dan menyerap secara maksimal.
Penelitian ini dilakukan dengan
mengkombinasikan antara eceng gondok
dan arang aktif tempurung kelapa untuk
menurunkan kadar COD pada limbah
cair industri tahu dengan waktu
pengendapan selama 6 hari. Hasil
penurunan kadar COD pada limbah
industri tahu ini belum memenuhi
standar baku mutu untuk kadar COD
pada limbah yang diperbolehkan. Hal ini
dikarenakan dalam penelitian untuk
konsentarsi kadar COD pada limbah cair
industri tahu ini sangat tinggi.
Penggunaan arang aktif tempurung
kelapa dalam penelitian ini untuk
penyerapan kadar COD tidak dihitung,
hal ini dikarenakan yang pertama arang
aktif dalam penelitian ini hanya
dijadikan sebagai penjernih air limbah
dan yang kedua arang aktif tempurung
kelapa yang digunakan hanya berupa
bongkahan bukan serbuk, penggunaan
arang aktif yang sedikit dalam penelitian
ini dapat disebut sebagai katalisator
yaitu arang aktif tempurung kelapa ini
mampu menyerap kadar COD pada
limbah tahu yang melewatinya namun
hasilnya tidak dianggap sebagai
penurunan kadar COD. Arang aktif ini
ini memiliki luas permukaan yang
berpori, dimana struktur pori ini
berhubungan dengan luas permukaan,
semakin kecil pori-pori arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Sehingga kemampuan daya serap
arang aktif semakin besar pula untuk
menurunkan
kadar
kontaminan.
Kemampuan daya serap yang tinggi
biasanya menggunakan arang aktif yang
telah dihaluskan atau dalam bentuk

serbuk. Sehingga untuk penggunan


arang aktif tempurung kelapa dalam
penelitian ini kemampuan daya serapnya
untuk menurunkan kadar COD hanya
sedikit.
Hal ini yang menjadi alasan
peneliti hanya menjadikan arang aktif
tempurung kelapa dalam penelitian ini
sebagai katalisator, karena kemampuan
daya serap untuk menurunkan kadar
COD pada limbah cair tahu dengan
menggunakan arang aktif tempurung
kelapa (bongkahan) hanya kecil dan
tidak efektif dalam menurunkan kadar
COD. Oleh karena itu peneliti
mengkombinasikan dengan penggunan
tanaman eceng gondok yang juga
mempunyai daya serap tinggi dalam
menurunkan kadar kontaminan COD
pada limbah cair industri tahu.
Penggunaan variasi eceng gondok dalam
penelitian ini masih kurang mampu
untuk menyerap kadar COD pada
limbah cair tahu tersebut. Konsentrasi
limbah cair tahu yang sangat tinggi
membuat tanaman eceng gondok ini
sulit untuk bertahan hidup sehingga
dalam penelitian ini tanaman eceng
gondok berubah menjadi layu dan
bahkan mati. Variasi dosis eceng
gondok dalam penelitian ini terlalu
sedikit jika digunakan untuk menyerap
kadar COD yang sangat tinggi yang
terkandung dalam limbah cair tahu
tersebut.
Untuk itu disarankan untuk
penelitian selanjutnya perlu dilakukan
pengujian konsentrasi kadar COD pada
limbSah cair tahu yang dijadikan sampel
dalam penelitian. Hal ini untuk
memperkirakan
seberapa
banyak
penggunaan variasi dosis eceng gondok
dalam menurunkan kadar COD pada
limbah cair industri tahu. Untuk
penggunaan arang aktif tempurung
kelapa perlu adanya pengukuran
penururnan kadar COD pada saat
penelitian untuk melihat seberapa besar
kemampuan daya serap dari arang aktif
tempurung kelapa yang digunakan.

Penggunaan
variasi
eceng
gondok dalam penelitian ini masih
kurang mampu untuk menyerap kadar
COD pada limbah cair tahu tersebut.
Konsentrasi limbah cair tahu yang
sangat tinggi membuat tanaman eceng
gondok ini sulit untuk bertahan hidup
sehingga dalam penelitian ini tanaman
eceng gondok berubah menjadi layu dan
bahkan mati. Pada saat konsentrasi
kadar COD yang sangat tinggi pada
limbah cair tahu ini mengakibatkan nilai
pH dari limbah cair tersebut menurun
sampai pH 4 hal ini disebabkan karena
adanya penambahan asam pada saat
proses pembuatan tahu. Kadar pH yang
sangat rendah dapat berpengaruh pada
tanaman eceng gondok. Eceng gondok
tidak dapat hidup pada air dengan kadar
pH dibawah 4. Dalam penelitian ini
peneliti menghitung kadar pH limbah
cair tersebut dan hasilnya 2, hal ini
menjadi pengaruh besar terhadap
pertumbuhan eceng gondok tersebut
sehingga eceng gondok layu bahkan
sampai mati dan tidak mampu menyerap
kadar COD pada limbah cair industri
secara maksimal. Untuk itu disarankan
untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan pengujian awal konsentrasi
kadar COD pada limbah cair tahu yang
dijadikan sampel dalam penelitian. Hal
ini untuk memperkirakan seberapa
banyak penggunaan variasi dosis eceng
gondok dalam menurunkan kadar COD
pada limbah cair industri tahu.
PENUTUP
Simpulan
1. Ada penurunan nilai parameter
COD limbah cair industri tahu
berdasarkan variasi dosis 10
tangkai eceng gondok. Penurunan
optimum nilai parameter COD
limbah cair industri tahu diperoleh
adalah 826 mg/L
2. Ada penurunan nilai parameter
COD limbah cair industri tahu
berdasarkan variasi dosis 15
tangkai eceng gondok. Penurunan

optimum nilai parameter COD


limbah cair industri tahu diperoleh
adalah 817 mg/L
3. Ada penurunan nilai parameter
COD limbah cair industri tahu
berdasarkan variasi dosis 20
tangkai eceng gondok. Penurunan
optimum nilai parameter COD
limbah cair industri tahu diperoleh
adalah 794 mg/L.
Saran
1. Kepada industri tahu agar dapat
melakukan pengolahan limbah cair
sebelum dibuang ke badan air hal
ini
untuk
mencegah
dan
mengurangi dampak buruk limbah
cair yang dihasilkan terhadap
makhluk hidup dan lingkungan
sekitar. Salah satu alternatifnya
yaitu memanfaatkan tanaman eceng
gondok serta arang aktif tempurung
kelapa.
2. Kepada pemerintah untuk lebih
tegas dalam hal mengambil
kebijakan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup.
3. Kepada peneliti lain untuk dapat
melakukan penelitian lebih lanjut
tentang variasi dosis eceng gondok
dalam pengolahan limbah cair
dengan parameter lain seperti kadar
BOD, DO, dan pH serta
penambahan variabel lain seperti
variasi waktu pengendapan. Peneliti
lain juga harus memperhatikan
keterbatasan
peneliti
dalam
penelitian ini agar memberikan
hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Abas, B. 2013. Studi Kandungan Air
Limbah Pada Industri Tahu di
Desa Hulawa Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo Tahun
2012. Skripsi, Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu-Ilmu
Kesehatan
dan
Keolahragaan
Universitas
Negeri Gorontalo.
Alimsyah, A dan Damayanti,A. 2013.
Penggunaan Arang Tempurung
Kelapa dan Eceng Gondok
untuk Pengolahan Air Limbah
Tahu
dengan
Variasi
Konsentrasi. Jurnal, Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS).
(http://www.ejurnal.its.ac.id,
diakses 12 Oktober 2013).
Fibria, Kaswinarni. 2007. Kajian Teknis
Pengolahan Limbah Padat Dan
Cair Industri Tahu. Tesis,
Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan
Universitas
Diponegoro.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 15 Tahun 2008.
Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Pengolahan Kedelai.
R.D. Ratnani. 2011.
Pemanfaatan
Eceng
Gondok
(Eichornia
Crassipes) Untuk Menurunkan
Kandungan COD (Chemical
Oxygen Demond), Ph, Bau, Dan
Warna Pada Limbah Cair Tahu.
Jurnal, Semarang: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim
(http://www.unwahas.ac.id/publ
ikasiilmiah/index, diakses 12
Oktober 2013)

Você também pode gostar