Você está na página 1de 3

Pengaruh media leaflet kepada pasien ANC trimester 3 terhadap kunjungan bersalin di

RS HST trenggalek
Bab 1
Latar belakang masalah
Rumah sakit adalah suatu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yang
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan. Perubahan perubahan
yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal rumah sakit menyebabkan manajer
rumah sakit harus mengubah paradigma atau cara pandang bahwa rumah sakit
sekarang ini berkembang menjadi suatu industri jasa yang tidak bisa meninggalkan
aspek komersial disamping peran sosialnya. Meningkatnya teknologi kedokteran
dengan komponen-komponen lainnya memaksa manajer rumah sakit harus berpikir
dan berusaha secara sosial ekonomi dalam mengelola rumah sakitnya . Pengelolaan
rumah sakit yang padat karya dan padat teknologi meliputi pengelolaan pelayanan
rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, pelayanan intensif, farmasi, gizi, administrasi
keuangan, rekam medis dll.
Studi pendahuluan dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Sehat
Tentram (RSIA HST) Trenggalek yang merupakan rumah sakit tipe c dengan
kapasitas 48 tempat tidur (TT).

Tingkat kinerja RS Ananda pada tahun

2015

dengan nilai BOR 43%, TOI 3, BTO 66, dan ALOS 3 hari.
Berdasarkan laporan tahunan yang tampak pada tabel dibawah ini kunjungan
pasien rawat jalan mengalami tren penurunan.
Definisi keputusan pembelian menurut
Kotler & Keller (2007;234
)
menyatakan bahwa:

Keputusan pembelian merupakan sebuah tahapan dimana konsumen


secara aktual mengambil keputusan pembelian. Konsumen mungkin juga
membentuk maksud untuk membeli merek yang disukai. Proses
keputusan pembelian itu sendiri tergantung dengan presepsi masingmasing konsumen.

Didalam perilaku konsumen ada lima tahap yang perlu diperhatikan dalam
proses pengambilan keputusan pembelian, karena mampu mempengaruhi
terjadinya

proses pengambilan keputusan konsumen, kelima tahapan tersebut yaitu :


Menurut
Kotler & Keller (2007;235)
terdapat lima proses dalam
pengambilan keputusan konsumen, antara lain:
1.
Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau
kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal dan eksternal.
2.
Pencarian Informasi
Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap
informasi
tentang sebuah produk.
3.
Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar

yang

akan

membantu

konsumen

dalam

memahami
proses evaluasi: pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan.
Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari produk tersebut. Ketiga,
konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan
berbagai kemampuan untuk mengantarkan manfaat yang diperlukan untuk
memuaskan kebutuhan ini.
4.
Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk referensi antarmerek dalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek
yang paling disukai.
5.
Perilaku Pasca Pembelian
Secara umum, apabila individu merasakan ketertarikan dan kepuasan
dalam
memenuhi kebutuhan setelah melakukan pembelian.
Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas
atau
tidak puas atas keputusan pembeliannya. Seandainya konsumen merasa
puas, maka
kemungkinan untuk melakukan pembelian ulang pada masa yang akan
datang akan
terjadi, sementara itu jika konsumen tidak puas atas keputusan pembelian yang
telah
dia ambil, maka dia akan mencari kembali berbagai informasi tentang
apa yang
dibutuhkannya.

Proses

itu

akan

berulang

terpuaskan atas
keputusan penggunaan jasa yang telah dia ambil.

sampai

konsumen

merasa

Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa rata rata tingkat


pengetahuan perawat RS Ananda sebesar 83% dengan nilai antara 77-100%
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang hand hygiene
baik. Sedangkan pengetahuan tentang kapan saja waktu mencuci tangan cukup
sehingga pengetahuan bukan merupakan faktor utama penyebab rendahnya
kepatuhan hand hygiene.
Studi pendahuluan berikutnya dilakukan observasi untuk menilai jumlah
handrub yang ada dan dibandingkan dengan standar dari WHO. Hasil observasi
menunjukkan bahwa diruang melati kekurangan 4-10 handrub diruang tulip
kekurangan 2-6 handrub dan diruang anggrek kekurangan 2-4 handrub. Dapat
disimpulkan bahwa di RS Ananda masih kekurangan jumlah handrub.

Jumlah

handrub yang ada masih 20-50% jumlah seharusnya. Dampak dari kurangnya
jumlah handrub adalah rendahnya kepatuhan melaksanaan hand hygiene karena
perawat kesulitan untuk mengakses handrub.
Dalam penelitian Bischoff et al. (2000) kelengkapan handrub akan berpengaruh
pada kepatuhan perawat melaksanakan hand hygiene, dimana jika jumlah handrub
sesuai standar maka kepatuhan perawat melaksanakan hand hygiene akan
meningkat. Solusi penambahan poster pengingat 5 (lima) waktu mencuci tangan
juga bertujuan untuk persepsi dan kemauan berubah perawat melaksanakan hand
hygiene karena sesuai teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon yang
menyebutkan bahwa perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, poster dalam penelitian
ini digunakan sebagai stimulus untuk meningkatkan persepsi dan kemauan
berubah perawat melaksanakan hand hygiene yang pada akhirnya akan
meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Oleh karena itu, pemasangan poster &
penambahan handrub merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan
kepatuhan hand hygiene.
Untuk membuktikan pengaruh penambahan poster pengingat 5 (lima) waktu
mencuci tangan & penambahan handrub di RS Ananda, maka akan dilakukan
penelitian kemauan untuk berubah perawat melaksanakan hand hygiene setelah
mendapatkan fasilitas berupa kelengkapan handrub dan pemasangan poster.

Você também pode gostar