Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
B. Teori
Berikut ini merupakan definisi teori menurut para ahli.
1.
Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel yang saling terkait
serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata.
2. Suwardjono (1989) mendefinisikan teori sebagai berikut:
a. Sebagai lawan dari praktek.
b. Sebagai pembenaran (justification).
c. Sebagai penjelasan ilmiah (scienific explanation).
d. Sebagai model.
3. Teori menurut Hendriksen dan Van Breda (1992) sebagai berikut: .... Seperangkat prinsip-prinsip
yang saling terkait (coherent), yang bersifat hipotesis, konseptual dan pragmatis yang membentuk
rerangka referensi umum untuk bidang pengetahuan tertentu (a field of inquiry).
C. Teori Akuntansi
Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai berikut:....penalaran
logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad priciples) yang memberikan
rerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam
mengembangkan praktek dan prosedur akuntansi yang baru. Definisi tersebut dapat dilihat bahwa teori
akuntansi tidak lepas dari praktek akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktek
akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktek tersebut.
Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep, standar, mode, hipotesis dan
metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis.
Asumsi dasar merupakan basis dalam proses keseluruhan teori akuntansi. Asumsi dasar akan
digunakan untuk menyusun konsep akuntansi. Konsep akuntansi yang baik akan menghasilkan standar
yang baik. Dari standar selanjutnya diturunkan menjadi metode, kemudian praktik akuntansi yang harus
mengacu kepada standar yang dibuat.
Prekripsi akuntansi dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah khusus, teori yang
mendasarinya juga dikembangkan berdasarkan model-model yang khusus. Secara umum, fungsi utama
dari teori akuntansi adalah untuk memberikan rerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu
proses pemilihan akuntansi (Mathews and Perera, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa teori
memiliki karakteristik sebagai berikut: a) memiliki body of knowledge; b) konsisten secara internal; c)
menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena; d) menyajikan hal-hal yang ideal; e) referen yang ideal
untuk mengarahkan praktek; dan e) membahas masalah dan memberikan solusi.
Meskipun berbagai pendapat teori akuntansi telah banyak dikembangkan, namun tidak satupun
dari teori tersebut yang mampu menjelaskan secara tuntas dan menyeluruh tentang apa yang dinamakan
teori akuntansi. Belkaoui (1993) juga mengakui pendapat tersebut. Dia mengatakan harus diakui
bahwa sampai saat ini tidak ada teori akuntansi yang bersifat komprehensif (p 56). Teori yang sekarang
muncul dari pemakaian pendekatan yang berbeda, bukannya dihasilkan dari satu teori tunggal yang
komprehensif. Komite dari American Accounting Association (AAA, 1997 : 1-2) juga menyatakan hal
yang sama yaitu tidak teori akuntansi tunggal yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan pemakai,
yang ada dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah teori akuntansi, tetapi koleksi teori yang
digambaran sesuai dengan perbedaan pemakainnya.
Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang digunakan dalam ilmu
pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori dikembangkan dari hasil observasi empiris.
Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk
kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi.
Perlunya teori dan praktek dapat dilihat dari praktek berikut. Berlawanan dengan bidang bahasa,
meteorologi atau kimia, akuntan dapat mengubah praktek relatif lebih mudah. Oleh karena itu, masalah
yang dihadapi akuntan adala mengetahui bagaimana praktek akuntansi seharusnya dikembangkan di masa
mendatang. Sanksi yang berkaitan dengan implementasi kebijakan akuntansi menjadi sangat penting
dalam memahami bidang akuntansi, karena praktek memungkinkan untuk diubah agar sesuai (cocok)
dengan teori.
Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain sebaik apapun teori yang
dihasilkan, jika teori tersebut tidak sesuai dengan fenomena empiris, maka teori tersebut akan diganti oleh
teori lain yang lebih cocok dengan fenomena tersebut (Ijiri, 1971).Teori akuntansi dapat dikatakan
sebagai suatu konsep modern jika dibandingkan dengan teori-teori lain seperti matematika atau fisik.
Asasannya, bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik bukannya dikembangkan secara
sistematik dari teori yang terstruktur (Chambers, 1994).
Teori akuntansi yang dihasilkan pada periode Pacioli sampai awal abad sembilan belas. Berbagai
usulan tentang teori muncul, tetapi tidak satupun yang menempatkan akuntansi pada cara-cara yang
sistematis (Goldberg, 1949). Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni,
akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial
lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal. Konsep akuntansi
mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan (Glautier and Underdown, 1994).
Jadi jelas bahwa teori yang selama ini dikembangkan memiliki sudut pandang yang berbeda dan
kadang bertolak belakang. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah perkembangan teori akuntansi.
3. Klasifikasi Perumusan Teori Akuntansi
Teori akuntansi dapat diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem
bahasa yang digunakan, dan tujuan perumusan.
A. Klasifikasi Teori Akunansi Menurut Metode Penalaran
Atas dasar metode penalaran yang digunakan, teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai
pendekatan yang berbeda yaitu: a) deduktif; b) induktif; etikal; c) sosiologi; d) ekonomi; dan elektik
(Belkaoui, 1993). Pada pembahsan ini lebih ditekankan pada pendekatan dedukif dan induktif dengan
alasan bahwa pendekatan ini sering digunakan dibanding dengan empat pendekatan yang lain.
1. Pendekatan Deduktif
Validitas teori yang dikembangkan melalui pendekatan ini, sangat tergantung pada kemampuan
peneliti untuk mengidentifikasi dan menghubungkan dengan tepat berbagai komponen proses akuntansi
dalam urutan yang logis. Kesalahan dalam menentukan tujuan dan kemampuan prosedur untuk mencapai
tujuan tersebut, akan menghasilkan konklusi yang salah.
Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif, dimulai dari proposisi
akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk
mengembangkan teknik-teknik akuntansi.
Secara umum, langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi adalah sebagai
berikut: (a) menentukan tujuan pelaporan keuangan; (b) memilih postulate akuntansi yang sesuai dengan
kondisi ekonomi, politik dan sosiologi, (c) menentukan prinsip akuntansi; serta (e) mengembangkan
teknik akuntansi (Belkaoui, 1993).
Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling penting karena tujuan yang
berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda dan akan menghasilkan prinsip yang berbeda pula.
Apabila tujuan telah ditetapkan, beberapa definisi dan asumsi dapat dibuat. Peneliti kemudian
mengembangkan logika yang terstrukur untuk mencapai tujuan tersebut, berdasarkan definisi dan asumsi
yang dibuat.
Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan struktur teori yang
konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap tahapan berjalan secara logis. Dengan cara demikian,
konsistensi internal (internal consistency) antar preposisi dapat tercapai. Lebih lanjut dapat dikatakan
bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya dan dapat digunakan untuk menentukan apakah
digunakan sebagai standar dalam mengevaluasi berbagai praktek akuntansi (Salmonson, 1969).
Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan tertentu yang kemungkinan
salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip yang dihasilkan juga sala. Di samping itu, pendekatan
deduktif juga terbukti sering menghasilkan prinsip yang terlalu teoritis sehingga tidak dapat diterapkan
dalam praktek. Implikasinya, pendekatan ini kurang teruji dalam praktek.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi
dan pengukuran yang terinci. Littleton (1953) bahwa prinsip akuntansi dapat dihasilkan secara induktif
dengan melakukan pengujian empiris terhadap kegiatan akuntansi. Hal ini didukung (Moonitz)
mengatakan bahwa observasi terhadap data akuntansi kelihatan lebih tepat dengan pendekatan induktif.
Pendapat ini juga didukung oleh Schrder (1962 : 645) yang menyatakan bahwa perumusan teori akuntansi
dapat dilakukan secara induktif dengan cara mengobservasi data keuangan yang dihasilkan dari transaksi
bisnis.
Kesimpulannya, proses induktif melibatkan kegiatan observasi mengenai data keuangan yang
berkaitan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan
dirumuskan prinsip-prinsip akuntansi sesuai hubungan yang ada. Langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut: (a) mencatat semua observasi; (b) menganalisis dan mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga
dapat dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan; (c) hasil observasi kemudian digeneralisasi;
serta (d) pengujian terhadap generalisasi (Belkaoui, 1993).
Keuntungan uama pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini didasarkan pada kebebasan
dimana perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang telah diyakini/disiapkan
sebelumnya. Jadi pihak yang mengobservasi memiliki kebebasan untuk mengamati variabel tertentu
selama hal tersebut relevan dengan tujuanyang akan dicapai.
Kelemahannya yaitu: (1) observer dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak disadari tentang jenis
hubungan yang diamati (unsur bias); dan (2) generalisasi data yang digunakan dalam observasi cenderung
berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Konsekuensinya, kesimpulan yang dibuat
dari hasil generalisasi kemungkinan besar salah hanya karena data yang pening justru tidak diobservasi.
B. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Bahasa
Teori dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda (sign). Dalam filsafat pengetahuan, studi
tentang tanda dikenal dengan istilah semiology. Semiology dibagi menjadi tiga bagian, sintaktik
(syntactics), semantik (semanics), dan pragmatik (pragmatics or behavioral).
1). Sintaktik (Syntactics)
Berhubungan dengan logika internal dari dunia abstrak, logika internal yang konsisten
dikemukakan dalam bentuk pernyataan terstrukur yang dapat berupa: pernyataan abstrak dengan tata
bahasa baku dan pernyataan logika matematik. Pernyataan dalam bentuk bahasa yang terstrukur, misalnya
apabila permintaan suatu barang naik, maka harga barang itu akan cenderung ikut naik. Sedangkan
pernyataan logika matematika atau dalam bentuk model-model misalnya: Y = a + bX, atau persamaan
dasar akuntansi A = K + E.
Atas dasar tersebut perlu matematics rules atau systactics rules, yaitu dengan atribut atau simbolsimbol abstrak sebagai berikut:
(a) Y = a + bX
Keterangan:
Y
= variabel dependen
a
= bilangan konstan
b
= koefisien
X
= variabel independen
sama sekali apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak berkaitan
secara empiris dengan fenomena dunia nyata. Oleh karena itulah, teori yang berkaitan dengan interpretasi
(semantik) diperlukan untuk memberikan arti bagi proposisi akuntansi. Dengan cara demikian, konsep
interpretasi yang dibuat akuntan diartikan sama oleh pemakai informasi akuntansi.
(3) Teori Pragmatik (Perilaku)
Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku pengambilan
keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk mengukur dan mengevaluasi pengaruh ekonomi,
psikologi, dan sosiologi pemakai terhadap alternatif prosedur akuntansi dam media pelapornya.
(3.1) Pendekatan Pragmatik-Deskriptif
Metoda ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian pragmatik deskriptif. Atas
dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan
prinsip-prinsip akuntansi. Proses seperti ini merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk
mengembangkan teori akuntansi.
Ada beberapa kritik yang ditujukan pada pendekatan tersebut yaitu (1) tidak ada penilaian yang
logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan. Tidak alasan untuk membenarkan bahwa
akuntan mencatat rekening tertentu dengan cara yang seharusnya dilakukan, dan tidak ada pertimbangan
analitis terhadap kualitas tindakan atau rekening yang dibuatnya; (2) metode tersebut tidak
memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena pendekatannya tidak berujung pangkal. Argumennya,
teknik-teknik akuntansi tidak pernah dipermasalahkan atau diragukan karena teknik-teknik tersebut terusmenerus digunakan oleh para pendukung pragmatik; serta (3) perhatian cenderung dipusatkan pada
perilaku-perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aset, utang,
pendapatan dan lain-lain.
Atas dasar kenyataan tersebut Sterling (1970) berkesimpulan bahwa pendekatan pragmatik tidak
sesuai untuk penyusunan teori akuntansi. Kesimpulan tersebut dikaitkan dengan teori normatif tentang
bagaimana akuntansi seharusnya dikerjakan, bukannya teori positif yang menjelaskan atau memprediksi
di dunia nyata.
(3.1) Pendekatan Pragmatik-Psikologis
Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai laporan keuangan. Akuntan
memanipulasi transaksi akuntansi menurut aturan-aturan sintaktik yang berbeda dengan yang digunakan
untuk menghasilkan laporan keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi yang berbeda). Laporan
tersebut kemudian disimpulkan oleh pemakai.
Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat pada salah satu unsur
teori tersebut: sintaktik (struktur), semantik (interpretasi) dan pragmatik (perilaku). Namun demikian,
Hendriksen dan Van Breda (1992) berpendapat bahwa rerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya
memiliki tiga komponen teori di atas.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Definisi teori akuntansi merupakan perdebatan panjang antara akademisi dan praktisi. Para ahli
mendefinisikan akuntansi baik sebagai seni, komunikasi, aktivitas jasa maupun sebagai teknologi.
2. Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel yang saling terkait
serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena yang terjadi di dunia nyata.
Menurut Macfoedz (1996) teori akuntansi sebagai konsep, standar, model, hipotesis dan metoda yang
saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan
memprediksi fenomena bisnis.
3. Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang digunakan dalam ilmu pasti
(natural science), dimana dalam ilmu pasti teori dikembangkan dari hasil observasi empiris.
Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian
dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi.
4. Teori akuntansi diklasifikasikan berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem bahasa yang
digunakan dan tujuan perumusan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Riahi Belkaoui. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat
Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi. Yogyakarta : BPFE UGM
Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Watts and Zimmerman. 1982. Positive Accounting. Alabama University