Você está na página 1de 25

ABSTRAK

Analisis Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan


Lingkungan
(Studi Empiris pada Perusahaan Peserta PROPER yang terdaftar di BEI
tahun 2009-2012)
Annisa Aulia Rabbani (NPM: 0911031030)
085658817769/ annisaauliarabbani@gmail.com
Pembimbing I: Susi Sarumpaet, Ph.D., Akt.
Pembimbing II: Retno Yuni Nur S., S.E., M..Sc., Akt..

This research investigated the effect of the environmental performance toward the
environmental disclosure of the firms. The measurement of environmental
performance was proxied by rating of PROPER (Program for Pollution Control,
Evaluation, and Ratting), while the environmental disclosure was proxied by IER
index (Indonesian Environmental Reporting Index). The Control variabels for this
study were firm size (ln of total assets) and industry type.
The sample for this research consists of 24 corporations that have fulfilled sample
criteria in 2009 until 2012. The data on this research were tested by multiple linear
regression. The result of this research showed that the environmental performance
had significantly positive effect toward the environmental disclosure.
Keywords: environmental disclosure, environmental performance, industry type,
size.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup pengungkapan lingkungan adalah
sebuah istilah yang biasa digunakan oleh suatu instansi atau organisasi untuk
mengungkapkan data yang berkaitan dengan lingkungan. Menurut Damaso dan
Laurenco (2001) pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan hal yang paling
menjadi sorotan dalam legitimasi suatu institusi. Pengungkapan dilakukan untuk
menjaga perusahaan agar perusahaan terhindar dari berbagai bentuk penolakan
masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik
akan mengungkapkan informasi lebih lanjut mengenai lingkungan daripada
perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk.
Hasil penelitian mengenai hubungan kinerja lingkungan dan pengungkapan
lingkungan masih menunjukan berbagai hasil yang berbeda. Tuwaijri (2003)
menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja lingkungan yang baik
dan pengungkapan informasi lingkungan yang lebih luas, begitu pula dengan
Clarckson et al. (2006) menemukan hubungan positif antara kinerja lingkungan
dan luasnya pengungkapan pengungkapan lingkungan. Perusahaan dengan kinerja
lingkungan superior akan menuju pengungkapan diskresioner. Sementara itu
Djuitaningsih dan Ristiawati (2011) menemukan bahwa kinerja lingkungan
melalui PROPER tidak memberikan pengaruh kepada CSR disclosure. Hal ini
dikarenakan masih sedikitnya perusahaan yang mengikuti PROPER dan peraturan
yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun tersebut
sehingga pengungkapan yang dilakukan perusahaan masih jauh dari yang
diharapkan, mengingat pengungkapan tersebut masih bersifat voluntary. Wiseman

(1982) dalam Elijido ( 2004) tidak dapat menemukan hubungan antara kinerja
lingkungan dan pengungkapan lingkungan. Penelitiannya melihat bahwa ketika
tidak ada regulasi untuk pelaporan lingkungan, pelaporan yang lebih luas akan
membingungkan pemakai dalam pengambilan keputusan.
Wijaya (2012) dan Rakhiemah et al. (2009) menyarankan penambahan variabel
lain yang berkaitan dengan pengungkapan lingkungan seperti ukuran dan tipe
industri perusahaan. Mengikuti saran tersebut, pada penelitian ini penulis
mengambil karakteristik perusahaan berupa ukuran perusahaan dan tipe industri
perusahaan sebagai variabel kontrol dalam menganalisis pengaruh kinerja
lingkungan perusahaan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
Penulis masih melihat ketidakkonsistenan pada hasil-hasil penelitian mengenai
pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
Untuk itu penulis tertarik untuk mengambil judul: Analisis Pengaruh Kinerja
Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan adalah:
Apakah kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak berikut:

1. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kinerja lingkungan yang terkait dengan praktik pengungkapan
lingkungan suatu perusahaan sehingga dapat menjadi referensi bagi
penelitian mendatang yang masih berkaitan dengan penelitian ini.
2. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
perusahaan agar lebih memperhatikan dampak yang mereka timbulkan
terhadap lingkungan serta melakukan pengelolaan terhadap lingkugan
dengan lebih baik lagi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Legitimasi adalah generalisasi persepsi atau asumsi bahwa kegiatan suatu entitas
memang diinginkan, pantas, atau sesuai dengan suatu sistem yang dibangun
secara sosial mengenai norma, nilai, kepercayaan, dan definisi (Schuman, 1995
dalam Tilling, 2004). Teori legitimasi berkisar pada konsep kontrak sosial.
Kontrak sosial adalah kontrak implisit perusahaan dengan masyarakat untuk
menunjukan tindakan sosial yang diinginkan dengan imbalan persetujuan
masyarakat atas tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan (Guthrie et al., 1989
dalam Elijido, 2004).
Perusahaan merupakan bagian dari suatu sistem sosial masyarakat, untuk itu
perusahaan akan berusaha untuk membangun keselarasan antara nilai-nilai sosial

yang terkait dengan kegiatan mereka dan norma-norma perilaku yang dapat
diterima dalam sistem sosial yang lebih besar. Ketika terdapat perbedaan aktual
atau potensial antara sistem nilai perusahaan dan masyarakat maka akan ada
ancaman terhadap legitimasi perusahaan (Mathews, 1993 dalam Tilling, 2004).
Legitimasi dianggap persepsi eksternal oleh masyarakat atau pemangku
kepentingan. Perusahaan dapat memberikan informasi mengenai kegiatannya
untuk mendukung legitimasi perusahaan di mata masyarakat melalui
pengungkapan. Pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan hal yang paling
menjadi sorotan dalam legitimasi suatu institusi (Damaso dan Laurenco, 2001).
Pada penelitian ini penulis akan menyorot pengungkapan lingkungan yang
dilakukan oleh perusahaan dengan dasar teori legitimasi.
2.1.2 Teori Stakeholder
Stakeholder adalah pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan, baik itu
yang mempengaruhi perusahaan ataupun yang terkena dampak dari perusahaan.
Operasional perusahaan dapat berdampak pada para stakeholder baik bagi
pegawai, masyarakat, pemerintah maupun shareholder dari perusahaan. Teori
stakeholder menyatakan bahwa kesuksesan perusahaan tergantung pada
manajemen yang sukses membangun hubungan dengan para stakeholder (Ullman,
1985 dalam Elijido, 2004). Hal ini didukung oleh pernyataan Freeman (1998)
bahwa jika bisnis ingin sukses maka perusahaan harus menciptakan nilai bagi
konsumen, pekerja, komunitas masyarakat, shareholder, bank dan pemilik dana
yang biasa disebut dengan stakeholder. Teori dari Freeman (1998) tersebut,
menentang teori Friedman (1970) dalam Ferrero et al. (2012) yang menyatakan
bahwa kewajiban perusahaan hanya untuk memaksimumkan laba bagi

shareholder saja. Freeman (1998) berpendapat bahwa saat ini jalan untuk
menciptakan nilai bagi shareholder adalah dengan memperhatikan stakeholder
yang lain. Dengan memperhatikan kepentingan stakeholder seperti dalam
masalah sosial dan lingkungan bukan berarti tujuan utama dari bisnis berubah
menjadi kegiatan sosial saja. Tujuan utama dari bisnis tetaplah profit, namun
bisnis harus dilakukan dengan benar dan tetap memperhatikan kepentingan pihakpihak lain yang terkait dengan bisnis. Teori stakeholder menuntut keikutsertaan
kepentingan stakeholder pada bisnis perusahaan.
Masyarakat adalah pusat dari bisnis yang kepentingan nya harus diperhatikan agar
tidak terjadi konflik antara perusahaan dan stakeholder (Freeman, 1998). Salah
satu cara untuk membangun hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan
memperhatikan lingkungan. Pencemaran terhadap lingkungan akan menimbulkan
social cost bagi stakeholder. Untuk itu perusahaan juga harus memperhatikan
pengelolaan lingkungan dalam operasional perusahaan, sehingga dampak negatif
dari operasional perusahaan dapat diminimalisir. Pengungkapan sosial perusahaan
merupakan sarana bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan dengan para
stakeholder (Robert, 1992 dalam Indriastuti, 2012).
2.1.3 Pengungkapan Lingkungan
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dalam website nya (www.menlh.go.id)
pengungkapan lingkungan adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh suatu
instansi atau organisasi untuk mengungkapkan data yang berhubungan dengan
lingkungan, disahkan (diaudit) atau tidak, mengenai risiko lingkungan, dampak
lingkungan, kebijakan, strategi, target, biaya, pertanggungjawaban, atau kinerja

lingkungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi


dengan tujuan meningkatkan hubungan dengan institusi atau organisasi.
Kinerja lingkungan memang telah menjadi sorotan, namun pengungkapan
mengenai lingkungan di Indonesia belum secara tegas diwajibkan dalam PSAK
No.1 revisi 2009 paragraf 12 yang menyatakan Entitas dapat pula menyajikan,
terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan
nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup standar akuntansi keuangan.
Meskipun pengungkapan lingkungan belum diwajibkan, manajer akan berusaha
mengungkapkan informasi mengenai pengelolaan lingkungan yang perusahaan
lakukan yang diharapkan dapat menambah nilai perusahaan di masa depan.
2.1.4 Kinerja Lingkungan
Konsep triple bottom line yang diungkapkan oleh Elkington (2004) menjelaskan
bahwa CSR perusahaan memiliki tiga elemen penting yaitu profit, people dan
planet. Kinerja Lingkungan yang baik merupakan salah satu bentuk kepedulian
perusahaan terhadap planet. Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan dalam
menciptakan lingkungan yang baik (Suratno et al., 2007).
Tuwaijri (2003) juga menyarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan
pengukuran yang menyertakan polusi udara, dan pencemaran air dibandingkan
hanya mengukur limbah buangan saja dalam mengukur kinerja lingkungan. Di
indonesia pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup memiliki Program for
Pollution Control,Evaluation, and Ratting atau yang biasa disebut dengan

PROPER untuk mengukur kinerja lingkungan suatu perusahaan. Sebuah pra - dan
pasca - evaluasi efektivitas PROPER mengungkapkan bahwa pengungkapan
lingkungan meningkat lebih signifikan satu tahun setelah pelaksanaan program
pada tahun 2002 (Sarumpaet, 2008). Hal ini menyebabkan peneliti memilih
PROPER sebagai proksi kinerja lingkungan pada penelitian ini.
Kementerian Lingkungan Hidup dalam artikel pedoman CSR bidang lingkungan
membagi peringkat PROPER menjadi 5 kategori yaitu:
-

Proper warna Hitam diperuntukkan bagi perusahaan yang belum


melakukan upaya dalam pengelolaan lingkungan, berpotensi mencemari
lingkungan , dan berisiko untuk ditutup ijin usahanya oleh KLH.

Proper warna Merah diberikan pada perusahaan yang upaya pengelolaan


lingkungan nya baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundang-undangan .

Proper warna Biru diberikan pada perusahaan yang telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan sesuai dengan kriteria peraturan yang berlaku.

Proper warna Hijau diberikan kepada perusahaan yang telah melakukan


pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, mempunyai sistem
pengelolaan lingkungan dan hubungan yang baik dengan masyarakat,
termasuk melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) .

Proper warna Emas merupakan peringkat untuk perusahaan yang telah


melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah
melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle), menerapkan sistem
pengelolaan lingkungan berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya
yang bagi kepentingan masyarakat pada jangka panjang.

2.1.5 Variabel Kontrol


Karakteristik Perusahaan
Menurut Suhardjanto (2011) karakteristik perusahaan adalah ciri-ciri khusus yang
melekat pada suatu perusahaan, menandai perusahaan dan membedakannya
dengan perusahaan lain. Penelitian ini mengambil karakteristik perusahaan berupa
ukuran perusahaan dan tipe industri perusahaan.
a. Ukuran Perusahaan
Machfoedz (1994) dalam Suwito et al. (2005) mendefinisi ukuran perusahaan
sebagai suatu skala yang bisa diklasifikasikan menjadi besar atau kecil dengan
berbagai cara. Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disorot
sehingga pengungkapan yang lebih besar merupakan wujud tanggung jawab
sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Perusahaan kecil akan lebih menimbang
perbandingan biaya dan manfaat untuk melakukan pengungkapan dibanding
perusahaan besar karena perusahaan kecil menanggung biaya yang lebih besar
ketika mengungkapkan pengungkapan tambahan (Wolk et al., 2004: 302).
Oleh karena itu perusahaan dengan ukuran yang lebih besar cenderung
mengungkapkan lebih banyak. Pengukuran ukuran perusahaan dapat
menggunakan total aset, total penjualan maupun jumlah tenaga kerja
(Machfoedz, 1994 dalam Suwito et al., 2005).
b. Tipe Industri
Tipe industri mendeskripsikan perusahaan berdasarkan lingkup operasi, risiko
perusahaan, serta kemampuan dalam menghadapi tantangan bisnis (Sari, 2012).
Tipe industri dibedakan menjadi dua yaitu, high profile dan low profile.
Perusahaan high profile adalah perusahaan yang memiliki dampak besar terhadap

lingkungan, sedangkan perusahaan low profile dampak yang ditimbulkan terhadap


lingkungan tidak terlalu besar (Sari, 2012). Industri high profile lebih banyak
mendapat sorotan dari masyarakat dibanding industri low profile. Pengungkapan
yang dilakukan industri high profile lebih banyak karena aktivitasnya dibatasi
hukum (Indriastuti, 2012). Selain itu perusahaan juga akan berusaha untuk
meligitimasi aktivitasnya di mata masyarakat sesuai dengan teori legitimasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai hubungan kinerja lingkungan dengan
pengungkapan lingkungan menemukan hasil yang beragam atas hubungan kedua
variabel tersebut. Wijaya (2012) mencoba meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan lingkungan perusahaan. Penelitian ini menemukan
bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan. Hal ini sejalan dengan penelitian Djuitaningsih dan
Ristiawati (2011) yang menemukan bahwa kinerja lingkungan yang diukur
dengan PROPER tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan.
Lindrianasari (2007) menguji hubungan kinerja lingkungan dan kualitas
pengungkapan lingkungan dengan kinerja ekonomi perusahaan di Indonesia.
Penelitian tersebut menemukan hubungan positif antara kinerja lingkungan dan
kualitas pengungkapan lingkungan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan
yang baik dan melakukan pengungkapan yang tinggi, memposisikan mereka
sebagai perusahaan yang memiliki aktifitas yang berguna dan kualitas
pengungkapan ini juga didorong legitimasi terhadap masyarakat (Preston, 1981
dalam Lindrianasari, 2007).

Penelitian Clarckson (2006) berfokus pada pengungkapan sukarela perusahaan


mengenai lingkungan di perusahaan dengan tingkat polusi tinggi di Amerika.
Crackson menemukan hubungan positif antara kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan
mengambil kesempatan untuk mengungkapkan kabar yang dianggap sebagai
kabar baik, sedangkan perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk akan
menganggap pengungkapan kinerja lingkungan mereka tidak terlalu
menguntungkan.
2.3 Model Penelitian
Variabel Independen:
Kinerja Lingkungan

Pengungkapan
Lingkungan

Variabel Kontrol (Karakteristik


Perusahaan) : -Ukuran Perusahaan
-Tipe Industri
Gambar 2.1 Kerangka Model Penelitian
2.4 Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Lingkungan
Kekhawatiran publik pada isu-isu lingkungan meningkat seiring dengan tuntutan
atas transparansi dari perusahaan mengenai bagaimana operasi bisnis memberikan
dampak kepada lingkungan (Sarumpaet, 2009). Penelitian mengenai hubungan
kinerja lingkungan dengan pengungkapan lingkungan memiliki hasil yang
beragam, Tuwaijri (2003), Clarckson et al. (2006), Suratno (2007), menemukan
hubungan positif dan signifikan dari kinerja lingkungan dengan pengungkapan
lingkungan perusahaan, sedangkan Djuwitaningsih dan Ristiawati (2011) dan
Wijaya (2012) tidak menemukan hubungan antara kinerja lingkungan dan
pengungkapan lingkungan.

Lim dan Wilmshurst (2010) berpendapat bahwa karena kebutuhan untuk


menunjukkan bahwa perusahaan beroperasi dalam cara yang dapat diterima secara
sosial seperti pada teori legitimasi maka, diharapkan perusahaan terlibat dalam
kegiatan sosial dan lingkungan. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial
dan lingkungan dapat dijadikan strategi oleh perusahaan dalam bentuk
pengungkapan. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang unggul karena
strategi proaktif terhadap lingkungan memiliki insentif untuk menginformasikan
kepada investor dan stakeholder lainnya mengenai kinerja lingkungan mereka
secara sukarela (Clarckson et al. 2006). Oleh karena itu, penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan perusahaan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan peserta PROPER yang telah
terdaftar di BEI dari 2009 hingga tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini
diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria
pemilihan sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan peserta PROPER yang terdaftar di BEI secara berturut-turut
selama tahun 2009-2012.
2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan secara berturut-turut selama
tahun 2009-2012.
3. Perusahaan yang peringkat PROPER pada cabang-cabangnya tidak
memiliki frekuensi yang sama.

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel


Kriteria

Jumlah Perusahaan

Perusahaan Peserta PROPER yang terdaftar di BEI


secara berturut-turut selama tahun 2009-2012
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan
selama periode 2009-2012
Perusahaan yang cabang-cabangnya memiliki
frekuensi peringkat yang sama (tidak dapat diambil
frekuensi terbanyaknya)
Jumlah Perusahaan Sample

35
(4)
(7)

24

Pengamatan dilakukan pada empat tahun yang dipilih sebagai tahun penelitian
sehingga jumlah pengamatan 24 dikali 4, menjadi 96 pengamatan.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
melalui beberapa sumber yaitu, laporan tahunan perusahaan-perusahaan sampel
yang didapat dari website Bursa Efek Indonesia serta pengumuman peringkat
kinerja lingkungan perusahaan yang diperoleh dari website Kementerian
Lingkungan Hidup untuk tahun 2009-2012.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Pengungkapan Lingkungan
Pengukuran variabel pengungkapan lingkungan dilakukan dengan disclosure
scoring. menggunakan Indonesian Environmental Reporting Index, atau indeks
IER yang dikembangkan oleh Suhardjanto et al. (2008) yang dimuat dalam
Journal of Asia-Pasific Center for Environmental Accountability. Penelitian
terhadap indeks ini dilakukan melalui survei dengan responden yang terdiri dari
pebisnis, regulator, environmentalis dan akademisi. Penulis menggunakan indeks

ini karena IER dianggap lebih mencerminkan apa yang diminta oleh stakeholder
di Indonesia terhadap perusahaan. Indeks IER lebih cocok untuk diterapkan di
Indonesia. Komponen dalam indeks IER dapat dilihat pada lampiran 2.
3.3.2 Kinerja Lingkungan
Pengukuran kinerja lingkungan berbeda-beda pada setiap peneliti. Clarckson et al.
(2006) meneliti hubungan kinerja lingkungan dengan pengungkapan lingkungan
menggunakan actual pollution discharge data dari the U. S. Environmental
Protection Agencys (EPA) Toxic Release Inventory (TRI) database untuk
mengukur kinerja lingkungan perusahaan. Tuwaijri (2003) menggunakan CEP
environmental-performance ratings untuk mengukur kinerja lingkungan dalam
penelitiannya yang mencari hubungan kinerja lingkungan, pengungkapan
lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.
Di Indonesia kinerja lingkungan dapat diukur melalui PROPER sebagai ukuran
kinerja lingkungan seperti penelitian dari Suratno et al. (2007). Sebuah evaluasi
efektivitas PROPER mengungkapkan bahwa pengungkapan lingkungan
meningkat lebih signifikan satu tahun setelah pelaksanaan program pada tahun
2002 (Sarumpaet, 2008). Masyarakat juga dapat secara sederhana mengetahui
tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hanya dengan melihat warna
peringkat pada PROPER.
Kinerja lingkungan PROPER dinilai pada tiap-tiap cabang perusahaan diseluruh
Indonesia kemudian diberikan peringkat pada masing-masing cabang tersebut
sehingga satu perusahaan dapat memiliki beberapa peringkat sesuai dengan
jumlah cabang yang dimilikinya. Penentuan peringkat PROPER dalam penelitian

ini dilakukan dengan melihat peringkat paling banyak didapat oleh perusahaan.
Mengacu pada penelitian Rakhiemah et al. (2009) peringkat kinerja lingkungan
tersebut kemudian diberikan nilai 1 sampai 5 dengan rincian sebagai berikut :

Peringkat emas : 5
Peringkat hijau : 4
Peringkat biru : 3

Peringkat merah : 2
Peringkat hitam : 1

3.3.3 Variabel Kontrol


Berdasarkan saran dari Wijaya (2012), penulis menggunakan karakteristik
perusahaan berupa ukuran perusahaan dan tipe industri perusahaan sebagai
variabel kontrol dalam penelitian ini.
a. Ukuran Perusahaan
Pengukuran ukuran perusahaan dapat menggunakan berbagai ukuran seperti, total
aset, jumlah pekerja, atau jumlah penjualan perusahaan. Mengacu pada penelitian
Machfoedz (1994) dalam Suwito (2005) serta Sari (2012), ukuran perusahaan
dalam penelitian ini diukur dengan logaritma natural dari total aset. Tujuannya
agar perbedaaan antara perusahaan besar dan kecil tidak terlalu signifikan
sehingga data aset dapat terdistribusi normal. Purwanto (2011) berpendapat bahwa
pengukuran dengan total aset tidak terpengaruh oleh pasar sehingga dapat
menghasilkan data lebih yang valid.
Ukuran = ln (total aset)
b. Tipe Industri
Tipe Industri dalam penelitian ini dibedakan menjadi high profile dan low profile.
Yang termasuk dalam industri high profile yaitu industri minyak, pertambangan,
kimia, hutan, kertas, otomotif, pertanian, tembakau dan rokok, makanan dan
minuman, transportasi, dan pariwisata. Industri low profile sendiri terdiri dari

industri bangunan, retailer, tekstil, produk personal dan produk alat rumah tangga.
Klasifikasi tipe industri ini mengacu pada penelitian Sembiring (2005) serta
Hackston dan Milne (1996) dalam Indriastuti ( 2012). Perusahaan low profil akan
diberi nilai 0 dan perusahaan high profil akan diberi nilai 1, pengukuran ini
mengacu pada penelitian Sari (2012), Sembiring (2005), dan Suhardjanto (2011).
3.4 Metode Analisa Data
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan
informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis.
Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai
dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang
bersangkutan (Ghozali, 2006:19).
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menentukan ketepatan model regresi yang
digunakan dalam suatu penelitian (Ghozali, 2006:93) , uji asumsi klasik dalam
penelitian ini terdiri dari 4 jenis uji yaitu Uji Normalitas, Uji multikolinearitas,
Heteroskedastitas, dan Autokorelasi.
3.4.3 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan menggunakan regresi linear berganda dengan rumus:
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
a = konstanta
Y = Pengungkapan Lingkungan
X1 = kinerja lingkungan
X2 = size

X3 = tipe industri
e = Error
b1, b2, b3 = koefisien regresi

BAB IV ANALISIS DATA


4.1 Analisis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah peringkat kinerja lingkungan
perusahaan, pengungkapan lingkungan, jenis industri, dan logaritma natural total
aset untuk mengukur size. Data diperoleh dari website BEI dan Kementerian
Lingkungan Hidup Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan
komputer melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0.
Perusahaan sampel merupakan perusahaan peserta PROPER yang listing di BEI
tahun 2009-2012 yang berjumlah 24 perusahaan.
4.2 Uji Hipotesis
Berikut ini adalah ringkasan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan:
Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis
Tingkat
Kesimpulan
Signifikansi

Model

Nilai
Korelasi

Kinerja
Lingkungan

64.1 %

0.000

Kinerja lingkungan berpengaruh


positif dan signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan

Ukuran
Perusahaan

34.7 %

0.000

Ukuran perusahaan berpengaruh


positif dan signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan

Tipe
Industri

8.1 %

0.185

Tipe industri tidak berpengaruh


terhadap pengungkapan
lingkungan

Sumber: Hasil Uji Hipotesis, Lampiran 7


Dari hasil pengujian hipotesis, penelitian ini dapat menerima Ha1 yang
menyatakan kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Kinerja Lingkungan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap
Pengungkapan Lingkungan.
Dari hasil pengujian hipotesis diketahui kinerja lingkungan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan maka akan
semakin luas pengungkapan lingkungan perusahaan tersebut. Hal tersebut
disebabkan perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik ingin menunjukkan
kepada stakeholder bahwa perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan
yang baik melalui pengungkapan lingkungan. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Wijaya (2012) serta Djuitaningsih dan Ristiawati (2011) yang
menyatakan kinerja lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan. Hasil pengujian hipotesis tersebut sesuai dengan teori
pengungkapan sukarela dari Verrechia (1983) yang menyatakan pelaku usaha
dengan berita baik akan mengungkapkan pengungkapan lebih tinggi secara
sukarela. Peringkat kinerja lingkungan yang tinggi dari suatu perusahaan akan
dianggap kabar baik oleh para pemangku kepentingan.
Hasil pengujian ini juga diperkuat oleh teori legitimasi yang menyarankan
perusahaan untuk mencapai keselarasan antara tujuan keuangan mereka dengan
norma-norma sosial yang berlaku. Perusahaan menggunakan pengungkapan
lingkungan sebagai alat untuk menginformasikan informasi pengelolaan
lingkungan yang mereka lakukan. Pengungkapan sosial dan lingkungan
merupakan hal yang paling menjadi sorotan dalam legitimasi suatu institusi
sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja lingkungan yang baik serta

pengungkapan yang baik pula (Damaso et al. 2001). Sesuai dengan teori
legitimasi tersebut penelitian ini menemukan bahwa kinerja lingkungan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan yang arti nya Ha1 dalam
penelitian ini dapat diterima.
4.3.2 Variabel Kontrol
4.3.2.1 Ukuran Perusahaan
Pengujian hipotesis yang menunjukkan variabel kontrol berupa ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. Hal ini
tidak sejalan dengan Suhardjanto et al. (2011) yang tidak menemukan hubungan
positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan CSR, akan
tetapi hasil ini sejalan dengan sembiring (2005) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan lingkungan
perusahaan. Perusahaan besar memiliki biaya politis yang lebih besar dibanding
perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih mendapat sorotan dibanding perusahaan
dengan size kecil.
Menurut Sembiring (2005) pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan
biaya politis sebagai wujud tanggung jawab perusahaan sehingga perusahaan besar akan
cenderung melakukan pengungkapan lingkungan lebih besar dibanding perusahaan kecil,
selain itu menurut Wolk et al. (2004:302) perusahaan dengan size kecil (small firm) akan
terkena biaya yang signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan besar dalam
menerapkan standar yang kompleks pada pengungkapan nya.

4.3.2.2 Tipe Industri


Hasil pengujian hipotesis penelitian ini tidak dapat mendukung hasil penelitian
Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa tipe industri berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengungkapan lingkungan. Penulis menemukan bahwa pada

penelitian ini tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan


namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini juga tidak sejalan dengan
penelitian Sari (2011) yang menyatakan bahwa tipe industri perusahaan
berpengaruh negatif dan signifikan pada pengungkapan lingkungan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Fauzi et al. (2007) dalam Purwanto (2011)
yang menyatakan bahwa tipe industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan lingkungan perusahaan.
Perusahaan high profile merupakan perusahaan yang mendapat sorotan dari
masyarakat luas karena aktivitas operasinya berpotensi untuk berhubungan
dengan masyarakat banyak. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
diperlukan sebagai media oleh perusahaan untuk mempertanggungjawabkan
pelaporan kegiatan sosial yang telah diberikan kepada masyarakat agar
masyarakat dapat melegitimasi kegiatan perusahaan sesuai dengan teori legitimasi
(Sembiring, 2005). Hasil dari penelitian ini tidak dapat mendukung teori
legitimasi tersebut sebab penelitian ini menemukan hubungan yang tidak
signifikan antara tipe industri dan pengungkapan lingkungan. Hal ini karena
perusahaan sebagai suatu entitas yang menjadi bagian dari masyarakat ingin
memberikan manfaat bagi stakeholder nya sesuai dengan teori stakeholder.
Manfaat yang dapat diberikan perusahaan salah satunya melalui program CSR
sehingga baik perusahaan high profile maupun low profile akan berusaha
memberikan pengungkapan sesuai yang dibutuhkan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat ditarik simpulan bahwa Ha1
yang berbunyi kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan lingkungan dapat diterima. Ini menunjukan jika ada perubahan
kearah yang positif terhadap variabel kinerja lingkungan maka akan terjadi
perubahan kearah yang positif pula terhadap variabel pengungkapan lingkungan.
Variabel kontrol berupa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
lingkungan secara positif dan signifikan, sedangkan variabel tipe industri
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan lingkungan.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu, sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan peserta PROPER yang terdaftar di BEI
dari tahun 2009 hingga 2012. Peneliti kesulitan untuk menentukan peringkat
kinerja lingkungan perusahaan karena pada PROPER penilaian dilakukan pada
masing-masing cabang perusahaan sehingga satu perusahaan dapat memiliki
beberapa peringkat yang berbeda, sedangkan penilaian peringkat perusahaan
dilakukan dengan menggunakan peringkat terbanyak yang di dapat oleh cabangcabang perusahaan sehingga menyebabkan peneliti melakukan pengurangan
sampel.
Indeks pengungkapan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada IER indeks dari Suhardjanto et al. (2008), namun penilaian masing-masing
elemen nya dalam laporan tahunan perusahaan dilakukan oleh peneliti setelah

membaca dan mengamati laporan tahunan sampel sehingga terdapat unsur


subjektifitas. Indeks Pengungkapan Lingkungan dalam penelitian ini hanya
menggunakan kriteria-kriteria untuk perusahaan high profile, sehingga kurang
bisa menjelaskan variabel pengungkapan lingkungan pada perusahaan low profile.
Saran
Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba menggunakan proksi lain yang
dapat menjelaskan kinerja lingkungan perusahaan selain dari proksi yang
digunakan untuk mengukur kinerja lingkungan dalam penelitian ini misalnya
melalui sertifikasi ISO 14001.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengikuti perkembangan dan memperbarui
item-item yang digunakan untuk menilai pengungkapan lingkungan. Peneliti
selanjutnya dapat menggunakan klasifikasi hard disclosure dan soft disclosure
yang mengacu pada penelitian Clarckson (2006) atau melihat komponenkomponen pengungkapan pada GRI (Global Reporting Initiative).
DAFTAR PUSTAKA
Clarckson P.M., Li Y., Richardson G.D. and Vasvari F.P. 2006. Revisiting the
Relation Between Environmental Performance and Environmental
Disclosure: An Empirical Analysis. Social Science Research Network.
Damaso, Maria G., Laurenco, Isabel C., 2001. Legitimacy Theory and Internet
Financial Reporting. 10 Seminrio Grudis. Universidade do Porto.
Portugal.
Djuitaningsih, T. dan Ristiawati, E.E. 2011. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan
Kepemilikan Asing terhadap Kinerja Financial Perusahaan. (Skripsi).
Universitas Bakrie. Jakarta.
Elkington, Jhon. 2004. Enter the Triple Bottom Line. Earthscan. London.
Fauzi Hasan, L. Mahoney dan A. A. Rahman. 2007. Institutional Ownership and
Corporate Social Performance: Empirical Evidence from Indonesian
Companies. Pp 334-347. Pada: Purwanto, A. Pengaruh Tipe Industri,

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Terhadap Corporate Social


Responsibility. Jurnal Akuntansi & Auditing Vol.8 No.1.
Freeman, R.E. 1998. Stakeholder Theory of the Modern Corporation. Business
Ethics: The Controversy.
Friedman, M. 1970. The social responsibility of business. The New York Times
Magazine. September 13th. In: Ferrero, I., Hoffman, W.M. and McNulty,
R.E. 2012. Working Paper No.10/12. University of Navarra. Navarra.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Guthrie, J. and Parker, L. 1989. Corporate Social Reporting: A Rebuttal of
Legitimacy. Pp. 343-352. In: Elijido, E. Determinants Of Environmental
Disclosures In A Developing Country: An Application Of The
Stakeholder Theory. Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research in
Accounting Conference.
Hackston, D. dan Milne, M.J. 1996. Some determinants of social and
environmental disclosures in New Zealand Companies. Pp. 77-108. Pada:
Indriastuti, M. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek
Pengungkapan Lingkungan. Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol.8 No.1.
Indriastuti, M. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek
Pengungkapan Lingkungan. Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol.8. No.1.
Lim, S. M., Wilmshurst T. and Shimeld S. 2010. Blowing In The Wind
Legitimacy Theory. An Environmental Incident And Disclosure. Asia
Pacific Interdisciplinary Research In Accounting. University of Tasmania.
Australia.
Lindrianasari. 2007. Hubungan antara kinerja lingkungan dan kualitas
pengungkapan lingkungan dengan kinerja ekonomi perusahaan. JAAI
Vol.11 No.2.
Machfoedz, Masud. 1994. Financial Ratio Analysis and The Prediction of
Earnings Changes in Indonesia. Pada: Suwito, E. dan Herawaty, A.
Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan
Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntransi VIII. Solo.
Mathews, M. R. 1993. Socially Responsible Accounting. UK. Chapman & Hall.
In: Tilling, Matthew V. 2004. Refinements To Legitimacy Theory In
Social And Environmental Accounting. Commerce Research Paper Series
No. 04-6. Flinders University. South Australia.
Preston, L. 1981. Research on Corporate Social Reporting Direction for
Development. Pada: Lindrianasari. Hubungan antara kinerja lingkungan

dan kualitas pengungkapan lingkungan dengan kinerja ekonomi


perusahaan. JAAI Vol.11 No.2.
Purwanto, A., 2011. pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas,
terhadap corporate social responsibility. Jurnal Akuntansi & Auditing
Vol.8 No.1.
Rakhiemah, A. dan Agustia, D., 2009.Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure dan Kinerja Financial.
Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang.
Sari R.A., 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal / Volume I Nomor I.
Sarumpaet, Susi. 2008. Environmental Disclosures and Earnings Management by
Environmentally Visible Indonesian Corporations. Journal Of The AsiaPacific Centre For Environmental Accountability. Vol.14. No.3: 38-39.
Sarumpaet, Susi. 2009. The Occurrence of Environmental Disclosures in The
Annual Reports. JAAI Volume 13 No. 1: 2942.
Sembiring, E.R., 2005. Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa
Efek Jakarta. Simposium Nasional Akintansi VIII . Solo.
Suhardjanto, D., Tower, G. and Brown, A., 2008. Indonesian Stakeholders
Perception on Environmental Information. Journal Of The Asia-Pacific
Centre For Environmental Accountability . Vol. 14, No.4.
Suhardjanto, D. dan Miranti, L., 2011. Indonesian Environmental Reporting
Index Dan Karakteristik Perusahaan. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Suratno, I. B., Darsono dan Mutmainah, S., 2007. Pengaruh Environmental
Performance terhadap Environmental Disclosure, dan Economic
Performance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.10, No.2.
Tuwaijri, S.A., Christensen T.E., Hughes K.E. 2003. The relations among
environmental disclosure, environmental performance, and economic
performance: A simultaneous equations approach. Social Sience Research
Network.
Ullman, A. 1985. Data in Search of a Theory: A Critical Examination of the
Relationship Among Social Performance, Social Disclosure and Economic
Performance. Pp. 540-577. In: Elijido, E. Determinants Of Environmental
Disclosures In A Developing Country: An Application Of The
Stakeholder Theory. Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research in
Accounting Conference.

Verrechia, R.E.,1983. Discretionary Disclosure. North Holland: Journal of


Accounting and Economics 5 179-194.
Wijaya, M. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia . Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol. 1 No. 1.
Wiseman, J. 1982. An Evaluation of Environmental Disclosures Made in
Corporate Annual Reports. Pp. 53-63. In: Elijido, E. Determinants Of
Environmental Disclosures In A Developing Country: An Application Of
The Stakeholder Theory. Fourth Asia Pacific Interdisciplinary Research in
Accounting Conference.
Wolk, H.I., Dodd, J.L., Tearney, M.G., 2004. Accounting Theory, Conceptual
Issues in Political and Economics Environment. Thomson. Ohio.
Pedoman CSR Bidang lingkungan. Diakses pada 20 Agustus 2013.
www.menlh.go.id/DATA/Deputi_6/CSR/PEDOMAN_CSR_BIDANGLINGKUNGAN.pdf+definisi+environmental+reporting+kementrian+ling
kungan+hidup&cd=1&hl=en&ct=clnk&client=firefox-a
PSAK 1 Revisi 2009. Diakses pada 20 Juli 2013.
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/download.php?id=288&kfile=1
http://www.menlh.go.id/proper/
www.idx.co.id

Você também pode gostar