Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
a) hukum
b) bahaya ( akibat )
c) sanksi pidana
d) pencegahan & penindakan
jawab :
A) HUKUM ISLAM disyariatkan Allah SWT untuk kemaslahatan manusia. Di antara
kemaslahatan yang hendak diwujudkan dengan pensyariatan hukum tersebut ialah
terpeliharanya harta dari pemindahan hak milik yang tidak menurut prosedur hukum, dan dari
pemanfaatannya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, larangan
mencuri, merampas, mencopet, dan sebagainya adalah untuk memelihara keamanan harta dari
pemilikan yang tidak sah. Larangan menggunakan sebagai taruhan judi dan memberikannya
kepada orang lain yang diyakini akan menggunakan dalam berbuat maksiat, karena
pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah SWT jadikan kemaslahatan yang dituju
dengan tidak tercapai.
Ulama fikih telah sepakat mengatakan bahwa perbuatan korupsi adalah haram dan dilarang.
Karena bertentangan dengan maqasid asy-syariah.
dengan tindak pidana korupsi merupakan dosa besar. Hukuman bagi para koruptor disesuaikan dengan
modus kejahatan yang dilakukan. Misalnya, korupsi dengan modus mencuri atau menggelapkan dana
negara, maka baginya berlaku hukum potong tangan jika barang/uang yang digelapkan sudah mencapai
satu nisab pencurian, yaitu senilai 94 gram emas. Hukum potong tangan, jika dilihat sepintas memang
nampak kejam dan melanggar hak asasi manusia, tetapi perlu diingat bahwa di balik hukum tersebut
tersimpan hikmah yang amat besar. Pada kenyataannya, dengan dihukum penjara, jarang dari mereka
yang kemudian jera dan berhenti dari perbuatan mencuri. Tetapi dengan adanya pencuri yang dipotong
tangan, orang lain akan takut dan berpikir panjang untuk melakukan pencurian, karena dia takut jika
ketahuan akan dipotong tangannya.
Hukuman lain bagi para koruptor adalah tazir (hukuman), mulai yang paling ringan berupa
dipenjara, lalu memcatnya dari jabatan dan memasukkannya dalam daftar orang tercela (tasyhir),
penyitaan harta untuk negara, hingga hukuman mati. Hukuman ini disesuaikan
(14/9). Selain Mendorong Pemberlakuan Hukuman Paling Berat Itu, MUI Juga Mengusulkan
Agar Terpidana Korupsi Dihukum Kerja Sosial.MUI Mendorong Majelis Hakim Pengadilan
Tipikor Menjatuhkan Hukuman Seberat-Beratnya Kepada Koruptor Kakap, Bahkan Hukuman
Mati. MUI Juga Merekomendasikan Kerja Sosial, Selain Pidana Penjara. Mereka Juga Harus
Membersihkan Fasilitas Publik, Seperti Pasar, Terminal, Lapangan, Panti Asuhan, Dan
Sebagainya Untuk Memberi Efek Jera Dan Mencegah Masyarakat Agar Tidak Mengikuti Jejak
Para Koruptor, Kata Ketua MUI Amidhan Saat Membacakan Rekomendasi. Menurut Amidhan,
Begitu Besar Desakan Masyarakat Kepada MUI Agar Mengeluarkan Seruan Supaya Koruptor
Mendapat Hukuman Yang Memberi Efek Jera, Mengingat Kejahatan Korupsi Demikian Masif Di
Negeri Ini.Masyarakat Menilai Selama Ini Para Koruptor Tetap Bisa Hidup Nyaman Di Tahanan,
Karena Bisa Membeli Fasilitas Dari Oknum-Oknum Di Penjara, Sehingga Tidak Ada Efek Jera,
Kata Dia. Amidhan Juga Mengatakan, MUI Mendorong Agar Majelis Hakim Konsisten
Menetapkan Putusan Untuk Menyita Seluruh Harta Hasil Korupsi.
3. MASYARAKAT MENGHENDAKI HUKUMAN MATI.
Sebelum Ini, Usulan Hukuman Mati Bagi Koruptor Sebenarnya Telah Disampaikan Sejumlah
Lembaga Dan Aktivis Antikorupsi. Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama, Tahun
Lalu, Menyampaikan Fatwa Serupa. Sekjen PBNU Marsudi Syuhud Saat Itu Mengatakan,
Usulan Tersebut Merupakan Masukan Warga Nahdliyyin Di Tingkat Ranting. Menurutnya, Para
Pelaku Korupsi Cenderung Tidak Punya Rasa Malu Lagi, Bahkan Tak Jarang Mencalonkan Diri
Untuk Meraih Jabatan Di Pemerintahan.
4. KOMITMEN KPK.
Rekomendasi Itu Kemudian Disampaikan Kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun, Hingga Kini Belum Ada Realisasi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Menyatakan
Sepakat Dengan Hukuman Mati Bagi Koruptor. UU Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi Memungkinkan Penerapan Hukuman Itu. Hukuman Mati Dimungkinkan Dalam
Pasal 2 UU Tipikor,
D) PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN
PENCEGAHAN
1. MENINGKATKAN PENGHAYATAN AJARAN AGAMA
Meningkatkan pengetahuan, pengamalan dan penghayatan ajaran agama kepada para
pemeluknya, sehingga ummat beragama dapat menangkap intisari daripada ajaran
agama itu dan dampak positif dari ajaran agama itu dapat diresapi hingga melekat pada
tindak tanduk serta perilaku masyarakat. Dengan demikian maka ibadah yang dilakukan
oleh seseorang bukan hanya bersifat ritual ceremonial belaka, akan tetapi ibadah itu
dilaksanakan bersifat ritual aktual.
2. KEDUA, MELURUSKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN
Meluruskan pemahaman keagamaan yang dimaksudkan di sini adalah meluruskan
pemahaman keagamaan bahwa memberikan sesuatu infaq/shodaqah kepada siapa
sajapun itu akan mendapatkan pahala manakala uang ataupun harta yang
diinfakkan/disedekahkan itu berasal dari yang halal dan bukan berasal dari yang haram.
Apaabila uang / harta itu berasal dari yang halal maka barulah satu kebaikan
mendapatkan pahala tujuh ratus kali lipat, sebagaimana tercermin dalam Firman Allah
SWT :Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di Jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (kurniaNya) lagi Maha
3.
4.
5.
6.
peluang dan kesempatan melakukannya, ditambah lagi peraktek korupsi ini telah
dilakukan oleh banyak orang, dan bahkan dilakukan secara berjamaah. Untuk itu maka
kebiasaan ini harus dicegah dan dibasmi sampai ke akar-akarnya, sehingga hilang
sama sekali dari bumi Indonesia.
8. MENINGKATKAN PENEGAKAN HUKUM.
Penegakan hukum kita memang sangat lemah padahal aturan-aturannya sudah sangat
lengkap, makanya orang tidak kapok melakukan korupsi secara berulang-ulang. Oleh
karena itu maka penegakan hukum ini harus dilaksanakan tanpa pandang bulu dan
tanpa pilih kasih dengan hukuman yang berat dan tegas sebagaimana yang disebutkan
oleh Nabi Muhammad SAW, : Sekiranya anakKu Fatimah mencuri maka pasti akan saya
potong tangannya. Penegakan hukum ini dapat juga dilakukan oleh masyarakat dengan
cara mengasingkan atau memboikot si koruptor dari pergaulan umum sebagai contoh,
apabila si koruptor mengundang untuk menghadiri pesta pernikahan anaknya
umpamanya, maka masyarakat bersepakatn untuk tidak menghadiri pestanya. Atau
dapat juga dalam bentuk tidak melibatkannya dalam kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan. Dan apabila dipandang perlu dapat juga dilakukan dengan memboikat
si koruptor dari jual beli kebutuhan sehari-hari. Bila dia menjual sesuatu maka tidak
dibeli jualannya dan bila dia hendak membeli sesuatu maka tidak dijual padanya.
9. MENUMBUHKAN RASA BERSALAH DAN RASA MALU.
Hal ini dirasakan sangat penting sebab para koruptor dan sebahagian penduduk bangsa
Indonesia telah hilang rasa bersalah dan apalagi rasa malunya. Oleh karena itu maka
perlu dilakukan upaya-upaya untuk menumbuhkan rasa bersalah dan rasa malu ini. Hal
ini dapat dilakukan dengan pendekatan agama.
10. KESEPULUH, MENUMBUHKAN SIFAT KEJUJURAN DALAM DIRI.
Hal ini dirasakan sangat urgent sebab kejujuran adalah merupakan satu asset yang
sangat berharga bagi seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sebab
kejujuran akan mampu menjadi benteng bagi seseorang untuk menghindari perbuatanperbuatan munkar seperti perbuatan korupsi ini. Oleh karena itulah maka sejak kecil
dalam rumah tangga kejujuran sudah harus ditanamkan kepada anak-anak, begitu juga
di sekolah-sekolah, pembinaan dan penerapan sifat kejujuran haruslan mendapat
prioritas utama dari para guru dan ibu guru.
11. KESEBELAS, MENGHILANGKAN SIKAP TAMAK DAN SERAKAH.
Menghilangkan Sikap tamak dan serakah adalah merupakan hal yang sangat penting
dalam pemberantasan korupsi sebab kedua sifat ini menjerumuskan ummat manusia ke
jurang kehinaan dan kehancuran sebab kedua sikap ini mengantar manusia kepada
sikap tidak pernah merasa puas dan tidak pernah merasa cukup sekalipun harta yang
telah dimilikinya sudah melimpah ruah. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan
pendalaman, pengamalan dan penghayatan ajaran agama.
12. MENUMBUHKAN BUDAYA KERJA KERAS.
Menumbuhkan budaya kerja keras haruslah dijadikan menjadi prioritas utama dalam
pencegahan korupsi sebab sikap ini akan dapat membentengi orang dari sifat ingin
cepat kaya, tanpa usaha dan tanpa kerja keras. Dalam ajaran agama disebutkan bahwa
bekerja adalah merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh ummat.
13. MENGHILANGKAN SIFAT MATERIALISTIK, KAPITALISTIK DAN HEDONISTIK,
Ketiga sifat ini sangat rentan menjerumuskan seseorang untuk terjerumus dalam
melakukan perilaku korupsi. Orang yang memiliki ketiga sifat ini tidak akan pernah
merasa puasa dan cukup dalam hal harta, selalu kehausan dan kekurangan setiap saat.
Oleh karena itulah maka ketiga sifat ini harus dikikis habis dari penduduk negeri ini.