Você está na página 1de 3

Anjloknya Industri Rokok Indonesia

Belakangan ini guncangan besar tengah dialami industri rokok tanah air. Pro kontra
industri rokok masih menjadi topik utama yang menarik untuk diperbincangkan. Mulai dari
persoalan naiknya bea cukai produksi rokok, masalah kesehatan, nasib buruh dan karyawan
pabrik rokok, sampai pada aturan baru mengenai pemasangan tag line dan gambar-gambar
seram pada kemasan rokok. Saat ini banyak industri rokok skala menengah dan kecil yang
terancam gulung tikar. Ancaman terhadap industri rokok itu disebabkan karena terbitnya aturan
pemerintah mengenai Peraturan Menteri Keuangan No 78 tahun 2013 tentang penetapan
golongan dan tarif cukai hasil tembakau terhadap pengusaha pabrik tembakau.
Naiknya bea cukai sebesar 10% mengakibatkan kerugian yang banyak dirasakan pemilik
pabrik, karyawan, buruh tembakau dan juga orang-orang di sekitar pabrik yang menjual jasa
seperti tempat penitipan sepeda motor dan juga penyewaan kamar-kamar untuk para pekerja
pabrik rokok. Banyak para pekerja yang mengeluh terkait masalah tersebut. Mereka meminta
supaya perusahaan rokok memberi ganti rugi terhadap pekerjaan mereka. Sebenarnya ada
beberapa perusahaan rokok yang peduli dan memberikan ganti rugi berupa uang maupun
pelatihan guna memberi bekal dalam membangun usahanya sendiri. Namun ada juga beberapa
yang tidak peduli dengan nasib para buruh dan karyawanya karena sibuk mengurusi nasib
perusahaanya.
Mengenai kebijakan pemerintah yang mulai berlaku pada pertengahan tahun 2014 yang
mewajibkan semua produsen rokok untuk memasang gambar menyeramkan tentang bahaya
merokok dinilai kurang efektif dan justru akan menimbulkan permasalahan baru yang tidak
sesuai dengan tujuan kebijakan pemerintah yaitu bisnis wadah (casing) rokok. Faiz Achmad,
Direktur Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian, mengatakan peringatan semacam
ini dinilai tidak akan mengurangi jumlah perokok di Indonesia secara signifikan.
"Mereka tetap akan membeli rokok, tapi kemudian dimasukkan ke wadah lain yang tidak ada
gambarnya karena gambarnya dianggap seram," ujarnya. Kecenderungan semacam ini, banyak
dijumpai di negara tetangga yang sudah memberlakukan ketentuan semacam ini. Jika itu yang
akan dilakukan para perokok di Indonesia, maka perlu dikaji kembali bagaimana keefektifan
pemasangan gambar seram sebagai peringatan konsumen rokok di tanah air.
Dalam PP Nomor 109 Tahun 2012 juga dijelaskan bahwa ukuran gambar peringatan
bahaya merokok itu akan mengambil 40 persen tempat dari kemasan rokok. Bagi yang secara
sengaja tidak mencantumkan ketentuan tersebut, akan dikenai sanksi 5 tahun penjara atau denda
Rp 500 juta. Dengan pencantuman gambar peringatan yang lebih jelas ini, remaja dan perokok
pemula diharapkan bisa menghentikan kebiasaan merokoknya. Selain itu, menurut Menteri
Koordinator Kesejahteraan Rakyat, ketentuan ini diharapkan mengurangi jumlah perokok dan
mencegah keinginan individu yang hendak merokok. Setidaknya iklan bergambar tersebut
merupakan langkah maju dari upaya masyarakat menekan jumlah perokok, terutama bagi
pemula.
Indonesia tergolong sebagai negara dengan warganya yang menjadi pecandu rokok
terbesar. Hasil riset kesehatan menunjukkan dua dari tiga orang laki-laki adalah perokok dan satu

tidak. Satu orang yang tidak merokok itu bisa berubah menjadi perokok. Dan ini juga
menunjukan bahwa besar penghasilan Indonesia diperoleh dari pajak Produksi rokok itu sendiri.
Dengan pendapatan yang bisa diperkirakan sangat besar ini secara otomatis pemerintah juga sulit
bahkan tidak bisa menghentikan atau mengurangi jumlah produksi maupun peredaran rokok di
Indonesia sehingga Indonesia terus memunculkan para perokok pemula, dengan potensi terus
munculnya perokok baru, maka anggaran pendidikan dan kesehatan akan terganggu terlebih
dalam satu lingkup keluarga. Hak anak untuk mendapatkan kesehatan dan pendikan berkualitas
terganggu.

Penyusun

Ilmu Komunikasi D
-Harma Uswatul
-Dea Tiara S. Amri
-Dianita Anjarini

2014 0530
2014 0530
2014 0530

- M.Izzudin Bimo

2014 0530

Você também pode gostar