Você está na página 1de 3

Ahmad Dian Budiman

1511031170
STAR BPKP BATCH 2
Metodologi Penelitian

Reviu Artikel Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran Daerah

1. ISM Penelitian
Interpretative Structure Model (ISM) dari penelitian ini disusun dengan baik dan jelas, dapat
diikuti dan dengan mudah dapat menerka ke mana arah penelitian tersebut akan dibawa,
sehingga orang awam dapat turut mengamati fenomena yang diangkat sebagai objek penelitian.
Dalam permasalahan ini, dapat dirunut peta permasalahan yang diangkat seperti berikut :

Pengaruh Otonomi Daerah terhadap posisi eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan

daerah
Besarnya peranan legislator dalam penentuan anggaran daerah (APBD)
Kecenderungan penggelembungan belanja tertentu untuk mengakomodir kepentingan

legislator
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah memiliki kecenderungan meningkatkan political
corruption di tingkat legislator dengan menaikan pos-pos potensial rente dan menurunkan
belanja pelayanan publik langsung.

Akan tetapi, salah satu peta permasalahan yang tidak kalah penting dan terkait erat dengan
perilaku oportunistik legislator tersebut adalah adanya peran aktif dari para birokrat yang
juga mencari keuntungan dari proses lobi dengan legislator, indikatornya adalah banyaknya
pejabat eksekutif daerah yang tersangkut kasus hukum terkait pembahasan APBD dengan
legislatif. Bila permasalahan tersebut juga masuk ke dalam peta pembahasan, maka hasil
penelitian tersebut akan semakin kaya, dan akan semakin mendalam dalam menemukan
hubungan perilaku oportunistik legislatif dengan proses penganggaran.
2. Cerita Konteks
Penelitian tersebut merupakan sebuah topik yang menarik dan fenomenal, hanya saja
cerita konteks disajikan secara rumit, dan beberapa cuplikan berbahasa asing (Inggris)
dipadukan dengan Bahasa Indonesia, sehingga maksud dari penjelasan menjadi sulit
untuk dicerna. Alangkah lebih baik bila kutipan tersebut disajikan dalam bahasa aslinya

saja, atau diinterpretasikan terlebih dahulu maksudnya seperti apa, sehingga bisa lebih
luas dinikmati oleh masyarakat, baik secara cakupan maupun ruang lingkupnya.
Dalam Landasan Teoritis dan Hipotesis Penelitian diuraikan seberapa besar pengaruh
posisi/kekuasaan legislatif dalam proses penganggaran di daerah. Titik beratnya adalah
perilaku oportunistik legislatif dalam penentuan alokasi anggaran ke pos-pos tertentu.
Digambarkan dalam penelitian ini peran legislatif yang pada zaman orde baru sebatas
pengawas dan penyeimbang eksekutif saja, pasca reformasi mengalami perluasan fungsi
dan peningkatan wewenang menjadi penentu arah kebijakan eksekutif, dalam hal ini
proses penganggaran. Karena penganggaran merupakan proses penting yang menentukan
berhasil tidaknya pemerintah melaksanakan program kerjanya. Akan tetapi, adanya
kepentingan politik, pribadi dan golongan di kalangan legislatif telah mendorong mereka
untuk melakukan misalokasi anggaran ke dalam pos-pos yang tidak perlu dan membawa
output dan output anggaran ke dalam sebuah distorsi yang sangat merugikan masyarakat.
Tindakan ini mempengaruhi besaran pengeluaran pemerintah, dan lama kelamaan akan
menimbulkan tindakan korupsi administratif sebagai dampak dari korupsi politik.
3. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini berkontribusi dalam menguraikan apa yang terjadi dalam proses
penganggaran di Pemerintah Daerah dalam wilayah Indonesia. Secara tidak langsung
penelitian ini juga dapat menjawab mengapa banyak mantan anggota DPRD tersangkut
masalah korupsi. Selain itu, diungkapkan pula mengapa di mayoritas pemerintah daerah,
pos belanja pelayanan publik tertentu seperti pendidikan dan kesehatan relatif kecil dan
seperti sengaja dibuat kecil padahal peningkatan PAD cukup signifikan.
Selain itu, penelitian ini juga dapat berkontribusi bagi perbaikan sistem penganggaran
untuk mencegah kebocoran anggaran akibat perilaku oportunis para legislator tersebut. Di
samping itu, dari penelitian ini pula dapat dilihat faktor-faktor apa yang berkorelasi
terhadap perilaku oportunis legislator di daerah dalam proses perencanaan anggaran,
yaitu PAD merupakan jalan bagi legislatif untuk melakukan political corruption dalam
kerangka regulasi yang sah (legal corruption) dapat dibuktikan ketika perubahan atau
kenaikan anggaran atau target PAD digunakan sebagai dasar untuk melakukan alokasi
tambahan belanja.

4. Masalah Penelitian
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah :
Perilaku oportunistik legislatif dalam politik anggaran.
Kaitan antara sistem penganggaran dengan perilaku oportunistik legislatif,
Pengalokasian pada pos-pos anggaran yang diperkecil dan dialokasikan untuk
kepentingan golongan legislatif.
Permasalahan tersebut memang bukan hal yang baru dalam penganggaran di Indonesia,
pembahasannya pun terus menerus dilakukan sampai saat ini. Oleh karena itu,
permasalahan yang diangkat sangat relevan bahkan sampai saat ini. Akan tetapi akan
lebih komprehensif lagi apabila diambil kaitan antara oportunistik legislatif dengan
variabel-variabel kinerja eksekutif, efektivitas kerja legislatif dan indeks pembangunan
manusia daerah. Sehingga dari satu fenomena penyimpangan sifat legislatif dapat diukur
sejauh mana dampak perilaku buruk tersebut merugikan masyarakat.

Você também pode gostar