Você está na página 1de 2

Agar tidak Menganggap Kecil Arti Perjuangan

Sedikit terusik dengan ragam postingan dan komentar netizen, baik di medsos facebook
maupun grup whatsapp terkait hiruk pikuk aksi 212 yang baru saja berlalu beberapa hari lalu.
Memberanikan diri menulis agar semoga bisa meluruskan persepsi dan paradigma yang tidak
tepat bahkan sampai berkonotasi negative terkait aksi tersebut. Tidak ingin masuk pada ranah
politik dll yang dihiaskan pada motif aksi tersebut. Setidaknya, hanya ingin paparkan aspek
lain terkait aksi tersebut. Item utamanya bahwa aksi tersebut berslogan super damai. Dan
saya menghadiri langsung tampak sekali super damai nya, sedari awal bada shubuh kaum
muslimin dari berbagai penjuru berjalan menuju titik kumpul di lapangan monas. sekitar
pukul 08.00 lapangan Monas sudah hampir penuh. hingga sesi akhir bada jumatan, umat
islam bubar dengan tertib bahkan sangat tertib, tidak terlihat kegaduhan sedikitpun. Dari
lapangan Monas hingga berjalan kaki sampe ke teras cempaka dan kisaran RSPAD Gatot
Subroto, saya berjalan kaki sejauh itu karena mencari bus yang markir jauh dari lokasi
monas. Terkait jumlah peserta yang menghadiri tabligh akbar tersebut Allah Alam, ada
yang katakan 5 jutaan, yang pasti bukan ribuan namun pasti jutaan. Karena lapangan monas
jika penuh sudah diasumsikan sekitar 1,5 jutaan. Dan faktanya lapangan monas tidak mampu
menampung total jumlah peserta aksi. barangkali Google Earth bisa lebih menggambarkan.
Hal urgen lain,yang barangkali dapat diambil hikmahnya adalah, bahwa aksi 212 kemarin,
benar benar menunjukkan ukhuwah islamiyah kaum muslimin se-indonesia. Sulit
menggambarkannya, indikatornya hanya bisa dirasakan secara visual nyata dan tak
terlukiskan dengan kata kata. Tentu beragam testimoni sudah banyak bertebaran di media
online. Dari aspek shadaqah nya muslimin yang begitu antusias, dimana mana sepanjang
jalan menuju Monas, tersedia aqua gratis, roti gratis, buah kurma hingga ragam makanan
ringan sampe makanan berat, bahkan sari roti yang bisa dibilang roti berkelas juga
ditawarkan free teruntuk kaum muslimin yang melintasi jalan menuju lapangan monas.
Ketika itu, muslimin yang berasal dari berbagai ragam Ormas, benar benar melebur dalam
kesatuan izzah muslimin, mereka kesampingkan ke-ormasan-nya. Walaupun ada yg
membawa bendera ormas. Namun, nuansa keakraban, padahal beda pulau, nuansa bersaudara
seakan bahwa mereka telah lama saling kenal begitu tampak dari nuansa canda, cengkerama
dan gema takbir bersama yang begitu kompak. Dan sekali lagi, kesaksian ini memang hanya
indah jika di saksikan langsung. Sekitar Pukul 09.00 lewat, rombongan mujahid dari Ciamis
sampai di Monas, disambut Takbir muslimin lain yang telah duduk bershaf shaf layaknya
shaf sholat. Perwakilan mereka memberikan kata sambutan yang menggugah ukhwah
muslimin dan membangkitkan semangat muslimin yang hadir. Suara microphone dengan
TOA-nya pararel hingga ke jalanan agar taushiah para asatidz menjangkau jamaah hingga
lebih sepanjang 5 kilo meter. Sontak setelah Ust. Arifin Ilham memandu zikir dan doa, Allah
turunkan Hujan gerimis, dan dilanjutkan Taushiah Aa Gym hingga mendekati azan sholat
Jumat, Hujan lumayan deras menghampiri dan menemai sholat Jumat berjamaah kaum
muslimin. Sebagian mereka walaupun berbekal jas hujan, tidak ingin menggunakannya.
Yakin bahwa air hujan adalah rahmat Allah, sakit atau tidak perkara belakangan. Allaahumma
Shoyyiban Naafian.doa yang dilantunkan oleh ustadz di panggung, dan diikuti oleh
jamaah. Demikian Doa yang diajarkan rosul ketika hujan turun. Barangkali jika diuraikan
tentang isi taushiah ustadz pada aksi tersebut sudah terlalu banyak diupload di Youtube. Entry
pointnya bahwa aksi 212 sejatinya membuktikan bahwa ukhwah islamiyah demikian
dahsyatnya hingga mampu memarginalkan sekat sekat ego Ormas Islam yang selama ini
seringkali menjadi momok kesatuan muslimin, Aa Gym memaparkan beberapa ormas yang

mengikuti Aksi, dari Jamaah tabligh, PKS, Persis, Kokam Muhammadiyah, Wahdah
Islamiyah, FUI, Majelis rosulullah dan banyak lainnya. Mereka yang ikut aksi sejatinya
bukan hanya dari kalangan awam. Doktor alumni LIPIA pun, pengasuh Ponpes Tahfiz
seumuran saya pun begitu antusiasnya mengikuti aksi. Dan tentu fakta ini untuk menepis
komentar miring yang menyebut aksi sebagai aksi bayaran apalagi korban provokasi. Karena
faktanya, justru individu muslimin begitu ikhlas bershadaqah, bukan dibayar namun justru
menyedekahkan hartanya. Dan terakhir tentu tidak logis doctor bidang ilmu islam bisa
menjadi korban provokasi. Analisisnya tentu lebih matang dalam menelaah dan mengikuti
sebuah aksi. Terlebih aksi yang menyangkut kehormatan kitabnya. Kalamullah.Al Quran
Al- Adhiim.. Allah Alam.BaarakaAllaah Fiikum.

Você também pode gostar