Você está na página 1de 17

Makalah Pendidikan Agama Islam 2

Pernikahan Dalam Islam

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Rifaldi Ihsan
Aditya Maulana Kahfi
Hana Amiqoh
Ikrimatus sholihah
Firman Nurdiansyah

NPM:201543501050
NPM:201543500991
NPM:201543501040
NPM: 201543501023
NPM: 201243501964
KELOMPOK 7
DOSEN PEMBIMBING
FERY RAHMAWAN, Lc.MA

Kelas : R2O

Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas Makalah yang berjudul
PARAGRAF pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Kehidupan yang layak dan sejahtera
merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu
berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara cara yang tidak semestinya dan bisa
berakibat buruk. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad Swt
atas petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman kegelapan ke zaman terang
benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu
saya memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini.
Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu saya sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih
baik lagi. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Maret 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2
1. Pengertian Pernikahan..............................................................................................2
2. Tujuan Dan Fungsi Pernikahan ................................................................................2
a. Tujuan Pernikahan .............................................................................................2
b. Fungsi Pernikahan ..............................................................................................3
3. Hukum Pernikahan (Rukun, Syarat, Cerai, Thalak) ................................................3
a. Rukun Pernikahan...............................................................................................3
b. Syarat Pernikahan...............................................................................................4
c. Cerai Dalam Pernikahan.....................................................................................5
d. Thalak Dalam Pernikahan...................................................................................5
4. Al-Muharramat.........................................................................................................9
5. Pokok-Pokok Pembinaan Keluarga Sakinah .........................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan
pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara
paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kaitmengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraph, paragraf merupakan sanian
kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan
oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu
kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea
semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang
ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan
ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut
pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya sudah memasuki kawasan
wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boleh saja hanya terdiri dari satu
paragraf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari paragraf?
2. Apa sajakah struktur dalam paragraf?
3. Apa saja fungsi dari paragraf?
4. Apa saja syarat dari paragraf?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Pernikahan berasal dari kata dasar nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata
kawin. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah
syarak, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan
kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia yang
diridhoi oleh Allh SWT.
Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk
Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani dan rohaninya pasti
membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup yang dapat
memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan
dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian, dan
kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.
Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. atau
sunnah Rasul. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda:
Dari Anas bin Malik ra.,bahwasanya Nabi saw. memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya,
beliau bersabda: Akan tetapi aku shalat, tidur, berpuasa, makan, dan menikahi wanita,
barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka bukanlah dia dari golonganku. (HR. AlBukhari dan muslim)

B. Tujuan Dan Fungsi Pernikahan


a. Tujuan Nikah ditinjau dari:
Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang baik &
nyaman.
Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.
Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.

Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu anggota
keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih besar.
Menjadi obyek wajib dawah pertama bagi sang dai.
Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona islam) bagi
masyarakat muslim dan nonmuslim.
Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan kemaksiatan
b. Fungsi Pernikahan
Allah menginformasikan bahwa nikah berfungsi memberi ketentraman, kedamaian,
dan ketenangan. Yang terangkum dalam satu kata: Sakinah. Adalah alamiah ketika seorang
laki-laki yang telah jatuh cinta kepada seorang wanita, selalu memikirkan wanita tersebut.
Terkadang ia tidak bisa tidur ketika keinginan untuk berjumpa begitu membuncah.
Sekuat apapun ia memejamkan matanya, senyum kekasihnya terus terbayang, ucapan
lembutnya terus terngiang. Tatkala berbaring terasa kekasihnya di sampingnya,
memeluknya. Akibatnya, segala cara akan dilakukan untuk mewujudkan dorongan hatinya
yang begitu kuat. Laut akan diseberangi dan gunung pun akan didaki. Begitu pula yang
dialami wanita.
Hal tersebut terjadi karena secara penciptaan, wanita pertama Hawa diciptakan Allah dari
diri (tubuh) Adam. Penciptaan seperti ini menurunkan sifat saling membutuhkan dari
setiap laki-laki dan wanita. Sifat yang begitu mulia, suci, dan indah.
Bagi yang sudah jatuh cinta, menemukan tambatan hati, bersua dengan belahan jiwa, dan
ketika sinyal kasih sayang sudah semakin jelas, maka jalan terbaik adalah segera
disalurkan. Direalisasikan melalui jalan Allah dan Rasul-Nya, yaitu nikah. Jangan ikuti
dorongan hawa nafsu dan ajakan syetan yang akan menjerumuskan.
Jika cara Allah dan Rasul-Nya yang dipakai, maka ketentraman dan kedamaian yang
didapat: sakinah, yang diliputi oleh rasa cinta (mawaddah) dan rasa sayang (rahmah).

C. Hukum Pernikahan
a. Rukun nikah
1. Adanya calon suami dan istri yang tidak terhalang dan terlarang secara syari untuk
menikah.
2. Adanya ijab, yaitu lafadz yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikan posisi
wali. Misalnya dengan si wali mengatakan, Zawwajtuka Fulanah (Aku nikahkan
engkau dengan si Fulanah) atau Ankahtuka Fulanah (Aku nikahkan engkau
dengan Fulanah).
3. Adanya qabul, yaitu lafadz yang diucapkan oleh suami atau yang mewakilinya,
dengan menyatakan, Qabiltu Hadzan Nikah atau Qabiltu Hadzat Tazwij (Aku
terima pernikahan ini) atau Qabiltuha.

4. Wali Wali adalah pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah atau orang
yang melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki. Bila seorang wanita tidak
memiliki wali nasab atau walinya enggan menikahkannya, maka hakim/penguasa
memiliki hak perwalian atasnya.
5. Dua orang saksi saksi adalah orang yang menyaksikan sah atau tidaknya suatu
pernikahan. Hadits Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma:

)
Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil. (HR. AlKhamsah kecuali An-Nasa`i)
b.

Syarat Nikah
1. Syarat calon pengantin pria sebagai berikut :
a. Beragama Islam
b. Terang prianya (bukan banci)
c. Tidak dipaksa
d. Tidak beristri empat orang
e. Bukan mahram bakal istri
f. Tidak sedang dalam ihram atau umrah.
2. Syarat calon pengantin wanita sebagai berikut :
a. Beragama Islam
b. Terang wanitanya (bukan banci)
c. Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya, terkecuali bila si wanita
masih kecil, belum baligh, maka boleh bagi walinya menikahkannya tanpa
seizinnya.
d. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah
e. Bukan mahram bakal suami
f. Belum pernah dili'an ( sumpah li'an) oleh bakal suami.
g. Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah
3. Syarat wali sebagai berikut :
a. Beragama Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Tidak dipaksa
e. Terang lelakinya (tidak banci)
f.
Adil ( bukan fasik )
g. Tidak sedang ihram haji atau umrah
h. Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya.
4.
Syarat saksi sebagai berikut :
a. Beragama Islam
b. Laki-laki
c. Baligh
d. Berakal
e. Adil
f. Mengerti maksud ijab dan qobul
g. Tidak merangkap menjadi wali

5.

Ijab dan Qabul Ijab dan qabul harus berbentuk dari asal kata "inkah"
atau "tazwij" atau terjemahan dari kedua asal kata tersebut yang dalam bahasa
Indonesia berarti "Menikahkan".

D. Talak dan Gugat Cerai dalam Islam


Perceraian atau talak yang dikenal juga dengan istilah gugat cerai adalah pemutusan
hubungan suami-istri dari hubungan pernikahan atau perkawinan yang sah menurut
syariah Islam dan/atau sah menurut syariah dan negara.
1. HUKUM CERAI/TALAK
Hukum talak/perceraian itu beragam: bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah.
Rinciannya sebagai berikut :
a. talak itu wajib apabila :
Jika suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata

sepakat untuk perdamaian rumahtangga mereka


Apabila pihak pengadilan berpendapat bahwa talak adalah lebih baik. Jika

tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.


b. perceraian itu haram apabila :
Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas
Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi
Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada

menuntut harta pusakanya


Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi

disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih


c. perceraian itu hukumnya sunnah apabila :
Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
Isterinya tidak menjaga martabat dirinya
d. penceraian hukumnya makruh apabila :
Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan
mempunyai pengetahuan agama.
e. penceraian hukumnya mubah apabila :
Suami lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau telah
2.

putus haidnya.
RUKUN PERCERAIAN/ TALAK
Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat
sahnya perceraian.
Rukun Talak bagi Suami
- Berakal sehat
- Baligh

- Dengan kemauan sendiri


Rukun Talak bagi Isteri
- Akad nikah sah
- Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya.
3. JENIS PERCERAIAN ADA 2 (DUA)
A. Cerai talak oleh suami
Yaitu perceraian yang dilakukan oleh suami kepada istri. Ini adalah
perceraian/talak yang paling umum. Status perceraian tipe ini terjadi tanpa
harus menunggu keputusan pengadilan. Begitu suami mengatakan kata-kata
talak pada istrinya, maka talak itu sudah jatuh dan terjadi. Keputusan
Pengadilan Agama hanyalah formalitas.
B. Gugat cerai oleh istri
Yaitu perceraian yang dilakukan oleh istri kepada suami. Cerai model ini
dilakukan dengan cara mengajukan permintaan perceraian kepada Pengadilan
Agama. Dan perceraian tidak dapat terjadi sebelum Pengadilan Agama
memutuskan secara resmi. Ada dua istilah yang dipergunakan pada kasus
gugat cerai oleh istri, yaitu fasakh dan khulu:
Fasakh
Fasakh adalah pengajuan cerai oleh istri tanpa adanya kompensasi yang
diberikan istri kepada suami.
Khulu
Khulu adalah kesepakatan penceraian antara suami istri atas permintaan
istri dengan imbalan sejumlah uang (harta) yang diserahkan kepada
suami. Khulu' disebut dalam QS Al-Baqarah 2:229.
4. IDDAH (MASA TUNGGU)
Iddah adalah masa tunggu bagi istri yang dicerai talak oleh suami atau karena
gugat cerai oleh istri. Dalam masa iddah, seorang perempuan yang dicerai tidak
boleh menikah dengan dengan siapapun sampai masa iddahnya habis atau selesai.
Bagi istri yang ditalak raj'i (talak satu atau talak dua) maka suami boleh kembali
ke istri (rujuk) selama masa iddah tanpa harus ada akad nikah baru. Sedangkan
apabila suami ingin rujuk setelah masa iddah habis, maka harus ada akad nikah
yang baru.
Rincian masa iddah sbb:

1. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, maka iddahnya adalah empat


bulan sepuluh hari, baik sang isteri sudah dicampuri (hubungan intim)
atau belum (QS Al-Baqarah 2:234).
2. Istri yang dicerai saat sedang hamil, maka masa iddahnya sampai
melahirkan (QS At-Talaq 65:4).
3. Istri yang ditalak tidak dalam keadaan hamil dan masih haid secara
normal, maka masa iddahnya tiga kali masa suci atau quru'(QS AlBaqarah 2:228)
4. Jika wanita yang dijatuhi talak itu masih kecil, belum mengeluarkan darah
haid atau sudah lanjut usia yang sudah manopause (berhenti masa haid),
maka iddahnya adalah tiga bulan (At-Thalaq 65:4).
5. Wanita yang pernikahannya fasakh/dibatalkan , maka iddahnya sama
dengan iddah talak. (Lihat, Ibnu Muflih dalam Al-Mughni hlm. 9/77
mengutip pendapat Imam Syafi'i)
6. Iddahnya perempuan yang di-khuluk sama dengan wanita yang ditalak
biasa (Lihat, Ibnu Muflih dalam Al-Mughni hlm. 9/77 mengutip pendapat
Imam Syafi'i)
7. Wanita yang dicerai-talak sebelum ada hubungan intim, maka tidak ada
masa iddah.
5.

PERBEDAAN TALAK RAJ'I, TALAK BA'IN SUGHRA, TALAK


3 (TIGA) BA'IN KUBRO
Dari seluruh uraian seputar talak/perceraian di atas dapat disimpulkan bahwa
talak ada 3 macam yaitu talak raj'i, talak ba'in sughra (kecil) dan talak ba'in
kubra atau talak 3 (tiga). Perbedaan ketiganya adalah sebagai berikut :
a. Talak Raj'i (Rujuk)
Adalah cerai talak oleh suami dengan level talak 1 (satu) dan talak 2
(dua). Dengan status talak raj'i, maka suami boleh rujuk atau kembali
pada istri yang dicerainya selama masa iddah tanpa harus akad nikah
baru. Namun apabila keinginan rujuk tersebut setelah masa iddah habis,
maka harus diadakan akad nikah baru.
b. Talak Ba'in Sughra (Kecil)
Talak Ba'in Sughra adalah perceraian yang disebabkan oleh gugat cerai

oleh istri baik dengan cara fasakh atau khuluk. Dalam kondisi ini, maka
suami tidak boleh rujuk pada istri selama masa iddah dan suami boleh
kembali ke istri setelah masa iddah habis dengan akad nikah yang baru.
c. Talak 3 (Tiga) atau Talak Ba'in Kubro
Talak 3 (Tiga) atau Talak Ba'in saja adalah perceraian di mana suami
sama sekali tidak boleh rujuk atau kembali pada istrinya walaupun masa
iddah sudah habis kecuali setelah istri menikah dengan laki-laki lain dan
beberapa saat (bulan/tahun) kemudian pria kedua tersebut
menceraikannya.
6. TALAK YANG TERJADI ATAU TIDAK SAH
a.Diucapkan dalam kalimat yang bermakna masa yang akan datang (future
tense, zaman mustaqbal).
b. Talak yang diucapkan dalam kalimat tanya hukumnya tidak sah alias
tidak terjadi.
c.Bercerita tentang talak tidak berakibat jatuh talak. Misalnya, suami
bercerita pada istrinya bahwa tetangga sebelah ditalak oleh suaminya.
d. Talaknya orang marah dengan kemarahan tingkat tertinggi atau
menengah.
e.Suami cerita bohong sudah menceraikan istri pada orang lain.
f. Suami awam tidak tahu konsekuensi hukum ucapan talak.
g. Ucapan talak tanpa disengaja pada makna aslinya.

C. Al-Muharrammat (Wanita Yang Haram Di nikahi)


Berapa Wanitakah Yang Boleh Dinikahi?
Tidak boleh bagi seorang lelaki untuk menikah lebih dari empat isteri. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada Ghailan bin Salamah tatkala
masuk Islam sedangkan ia memiliki sepuluh orang isteri:
Peganglah empat isteri dan ceraikanlah selainnya. [1]
Al-Muharramat (Yang Haram Dinikahi) Dari Kalangan Wanita
bahwasanya tahrim (pengharaman) itu ada dua macam, yaitu :

1. Tahrim Muabbad: Pengharaman untuk selamanya, di mana seorang wanita tidak


boleh menjadi isteri bagi lelaki sampai kapan pun. Dan sebab-sebab Tahrim
Muabbad ada tiga, yaitu: Nasab (karena keturunan), Mushaharah (hubungan karena
pernikahan) dan ar-Radhaaah (hubungan sepersusuan).

Pertama: Wanita yang haram dinikahi dari jalur nasab ada tujuh, yaitu:
Ibu, anak perempuan, saudara perempuan kandung, bibi dari pihak ayah, bibi
dari pihak ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki, dan anak perempuan
dari saudara perempuan.

Kedua: Wanita yang haram dinikahi karena mushaharah ada empat, yaitu:
Ibu dari isteri, dan dalam pengharamannya tidak disyaratkan suami harus
sudah menggauli isteri. Akan tetapi hanya dengan akad terhadap anak
perempuannya, maka ia menjadi haram untuk dinikahi.

Ketiga: Wanita yang haram dinikahi karena adanya faktor susuan, yaitu:
Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :
Haram karena sebab sepersusuan seperti haram karena sebab kelahiran.
[3]
Dengan demikian kedudukan murdhiah (wanita yang menyusui) seperti
kedudukan sang ibu, sehingga ia menjadi haram bagi anak susuannya.
Demikian juga setiap perempuan yang diharamkan bagi anak untuk dinikahi
dari pihak ibu secara nasab.

2. Tahrim Muaqqat: Pengharaman untuk sementara, di mana seorang wanita tidak


boleh menikah dengan seorang lelaki dalam keadaan tertentu. Namun jika keadaan
telah berubah, maka pengharaman tersebut hilang sehingga ia menjadi halal.
Wanita-Wanita Yang Diharamkan Sementara ada 4, yaitu :
1. Menghimpun (dalam perkawinan) dua wanita yang bersaudara.

2. Isteri orang lain dan wanita yang masih dalam iddah (masa menunggu seorang
wanita setelah cerai atau ditinggal mati suaminya, untuk boleh menikah lagi).
3.

Isteri yang telah ditalak tiga kali.

4. Menikah dengan wanita pezina. Kecuali apabila setiap dari keduanya telah
bertaubat.

D. Pokok-Pokok Pembinaan Keluarga Sakinah

Pembinaan Aspek Agama

Untuk membentuk pribadi seutuhnya yang mendukung terwujudnya kehidupan


keluarga

sakinah,

pimpinan

keluarga

mempunyai

tanggung

jawab

atas

penyelenggaraan pembinaan agama di dalam keluarga. Pembinaan agama dalam


keluarga meliputi sasaran subyek dan pengembangan.

Pembinaan Agama terhadap Ayah dan Ibu

Ayah dan ibu di dalam suatu keluarga merupakan pimpinan dan pendidik yang
alami. Agar dapat melaksanakan tugas dengan baik di dalam keluarga,
khususnya dalam pendidikan agama, ayah dan ibu harus mengenal, menghayati,
dan mengamalkan ajaran agama. Semakin tinggi kualitas ilmu dan amal yang
dimiliki

seseorang

semakin

berwibalah

ia,

sehingga

dapat

membantu

memperlancar tugas sebagai pemimpin keluarga.

Pembetukan Jiwa Agama pada Anak-Anak


Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya, baik pendidikan umum
maupun pendidikan agama, untuk mencapai manusia muslim seutuhnya.
Apabila orang tua tidak atau kurang mampu memberi pengajaran agama
karena beberapa alasan, seperti sibuk pekerjaan, materi pengetahuan agama kurang,
dan sebagainya, ia dapat minta bantuan kepada orang lain yang berwenang dengan
menyerahkan anak ke lembaga pengajaran agama, ke tempat pengajian, ke
madrasah, ke sekolah formal yang lain.

Pembinaan Suasana Rumah Tangga Islami


Suasana rumah tangga Islami merupakan faktor pendukung terwujudnya
keluarga sakinah. Suasana rumah tangga Islami dapat dibina dengan hal-hal berikut :
a. Pembinaan tata ruang Islami. Hal ini menata ruang keluarga secara islami.
b. Pembinaan Sikap dan Tingkah Laku Islami
c. membudayakan kebiasaan sesuai dengan tuntunan al Quran dan Hadits.


Pembinaan Aspek Pendidikan
Dalam bidang pendidikan dikenal catur pusat lingkungan pendidikan yaitu :
keluarga, masyarakat, tempat ibadah, dan sekolah. Pendidikan agama pada
pusat pendidikan nonformal dan informal bertugas mengadakan pendalaman
materi, mengisi kekosongan yang belum diberikan di sekolah, memberi tuntunan
praktek dari ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pernikahan dalam Islam adalah sebuah sarana untuk menyatukan dua insan dalam
sebuah naungan, yaitu keluarga. Pernikahan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan biologis ataupun sebagai sarana untuk meneruskan garis keturunan, tapi
juga sebagai tempat berteduh dari lika-liku kehidupan. Islam mengatur tata cara serta
syarat dalam pernikahan secara terperinci tapi tidak mempersulit umatnya. Semua
aturan dan tata cara tersebut bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan
kebahagiaan bagi umatnya di dunia bahkan di akhirat nanti.
Saran
Janganlah mencintai sesusatu berlebihan, jangan pula membenci secara berlebihan,
karena tak satupun di dunia ini yang abadi. Jadi cintailah segala sesuatu karena Allah.

DAFTAR PUSTAKA
http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html
https://almanhaj.or.id/1246-al-muharramat-yang-haram-dinikahi-dari-kalanganwanita-wanita-wanita-yang-diharamkan-sementara.html
asd
sads
sa

Você também pode gostar