Você está na página 1de 3

INDIKASI

Indikasi Bisoprolol adalah untuk pengobatan hipertensi, bisa digunakan sebagai


monoterapi atau dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
KONTRAINDIKASI

Penderita yang yang hipersensitif atau alergi terhadap Bisoprolol.

Penderita cardiogenic shock, kelainan jantung, AV blok tingkat II atau III,


bradikardia sinus.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg
sekali sehari.

Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atau sirosis) dan


gangguan ginjal, dengan dosi awal 2,5 mg sekali sehari.

EFEK SAMPING

Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia,


ansietas, konsentrasi berkurang.

Sistem saraf otonom: mulut kering.

Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan ritme lainnya, cold


extremities, klaudikasio, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal
jantung.

Psikiatrik: insomnia, depresi.

Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia, mual, muntah, diare,


konstipasi.

Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot, tremor.

Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan,


berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus

Khusus: gangguan visual, sakit mata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit


telinga.

Metabolik: penyakit gout.

Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis.

Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi, penyakit Peyronie, sistitis,


kolik ginjal.

Hematologi: purpura

Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri dada, peningkatan berat badan.

INTERAKSI OBAT

Bisoprolol sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan


beta bloker.

Bisoprolol sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan


dengan obat-obat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AV seperti
kalsium antagonis [khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan
benzotiazepin (diltiazem) atau obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.

Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit


bisoprolol.

Beta-blocker

Beta blocker memblok betaadrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan


menjadi reseptor beta1 dan beta 2. Reseptor beta 1 terutama terdapat pada jantung
sedangkan reseptor beta 2 banyak ditemukan di paruparu, pembuluh darah perifer,
dan otot lurik. Reseptor beta 2 juga dapat ditemukan di jantung, sedangkan reseptor
beta1 juga dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak.
Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu penglepasan
neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas

system saraf simpatis. Stimulasi

reseptor beta1 pada nodus sinoatrial dan miokardiak meningkatkan heart rate dan
kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan
penglepasan rennin, meningkatkan aktivitas system renninangiotensinaldosteron.
Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan

peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air. Terapi menggunakan
betablockerakan mengantagonis semua efek tersebut sehingga terjadi penurunan
tekanan darah. Betablocker yang selektif (dikenal juga sebagai cardioselective beta
blockers), misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta1, tetapi tidak spesifik
untuk reseptor beta1 saja oleh karena itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat
asma dan bronkhospasma harus hatihati. BetaBlocker yang nonselektif (misalnya
propanolol) memblok reseptor beta1 dan beta2. BetaBlocker yang mempunyai
aktivitas agonis parsial (dikenal sebagai aktivitas simpatomimetik intrinsic), misalnya
acebutolol, bekerja sebagai stimulanbeta pada saat aktivitas adrenergik minimal
(misalnya saat tidur) tetapi akan memblok aktivitas beta pada saat aktivitas
adrenergik meningkat (misalnya saat berolah raga). Hal ini menguntungkan karena
mengurangi bradikardi pada siang hari. Beberapa betablocker, misalnya labetolol,
dan carvedilol, juga memblok efek adrenoseptoralfa perifer. Obat lain, misalnya
celiprolol,

mempunyai

efek

agonis

beta2

atau

vasodilator. BetaBlocker

diekskresikan lewat hati atau ginjal tergantung sifat kelarutan obat dalam air atau
lipid. Obatobat yang diekskresikan melalui hati biasanya harus diberikan beberapa
kali dalam sehari sedangkan yang diekskresikan melalui ginjal biasanya mempunyai
waktu paruh yang lebih lama sehingga dapat diberikan sekali dalam sehari. Beta
Blocker tidak boleh dihentikan mendadak melainkan harus secara bertahap,
terutama pada pasien dengan angina, karena dapat terjadi fenomena rebound

Você também pode gostar