Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DOSEN PENGAMPU :
Fransiska Leviana,M.Sc.,Apt
Disusun Oleh :
Kelompok 4/ Kelas C
Robiah Adhawiyah
(1620323565)
(1620323566)
(1620323567)
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXXII
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016
Soal
Seandainya tim Saudara bekerja di industri obat tradisional. Tim Saudara bertanggung
jawab untuk membuat suatu sediaan fitofarmaka baru.
1. Tentukan formula sediaan baru (bentuk cair) dengan kandungan campuran tanaman
untuk imunomodulator, berikan alasan desain formula tersebut!
2. Jelaskan hal-hal yang harus tim Saudara lakukan hingga sediaan itu dapat dipasarkan
sebagai fitofarmaka!
DIABETES
PENDAHULUAN
Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat cacat
pada sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya, serta kerusakan progresif terhadap
histopatologi sel pankreas (American Diabetes Association 2012). Kerusakan sel
pankreas menyebabkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin sehingga kadar glukosa darah
meningkat (hiperglikemia). Kondisi hiperglikemia dapat menghasilkan pembentukan spesies
oksigen reaktif, dimana oksigen reaktif yang berlebihan dapat menyebabkan stres oksidatif
dan dapat memperparah kerusakan sel pankreas (Robertson et al. 2003).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi diabetes, seperti pengaturan
pola makan dan olah raga teratur, penggunaan obat sintetik, serta suntikan insulin.
Penggunaan obat sintetik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada
organ-organ tubuh seperti pankreas, ginjal, dan hati. Obat antidiabetes oral seperti golongan
sulfonilurea bersifat sebagai stimulan yang memacu pankreas untuk bekerja lebih keras
sehingga apabila digunakan jangka panjang dapat menurunkan kapasitas ekskresi insulin oleh
pankreas (Remedi et al. 2008). Dengan berkembangnya prinsip back to nature, masyarakat
selalu berupaya mencari alternatif pengobatan lain, misalnya pengobatan dengan bahan alam,
selain bahan yang digunakan mudah didapat, harga relatif murah, efek samping yang timbul
juga lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik (Saifudin et al. 2011). Salah satu tanaman
yang berpotensi sebagai alternatif terapi diabetes adalah tanaman manggis dan tanaman
sirsak.
EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa salah satu penyebab utama kematian
di Indonesia yang harus diwaspadai adalah diabetes melitus. Indonbesia Sebagai negara
keempat dengan populasi terbanyak didunia dengan populasi sebanyak 237 juta orang pada
tahun 2010, Indonesia memiliki tingkat penderita diabetes terbanyak ketujuh di dunia
pada tahun 2012 (Soewondo et al. 2013). Menurut WHO (2002), diperkirakan terdapat
sekitar 150 juta orang yang mengalami
meningkat menjadi dua kali lipat di tahun 2025 dan peningkatan terbanyak dapat terjadi di
negara berkembang pada usia 45-64 tahun.
ETIOLOGI
Secara umum perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan
modernisasi di
Indonesia
menjadi
penyebab
meningkatnya prevalensi
penyakit
degeneratif dan disinyalir menjadi penyebab utama kematian ini. Diabetes melitus (DM)
merupakan sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme lemak, karbohidrat dan
protein yang dihasilkan dari ketidaksempurnaan sekresi insulin, dan aksi insulin (sensitifitas)
(Di Piro et al. 2008). Diabetes melitus merupakan sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri,
polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa
puasa 126 mg/dl atau postprandial 200 mg/dl atau glukosa sewaktu 200 mg/dl)
(Gunawan dan Sulistia 2007). Gejala awal berhubungan dengan efek langsung dari kadar
gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah lebih dari 160-180 mg/dl maka glukosa akan
sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
PATOFISIOLOGI
Kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan diangkut dalam aliran darah sebagai kompleks
lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Peningkatan kolesterol total dan LDL
berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner (Mycek et al. 2001).
Lesi aterosklerotik diduga timbul dari transportasi dan retensi LDL plasma melalui
lapisan sel endotel ke dalam matriks ekstraselular ruang subendothelial. Setelah di dinding
arteri, LDL dimodifikasi secara kimia melalui oksidasi dan glikasi nonenzimatik. LDL
teroksidasi kemudian merekrut monosit ke dinding arteri. Monosit ini kemudian berubah
menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi LDL (Mycek et al. 2001).
KLASIFIKASI
Klasifikasi DM
Diabetes melitus tipe 1. Diabetes tipe ini merupakan hasil destruksi dari sel
pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi akibatnya sel-sel tidak bisa
menyerap glukosa dari darah. Tanda destruksi imun dari sel pankreas muncul pada
diagnosis 90% dari beberapa individu dan termasuk sel antibodi, antibodi glutamic
acid decarboxylase, dan antibodi insulin. Penyebab diabetes tipe 1 ini disebabkan oleh
suati infeksi virus yang menimbulkan reaksi autoimun berlebihan untuk
menanggulangi virus, melainkan juga turut merusak atau memusnahkan sel-sel
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya diabetes diantaranya yaitu terdiri dari :
Faktor yang tidak dapat dikendalikan (non-modifiable risk factors), yaitu keturunan,
darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dl, maka glukosa akan
sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan
untuk
mengencerkan
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih
dalam jumlah yang banyak (poliuri) (Maulana 2008).
Diagnosa
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan apabila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin disampaikan penderita antara lain badan terasa
lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus
vulvae pada wanita. Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM
(Anonim 2005).
Glukosa Plasma Puasa
Normal
Pra-diabetes
IFG atau IGT
Diabetes
<100 mg/dl
100 125 mg/dl
126 mg/dl
Glukosa Plasma
2 jam setelah makan
<140 mg/dl
140 - 199 mg/dl
200 mg/dl
Untuk kelompok tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk menegakkan diagnosis
DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan paling tidak
satu kali lagi kadar gula darah sewaktu yang abnormal tinggi (>200 mg/dl) pada hari lain,
kadar glukosa darah puasa yang abnormal tinggi (>126 mg/dl), atau dari hasil uji toleransi
glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah paska pembebanan >200 mg/dl (Anonim 2005).
TERAPI HERBAL
SEDIAAN BEREDAR
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah alat maserasi, mesin penggiling,
ayakan mesh nomor 60, rotary evaporator Laborota 4000-efficient, lempeng silica gel GF
254, moisture balance EB-340 MOC.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun sirsak dan kulit manggis yang diperoleh dari
daerah, pelarut etanol 70%, sorbitol 82,1%, natrium benzoat, CMC Na 1%, aqua destilata.
B. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman sirsak dan manggis
Determinasi bertujuan untuk menetapkan kebenaran sampel daun sirsak dan kulit
manggis dilihat dari ciri-ciri mikroskopis dan makroskopis dari kedua tanaman, serta
mencocokkan ciri-ciri morfologis dari sampel dengan kepustakaan yang ada di Laboratorium
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Pengambilan bahan dan pembuatan serbuk daun sirsak dan kulit manggis
Daun sirsak dan kulit manggis yang diperoleh dari daerah Sukoharjo, Jawa Tengah
dicuci dengan air mengalir sampai bersih, kemudian dirajang menjadi bagian yang tipis dan
kecil, ditimbang dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50C sampai kering.
Selanjutnya simplisia yang telah kering diserbuk dengan blender dan diayak dengan ayakan
nomor 60.
3. Pembuatan ekstrak etanol daun sirsak dan kulit manggis
3.1.
Pembuatan ekstrak etanol kulit manggis. Kulit buah manggis yang telah
dipisahkan dari daging buah dan kulit luar yang keras, dipotong kecil kemudian dikeringkan
dengan menggunakan oven suhu 50C. Kulit yang kering dihaluskan dengan blender hingga
menjadi bubuk yang kemudian diayak menggunakan ayakan ukuran 60 mesh sehingga
diperoleh bubuk simplisia kulit manggis. Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam bubuk
simplisia kulit manggis dalam pelarut etanol dengan perbandingan 1:6 selama 24 jam pada
suhu ruang (25-27C). setelah proses maserasi berakhir, dilakukan penyaringan hingga
didapatkan filtrat dan dipekatkan dengan rotary evaporator.
3.2.
Pembuatan ekstrak etanol daun sirsak. Daun sirsak yang sudah dikeringkan
di oven dihaluskan dengan menggunakan blender. Sebanyak 150 gram tepung daun sirsak
diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan 1.500 mL etanol 70%. Setelah dimaserasi
selama 5 hari (setiap hari dikocok) hasil larutan disaring terlebih dahulu dengan saringan
kasar kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whartman no.42. Hasil filtrat
kemudian dievaporasi dalam oven untuk menguapkan alkohol dan air.
4. Uji fisik ekstrak
Uji fisik ekstrak dilakukan untuk mengetahui konsistensi ekstrak kental yang
digunakan sebagai bahan aktif pada pembuatan sirup ekstrak daun sirsak dan kulit manggis.
Uji fisik ekstrak ini meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan kadar lembab ekstrak
kental, dan pemeriksaan bebas alkohol ekstrak.
4.1.
Pemeriksaan organoleptis. Dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk, warna,
bau, dan rasa ekstrak. Pemeriksaan ini dilakukan pada ekstrak daun sirsak dan kulit manggis.
4.2.
Pemeriksaan kadar lembab ekstrak kental. Ekstrak ditimbang sebanyak 2
gram, kemudian diukur kadar air menggunakan moisture content balance pada suhu 105C,
waktu yang diperlukan untuk pengukuran adalah 5 menit kemudian dilihat hasil kadar air
dalam persen.
4.3.
Pemeriksaan bebas alkohol ekstrak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya alkohol dalam ekstrak buah mengkudu dan daun pepaya
dengan teknik esterifikasi alkohol. Asam sulfat pekat dan asam asetat ditambahkan dalam
ekstrak etanol daun sirsak dan kulit manggis, kemudian dipanaskan. Reaksi negatif
ditunjukkan dengan tidak terbentuknya bau ester yang khas dari alkohol yang menunjukkan
tidak adanya alkohol dalam sampel tersebut (Depkes 1995).
5. Identifikasi kandungan kimia ekstrak
Identifikasi kandungan kimia ekstrak dilakukan secara kualitatif dengan metode
kromatografi lapis tipis menggunakan silica gel GF254, spektro UV 366 nm, dan penampak
bercak.
5.1.
Identifikasi kandungan kimia ekstrak daun sirsak dan kulit manggis
Analisis kualitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis menggunakan
fase gerak n-heksana:etilasetat (7:3) dengan fase diam silika gel GF 254, diamati dibawah sinar
tampak dan sinar UV 366 nm, penampak bercak asam sulfat metanol, penampak bercak
sitoborat, dan penampak bercak FeCl3 (Diana 2015).
6.
Formula sirup ekstrak daun sirsak dan kulit manggis
Ekstrak kental daun sirsak dan kulit manggis yang diperoleh kemudian
diformulasikan menjadi sirup dengan bahan pemanis sorbitol. Konsentrasi ekstrak daun
sirsak adalah 200 mg/200 g BB tikus dan 400 mg/200 g BB tikus, sedangkan konsentrasi
ekstrak kulit manggis adalah 50 mg/200 g BB tikus dan 100 mg/200 g BB tikus. Dosis
ekstrak yang diperoleh kemudian dikonversi dalam dosis manusia untuk sekali minum
menjadi 3.733,3 mg/70 kg BB manusia dan 7.466,6 mg/70 kg BB manusia untuk ekstrak
daun sirsak dan 933,3 mg/70 kg BB manusia dan 1.866,6 mg/70 kg BB manusia untuk
ekstrak kulit manggis.
7.
cara mencampur kedua ekstrak kental dengan larutan sorbitol. Campuran yang sudah
homogen kemudian ditambah dengan CMC Na yang sudah dikembangkan dengan aqua
destilata. Kemudian menambah campuran pertama dengan campuran kedua yang berisi
larutan natrium benzoat. Selanjutnya campuran diaduk sampai homogen dan menambah aqua
destilata hingga volume 300 mL. Sirup kemudian dikemas dalam botol kedap cahaya.
WIWIK
Uji fisik ekstrak daun sirsak
- Bentuk : kental dan pekat
- Warna : hitam kecoklatan
- Bau : berbau khas daun sirsak
-
parameter
mutu simplisia
kadar air
4,6 0,28
pustaka (%)
10
2
3
asam
4
kadar sari larut air
5
kadar sari larut etanol
6
susut pengeringan
*Pustaka : Depkes RI 1989:42
6
1,5
18,35 0,07
14,88 2,88
1,52 0,77
18
12,5
-
Parameter
1
2
3
mutu simplisia
susut pengeringan
9,47 0,01
kadar abu total
2,77 0,03
kadar abu tidak larut 0,03 0,00
<10
<2,9
<0,04
4
5
asam
kadar sari larut air
kadar sari larut etanol
>24,6
>24,3
25,11 0,33
27,64 0,35
pustaka (%)
Perhitungan dosis:
1. Dosis efektif kulit manggis
- 250 mg/kg BB tikus = 50 mg/200 g BB tikus
Konversi dosis manusia
= 50 x 56 = 2.800 mg/70 kg BB manusia
Diminum 3 kali sehari, setiap minum 30 mL =
2.800 mg
3
= 933,3 mg
5.600 mg
3
= 1.866,6 mg
11.200 mg
3
= 3.733,3 mg
22.400 mg
3
= 7.466,6 mg
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Kurnia., Azizahwati., Shanti Marlina. 2007. Pengaruh Lama Pemberian Formula
Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium Edule) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total
Dan Trigliserida Tikus Putih Jantan. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 6(2).
Dalimartha, S. 2008. Aterosklerosis, dalam 36 Resep Tumbuhan Obat Untuk Menurunkan
Kolesterol. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 9-10.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 2010. Farmakope Herbal Indonesia. Suplemen I. Jakarta: Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm 64-67
Diana Febriani. 2015. karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.) [Prosiding]. Bandung: Universitas Islam Bandung.
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L., Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Wells,Barbara G.,
Posey, L. Michael. 2008. Edisi ke VII. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach.
Gitawati, Retno., Lucie Widowati., Frans Suharyanto. 2013. Penggunaan Jamu Pada Pasien
Hiperlipidemia Berdasarkan Data Rekam Medik, Di Beberapa Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(1) :41-48.